Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN CASE BASED LEARNING 1

ETIKA PENELITIAN: PLAGIARISM DAN KEJUJURAN INTELEKTUAL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian

Oleh:

GITA AYU LESTARI

I1B021012

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Intellectual dishonesty merupakan suatu tindakan atau kontribusi terhadap
tindakan tidak jujur yang dilakukan oleh seseorang yang terlibat di dalam sebuah
pengajaran, pembelajaran, penelitian, dan aktivitas akademik terkait. Hal ini tidak
hanya berlaku bagi siswa saja tetapi juga pada semua orang yang ada dalam lingkup
akademis seperti dosen (Purnamasari, 2013). Kecurangan akademik ini bertujuan
untuk menipu atau mengelabui orang lain sehingga berpikir bahwa hasil pekerjaan
akademik yang dilakukan adalah hasil pekerjaan individu pelaku plagiat tersebut
(Purnamasari, 2013).
Salah satu bentuk intellectual dishonesty adalah plagiarisme. Plagiarisme
merupakan suatu kegiatan yang melanggar aturan karena mengambil atau menjiplak
hasil karya orang lain yang kemudian mengklaim bahwa itu hasil karyanya sendiri.
Hal ini merupakan bentuk pelanggaran hukum, karena mengambil hak cipta
orisinalitas milik orang lain (Pratiwi & Aisya, 2021). Plagiarisme merupakan isu
yang sangat penting dalam dunia akademis dan kreatif, yang mengancam integritas
penyebaran pengetahuan dan inovasi. Plagiarisme telah menjadi semakin lazim dalam
masyarakat intelektual karena semakin mudahnya akses informasi yang difasilitasi
oleh teknologi digital. Fenomena ini tidak terbatas hanya pada dunia akademis tetapi
juga meluas ke berbagai domain, termasuk jurnalisme, sastra, musik, dan seni visual.
Menangani ketidakjujuran intelektual dan plagiarisme memerlukan pendekatan
yang beragam yang mencakup pendidikan, peningkatan kesadaran, penegakan
kebijakan, dan promosi integritas akademik. Institusi harus membentuk budaya
kejujuran, transparansi, dan perilaku etis melalui implementasi pedoman yang jelas,
program pelatihan, dan layanan dukungan. Berdasarkan latar belakang di atas, perlu
diketahui lebih mendalam mengenai klasifikasi, bentuk-bentuk, pencegahan,
konsekuensi, serta contoh dari tindakan Intelectual dishonesty dan plagiarisme.
B. Tujuan
1. Mampu menjelaskan definisi dan bentuk-bentuk intellectual dishonesty
2. Mampu menjelaskan mengapa banyak kasus intellectual dishonesty (latar
belakang)
3. Mengetahui pengertian dari plagiarism
4. Mampu menjelaskan syarat sebuah tulisan diklasifikasikan sebagai plagiarism
5. Mengetahui bentuk-bentuk plagiarism
6. Mengetahui mencegah terjadinya plagiarism
7. Mampu menjelaskan konsekuensi-konsekuensi dari intellectual dishonesty
8. Mampu menyebutkan beberapa contoh plagiarism yang sering terjadi dalam
dunia akademik
BAB II
PEMBAHASAN
a. Overview Kasus
a. Hasil penelitian dari Nina, seorang mahasiswi keperawatan, telah terbit di sebuah
jurnal internasional tahun 2010, yaitu di Journal of Advanced Nursing. Pada suatu
hari, Nina membeli buku terbitan tahun 2017 dengan topik yang sama dengan hasil
penelitiannya. Nama pengarang buku tersebut adalah X. Di dalam satu bab buku
tersebut ternyata ada kalimat-kalimat yang sama persis dengan hasil tulisannya di
jurnal internasional, namun tanpa menyebutkan sumber asli dari tulisan Nina. Nina
merasa kecewa terhadap pengarang buku tersebut, dan menganggap pengarang
tersebut telah melakukan salah satu bentuk dari intelectual dishonesty.
b. Seorang mahasiswa bernama Ninuk ingin mempublikasikan hasil penelitiannya ke
jurnal internasional. Namun karena data yang diperoleh semuanya tidak ada yang
signifikant secara statistik, oleh karena itu, mahasiswa tersebut mengubah sedikit
data hasil penelitiannya, sehingga hasil analisis data menjadi significant secara
statistik. Mahasiswa tersebut melakukan ini karena ingin cepat-cepat terpublikasi
hasil penelitiannya di jurnal.
c. Seorang mahasiswa telah selesai melakukan skripsi, dari hasil cek plagiarism
dengan software turnitin, ternyata tingkat kesamaannya (similarity level) mencapai
60 % dengan suatu sumber dari internet.
b. Pembahasan

