Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

Sejarah & Aliran-


Aliran Psikologi
Definisi Psikologi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Psikologi Psikologi W611700003 Firman Firdaus, S.Psi., M.Si

Abstract Kompetensi
Dalam perkuliahan ini dibahas tentang Mahasiswa mampu memahami definisi
Sejarah dan aliran-aliran Psikologi Psikologi, aliran-aliran dan sejarah
Psikologi

Definisi Psikologi
Pengertian psikologi, menurut asal katanya psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
Psyche dan Logos. Psyche berarti jiwa, sukma dan roh, sedangkan logos berarti ilmu
pengetahuan atau studi. Jadi pengertian psikologi secara harfiah adalah ilmu tentang jiwa. 
Woodwoth dan Marquis mengemukakan “psychology is the scientific study of the individual
activities in relation to environment”. (Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
perilaku dalam hubungan dengan lingkungannya). Istilah psikologi digunakan pertama kali
oleh seorang ahli berkebangsan Jerman yang bernama Philip Melancchton pada tahun
1530.
Psikologi sebagai ilmu, Istilah psikologi sebagai ilmu jiwa tidak digunakan lagi sejak tahun
1878 yang dipelopori oleh J.B Watson sebagai ilmu yang mempelajari perilaku karena ilmu
pengetahuan menghendaki objeknya dapat diamati, dicatat dan diukur, jiwa dipandang
terlalu abstrak, dan jiwa hanyalah salah satu aspek kehidupan individu. 
Psikologi dapat disebut sebagai ilmu yang mandiri karena memenuhi syarat berikut:
1) Secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian ilmiah dengan
menggunakan metode ilmiah,
2) Memiliki struktur kelimuan yang jelas,
3) Memiliki objek formal dan material,
4) Menggunakan metode ilmiah seperti eksperimen, observasi, case history, test and
measurement,
5) Memliki terminologi khusus seperti bakat, motivasi, inteligensi, kepribadian, dan
6) Dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan kehidupan.

Objek Kajian Psikologi


Berdasar batasan ilmu, obyek psikologi adalah tingkah laku manusia, normal maupun tidak
(sakit). Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari,
maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak
bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji
adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan
sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang.
Konsep psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Psikologi memiliki akar dari
bidang ilmu filosofi yang diprakarsai sejak zaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu
untuk kekuatan hidup (levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang

2019 Fakultas Psikologi


2 Universitas Mercu Buana Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Firman Firdaus, S.Psi.,M.Si
mempelajari gejala–gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan karena itu tiap–tiap
makhluk hidup mempunyai jiwa. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan
perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya diBenua
Amerika.
Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam
kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam,
akan tetapi karena kerumitan dan kedinamisan manusia untuk dipahami.
Pada tahun 1879 Wilhem Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama di University of
Leipzig, Jerman. Ditandai oleh berdirinya laboratorium ini, maka metode ilmiah untuk lebih
memahami manusia telah ditemukan walau tidak terlalu memadai. Dengan berdirinya
laboratorium ini, lengkaplah syarat psikologi untuk menjadi ilmu pemgetahuan, sehingga
tahun berdirinya laboratorium, Wundt diakui pula sebagai tanggal berdirinya psikologi
sebagai ilmu pengetahuan.
Sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, psikologi boleh dikatakan sebagai ilmu
yang masih muda dibandingkan dengan ilmu lainnya seperti ilmu alam, biologi dan lain-lain,
karena baru pada akhir abad ke 19 psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri dalam hal isi,
metode dan penggunaannya.
Wilhelm Wundt dapat dikatakan sebagai bapak psikologi modern, ia telah berusaha untuk
menjadikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri (otonom). Sebelum
abad ke-19, psikologi merupakan bagian dari filsafat. Perbedaan cara memecahkan
masalah jiwa dimasa lampau dengan dimasa modern, terutama terletak dalam cara
pendekatannya. Pendekatan dimasa lampau bersifat filosofis dan atomistik, sedangkan
masa modern dengan pendekatan scientific (ilmiah), yaitu melalui penelitian-penelitian
empirik.

