Anda di halaman 1dari 11

E- ISSN : 2580-7226

P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2

MISKONSEPSI PADA PESERTA DIDIK


Nurul Mukhlisa
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Makassar
e-mail: nurullmukhlisaa@unm.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) cara mengidentifikasi miskonsepsi peserta didik dan (2)
penyebab miskonsepsi pada peserta didik. Penelitian ini termasuk studi kepustakaan dengan pendekatan
kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan hasil penelitian yang diterbitkan pada
jurnal nasional dan internasional. Setiap hasil penelitian tersebut direview dan dianalisis secara
seksama. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan bahwa (1) cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi peserta didik,
yaitu melalui gambar, Two-Tier Diagnostic Test, wawancara klinis, peta konsep, dan Certainty of
Response Index (CRI) dan (2) faktor penyebab miskonsepsi, yaitu peserta didik, guru, buku teks, dan
konteks.
Kata Kunci : miskonsepsi, identifikasi, penyebab
Konsep seseorang banyak dibentuk
PENDAHULUAN
oleh pengalaman.
Pengetahuan dapat diperoleh Setiap konsep dalam suatu materi
peserta didik dari hasil berinteraksi pelajaran memiliki keterkaitan satu
dengan sekitarnya melalui pengalaman. sama lain. Jika pemahaman konsep
Pengalaman tersebut menjadi sebuah peserta didik sudah benar, maka peserta
pengetahuan bagi peserta didik yang didik dapat melanjutkan dan
dibawa ke sekolah. Menurut Kaur memahami konsep yang lainnya karena
(2013, hlm. 79), “Peserta didik tidak konsep awal diperlukan untuk berperan
seperti papan tulis yang kosong, peserta dalam konsep selanjutnya. Begitu pula
didik yang datang ke sekolah telah sebaliknya, jika ada kesalahan dalam
memiliki pengetahuan berdasarkan pemahaman suatu konsep maka dapat
pengalaman mereka sebelumnya”. Hal memengaruhi pemahaman konsep
tersebut juga sesuai dengan yang yang lain.
dikemukakan oleh Treagust (2006, Menurut Berg (dalam Ariandini,
hlm. 1), “Sebagian besar peserta didik Anggraeni, & Aryani, 2013, hlm. 179),
datang ke kelas dengan pengetahuan”. “Tafsiran atau pemahaman peserta
Konsep diartikan sebagai didik terhadap suatu konsep disebut
sesuatu yang diterima dalam pikiran konsepsi”. Peserta didik harus
atau suatu gagasan yang umum dan memiliki konsepsi yang benar. Tafsiran
abstrak. Menurut Eggen atau pamahaman peserta didik terhadap
(dalam Thompson & Logue, 2006: suatu konsep bisa berbeda-beda dan
553), “Konsep adalah gagasan, obyek, ada yang berbeda dengan konsep yang
atau fenomena yang membantu kita dikemukakan oleh para ahli. Apabila
untuk memahami dunia di sekitar kita”. konsepsi peserta didik tidak sesuai
dengan konsep yang dikemukakan oleh

DOI 10.31537/speed.v4i2.403 66
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2