a. Menjelaskan Definisi dan Bentuk-Bentuk Intelectual Dishonesty


Intelectual dishonesty merupakan suatu tindakan atau kontribusi terhadap
tindakan tidak jujur yang dilakukan oleh seseorang yang terlibat di dalam sebuah
pengajaran, pembelajaran, penelitian, dan aktivitas akademik terkait. Hal ini tidak
hanya berlaku bagi siswa saja tetapi juga pada semua orang yang ada dalam
lingkup akademis seperti dosen. Kecurangan akademik ini bertujuan untuk menipu
atau mengelabui orang lain sehingga berpikir bahwa hasil pekerjaan akademik
yang dilakukan adalah hasil pekerjaan individu pelaku plagiat tersebut.
(Purnamasari, 2013).
Intelectual dishonesty terbagi kedalam beberapa bentuk, secara garis besar
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Plagiarisme (plagiarism) adalah jenis kecurangan yang dilakukan ketika
seseorang mengadopsi atau mengklaim ide, kata-kata, desain, seni dan
musik miliki orang lain tanpa mengetahui sumbernya atau tanpa
memperoleh izin dari penciptanya (Wibowo, 2022). Berdasarkan pada
kasus 1, Nina jelas mengalami plagiarism terhadap karyanya yang
dilakukan oleh penulis X, plagiarism yang dialami oleh Nina adalah
Plagiarism of authorship yaitu mengakui hasil karya orang lain sebagai
hasil karya sendiri dengan mencantumkan nama sendiri menggantikan
nama pengarang sebenarnya (Novin, dkk (2012) dalam Hernawati Sri
(2017)).

2) Falsification/pemalsuan menggambarkan salah satu bentuk academy


dishonesty yang dilakukan seseorang untuk membuat atau mengubah
informasi yang tidak sah kedalam dokumen atau aktivitas akademik.
Pemalsuan adalah sebuah tindakan mengarang sebuah informasi yang
tidak ada dianggap menjadi ada atau membuat data secara artifarsial
padahal ketentuan yang sebenarnya pengumpulan data harus dilakukan
melalui eksperimen. Berdasarkan pada kasus, kasus dua termasuk
falsification atau pemalsuan, dimana mahasiswa ini memalsukan data
hasil penelitiannya.

3) Cheating/kecurangan yaitu adanya penggunaan informasi, materi,


perangkat, sumber, atau praktik tanpa izin dalam menyelesaikan aktivitas
akademik. Hal ini berupa berbagai macam cara untuk memperoleh atau
menerima bantuan dalam latihan akademik tanpa sepengetahuan pendidik
seperti ketika seseorang menyalin ujian yang seharusnya dilakukan secara
individu atau saat seseorang memberikan izin kepada orang lain untuk
menyalin jawabannya. Hal ini dianggap berkontribusi terhadap tindakan
kecurangan yang dilakukan.