Psikologi Sebagai Bagian Dari Filsafat


Pada zaman sebelum Masehi, jiwa manusia sudah menjadi topik pembahasan para filsuf.
Saat itu, para Filsuf sudah membicarakan aspek–aspek kejiwaan manusia dan mereka
mencari dalil, pengertian, serta berbagai aksioma umum, yang berlaku pada manusia.
Ketika itu, psikologi memang sangat dipengaruhi oleh cara–cara berpikir filsafat dan
terpengaruh oleh filsafatnya sendiri. Hal tersebut dimungkinkan karena pada ahli psikologi
pada masa itu adalah juga ahli–ahli filsafat atau para ahli filsafat waktu itu juga ahli
Psikologi.
Sebelum tahun 1879, jiwa dipelajari oleh para filsuf dan para ahli ilmu faal (fisiologi),
sehingga psikologi dianggap sebagai bagian dari kedua ilmu tersebut (Fauzi, 1977; 14).

2019 Fakultas Psikologi


3 Universitas Mercu Buana Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Firman Firdaus, S.Psi.,M.Si
Selain pengaruh dari ilmu faal, psikologi juga dipengaruhi oleh satu hal yang tidak
sepenuhnya berhubungan dengan ilmu faal, meskipun masih erat hubungannya dengan ilmu
kedokteran, yaitu hipnotisme (Dirgagunarsa, 1996: 36). Menurut Singgih Dirgagunarsa,
hipotisme timbul karena adanya kepercayaan bahwa dalam alam ini terdapat kekuatan–
kekuatan yang misterius, yaitu magnetisme. Paracelsus (1493–1541), seorang ahli mistik,
menunjukkan bahwa dalam tubuh manusia terdapat magnet yang sama halnya dengan
binatang–binatang dilangit dapat mempengaruhi tubuh manusia melalui pemancaran yang
menembus angkasa. Dalam hubugan itu, Van Helmont (1577–1644) mengemukakan
doktrin Animal magnetism, yaitu “Cairan yang bersifat magnetis dalam tubuh manusia dapat
dipancarkan untuk mempengaruhi badan, bahakan jiwa orang lain” (Dirgagunarsa, 1996:36).
Para ahli filsafat kuno, seperti Plato (429–347 SM) dan Aristoteles (384–322 SM), telah
memikirkan hakikat jiwa dan gejala–gejalanya. Pada zaman kuno, tidak ada spesialisasi
dalam lapangan keilmuan, sehingga boleh dikatakan bahwa semua ilmu tergolong apa yang
disebut filsafat itu. Sementara ahli filsafat ada yang mengatakan bahwa filsafat adalah induk
ilmu pengetahuan. Sebagai induk ilmu pengetahuan, filsafat adalah ilmu yang mencari
hakikat sesuatu dengan menciptakan pertanyaan dan jawaban secara terus–menerus,
sehingga mencapai pengertian yang hakiki tentang sesuatu. Masa itu belum ada
pembuktian-pembuktian empiris, melainkan berbagai teori dikemukakan bagian dari filsafat
dalam artri yang sebenarnya.
Filsafat itu sendiri dari bahasa Yunani, philesophia, dan philos, cinta;
atau philia, persahabatan, kasih sayang, kesukaan pada, keterkaitan pada, + sophos, orang
bijak; atau sophia, kebijakan, pengetahuan, keahlian atau pengalaman praktis, inteligensi.
Bakry (1971:11) mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mengadakan mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia,
sehingga menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikat dapat dicapai akal
manusia dan bagaimana sikap manusia telah mencapai pengetahuan itu.
Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat, sehingga objeknya
tetap hakikat jiwa, sementara metodenya masih menggunakan argumentasi logika.
Uraian oleh para filsuf abad pertengahan umumnya berkisar seputar ketubuhan dan
kejiwaan. Berbagai pandangan mengenai ketubuhan dan kejiwaan dapat digolongkan dalam
dual hal, yaitu (Dirgagunarsa, 1996: 17):

1. Pandangan bahwa antara ketubuhan dan kejiwaan (antara aspek psikis dan fisik)
tidak dapat dibedakan karena merupakan suatu kesatuan.  Pandangan ini
disebut Monism.