para ahli, maka peserta didik (Ariandini et al, 2013). Identifikasi


mengalami miskonsepsi. miskonsepsi diperlukan untuk
“Ada beberapa faktor yang membentuk pemahaman konsep yang
memengaruhi hasil belajar dan salah benar pada peserta didik. Para peneliti
satu faktor yang penting adalah tentang miskonsepsi menemukan
miskonsepsi” (Bahar, 2003, hlm. 56). berbagai penyebab terjadinya
Rendahnya hasil belajar peserta didik miskonsepsi pada peserta didik.
dapat disebabkan oleh kesalahan dalam Berdasarkan masalah tersebut,
memahami konsep (miskonsepsi) maka perlu diketahui cara
(Aprilanti, Qurbaniah, & Muldayanti, mengidentifikasi miskonsepsi dan
2016). Apabila miskonsepsi terjadi penyebab terjadinya miskonsepsi pada
pada peserta didik dan tidak peserta didik
diperhatikan, maka akan berakibat Tujuan penelitian ini adalah untuk
semakin bertambahnya konsep yang mengetahui: (1) cara mengidentifikasi
tidak dipahami oleh peserta didik dan miskonsepsi peserta didik dan (2)
kurang mampu menjawab soal-soal penyebab miskonsepsi pada peserta
yang diberikan dan akhirnya didik.
berdampak pada rendahnya hasil
belajar (Saputri, Muldayanti, & METODE
Setiadi, 2016). Oleh karena itu, Penelitian ini merupakan studi
miskonsepsi yang terjadi pada peserta kepustakaan dengan pendekatan
didik harus diidentifikasi dan diketahui kualitatif. Pengumpulan data dilakukan
penyebabnya agar tujuan pembelajaran melalui pengumpulan hasil penelitian
dapat tercapai. yang diterbitkan pada jurnal nasional
Miskonsepsi biasanya dan internasional. Kemudian setiap
berkembang seiring proses hasil penelitian tersebut direview dan
pembelajaran (Murni, 2013). Jika dianalisis secara seksama.
peserta didik tidak menyadari
HASIL DAN PEMBAHASAN
terjadinya miskonsepsi, maka akan
terjadi kebingungan dan proses 1. Pengertian Miskonsepsi
pembentukan pengetahuan terhambat. Menurut Kose (2008: 283),
Peserta didik yang menyadari “Pemahaman konsep yang berbeda
miskonsespsi yang dialaminya, akan dengan konsep ilmiah dapat
lebih mudah untuk mengubah dan menyebabkan terjadinya miskonsepi”.
memperbaiki konsepsinya. Peserta Menurut Suparno (2013, hlm. 8),
didik akan dapat memutuskan “Miskonsepsi adalah suatu konsepsi
kesalahan atau kebenaran suatu seseorang yang tidak sesuai dengan
konsep. Miskonsepsi yang dialami konsep ilmiah yang diakui oleh para
setiap peserta didik bisa berbeda-beda ahli”.

DOI 10.31537/speed.v4i2.403 67
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2

Fredette dan Clement (dalam salah tentang penerapan konsep,


Wafiyah, 2012, hlm. 129), menyatakan pamaknaan konsep yang berbeda, dan
“Miskonsepsi merupakan hubungan hierarkis konsep-konsep
penyimpangan terhadap hal yang yang tidak benar (Wahyuningsih,
benar, yang sifatnya sistematis, Raharjo, & Masitoh, 2013).
konsisten, maupun insidental pada Menurut Bahar & Wandersee
suatu keadaan tertentu”. Selanjutnya (dalam Aldahmash & Alshaya, 2012),
menurut Effendy (dalam Sudirman, miskonsepsi dapat didefinisikan
2014, hlm. 44), “Seseorang dapat sebagai keyakinan salah atau tidak
dikatakan mengalami miskosepsi atau ilmiah yang diyakini oleh peserta didik
kesalahan konsep apabila pada konsep atau fenomena tertentu,
pemahamannya tentang suatu konsep yang mungkin disebabkan subyek lain
berbeda dengan pemahaman yang atau diperoleh dari pengalaman mereka
secara umum diterima oleh masyarakat sebelumnya. Menurut Tekkaya & Saka
ilmiah”. (dalam Aldahmash et al, 2012),
Miskonsepsi dapat berbentuk miskonsepsi kebanyakan gigih,
konsep awal, kesalahan hubungan yang tertanam baik dalam struktur kognitif
tidak benar antara konsep-konsep, individu, jadi sulit untuk diajar.
gagasan intuitif atau pandangan yang Akibatnya, miskonsepsi merupakan
salah. Secara rinci miskonsepsi dapat penghalang dalam pemahaman peserta
merupakan (a) Pengertian yang tidak didik.
akurat tentang konsep (b) Penggunaan Menurut Huseyin dan Sabri
konsep yang salah (c) Klasifikasi (dalam Setiawati, Arjaya, & Ekayanti,
contoh-contoh yang salah tentang 2014, hlm. 21), “Miskonsepsi adalah
penerapan konsep (d) Pemaknaan salah pemahaman yang disebabkan
konsep yang berbeda (e) Kekacauan oleh pembelajaran sebelumnya dan
konsep-konsep yang berbeda (f) kesalahan yang berkaitan dengan
Hubungan hirarkis konsep-konsep prakonsepsi pada umumnya”.
yang tidak benar (Wafiyah, 2012, hlm. Beberapa pernyataan dalam
131). miskonsepsi berdasarkan berbagai
Setelah pembelajaran di penelitian yang relevan adalah sebagai
sekolah, seringkali siswa membangun berikut: (1) miskonsepsi siswa terjadi
konsep yang menyimpang dari konsep sebagai akibat perbedaan budaya,
yang benar. Konsep yang salah tersebut agama, dan bahasa; (2) sebelum
disebut sebagai miskonsepsi. Secara pembelajaran berlangsung miskonsepsi
rinci, miskonsepsi merupakan sudah terdapat dalam pikiran siswa dan
pengertian yang tidak akurat tentang sangat sulit untuk mengubahnya; (3)
konsep, penggunaan konsep yang bahasa sehari-hari, budaya, dan agama
salah, klasifikasi contoh-contoh yang dapat menyebabkan miskonsepsi; (4)