4) Sabotase merupakan tindakan yang harus melibatkan penghancuran atau


mwnghalang-halangi orang lain sehingga orang tersebut tidak mampu
menuntaskan pekerjaannya dalam bidang akademik hingga selesai.
Sabotase adalah ketika seseorang menghancurkan sebuah karya seni atau
gagal dalam melakukan kontribusi terhadap sebuah proyek yang dapat
berakibat fatal terhadap kesuksesan akademis. Tindakan ini termasuk
menyobek/menggunting lembaran halaman dalam buku-buku di
perpustakaan/ensiklopedi, dan secara sengaja merusak hasil karya orang
lain.

b. Latar Belakang Kasus Intellectual Dishonesty


Secara umum, penyebab perilaku curang di dunia akademis dapat
diklasifikasikan ke dalam dua faktor, yaitu eksternal dan personal individual.
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor luar individu, berupa lingkungan,
sistem, situasi, dan kondisi. Faktor internal bersumber dari dalam individu,
dan bersifat psikis terkait dengan persepsi, harapan, penerimaan sosial, dan
sikap-sikap altruistic atau keinginan untuk membantu orang lain.
Beberapa faktor internal yang dapat menyebabkan meningkatnya kasus
intelektual dishonesty yaitu kurangnya pemahaman mengenai etika Akademik.
Beberapa mahasiswa mungkin tidak sepenuhnya memahami atau diingatkan
tentang pentingnya integritas akademik dan dampak negatif dari perilaku
intelektual dishonesty. Referensi: Yeo, S., & Ng, Y. K. (2021). Academic
Integrity in Asia: Knowledge, Practices, and Consequences. Springer. Selain
hal ini juga terjadi karena individu merasa tidak yakin akan kemampuan
akademiknya, ketakutan dan kecemasan akan ketidaksesuaian antara harapan
dan nilai yang diperoleh (Putri & Dewi, 2022). Alasan melakukan intellectual
dishonesty karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi yg tidak disertai belajar
dengan maksimal serta keinginan untuk menyelesaikan tugas dan kebutuhan
akademik lainnya dengan cara instan, kurangnya waktu belajar, kurang
memahami materi, dan ketika memulai waktu belajar tidak dalam kondisi
yang siap untuk belajar (Muslimah & Yudiarso, 2023). Mahasiswa juga
seringkali menghadapi tekanan untuk mencapai kesuksesan akademik yang
tinggi, baik dari diri sendiri maupun dari pihak lain seperti orangtua, dosen,
atau lembaga pendidikan. Tekanan ini dapat mendorong mahasiswa untuk
mencari jalan pintas dalam bentuk intelektual dishonesty (Randles & Sambell,
2020).
Faktor eksternal yang mempengaruhi meningkatnya kasus intellectual
dishonesty yaitu Kurangnya penegakan aturan dan sanksi yang tegas terhadap
pelanggaran etika akademik dapat membuat beberapa mahasiswa merasa
bahwa mereka dapat melanggar aturan tanpa mendapatkan konsekuensi serius
(Bretag, 2019). Perkembangan teknologi, terutama internet, juga menambah
ragam kecurangan. Kemajuan teknologi, terutama internet, telah
mempermudah akses terhadap informasi. Internet dapat digunakan oleh pelajar
untuk mengunduh paper, esai, tulisan, yang merupakan karya orang lain, untuk
digunakan dalam pengumpulan tugas atas nama mereka. Hal ini dapat
membuat mahasiswa lebih rentan terhadap praktik plagiarisme atau
penjiplakan karena mudahnya menyalin dan menempelkan informasi dari
berbagai sumber tanpa pengetahuan tentang etika penggunaan informasi
tersebut (Sutherland-Smith, 2017).