2019 Fakultas Psikologi


4 Universitas Mercu Buana Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Firman Firdaus, S.Psi.,M.Si
2. Pandangan bahwa ketubuhan dan kejiwaan pada kahikatnya dapat berdiri sendiri,
meskipun disadari bahwa antara kejiwaan dan ketubuhan merupakan suatu
kesatuan. Ini disebut dualism.
Tokoh–tokoh abad pertengahan, antara lain: Rene Descrates (1596–1650) yang terkenal
dengan teori tentang kesadaran, Gottfried Wilhelm Leibniz (1646–1716), yang
mengutarakan teori kesejajaran psikofhisik (psychophysical paralellism), John Locks (1932–
1704) dengan teori tabula rasa.

Metode Psikologi
Beberapa metodologi dalam psikologi, di antaranya sebagai berikut:
1. Metodologi Eksperimental
Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen yaitu
menentukan apa yang ingin dilakukan pada sesuatu yang akan diteliti seperti kapan akan
melakukan penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya. Pada
metode eksperimental, sifat subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat diatasi.
Pada metode instrospeksi murni hanya diri peneliti yang menjadi objek. Tetapi pada
instrospeksi eksperimental jumlah subjek banyak, yaitu orang-orang yang
dieksperimentasi itu. Dengan banyaknya subjek penelitian maka hasil yang didapatkan
akan lebih objektif

2. Observasi Ilmiah
Observasi alamiah ini dapat diterapkan pada tingkah laku yang lain, misalnya: tingkah
laku orang-orang yang berada di took, tingkah laku pengendara kendaraan bermotor
dijalan raya, tingkah laku anak yang sedang bermain, perilaku orang dalam bencana
alam, dsb.

3. Sejarah Kehidupan (metode biografi)


Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih
mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan misal: Dari cerita ibunya, seorang anak yang
tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia bukannya kurang pandai tetapi minatnya
sejak kecil memang dibidang musik sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti
pendidikan di sekolahnya. Dalam metode ini orang menguraikan tentang keadaaa, sikap -
sikap ataupun sifat lain mengenai orang yang bersangkutan. Pada metode ini disamping
mempunyai keuntungan juga mempunyai kelemahan, yaitu tidak jarang metode ini
bersifat subjektif 

2019 Fakultas Psikologi


5 Universitas Mercu Buana Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Firman Firdaus, S.Psi.,M.Si
4. Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Agar orang
diperiksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-pandangannya,
pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yang mewawancarai dapat
menggali semua informasi yang dibutuhkan. Baik angket atau interview keduanya
mempunyai persamaan, tetapi berbeda dalam cara penyajiannya. Keuntungan interview
dibandingkan dengan angket yaitu:
1. Interview
Pada Interview apabila terdapat hal yang kurang jelas maka dapat diperjelas
Interviwer (penanya) dapat menyesuaikan dengan suasana hati interviwer
(responden yang ditanyai). Terdapat interaksi langsung berupa face to face sehingga
diharapkan dapat membina hubungan yang baik saat proses interview dilakukan.
2. Angket
Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah di
susun secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang yang
diwawancarai tinggal membaca pertanyaan yang diajukan, lalu menjawabnya secara
tertulis pula. Jawaban-jawabannya akan dianalisis untuk mengetahui hal-hal yang
diselidiki.
3. Pemeriksaan Psikologi
Dalam bahasa populernya pemeriksaan psikologis disebut juga
dengan psikotes Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik tertentu yang
hanya dapat digunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih. alat-alat itu
dapat dipergunakan unntuk mengukur dan untuk mengetahui taraf kecerdasan
seseorang, arah minat seseorang, sikap seseorang, struktur kepribadian seeorang,
dan lain-lain dari orang yang diperiksa itu.
4. Metode Analisis Karya
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil karya seperti gambar-gambar, buku harian
atau karangan yang telah dibuat. Hal ini karena karya dapat dianggap sebagai
pencetus dari keadaan jiwa seseorang 
5. Metode Statistik
Umumnya digunakan dengan cara mengumpulkan data atau materi dalam penelitian
lalu mengadakan penganalisaan terhadap hasil; yang telah didapat 

