Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) cara mengidentifikasi miskonsepsi peserta didik dan (2)
penyebab miskonsepsi pada peserta didik. Penelitian ini termasuk studi kepustakaan dengan pendekatan
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan hasil penelitian yang diterbitkan pada
jurnal nasional dan internasional. Setiap hasil penelitian tersebut direview dan dianalisis secara
seksama. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan bahwa (1) cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi peserta didik,
yaitu melalui gambar, Two-Tier Diagnostic Test, wawancara klinis, peta konsep, dan Certainty of
Response Index (CRI) dan (2) faktor penyebab miskonsepsi, yaitu peserta didik, guru, buku teks, dan
konteks.
Kata Kunci : miskonsepsi, identifikasi, penyebab
Konsep seseorang banyak dibentuk
PENDAHULUAN
oleh pengalaman.
Pengetahuan dapat diperoleh Setiap konsep dalam suatu materi
peserta didik dari hasil berinteraksi pelajaran memiliki keterkaitan satu
dengan sekitarnya melalui pengalaman. sama lain. Jika pemahaman konsep
Pengalaman tersebut menjadi sebuah peserta didik sudah benar, maka peserta
pengetahuan bagi peserta didik yang didik dapat melanjutkan dan
dibawa ke sekolah. Menurut Kaur memahami konsep yang lainnya karena
(2013, hlm. 79), “Peserta didik tidak konsep awal diperlukan untuk berperan
seperti papan tulis yang kosong, peserta dalam konsep selanjutnya. Begitu pula
didik yang datang ke sekolah telah sebaliknya, jika ada kesalahan dalam
memiliki pengetahuan berdasarkan pemahaman suatu konsep maka dapat
pengalaman mereka sebelumnya”. Hal memengaruhi pemahaman konsep
tersebut juga sesuai dengan yang yang lain.
dikemukakan oleh Treagust (2006, Menurut Berg (dalam Ariandini,
hlm. 1), “Sebagian besar peserta didik Anggraeni, & Aryani, 2013, hlm. 179),
datang ke kelas dengan pengetahuan”. “Tafsiran atau pemahaman peserta
Konsep diartikan sebagai didik terhadap suatu konsep disebut
sesuatu yang diterima dalam pikiran konsepsi”. Peserta didik harus
atau suatu gagasan yang umum dan memiliki konsepsi yang benar. Tafsiran
abstrak. Menurut Eggen atau pamahaman peserta didik terhadap
(dalam Thompson & Logue, 2006: suatu konsep bisa berbeda-beda dan
553), “Konsep adalah gagasan, obyek, ada yang berbeda dengan konsep yang
atau fenomena yang membantu kita dikemukakan oleh para ahli. Apabila
untuk memahami dunia di sekitar kita”. konsepsi peserta didik tidak sesuai
dengan konsep yang dikemukakan oleh
DOI 10.31537/speed.v4i2.403 66
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
DOI 10.31537/speed.v4i2.403 67
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
DOI 10.31537/speed.v4i2.403 68
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
berbagai miskonsepsi dapat terjadi saat miskonsepsi yang dialami peserta didik
menjelaskan suatu fenomena alam; dan adalah kemampuan peserta didik itu
(5) miskonsepsi dapat terjadi setelah sendiri.
pembelajaran berlangsung (Setiawati et 2. Identifikasi Miskonsepsi
al, 2014). Ada banyak metode yang
Penelitian Sadia (2004) dapat digunakan untuk
terhadap miskonsepsi menunjukkan mengidentifikasi miskonsepsi peserta
bahwa miskonsepsi bersifat resisten. didik, antara lain sebagai berikut.
Hal itu terjadi karena setiap individu a. Gambar
membangun pengetahuannya persis Menurut Kose (2008) gambar
dengan pengalamannya. Ini berarti merupakan instrumen penelitian yang
bahwa miskonsepsi hanya dapat sederhana dan mudah dibandingkan
dikurangi atau direduksi namun tidak pada tingkat internasional. Selain itu
dapat dihilangkan sama sekali. Hal ini banyak anak tidak suka menjawab
sejalan dengan hasil penelitian pertanyaan sedangkan gambar dapat
Chairunnisa, Muhibbuddin, & Khairil selesai dengan cepat, mudah, dan
(2016) bahwa tidak sepenuhnya menyenangkan. Gambar juga
miskonsepsi peserta didik dapat merupakan bentuk alternatif yang dapat
dihilangkan, ada juga miskonsepsi membantu anak yang kesulitan dalam
peserta didik yang masih bersifat mengekspresikan pikiran mereka
resisten. secara lisan.