c. Definisi Plagiarism
Kata plagiarisme berasal dari bahasa Latin “plagiare” yang artinya
mencuri. Plagiarisme adalah teknik penyalinan atau meniru hasil karya orang
lain yang diklaim menjadi hasil karya sendiri. Dalam karyanya Correcting the
Scholarly Record for Research Integrity: In the Aftermath of Plagiarism,
Krimsky menggunakan definisi plagiarisme yang merujuk pada definisi
oleh Pemerintah federal Amerika Serikat yang mengatakan plagiarisme
sebagai “perampasan ide, proses, hasil, atau kata-kata orang lain tanpa
memberikan kredit yang sesuai (Kode Peraturan Federal 2005: 93.103, 589)”.
Demikian pula, Krimsky merujuk pada definisi plagiarisme menurut European
Science Foundation yang mendefinisikan plagiarisme sebagai “perampasan
materi orang lain tanpa memberikan kredit yang layak
(European Science Foundation 2011: 6)”.
Dalam buku Weber-Wulff berjudul False Feathers; A Perspective on
Academic Plagiarism, kata plagiarisme berasal dari kata Latin “plagiarius”,
yang berarti seseorang yang menculik anak atau budak orang lain. Dalam
KBBI (2021) disebutkan bahwa “Plagiat adalah pengambilan karangan
pendapat dan sebagainya milik orang lain dan menjadikannya seolah-
olah karangan itu milik pendapat sendiri”. Dapat disimpulkan bahwa
plagiarisme merupakan suatu kegiatan yang melanggar aturan karena
mengambil atau menjiplak hasil karya orang lain yang kemudian mengklaim
bahwa itu hasil karyanya sendiri. Hal ini merupakan bentuk pelanggaran
hukum, karena mengambil hak cipta orisinalitas milik orang lain (Pratiwi &
Aisya, 2021).

d. Syarat Sebuah Tulisan Diklasifikasikan Sebagai Plagiarism


Sebuah tulisan diklasifikasikan sebagai plagiarisme ketika memenuhi
beberapa syarat tertentu. Menurut Roig (2020), secara umum, plagiarisme
terjadi ketika seseorang menggunakan ide, kata-kata, gambar, data, atau
karya lain dari sumber lain tanpa memberikan atribusi yang tepat atau tanpa
izin. Berikut adalah beberapa syarat yang menandakan bahwa sebuah tulisan
dapat diklasifikasikan sebagai plagiarisme:

- Terdapat kemiripan substansial antara tulisan yang diduga sebagai


plagiarisme dengan sumber aslinya. Ini bisa berupa penggunaan
frase, kalimat, atau paragraf yang sama atau sangat mirip dengan
yang ditemukan dalam sumber asli.

- Penjiplakan struktural yang dilakukan ketika penulis mengambil


struktur atau urutan informasi dari sumber asli tanpa memberikan
atribusi yang pantas

- Penggunaan data atau informasi yang dipalsukan atau disajikan


secara tidak benar tanpa mengungkapkan sumber aslinya

- Menyerahkan suatu karya ilmiah yang diciptakan atau telah


dipublikasikan oleh pihak lain seolah-olah sebagai karya sendiri.

Berdasarkan pada kasus, baik pada kasus a, b, maupun c sudah


memenuhi kriteria sebagai tulisan plagiarisme. Seperti contoh pada kasus
a, Nina menemukan salah satu bab di buku yang telah diterbitkan
mempunyai susunan kalimat yang sama persis dengan tulisannya di jurnal
internasional tanpa menyebutkan sumber asli dari tulisan tersebut. Hal ini
sudah memenuhi syarat (1), (2) dan (3) yaitu adanya kemiripan substansial,
penjiplakan struktural, dan penggunaan data/informasi yang dipalsukan.
Selain itu, fakta bahwa tulisan tersebut termuat dalam buku juga memenuhi
syarat bahwa ia telah mempublikasikan karya orang lain seolah-olah
sebagai karyanya sendiri.
e. Bentuk-Bentuk Plagiarism
Soclistyo di dalam bukunya menyampaikan bahwa plagiarisme atau plagiat
dapat diklasifikasikan dalam beberapa tipe, yaitu ((Budi 2011) dalam
(Rusadi, 2020)):
- Plagiat Ringan, jumlah plagiat kurang dari 30%
- Plagiat Sedang, jumlah plagiat 30%-70%,
- Plagiat Total, jumlah plagiat lebih dari 70%.
Apabila dilihat dari aspek bentuk, plagiarsme yang muncul dalam karya
ilmiah yaitu diantaranya (Ruslan, Hendra, & Nurfitriati, 2020):
- Plagiat secara langsung dengan cara penulis mengutip atau mengcopy
sumber secara langsung kata demi kata tanpa menyebutkan siapa
penulis atau pemilik sumber. Seorang plagiator secara sadar menyalin
ulang sebuah gagasan secara utuh lalu mengakuinya sebagai gagasan
pribadi. Seperti yang tergambar pada kasus a, dimana terdapat satu bab
yang sama persis dengan jurnal internasional milik nina bahkan tanpa
menyebutkan sumbernya
- Plagiat karena kutipan tidak jelas atau salah. Tepat tidaknya sebuah
pengutipan merupakan tindakan plagiat yang menitikberatkan pada
ketepatan dalam menuliskan rujukan.
- Plagiat mozaik yaitu penulis secara benar mengutip tetapi mengganti
sebagian kata atau beberapa kata dalam kalimat dengan kata-katanya
sendiri tanpa menyebutkan kredit penulis sumber sehingga jika dibaca
dan dicermati gagasan yang ditulis mirip dengan sumber aslinya
namun kalimat tersebut dituliskan bukan dalam bentuk kutipan.