DOI 10.31537/speed.v4i2.403 68
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2

berbagai miskonsepsi dapat terjadi saat miskonsepsi yang dialami peserta didik
menjelaskan suatu fenomena alam; dan adalah kemampuan peserta didik itu
(5) miskonsepsi dapat terjadi setelah sendiri.
pembelajaran berlangsung (Setiawati et 2. Identifikasi Miskonsepsi
al, 2014). Ada banyak metode yang
Penelitian Sadia (2004) dapat digunakan untuk
terhadap miskonsepsi menunjukkan mengidentifikasi miskonsepsi peserta
bahwa miskonsepsi bersifat resisten. didik, antara lain sebagai berikut.
Hal itu terjadi karena setiap individu a. Gambar
membangun pengetahuannya persis Menurut Kose (2008) gambar
dengan pengalamannya. Ini berarti merupakan instrumen penelitian yang
bahwa miskonsepsi hanya dapat sederhana dan mudah dibandingkan
dikurangi atau direduksi namun tidak pada tingkat internasional. Selain itu
dapat dihilangkan sama sekali. Hal ini banyak anak tidak suka menjawab
sejalan dengan hasil penelitian pertanyaan sedangkan gambar dapat
Chairunnisa, Muhibbuddin, & Khairil selesai dengan cepat, mudah, dan
(2016) bahwa tidak sepenuhnya menyenangkan. Gambar juga
miskonsepsi peserta didik dapat merupakan bentuk alternatif yang dapat
dihilangkan, ada juga miskonsepsi membantu anak yang kesulitan dalam
peserta didik yang masih bersifat mengekspresikan pikiran mereka
resisten. secara lisan.
Menurut penelitian Pratiwi & Dikmenli (2010), Gultekin &
Wasis (2013), sebagian besar siswa Topsakal (2014), Anderson, Ellis, &
mampu mereduksi miskosepsi yang Jones (2014), dan Ariandini et al
dialami. Pada konsep tertentu (2013) menggunakan gambar untuk
miskonsepsi yang dialami peserta didik mendeteksi miskonsepsi.
bersifat resisten dikarenakan soal b. Two-Tier Diagnostic Test
mengenai konsep tersebut merupakan Two-Tier Multiple Choice
soal pengembangan di mana dalam (TTMC) adalah sebuah tes diagnostik
kegiatan pembelajaran (praktikum) berupa soal pilihan ganda bertingkat
soal tersebut tidak dipraktekkan secara dua yang dikembangkan pertama kali
langsung, guru berharap peserta didik oleh David F. Treagust pada tahun
mampu mengkonstruksi 1988. Tingkat pertama berisi tentang
pengetahuannya sendiri akan tetapi hal pertanyaan mengenai konsep yang
tersebut masih sulit bagi sebagian besar diujikan berupa pertanyaan pilihan
peserta didik. Peserta didik yang ganda, sedangkan tingkat kedua berisi
miskonsepsinya tidak mengalami alternatif alasan untuk setiap jawaban
perubahan (resisten) adalah siswa yang pada pertanyaan di tingkat pertama
sama, sehingga faktor penyebab

DOI 10.31537/speed.v4i2.403 69
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2

sebagai bentuk tes diagnosa (Treagust, Menurut Kinchin, Hay,


2006). Adams, & Nicoll (dalam Santrock,
Odom (1995), Vitharana 2014). Peta konsep adalah presentasi
(2015), Partosa, Clores, Conde, visual dari koneksi konsep dan
Prudente, Goingo, & Reganit (2013), organisasi hierarkis konsep. Meminta
Svandova (2014), dan Setiawati et al peserta didik membuat peta ciri atau
(2014) menggunakan Two-Tier karakteristik dari suatu konsep akan
Multiple Choice untuk mendeteksi bisa membantu mereka untuk
miskonsepsi. memahami konsep tersebut. Peserta
Aldahmash & Alshaya (2012), didik dapat pula diberi peta konsep
Aprilanti et al (2016), Ramadhani, yang belum selesai, garis-garis hubung
Hasanuddin, & Asiah (2016), antar konsep belum dibuat. Peserta
Sudirman (2014), dan Sagap, Husain, didik diminta memberikan label pada
& Djirimu (2014) menggunakan two- garis hubung-garis hubung tersebut.
tier diagnostic test, yaitu pilihan ganda e. Certainty of Response Index (CRI)
beralasan terbuka untuk mendeteksi Metode CRI ini merupakan
miskonsepsi. metode yang diperkenalkan oleh
c. Wawancara klinis Saleem Hasan, Diola Bagayoko, dan
Clinical interview (CI) dapat Ella L. Kelley untuk mengukur suatu
dipandang sebagai dialog antara miskonsepsi yang tengah terjadi.
pewawancara dan responden. Berdasarkan metode CRI, peserta didik
Pewawancara mencari informasi dari diminta untuk memberikan tingkat
responden dan responden meminta kepastian dari kemampuan mereka
bantuan dari yang mewawancarai. sendiri dengan mengasosiasikan
Akhir dari wawancara ini, tingkat keyakinan tersebut dengan
pewawancara memperoleh informasi pengetahuan, konsep, atau hukum
tentang konsepsi responden dan (Hasan, Bagayoko, & Kelley, 1999).
responden mendapat bantuan dari yang Metode CRI ini meminta
mewawancarai sehingga mengalami peserta didik untuk menjawab
perubahan konseptual. pertanyaan disertai dengan pemberian
Keles & Kefeli (2010), Naz & tingkat keyakinan peserta didik dalam
Nasreen (2013), Yangin (2013), menjawab pertanyaan tersebut.
Anderson et al (2014), Aprilanti et al Sehingga metode ini dapat
(2016), Saputri et al (2016), Murni menggambarkan keyakinan peserta
(2013), dan Wafiyah (2012) didik terhadap kebenaran dari jawaban
menggunakan wawancara untuk alternatif yang direspon. Setiap pilihan
mendeteksi miskonsepsi. peserta didik memiliki skala respon
d. Peta konsep yang disajikan pada Tabel 1.

DOI 10.31537/speed.v4i2.403 70
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2

Tabel 1. Skala Respon CRI tinggi, jawaban salah maka


Skala Kategori Persentase menunjukkan miskonsepsi. Jadi
tebakan
0 Totally Guess 100% miskonsepsi peserta didik dapat
Answer dibedakan dengan cara sederhana,
(benar-benar
menebak jawaban) yaitu dengan membandingkan benar
1 Almost Guess 75-99% atau tidaknya jawaban suatu soal
(hampir menebak)
2 Not Sure 50-74% dengan tinggi rendahnya indeks
(tidak yakin) kepastian jawaban (CRI) yang
3 Sure 25-49%
(yakin) diberikan untuk soal tersebut.
4 Almost Certain 1-24% Selanjutnya merupakan tabel
(hampir pasti)
5 Certain 0% penentuan untuk membedakan antara
(pasti) peserta didik yang tahu konsep, tidak
Sumber: Hasan et al, 1999
tahu konsep, dan miskonsepsi secara
Berdasarkan Tabel 1, skala
individu. Adapun kemungkinan
CRI ada 6 (0-5) di mana 0 berarti tidak
kombinasi jawaban soal dan CRI
tahu konsep sama sekali tentang
ditunjukkan pada Tabel 2.
konsep-konsep atau hukum-hukum
Tabel 2. Ketentuan CRI untuk
yang diperlukan untuk menjawab suatu
Membedakan Tahu Konsep, Tidak
pertanyaan (jawaban ditebak secara
Tahu Konsep, dan Miskonsepsi
total), sementara angka 5 menandakan
Kriteria CRI Rendah CRI Tinggi (≥
kepercayaan diri yang penuh atas Jawaban (< 3) 3)
kebenaran pengetahuan tentang Jawaban Jawaban Jawaban benar
benar benar, tetapi dan CRI tinggi
prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan CRI rendah berarti
aturan-aturan yang dipergunakan untuk berarti tidak mengetahui
tahu konsep konsep dengan
menjawab suatu pertanyaan (soal), baik
tidak ada unsur tebakan sama sekali. Jawaban Jawaban Jawaban salah
salah salah dan tetapi CRI
Jika derajat keyakinan rendah (CRI 0- CRI rendah tinggi berarti
berarti tidak terjadi
2), hal itu menandakan bahwa peserta tahu konsep miskonsepsi
didik menjawabnya dengan cara Sumber: Hasan et al, 1999
menebak, terlepas dari jawabannya Data setiap peserta didik
benar atau salah. Hal ini menunjukkan berpedoman pada kombinasi jawaban
bahwa responden tidak tahu konsep. yang benar dan salah serta berdasarkan
Jika derajat keyakinan tinggi tinggi rendahnya nilai CRI, kemudian
(CRI 3-5), hal itu menandakan bahwa data dikelompokkan menjadi tiga
peserta didik memiliki derajat kelompok, yaitu peserta didik yang
keyakinan yag tinggi terhadap pilihan tahu konsep, tidak tahu konsep, dan
jawabannya. Jika CRI tinggi dan miskonsepsi.
jawaban benar, maka menunjukkan 3. Penyebab Miskonsepsi
bahwa peserta didik paham konsep Miskonsepsi bisa terjadi
(jawabannya beralasan). Jika nilai CRI karena salah menginterpretasi gejala

DOI 10.31537/speed.v4i2.403 71
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2

alam atau peristiwa. Miskonsepsi yang film-film, orang tua, dan orang-orang
diperoleh di sekolah menetap dan di sekitar mereka, buku sekolah, dan
melekat. Miskonsepsi biasanya kurangnya pengajaran di kelas atau dari
berkembang seiring proses guru yang kurang kompeten dalam
pembelajaran. Jika miskonsepsi tidak materi pelajaran yang diajarkan
disadari, akan terjadi kebingungan (Yangin, Sidekli, & Gokbulut, 2014).
pada diri siswa. Pada akhirnya akan Effendy (dalam Sudirman,
menjadi hambatan bagi siswa pada 2014, hlm. 44) menjelaskan bahwa
proses pembelajaran lanjut (Murni, miskonsepsi disebabkan oleh gagasan-
2013). gagasan yang muncul dari pikiran
Miskonsepsi dapat terjadi di siswa yang bersifat pribadi. Gagasan
sekolah atau di luar sekolah. ini umumnya bersifat kurang ilmiah,
Miskonsepsi pada siswa disebabkan akan tetapi bila guru tidak berupaya
oleh kesalahan dalam persepsi konsep untuk melihat gagasan yang dimiliki
yang muncul, kerancuan antara kesan oleh siswa sebelum mengenalkan
dan memori yang sudah ada dalam otak konsep yang berhubungan akan
selama mengingat, tidak mengecek memungkinkan untuk terjadinya salah
kebenaran dari generalisasi yang konsep.
diperoleh, atau terlalu yakin terhadap Ada banyak sumber yang
hasil salah satu observasi atau memungkinkan berkembangnya
pemikiran konseptual (Setiawati et al, miskonsepsi. Pertama, tidak semua
2014). pengalaman menuntun ke kesimpulan
Faktor-faktor yang atau hasil yang benar di setiap hal yang
menyebabkan miskonsepsi siswa, peserta didik lihat. Kedua, ketika orang
antara lain konsep awal yang salah, tua atau anggota keluarga lainnya
tahap perkembangan kognitif tidak dihadapkan dengan pertanyaan anak,
sesuai dengan konsep yang dipelajari, daripada mengakui bahwa tidak
penalaran siswa yang terbatas dan mengetahui jawabannya, mereka lebih
salah, kemampuan siswa menangkap baik memberikan jawaban yang salah.
dan memahami konsep yang dipelajari, Sumber miskonsepsi lainnya termasuk
penggunaan istilah sehari-hari yang media dan guru. Persoalan utama
salah, dan minat siswa untuk adalah semua sumber di atas dianggap
mempelajari konsep yang diberikan dapat dipercaya dan peserta didik
dan diajarkan (Dwi, Rahayu, & Erman, menerima semua yang diajarkan
2013, hlm.21). (Thompson et al, 2006).
Miskonsepsi dapat diperoleh Suparno (2013) telah memberi
dari pengalaman peserta didik dalam ringkasan berkenaan dengan faktor
kehidupan sehari-hari, bahkan sebelum penyebab miskonsepsi, ringkasan
mereka mulai sekolah atau melalui tersebut dimuat dalam Tabel 3.

DOI 10.31537/speed.v4i2.403 72
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2

Tabel 3. Penyebab Miskonsepsi PENUTUP


Sebab Utama Sebab Khusus Simpulan
Siswa Prakonsepsi, pemikiran
asosiatif, pemikiran Berdasarkan hasil penelitian
humanistik, reasoning yang dan analisis data yang telah
tidak lengkap, intuisi yang
salah, tahap perkembangan dilaksanakan, maka dapat disimpulkan
kognitif siswa, kemampuan sebagai berikut. (1) cara yang dapat
siswa, minat belajar siswa
Pengajar Tidak menguasai bahan, bukan digunakan untuk mengidentifikasi
lulusan dari bidang ilmu yang
diajarkan, tidak membiarkan
miskonsepsi peserta didik, yaitu
siswa mengungkapkan melalui gambar, Two-Tier Diagnostic
gagasan/ide, relasi guru dan
siswa tidak baik
Test, wawancara klinis, peta konsep,
Buku Teks Penjelasan keliru, salah tulis, dan Certainty of Response Index (CRI)
tingkat penulisan buku terlalu
tinggi bagi siswa, tidak tahu dan (2) faktor penyebab miskonsepsi,
membaca buku teks, buku fiksi yaitu peserta didik, guru, buku teks, dan
dan kartun sains sering salah
konsep karena alasan konteks.
menariknya yang perlu Saran
Konteks Pengalaman siswa, bahasa
sehari-hari berbeda, teman Diharapkan dapat menjadi
diskusi yang salah, keyakinan rujukan untuk penelitian selanjutnya,
dan agama, penjelasan orang
tua/orang lain yang keliru, khususnya untuk peneliti yang ingin
konteks hidup siswa (tv, radio, mengidentifikasi miskonsepsi dan
film yang keliru, perasaan
senang tidak senang, bebas penyebabnya yang dialami oleh peserta
atau tertekan) didik di setiap mata pelajaran.
Cara Mengajar Hanya berisi ceramah dan
menulis, tidak
mengungkapkan miskonsepsi, DAFTAR PUSTAKA
tidak mengoreksi PR, model
analogi yang dipakai kurang Aldahmash, A. H. & Alshaya, F. S.
tepat, model demonstrasi (2012). Secondary School
sempit, dll
Students' Alternative
Sumber: Suparno, 2013
Conceptions about Genetics.
Miskonsepsi anak setelah Electronic Journal of Science
pembelajaran di sekolah bisa Education, 16 (1), 1-21.
dikarenakan oleh ide yang terbentuk Anderson, J. L., Ellis, J. P., & Jones, A.
dari pengalaman setiap hari yang M. (2014). Understanding
peserta didik bawa ke kelas, pandangan Early Elementary Children’s
yang tidak lengkap atau janggal oleh Conseptual Konwledge of
Plant Structure and Function
peserta didik selama pembelajaran di
through Drawings. CBE-Life
kelas, dan konsep salah yang Sciences Education, 13, 375-
disebarluaskan oleh guru dari buku teks 386.
(Yip, 1998). Aprilanti, H., Qurbaniah, M., &
Muldayanti, N. D. (2016).
Identifikasi Miskonsepsi
Siswa pada Materi Sistem
Ekskresi Manusia Kelas XI

DOI 10.31537/speed.v4i2.403 73
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2

MIA SMA Negeri 4 Hasan, S., Bagayoko, D., & Kelley E.


Pontianak. Jurnal Biologi L. (1999). Misconceptions
Education, 3 (2), 63-77. and the Certainty of Response
Ariandini, D., Anggraeni, S., & Aryani, Index (CRI). Phys. Educ., 34
A. (2013). Identifikasi (5), 294 – 299.
Miskonsepsi Siswa SMP pada Kaur, G. (2013). A Review of Selected
Konsep Fotosintesis Melalui Literature on Causative Agents
Analisis Gambar. Jurnal and Identification Strategies of
Pengajaran MIPA, 18 (2), Students’ Misconceptions.
178-184. Educationia, 2 (11), 79-94.
Bahar, M. (2003). Misconception in Keles, E. & Kefeli, P. (2010).
Biology Education and Determination of Student
Conceptual Change Misconceptions in
Strategies. Educational “Photosynthesis and
Sciences, Theory, & Practice, Respiration” Unit and
3 (1), 55-64. Correcting Them with the Help
Chairunnisa, Muhibbuddin, & Khairil. of Cai Material. Procedia
(2016). Rekonstruksi Social and Behavioral
Miskonsepsi Siswa pada Sciences, 2 (10), 3111-3118.
Konsep Materi Genetik Kose, S. (2008). Diagnosing Student
melalui Penerapan Model Misconceptions: Using
Learning Cycle 7E. Jurnal Drawings as A Research
EduBio Tropika, 4 (1), 15-18. Method. World Applied
Dikmenli, M. (2010). Misconceptions Sciences Journal, 3 (2), 283-
of Cell Division Held by 293.
Student Teachers in Biology: Murni, D. (2013). Identifikasi
A Drawing Analysis. Miskonsepsi Mahasiswa pada
Scientific Research and Essay. Konsep Substansi Genetika
5 (2), 235-247. Menggunakan Certainty of
Dwi, I. V., Rahayu, Y. S., & Erman. Response Index (CRI).
(2013). Penerapan Prosiding Semirata FMIPA
Pendekatan Contextual Universitas Lampung (205-
Teaching and Learning (CTL) 211). Lampung: Universitas
untuk Mengatasi Miskonsepsi Lampung.
Siswa SMP pada Materi Naz, A. & Nasreen, A. (2013). An
Fotosintesis. Jurnal Exploration of Students’
Pendidikan Sains e-Pensa, 1 Misconceptions about the
(2), 21-29. Concept ‘Classification of
Gultekin, M. & Topsakal, U. U. (2014). Animals’ at Secondary Level
Diagnosing Students’ and Effectiveness of Inquiry
Misconceptions about Plant Method for Conceptual
Parts in Turkey. International Change. Journal of Faculty of
Journal of Humanities and Educational Sciences, 46 (2),
Social Science, 4 (7), 134-142. 195-214.

DOI 10.31537/speed.v4i2.403 74
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2

Odom. A. L. (1995). Secondary & McGraw-Hil Education (Asia)


College Biology Students' and Salemba Empat.
Misconcepoons about Setiawati, G. A. D., Arjaya, I. B. A., &
Diffusion & Osmosis. The Ekayanti, N. W. (2014).
American biology Teacher, 57 Identifikasi Miskonsepsi
(7), 409-415. dalam Materi Fotosintesis dan
Partosa, J. D., Clores, M. A., Conde, M. Respirasi Tumbuhan pada
A. A., Prudente, M. S., siswa Kelas IX SMP di Kota
Goingo, L. T., & Reganit, A. Denpasar. Jurnal Bakti
R. (2013). Secondary In- Saraswati, 3 (2), 17-31.
service Teachers and Pre- Saputri, L. A., Muldayanti, N. D., &
service Teachers’ Conceptual Setiadi, A. E. (2016). Analisis
Understanding of Miskonsepsi Siswa dengan
Photosynthesis: A Cross Certainity Response Index
Regional Study. US-China (CRI) pada Submateri Sistem
Education Review B, 3 (8), Saraf di Kelas XI IPA SMA
636-645. Negeri 1 Selimbau. Jurnal
Ramadhani, R., Hasanuddin, & Asiah. Biologi Education, 3 (2), 53-
(2016). Identifikasi 62.
Miskonsepsi Siswa pada Sudirman, D. (2014). Identifikasi
Konsep Sistem Reproduksi Miskonsepsi Siswa pada
Manusia Kelas XI IPA SMA Materi Pewarisan Sifat di
Unggul Ali Hasjmy Kelas IX SMP Negeri 36
Kabupaten Aceh Besar. Batam. Simbiosa, 3 (1), 42-48.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan
Pendidikan Biologi, 1 (1), 1-9. Perubahan Konsep dalam
Sadia. (2004). Efektivitas Model Pendidikan Fisika. Jakarta:
Konflik Kognitif dan Model PT Grasindo.
Siklus Belajar untuk Svandova, K. (2014). Secondary
Memperbaiki Miskonsepsi School Students’
Siswa dalam Pembelajaran Misconceptions about
Fisika. Jurnal Pendidikan dan Photosynthesis and Plant
Pengajaran IKIP Negeri Respiration: Preliminary
Singaraja, 3, 40-58 Results. Eurasia Journal of
Sagap, Husain, S. N. & Djirimu, M. Mathematics, Science &
(2014). Analisis Pemahaman Technology Education, 10 (1),
Konsep Biologi 59-67.
Menggunakan Pilihan Ganda Thompson, F. & Logue, S. (2006). An
Beralasan dalam Materi Exploration of Common
Pokok Sel pada Siswa Kelas Student Misconceptions in
XI IPA SMA Negeri 1 Science. International
Dampal Selatan. Jurnal e- Education Journal, 7 (4), 553-
Jipbiol, 2 (3), 1-8. 559.
Santrock, J. W. (2014). Psikologi Treagust, D. F. (2006). Diagnostic
Pendidikan. Jakarta: Assessment in Science as A

DOI 10.31537/speed.v4i2.403 75
E- ISSN : 2580-7226
P-ISSN : 2580-6041 Vol.4 No.2

Means to Improving Yangin, S. (2013). Pre-Service


Teaching, Learning and Classroom Teacher’s
Retention. UniServe Science Mislearning of Classification
Assessment Symposium of the Plant Kingdom and the
Proceedings (1-9). Australia: Effect of Porphyrios Tree on
Science and Mathematics Removing Them. Journal of
Education Centre Curtin Baltic Science Education, 12
University of Technology. (2), 178-190.
Vitharana, P. R. K. A. (2015). Student Yangin, S., Sidekli, S., & Gokbulut, Y.
Misconceptions about Plant (2014). Prospective Teachers’
Transport – A Sri Lankan Misconceptions about
Example. European Journal Classification of Plants and
of Science and Mathematics Changes in Their
Education, 3 (3), 275‐288. Misconceptions during Pre-
Wafiyah, N. (2012). Identifikasi Service Education. Journal of
Miskonsepsi Siswa dan Baltic Science Education, 13
Faktor-Faktor Penyebab pada (1), 105-117.
Materi Permutasi dan Yip, D. Y. (1998). Identification of
Kombinasi di SMA Negeri 1 Misconception in Novice
Manyar. Gamatika, 2 (2), 128- Biology Teachers and
138. Remedial Strategies for
Wahyuningsih, T., Raharjo, T., & Improving Biology
Masithoh, D. F. (2013). Learning. International
Pembuatan Instrumen Tes Journal of Science
Diagnostik Fisika SMA Kelas Education, 20 (4), 461-477.
XI. Jurnal Pendidikan Fisika,
1 (1), 111-117.

DOI 10.31537/speed.v4i2.403 76

Anda mungkin juga menyukai