Menurut penelitian Pratiwi & Dikmenli (2010), Gultekin &
Wasis (2013), sebagian besar siswa Topsakal (2014), Anderson, Ellis, &
mampu mereduksi miskosepsi yang Jones (2014), dan Ariandini et al
dialami. Pada konsep tertentu (2013) menggunakan gambar untuk
miskonsepsi yang dialami peserta didik mendeteksi miskonsepsi.
bersifat resisten dikarenakan soal b. Two-Tier Diagnostic Test
mengenai konsep tersebut merupakan Two-Tier Multiple Choice
soal pengembangan di mana dalam (TTMC) adalah sebuah tes diagnostik
kegiatan pembelajaran (praktikum) berupa soal pilihan ganda bertingkat
soal tersebut tidak dipraktekkan secara dua yang dikembangkan pertama kali
langsung, guru berharap peserta didik oleh David F. Treagust pada tahun
mampu mengkonstruksi 1988. Tingkat pertama berisi tentang
pengetahuannya sendiri akan tetapi hal pertanyaan mengenai konsep yang
tersebut masih sulit bagi sebagian besar diujikan berupa pertanyaan pilihan
peserta didik. Peserta didik yang ganda, sedangkan tingkat kedua berisi
miskonsepsinya tidak mengalami alternatif alasan untuk setiap jawaban
perubahan (resisten) adalah siswa yang pada pertanyaan di tingkat pertama
sama, sehingga faktor penyebab
DOI 10.31537/speed.v4i2.403 69
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
DOI 10.31537/speed.v4i2.403 70
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
DOI 10.31537/speed.v4i2.403 71
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
alam atau peristiwa. Miskonsepsi yang film-film, orang tua, dan orang-orang
diperoleh di sekolah menetap dan di sekitar mereka, buku sekolah, dan
melekat. Miskonsepsi biasanya kurangnya pengajaran di kelas atau dari
berkembang seiring proses guru yang kurang kompeten dalam
pembelajaran. Jika miskonsepsi tidak materi pelajaran yang diajarkan
disadari, akan terjadi kebingungan (Yangin, Sidekli, & Gokbulut, 2014).
pada diri siswa. Pada akhirnya akan Effendy (dalam Sudirman,
menjadi hambatan bagi siswa pada 2014, hlm. 44) menjelaskan bahwa
proses pembelajaran lanjut (Murni, miskonsepsi disebabkan oleh gagasan-
2013). gagasan yang muncul dari pikiran
Miskonsepsi dapat terjadi di siswa yang bersifat pribadi. Gagasan
sekolah atau di luar sekolah. ini umumnya bersifat kurang ilmiah,
Miskonsepsi pada siswa disebabkan akan tetapi bila guru tidak berupaya
oleh kesalahan dalam persepsi konsep untuk melihat gagasan yang dimiliki
yang muncul, kerancuan antara kesan oleh siswa sebelum mengenalkan
dan memori yang sudah ada dalam otak konsep yang berhubungan akan
selama mengingat, tidak mengecek memungkinkan untuk terjadinya salah
kebenaran dari generalisasi yang konsep.
diperoleh, atau terlalu yakin terhadap Ada banyak sumber yang
hasil salah satu observasi atau memungkinkan berkembangnya
pemikiran konseptual (Setiawati et al, miskonsepsi. Pertama, tidak semua
2014). pengalaman menuntun ke kesimpulan
Faktor-faktor yang atau hasil yang benar di setiap hal yang
menyebabkan miskonsepsi siswa, peserta didik lihat. Kedua, ketika orang
antara lain konsep awal yang salah, tua atau anggota keluarga lainnya
tahap perkembangan kognitif tidak dihadapkan dengan pertanyaan anak,
sesuai dengan konsep yang dipelajari, daripada mengakui bahwa tidak
penalaran siswa yang terbatas dan mengetahui jawabannya, mereka lebih
salah, kemampuan siswa menangkap baik memberikan jawaban yang salah.
dan memahami konsep yang dipelajari, Sumber miskonsepsi lainnya termasuk
penggunaan istilah sehari-hari yang media dan guru. Persoalan utama
salah, dan minat siswa untuk adalah semua sumber di atas dianggap
mempelajari konsep yang diberikan dapat dipercaya dan peserta didik
dan diajarkan (Dwi, Rahayu, & Erman, menerima semua yang diajarkan
2013, hlm.21). (Thompson et al, 2006).
Miskonsepsi dapat diperoleh Suparno (2013) telah memberi
dari pengalaman peserta didik dalam ringkasan berkenaan dengan faktor
kehidupan sehari-hari, bahkan sebelum penyebab miskonsepsi, ringkasan
mereka mulai sekolah atau melalui tersebut dimuat dalam Tabel 3.
DOI 10.31537/speed.v4i2.403 72
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
DOI 10.31537/speed.v4i2.403 73
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
DOI 10.31537/speed.v4i2.403 74
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
DOI 10.31537/speed.v4i2.403 75
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2
DOI 10.31537/speed.v4i2.403 76