f. Pencegahan Plagiarism
Mencegah terjadinya plagiarisme melibatkan serangkaian langkah
proaktif yang meliputi:

- Melakukan pelatihan dan penyuluhan kepada mahasiswa tentang


pentingnya integritas akademik, cara mengutip dan merujuk sumber
dengan benar, serta konsekuensi pelanggaran plagiarisme (Bretag,
2019)
- Memanfaatkan perangkat lunak deteksi plagiarisme seperti Turnitin,
Grammarly, atau Copyscape untuk memeriksa keaslian karya tulis
mahasiswa dan memberikan umpan balik tentang kemiripan dengan
sumber-sumber yang ada (Sutherland-Smith, 2020).

- Memberikan tugas-tugas yang mendorong kreativitas dan refleksi


personal, sehingga sulit bagi mahasiswa untuk menjiplak atau
mengambil jalan pintas dengan plagiarisme (Singh, 2021).

- Menegakkan kebijakan dan sanksi yang jelas terhadap pelanggaran


plagiarisme, dan menyampaikan konsekuensi yang serius bagi
mahasiswa yang terlibat dalam praktik plagiarisme (Amigud & Abu-
Mulaweh, 2023).
Selain itu, untuk mengurangi terjadinya plagiarisme dapat dilakukan
dengan metode PQS, yaitu Paraphrasing dengan menuliskan kembali ide
dengan kata-kata sendiri dengan menyertakan sumbernya, Summarizing
dengan meringkas ide-ide karya orang lain dan menuliskannya dengan
menyertakan sumbernya, Quoting dengan menulis kata-kata asli penulis
yang diberi tanda kutip serta menuliskan sumbernya.

g. Konsekuensi-Konsekuensi dari Intelectual Dishonesty


Intelektual dishonesty dapat memiliki konsekuensi serius, baik bagi
individu yang terlibat maupun bagi masyarakat akademik secara
keseluruhan. Beberapa konsekuensi dari intelektual dishonesty yaitu:
Hukuman yang ditinjau dari perspektif doktrin hukum (Disemadi &
Kang, 2021):
- Pasal 12 ayat (1) Permendiknas No. 17 Tahun 2010 telah diproses
menurut prosedur akademik diberlakukan secara berurutan dari yang
paling ringan sampai dengan yang paling berat. Sanksi-sanksi tersebut
terdiri atas: teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian sebagian
hak mahasiswa, pembatalan nilai, satu atau beberapa mata kuliah yang
diperoleh mahasiswa, pemberhentian dengan hormat dari status
sebagai mahasiswa, pemberhentian dengan tidak hormat dari status
sebagai mahasiswa, pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus
dari suatu program pendidikan.
- Undang undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta pada Pasal 72
ayat (1) menyatakan bahwa: “Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa
hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1(satu) bulan dan/atau denda paling
sedikit Rp 1.000.000 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling
lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak 5.000.000.000
(lima milyar rupiah).”
Hukuman yang ditinjau dari perspektif sosial:
- Kehilangan kepercayaan dari sesama akademisi, dosen, atau
masyarakat umum. Hal ini dapat merusak reputasi individu dan
lembaga pendidikan yang terlibat (May & Loyens, 2020). Seperti yang
tergambar pada kasus A dimana apabila Nina mempublikasikan dan
melaporakan nama pengarang buku yang telah melakukan plagiasi
maka ia dapat dipastikan mendapatkan sanksi ini.
- Sanksi akademik seperti pencabutan gelar, penangguhan, atau
pembekuan akun (Bretag & Mahmud, 2022).

