Kelas : B
NIM : 018.06.0006
INTEGRITAS PENELITI
Seorang peneliti harus memiliki suatu integritas sebelum mereka melakukan penelitian.
Integritas sendiri merupakan mutu, sifat, dan keadaan yang menggambarkan kesatuan yang
utuh, sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan keribawaan dan kejujuran
(KBBI, 2020). Tanpa adanya integritas, motivasi menjadi berbahaya ; tanpa motivasi, kapasitas
menjadi tidak berdaya ; tanpa kapasitas, pemahaman menjadi terbatas ; tanpa pemahaman,
pengetahuan tidak bermakna ; dan tanpa pengetahuan, pengalaman pun menjadi buta (Staphen
R. Covey, 1989).
Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa yang mempunyai tanggung jawab lebih
besar terhadap keilmuan yang telah didapatkan selama proses perkuliahan. Sebagai kalangan
akademisi yang dianggap lebih matang dan mempunyai moral lebih dewasa daripada
pendidikan sebelumnya seperti SMA, SMK, dan sederajat, maka mahasiswa dituntut untuk
lebih memahami keadaan sosial, nilai budaya, hukum, etika serta nilai-nilai masyarakat yang
berlaku secara turun temurun (Pradipta, 2018).
Seorang mahasiswa memiliki tanggung jawab dan harus memiliki integritas akademik
yang tinggi. Ini artinya mempertahankan integritas akademik tertinggi dalam menghasilkan
karya-karya akademik, menentang sekuat tenaga segala pelanggaran terhadap integritas
akademik, dan menumbuh-kembangkan sikap dan perilaku integritas akademik dan tanggung
jawab sosial secara menyeluruh sebagai bagian dari visi perguruan tinggi. Untuk membentuk
pribadi yang kuat di dalam diri mahasiswa, maka dibutuhkan integritas akademik dengan
kualitas tinggi pula. Tracey Bretag, profesor dari University of South Australia (dalam Pikiran
Rakyat Online, 2014), menyatakan integritas akademik merupakan tindakan yang berdasarkan
pada nilai kejujuran, kepercayaan, keadilan, kehormatan, keberanian, tanggung jawab dalam
proses pembelajaran, pengajaran, dan penelitian (Kevin et al. 2020).
Namun, tidak semua orang dapat menjalankan integritas tersebut. Pada umumnya,
pelanggaran integritas yang dilakukan adalah plagiarisme. Plagiarisme berasal dari bahasa
Latin plagiarius yang bermakna penculik atau pencuri atau perampok naskah. Dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan istilah plagiat yang memiliki makna pencuri sastra, pencurian
kepemilikan intelektual, dan tindak kecurangan. Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau
tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya
ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang
diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai
(Permendiknas. 2010). Plagiarisme dapat dibagi menjadi 3(tiga) : falsifikasi, cut-and-paste ,
dan pengunaan data tanpa mencantumkan sumber.
Plagiat tanpa kita sadari juga melanggar aspek hukum, lebih tepatnya hak kepemilikan
atau copyright. Sebenarnya, melanggar atau tidak ditentukan oleh ijin yang dimiliki oleh
penulis aslinya. Jika copyright penuh, maka perlu mendapatkan ijin, namun jika tidak penuh,
cukup hanya dengan mencantumkan sumber (Kemenkes, 2016).
Tindakan plagiat memiliki dampak negatif, seperti merugikan penulis asli, menurunkan
kreativitas dalam membuat paraphrase, dan melemahkan moralitas peneliti. Untuk
menghindari tindak plagiat, perlu dicantumkan sumber kepustakaan dan setiap tulisannya serta
meningkatkan kemampuan membuat paraphrase (Kemenkes, 2016).
Ada pula etika setelah penelitian selesai dilakukan. Perlu diingat bahwa setelah
penelitian, langkah berikutnya adalah menyebarluaskan informasi hasil penelitian dalam
bentuk laporan penelitian, karangan artikel yang dimuat dalam jurnal dan lain-lain. Berikut ini
adalah etika-etika yang perlu diperhatikan (Kemenkes, 2016) :
REFERENSI
KBBI Daring , versi V, 2020 , diakses pada tanggal 29 April 2021 melalui Hasil Pencarian -
KBBI Daring (kemdikbud.go.id)
Suhardi, AJ. 2019. PENTINGNYA INTEGRITAS DALAM BEKERJA , diakses pada tanggal
29 April 2021 melalui website resmi pemerintah daerah Kabupaten Natuna Pentingnya
Integritas Dalam Bekerja - PEMKAB NATUNA (natunakab.go.id)