Tujuan dan Faedah Dalam Mempelajari Psikologi


Tujuan mempelajari psikologi dapat memiliki tiga kemampuan dasar:

2019 Fakultas Psikologi


6 Universitas Mercu Buana Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Firman Firdaus, S.Psi.,M.Si
a) Understanding: Memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip
psikologi yang umumnya mendasari tingkah laku.
b) Predicting: Berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, diharapkan mampu
mendeteksi permasalahan-permasalahan psikologis yang terjadi di lapangan
pendidikan.
c) Controlling: Mampu menguasai dirinya dan terampil mengatasi permasalahan
kependidikan dengan Psikologis.

Metode - metode Ilmiah Dalam Mempelajari


Psikologi Umum
A) Metode yang bersifat filosofis
1) Metode intuitip: dilakukan dengan cara sengaja untuk mengadakan suatu
penyelidikan atau dengan cara tidak sengaja dalam pergaulan sehari-hari. 
2) Metode kontemplatif: dilakukan dengan jalan merenungkan obyek yang akan
diketahui dengan mempergunakan kemampuan berpikir kita. Alat utama yang
dipergunakan adalah pikiran yang benar-benar sudah dalam keadaan obyektif.
3) Metode filosofis religius: digunakan dengan mempergunakan materi-materi agama,
sebagai alat utama untuk meneliti pribadi manusia. Nilai-nilai yang terdapat dalam
agama itu merupakan kebenaran-kebenaran absolut dan pasti benar.

B) Metode yang bersifat empiris


1) Metode observasi: metode untuk mempelajari kejiwaan dengan sengaja mengamati
secara langsung, teliti, dan sistematis.
a. Metode introspeksi (retrospeksi): retrospeksi artinya melihat kembali.
Penyelidik melihat kembali peristiwa-peristiwa kejiwaan yang telah terjadi dalam
dirinya sendiri, dan bukan apa yang sedang terjadi di dalam dirinya. 
b. Metode introspeksi instrumental: suatu metode introspeksi yang dilaksanakan
dengan mengadakan eksperimen-eksperimen secara sengaja dan dalam
suasana yang dibuat. Merupakan penggabungan dari metode introspeksi dan
eksperimen, sebagai upaya untuk mengatasi sifat subyektifitas dari metode
introspeksi. Pada introspeksi murni, hanya diri penyelidik yanng menjadi obyek,
akan tetapi pada introspeksi eksperimen, jumlah subyek terdiri dari beberapa
orang yang dieksperimentasi. Sehingga hasil penyelidikan lebih bersifat obyektif.

2019 Fakultas Psikologi


7 Universitas Mercu Buana Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Firman Firdaus, S.Psi.,M.Si
c. Metode ekstrospeksi (melihat keluar): suatu metode dalam ilmu jiwa yang
berusaha untuk menyelidiki atau mempelajari dengan sengaja dan teratur gejala-
gejala jiwa sendiri dengan membandingkan gejala jiwa orang lain dan mencoba
mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang ditunjukkan dari
mimik dan pantomimik orang lain.
2) Metode pengumpulan data
Suatu penyelidikan yang dilakukan dengan mengolah data-data yang didapat dari
kumpulan daftar pertanyaan dan jawaban (angket), bahan-bahan riwayat hidup
ataupun bahan-bahan lain yang berhubungan dengan apa yang diselidiki.
a) Metode angket-interview: metode angket ialah suatu penyelidikan yang
dilaksanakan dengan menggunakan daftar pertanyaan mengenai gejala-gejala
kejiwaan yang harus dijawab oleh orang banyak, sehingga berdasarkan jawaban
yang diperolehnya itu, dapat diketahui keadaan jiwa seseorang. 
b) Metode biografi: lukisan atau tulisan perihal kehidupan seseorang, baik sewaktu ia
masih hidup maupun sesudah meninggal. Kelemahan: sifat subyektifitas.
c) Metode pengumpulan bahan: suatu metode yang dilaksanakan dengan jalan
mengumpulkan bahan-bahan terutama pengumpulan gambar-gambar yang dibuat
oleh anak-anak. Kelemahan: si penyelidik tidak berhadapan secara langsung, dan
kadang-kadang tidak tahu situasinya pada waktu membuat hasil karya tersebut,
menginterpretasi gambaran, tulisan (graphologi) dan hasil-hasil karya yang lain dari
seseorang tidaklah mudah dan juga bersifat subyektif. 

3) Metode Eksperimen: pengamatan secara teliti terhadap gejala-gejala jiwa yang kita
timbulkan dengan sengaja. Hal ini dimaksudkan untuk menguji hipotesa pembuat
eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam suatu situasi tertentu.
Tujuan eksperimen ialah untuk mengetahui sifat-sifat umum dari gejala-gejala kejiwaan,
misalnya pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, fantasi dll. Kelemahan: eksperimen
biasanya dilaksanakan pada benda mati yang mempunyai hukum-hukum tetap, sedang
jiwa adalah sesuatu yang hidup; tidak semua gejala kejiwaan dapat diselidiki secara
eksperimen; dalam laboratorium tidak wajar; gejala-gejala kejiwaan sukar untuk diukur
secara eksak.
4) Metode klinis ialah nasihat dan bantuan kedokteran, yang diberikan kepada para pasien,
oleh ahli kesehatan. Metode klinis dalam psikologi ialah kombinasi dari bantuan klinis-
medis dengan metode pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap para pasien.
Observasi dilakukan dalam ruang-ruang klinik dengan fasilitas yang cukup, untuk meneliti
segala tingkah laku pasien.

2019 Fakultas Psikologi


8 Universitas Mercu Buana Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Firman Firdaus, S.Psi.,M.Si
Hubungan Psikologi Dengan Berbagai Ilmu
A. Hubungan Antara Psikologi Umum Dengan Biologi:
Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Baik psikologi maupun
biologi sama-sama membicarakan manusia. Ada hal yang sama-sama dipelajari oleh
kedua ilmu tersebut yaitu soal keturunan. Soal keturuna ditinjau dari segi biologi adalah
hal-hal yang berhubungan dengann aspek-aspek kehidupan yang turun temurun dari
suatu generasi ke generasi lain, misalnya hukum Mendel. Soal keturunan yang dipelajari
psikologi antar alin misalnya sifat, inteligensi, bakat. Ilmu biologi (antropobiologi maupun
fisiologi) membantu dalam orang mempelajari psikologi.

B. Hubungan psikologi dengan sosiologi:


Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia, mempelajari
manusia di dalam hidup bermasyarakat. Karena itu psikologi dan sosiologi sama-sama
membicarakan manusia. Titik pertemuan di dalam meninjau manusia itu, misalnya soal
tingkah laku. Tinjauan sosiologi yang penting ialah hidup bermasyarakatnya, sedangkan
tinjauan psikologi ialah bahwa tingkah laku sebagai manifestasi hidup kejiwaan, yang
didorong oleh motif tertentu hingga manusia itu bertingkah laku atau berbuat.

C. Hubungan psikologi dengan Ilmu pengetahuan Alam


Dengan memisahkan diri dari filsafat, ilmu pengetahuan alam mengalami kemajuan yang
pesat hingga IPA mempengaruhi perkembangan ilmu-ilmu lain, termasuk psikologi.
Khususnya metode IPA mempengaruhi perkembangan metode dalam psikologi. Metode
yang ditempuh oleh fechner yang dikenal dengan metode psikofisik, suatu metode yang
tertua dalam lapangan psikologi eksperimental, banyak dipengaruhi oleh ilmu
pengetahuan alam. Dan merupakan suatu kenyataan karena pengaruh ilmu pengetahuan
alam, psikologi dapat diakui sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri terlepas dari filsafat,
walaupun akhirnya ternyata bahwa metode ilmu pengetahuan alam kurang digunakan
seluruhnya terhadap psikologi, disebabkan karena perbedaan dalam obyeknya. Ilmu
pengetahuan alam berobyekkan benda-benda mati, sedangkan psikologi berobyekkan
manusia yang hidup.

D. Hubungan psikologi dengan filsafat


Sekalipun psikologi pada akhirnya memisahkan diri dari filsafat, karena metode yang
ditempuh sebagai salah satu sebabnya, tetapi psikologi masih tetap mempunyai

2019 Fakultas Psikologi


9 Universitas Mercu Buana Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Firman Firdaus, S.Psi.,M.Si
hubungan dengan filsafat. bahkan sebetulnya dapat dikemukakan bahwa ilmu-ilmu yang
telah memisahkan diri dari filsafat itupun tetap masih ada hubungan dengan filsafat
terutama mengnai hal-hal yang menyangkut sifat hakiki serta tujuan dari ilmu
pengetahuan itu.

E. Hubungan psikologi dengan Ilmu Pendidikan


Pedagogi sebagai ilmu yang bertujuan untuk memberikan bimbingan hidup manusia sejak
lahir sampai mati tidak akan sukses, bilamana tidak mendasarkan diri kepada psikologi,
yang tugasnya memang menunjukkan perkembangan hidup manusia sepanjang masa,
bahkan ciri dan wataknya serta kepribadiannyapun ditunjukkan oleh psikologi. Dengan
demikian, paedagogiek baru akan tepat mengenai sasaran, apabila dapat memahami
langkah-langkahnya sesuai dengan petunjuk–petunjuk psikologi.

Teori Perkembangan Manusia


Teori perkembangan manusia tersebut ialah:
a) Teori Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh faktor-
faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang
dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Menurut teori ini sewaktu individu
dilahirkan telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang akan
menentukan keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor lain yaitu
lingkungan, termasuk di dalamnya pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh
terhadap perkembangan individu itu. Teori ini dikemukakan oleh Schopenhouer.
Teori ini menimbulkan pandangan bahwa seakan-akan manusia telah ditentukan
oleh sifat-sifat sebelumnya, yang tidak dapat diubah, sehingga individu sangat
tergantung kepada sifa-sifat yang diturunkan oleh orang tuanya.
b) Teori Empirisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu akan ditentukan oleh
empirinya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan
individu itu. Termasuk pendidikan yang diterima oleh individu itu. Teori ini
dikemukakan oleh John Locke, juga dikenal dengan teori tabularasa, yag
memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peranan. 
c) Teori Konvergensi
Teori ini merupakan teori gabungan (konvergensi) dari kedua teori tersebut di atas,
yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh William Stern baik pembawaan maupun

2019 Fakultas Psikologi


10 Universitas Mercu Buana Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Firman Firdaus, S.Psi.,M.Si
pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting di dalam
perkembangan individu. Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor
yang dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan (termasuk
pengalaman dan pendidikan) yang merupakan faktor eksogen. Penelitian dari W.
Stern memberikan bukti tentang kebenaran dari teorinya. W. Stern mengadakan
penelitian dengan anak-anak kembar di Hamburg. Dilihat dari segi faktor endogen
atau faktor genetik anak yang kembar mempunyai sifat-sifat keturunan yang dapat
dikatakan sama. Anak-anak tersebut dipisahkan dari pasangannya dan ditempatkan
pada pengaruh lingkungan yang berbeda satu dengan yang lain.

Daftar Pustaka
Ahmadi,Abu.1992. Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Davidoff, L. Linda 1981. Psikologi Suatu Pengantar Edisi Kedua. Jakarta: PT. Midas Surya
Grafindo.
Sarwono, W. Sarlito 2009. Pengantar Psikologi Umum. Depok : PT. RajaGrafindo Persada.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia

2019 Fakultas Psikologi


11 Universitas Mercu Buana Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Firman Firdaus, S.Psi.,M.Si

Anda mungkin juga menyukai