- Merusak integritas hasil penelitian dan menyebarkan informasi yang


tidak valid atau tidak akurat, yang dapat menghambat kemajuan ilmu
pengetahuan (Roig, 2017)
- Konsekuensi jangka panjang terhadap karier seseorang, termasuk
kesempatan untuk mendapatkan posisi akademik, proyek penelitian,
atau kesempatan profesional lainnya (Lemoine, 2021).

h. Contoh Plagiarisme yang Sering Terjadi dalam Dunia Akademik


Beberapa contoh plagiarisme yang sering terjadi dalam dunia akademik
meliputi:
- Plagiarisme Teks: Menyalin dan menempelkan teks dari sumber lain
tanpa memberikan atribusi yang tepat atau tanpa mengutipnya dengan
benar (Vuckovic et al, 2022).
- Plagiarisme Ide: Mengambil ide atau konsep orang lain tanpa
memberikan kredit yang pantas (Vuckovic at al, 2022).
- Citra atau Gambar: Menggunakan gambar, grafik, atau ilustrasi dari
sumber lain tanpa izin atau tanpa memberikan atribusi yang sesuai
(Elander at al, 2021).
- Plagiarisme Data: Menggunakan data atau hasil penelitian orang lain
tanpa izin atau tanpa memberikan kredit yang pantas (Elander at al,
2021).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam era di mana akses terhadap informasi semakin mudah, diperlukan upaya untuk
menjaga integritas intelektual. Intellectual dishonesty sebagai bentuk dari
ketidakjujuran intelektual merupakan masalah serius yang dapat mengancam
integritas dunia akademis serta proses penciptaan pengetahuan dan inovasi. Tindakan
plagiarisme tidak hanya melanggar prinsip-prinsip norma dan etika, tetapi juga
menciptakan keraguan mengenai keaslian sebuah karya ilmiah. Hal ini tentu sangat
merugikan individu yang telah berkontribusi secara intelektual, serta merusak reputasi
lembaga akademis dan komunitas ilmiah secara menyeluruh.
B. Saran
Penting dilakukan pendekatan kolaboratif dan penerapan kebijakan yang ketat untuk
mencegah dan mengurangi tindakan intellectual dishonesty. Upaya ini perlu didukung
dengan menerapkan pendidikan mengenai etika penelitian dan praktik akademis yang
baik, serta dilakukan pengembangan teknologi dan alat deteksi plagiarisme yang lebih
efektif. Dengan adanya komitmen bersama dari para peneliti, pendidik, dan pemangku
kepentingan lainnya dalam mempromosikan integritas akademik, diharapkan dapat
membangun fondasi yang lebih kuat sebagai upaya kemajuan ilmiah dan inovasi yang
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Amigud, A., & Abu-Mulaweh, H. I. (2023). A study of the impact of the instructor's role and
institutional support on students' academic honesty in Saudi universities. International
Journal for Educational Integrity, 19(1), 1-16.

Arosteguy, K. O., Bright, A., & Rinard, B. J. (2019). A student's guide to academic and
professional writing in education. Teachers College Press. A Student's Guide to
Academic and... preview & related info | Mendeley

Bretag, T. (2019). Handbook of academic integrity. Handbook of Academic Integrity (pp. 1–


1097). Springer Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-287-098-8

Disemadi, H. S., & Kang, C. (2021). Self-Plagiarism dalam Dunia Akademik Ditinjau dari
Perspektif Pengaturan Hak Cipta di Indonesia. Legalitas: Jurnal Hukum, 13(1), 1-9.

Elander, J., Harrington, K., Norton, L., Robinson, G., & Reddy, P. (2021). Validation of the
Source-Based Plagiarism Scale (SBPS) among university students in the UK.
International Journal for Educational Integrity, 17(1), 1-14.

Lemoine, M. (2021). How Cheating Consequences Can Affect Future Job Opportunities.
Journal of Business Ethics, 170(3), 547-561.

May, H., & Loyens, S. M. (2020). Motivational and emotional processes during academic
dishonesty. Frontiers in Psychology, 11, 561317.

Muslimah, R. S., & Yudiarso, A. (2023). Pengaruh Psikoedukasi Berbasis Internet terhadap
Penurunan Kecurangan Akademik Pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Psikostudia : Jurnal
Psikologi, 12(2), 272–278. https://doi.org/10.30872/psikostudia.v12i2

Pratiwi, M. A., & Aisya, N. (2021). Fenomena plagiarisme akademik di era


digital. Publishing Letters, 1(2), 16–33. https://doi.org/10.48078/publetters.v1i2.23

Purnamasari, D. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan akademik pada


mahasiswa. Educational Psychology Journal, 2(1), 13–21. Faktor-faktor yang
mempengaruhi k... preview & related info | Mendeley

Putri, S. R., & Dewi, D. K. (2022). Hubungan Antara Self-Control Dengan Academic
Dishonesty Pada Jurusan X Di Universitas Negeri Surabaya. Character Jurnal
Penelitian Psikologi, 9(8), 63–73. hubungan Antara Self-Control Dengan Academic
Dishonesty Pada Jurusan X Di Universitas Negeri Surabaya | Character: Jurnal
Penelitian Psikologi. (Unesa.Ac.Id)

Randles, J. M., & Sambell, K. (2020). A Student's Guide to Academic and Professional
Writing in Education. SAGE Publications Limited.

Roig, M. (2017). Introduction to the Special Issue on Research Integrity and the Responsible
Conduct of Research. Science and Engineering Ethics, 23(1), 1-3.
Rusadi, M. Z. (2020). Tingkat Plagiarisme Skripsi Mahasiswa S-1 Prodi Ilmu Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Ar-Raniry dalam Penulisan
Skripsi (Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry). Tingkat Plagiarisme Skripsi
Mahasiswa S-1 Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab Dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry Dalam Penulisan Skripsi - UIN - Ar Raniry Repository

Ruslan, R., Hendra, H., & Nurfitriati, N. (2020). Plagiarisme Dalam Penulisan Karya Ilmiah
Mahasiswa: Proses, Bentuk, Dan Faktor Penyebab. Kreatif: Jurnal Studi Pemikiran
Pendidikan Agama Islam, 18(2), 147–160. Https://doi.org/10.52266/kreatif.v18i2.509
Self-Plagiarism dalam Dunia Akademik Ditinjau dari Perspektif Pengaturan Hak Cipta di
Indonesia | Disemadi | Legalitas: Jurnal Hukum (unbari.ac.id)

Singh, G. (2021). Teaching and Evaluating Creative Thinking and Problem-Solving Skills in
Higher Education. In Creativity, Innovation, and Entrepreneurship in Education (pp.
141-158).

Sutherland-Smith, W. (2020). Using Electronic Plagiarism Detection to Police the Borders of


Acceptable Textual Practice in Australian Higher Education. In Academic Integrity in
a Global World (pp. 71-83). Springer.

Van Zyl, C., Kombe, F., Okonta, P., & Rossouw, T. (2019). Promoting Research Integrity
and Avoiding Misconduct – Perspectives on and from Africa. In Research Ethics
Forum (Vol. 7, pp. 143–164). Springer Science and Business Media B.V.
https://doi.org/10.1007/978-3-030-15402-8_11

Vuckovic, I., Fister Jr, I., Podgorelec, V., & Fister, I. (2022). Machine learning approaches
for plagiarism detection in academic texts: A review. Computers in Human Behavior,
129, 107062.

Wibowo, M. (2022). Hubungan antara Penalaran Moral dengan Academic Dishonesty pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Medan Area (Doctoral dissertation,
Universitas Medan Area). Digital Repository Universitas Medan Area: Hubungan
antara Penalaran Moral dengan Academic Dishonesty pada Mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Medan Area (uma.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai