Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Kombinasi Karagenan Dan Xanthan Gum Terhadap Kualitas Gel Pengharum

Ruangan Berbahan Baku Minyak Atsiri Kulit Limau Kuit

Anita Rahman1, Ratna Yulinda2, Mella Mutika Sari3


Program Studi Pendidikan IPA, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjen. Hasan Basri, Pangeran, Kec.
Banjarmasin Utara, Banjarmasin, Indonesia
Email: anitarahman1004@gmail.com

ABSTRACT
In this study, researchers used carrageenan and xanthan gum as gelling agents and used essential oil of
lime peel as a fragrance ingredient. The purpose of this study was to determine the quality of the
combination of carrageenan and xanthan gum as the basis for room gel fragrances, determine the best
concentration of lime kuit essential oil as room gel fragrance and determine the liquid substance in room
gel fragrances from the best lime peel essential oil placed in various rooms. This research uses
experimental research with RAL experimental design. Data collection techniques used are observation
and documentation techniques. From this study, it was concluded that (1) the quality of the combination
of carrageenan and xanthan gum as the best gel base at a ratio of 90:10 resulted in a gel texture that was
dense, chewy, not easily crushed and had the lowest syneresis value (2) the best concentration of lime
peel essential oil. as a room gel deodorizer is a concentration of 3%, (3) evaporation of liquid in room
gel deodorizer from the best lime peel essential oil placed in various rooms results that in a room that
uses a fan there is a high difference in gel weight and experiences total astringent fragrance. the biggest
liquid.

Keywords: air freshener gel, carrageenan, xanthan gum, lime peel essential oil

ABSTRAK
Pada penelitian ini peneliti menggunakan karagenan dan xanthan gum sebagai bahan pembentuk gel dan
menggunakan minyak atsiri kulit limau kuit sebagai bahan pewangi. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui kualitas kombinasi karagenan dan xanthan gum sebagai basis gel pengharum ruangan,
menentukan konsentrasi terbaik dari minyak atsiri limau kuit sebagai gel pengharum ruangan dan
mengetahui penguapan zat cair pada gel pengharum ruangan dari minyak atsiri kulit limau kuit terbaik
yang diletakkan pada berbagai ruangan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental
dengan rancangan percobaan RAL. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi
dan dokumentasi. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan berupa (1) kualitas kombinasi karagenan dan
xanthan gum sebagai basis gel terbaik pada perbandingan 90:10 menghasilkan tekstur basis gel padat,
kenyal, tidak mudah hancur dan memiliki nilai sineresis terendah (2) konsentrasi terbaik dari minyak
atsiri kulit limau kuit sebagai gel pengharum ruangan adalah konsentrasi 3%, (3) penguapan zat cair pada
gel pengharum ruangan dari minyak atsiri kulit limau kuit terbaik yang diletakkan pada berbagai ruangan
menghasilkan bahwa pada ruangan yang menggunakan kipas angin mengalami penyusutan bobot gel
yang tinggi serta mengalami total penguapan zat cair yang terbesar.

Kata kunci: Gel, Pengharum ruangan, Karagenan, Minyak atsiri. Kulit limau kuit

PENDAHULUAN pengharum ruangan dapat dibuat dalam bentuk


Pengharum ruangan merupakan produk gel, yaitu suatu bentuk semi padat yang
yang dapat melepaskan volatil sehingga dapat tersusun atas suspensi partikel anorganik kecil
mengharumkan ruangan. Salah satu bentuk atau molekul organik besar yang dapat diresapi
oleh suatu larutan (Danimayostu et al, 2017). yaitu xanthan gum yang berfungsi sebagai
Gel yang tersusun atas bahan makromolekul, penstabil dan meningkatkan elastisitas.
akan mengalami proses dispersi ke seluruh Menurut Herawati (2018), gel pengharum
cairan akibatnya akan terbentuk massa kental dengan kombinasi antara karagenan dengan
homogen yang dikenal sebagai gel fase xanthan gum serta garam pembentuk gel akan
tunggal. Massa gel tersusun atas sekumpulan mengikat bahan pewangi yaitu minyak
berbagai macam partikel kecil, sehingga dapat pewangi, sehingga terjadi pelepasan secara
dikelompokkan sebagai sistem dua fase atau simultan dari permukaan gel hingga gel
dikenal sebagai magma atau susu (Anwar, mengering.
2012). Menurut Aksari (2018), gel dianggap Bahan pewangi atau zat pewangj yang
sebagai dispersi koloid, sebab gel mengandung dimanfaatkan dalam gel pengharum ruangan
sekumpulan berbagai macam partikel terdiri dari pewangi sintetis dan pewangi
berukuran koloid. alami. Wewangian sintetis menghasilkan
Gel pengharum ruangan dapat dibuat dari aroma yang lebih kuat sehingga dapat
beberapa bahan, diantaranya bahan pembentuk menyebabkan pusing dan ketidaknyamanan,
gel, bahan tambahan dan bahan yang bertindak sedangkan wewangian alami mempunyai
sebagai wewangian. Bahan yang berfungsi aroma yang lebih lembut sehingga lebih
sebagai pembentuk gel adalah bahan nyaman ketika terhirup oleh manusia, misalnya
hidrokoloid, yaitu komponen polimer yang minyak atsiri tumbuhan (Surbakti & Swadana,
dapat diperoleh dari tumbuhan, hewan, 2018). Minyak atsiri merupakan minyak nabati
mikroba atau komponen sintetik yang yang berwujud kental dalam suhu ruang,
umumnya terkandung gugus hidroksil. memiliki sifat mudah menguap dan
Komponen polimer bersifat larut dalam air memberikan aroma khas tertentu. Adapun
bahkan mudah untuk menyerap air, dapat manfaat dari minyak atsiri yaitu, sebagai
membentuk koloid, dapat menjenuhkan atau wewangian, kosmetika, antioksidan, antibiotik,
sebagai bahan pembentuk gel dari larutan imunostimulan, mengurangi stress dan terapi
(Rosalinda et al, 2022). Pembentukan gel untuk beberapa penyakit ringan (Pratiwi &
dengan hidrokoloid terjadi melalui pengikatan Utami, 2018).
silang antara sekumpulan rantai polimer untuk Minyak atsiri dapat dihasilkan oleh
membentuk jaringan tiga dimensi yang beberapa tanaman, salah satunya tanaman
berkesinambungan. Selain itu, jala menjebak genus Citrus. Bagian yang dapat digunakan
pelarut di dalamnya sehingga terbentuk pada tanaman Citrus tidak hanya pada
struktur gel yang kuat dan kaku. Sifat gelasi ini buahnya, tetapi juga pada bagian pada
juga bervariasi tergantung dari macam kulitnya. Limbah kulit jeruk juga termasuk
hidrokoloid itu sendiri (Aksari, 2018). Bahan dalam kategori biodegradable waste, yaitu
hidrokoloid yang biasa digunakan sebagai limbah yang dapat diuraikan dengan cara
pembentuk gel adalah karagenan dan xanthan biologis aerobik atau anaerobik. Namun
gum. demikian, yang terbaik adalah mengolah
Karagenan merupakan bahan pembentuk limbah tersebut menjadi produk yang memiliki
gel yang dapat diperoleh dari rumput laut serta nilai guna, terutama produk yang memiliki
bertindak sebagai pengemulsi dalam bahan nilai jual. Limau kuit merupakan tanaman
hidrofobik. Karagenan dapat membentuk gel genus Citrus yang berasal dari Kalimantan
yang kuat dan elastis, namun memiliki Selatan yang sering dimanfaatkan dalam dunia
kelemahan dalam membentuk gel yang rapuh kuliner sebagai bumbu pada masakan.
dan kurang elastis, sehingga harus Tinjauan pustaka mengenai penelitian limau
dikombinasikan dengan bahan hidrokoloid lain kuit tidak memberikan banyak informasi.
Informasi-informasi yang didapat berkaitan berbagai sampel formula gel pengharum
langsung dengan jenis jeruk purut (Citrus ruangan dan mengetahui total penguapan zat
hystrix DC.) (Irwan & Rosyidah, 2019). Irwan, cair yang diletakkan ditiga ruang yang berbeda
Humaida & Nur (2020) memaparkan dalam dimana sampel yang digunakan adalah gel
penelitiannya bahwa minyak atsiri pada ekstrak pengharum ruangan dengan konsentrasi
kulit limau kuit mampu menghambat minyak atsiri kulit limau kuit terbaik.
pertumbuhan bakteri pada konsentrasi yang Pembuatan Minyak Atsiri Kulit Limau Kuit
rendah dan berfungsi sebagai insektisida. Pertama, menyiapkan alat dan bahan
Ariyani, Nazemi, Hamidah & Kurniati (2018) yang diperlukan. Selanjutnya, membersihkan
juga memaparkan dalam penelitiannya bahwa kulit limau kuit dari daging buahnya. Lalu,
minyak atsiri pada ekstrak kulit limau kuit memotong atau merajang kulit limau kuit dan
dapat menahan pertumbuhan beberapa bakteri, memblender kulit limau kuit untuk
seperti Escherichia coli dan Staphylococcus mengecilkan ukurannya. Selanjutnya,
aureus. Disamping itu, minyak atsiri dari limau melaksanakan proses destilasi dengan
kuit juga dapat dimanfaatkan sebagai merangkai satu set alat destilasi. Setelah itu,
wewangian atau pengharum ruangan. menimbang 250 gram kulit limau kuit yang
Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti telah dihaluskan dan memasukkan setengah
tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagian kulit limau kuit yang telah ditimbang ke
pengaruh kombinasi karagenan dan xanthan dalam labu destilasi. Kemudian, menambahkan
gum terhadap kualitas gel pengharum ruangan 250 mL aquadest kedalam labu destilasi,
berbahan baku minyak atsiri kulit limau kuit. melakukan destilasi selama 2 jam dan
menampung hasil destilat pada erlenmeyer.
METODE
Setelah proses destilasi, dilakukan pross
Alat dan Bahan dekantasi, yaitu memasukkan destilat ke dalam
Peralatan yang digunakan yaitu set alat corong pemisah. Selanjutnya, menunggu
destilasi, pisau, termometer, blender, corong sampai terbentuk dua lapisan selama 10 menit.
pemisah, neraca analitik, gelas beaker, statif Setelah terbentuk dua lapisan, mengambil
dan klem, sendok, hotplate, erlenmeyer, pipet minyak atsiri kulit limau kuit pada lapisan atas
tetes, batang pengaduk, penjepit krusible, gelas dan memasukkan minyak atsiri pada botol
ukur, cetakan gel dan spatula. Sedangkan bewarna gelap.
bahan-bahan yang digunakan, yaitu kulit limau Pembuatan Basis Gel Pengharum Ruangan
kuit, karagenan, xanthan gum, propilen glikol, Pada penelitian ini perbandingan
natrium benzoat, aquadest, plastik resealable kombinasi karagenan & xanthan gum yang
dan pewarna. digunakan yaitu 60:40, 70:30, 80:20 dan 90:10
Rancangan Penelitian dengan gel diolah sebesar 50gr. Menurut
Penelitian ini dilaksanakan pada pada Tambun (2017), pencampuran dari bahan
bulan Januari - Maret 2022 di Laboratorium hidrokoloid khususnya untuk kombinasi
Pendidikan IPA Fakultas Keguruan dan Ilmu karagenan dan xathan gum dapat mendapatkan
Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat tekstur basis gel yang kenyal, elastis-kenyal
Banjarmasin. Metode penelitian yang dan tidak rapuh. Adapun formulasi basis gel
diterapkan adalah eksperimental dengan dapat dilihat sebagai berikut:
rancangan percobaan RAL. Tahapan dalam
penelitian terdiri dari dua tahap, untuk tahap
pertama bertujuan memperoleh basis gel
terbaik, sedangkan untuk tahap kedua
bertujuan untuk menentukan konsentrasi Tabel 1.1. Formulasi Karagenan dan Xanthan Gum
terbaik dari minyak atsiri kulit limau kuit dari
Tabel 1.2. Formulasi Gel Pengharum Ruangan Minyak
Atsiri Kulit Limau Kuit
Komposisi F1 F2 F3 F4 Komposisi K1 K2 K3 K4
Karagenan:Xa 1,2gr:0,8 1,4gr:0, 1,6g 1,8gr:0, Karagenan 1,8gr 1,8gr 1,8gr 1,8gr
nthan gum gr 6gr r:0,4gr 2gr Xanthan 0,2gr 0,2gr 0,2gr 0,2gr
gum
Natrium 0,1gr 0,1gr 0,1gr 0,1gr
Natrium 0,1gr 0,1gr 0,1gr 0,1gr
benzoat
benzoat
Propilen 5gr 5gr 5gr 5gr
glikol Propilen 5gr 5gr 5gr 5gr
Aquadest 43mL 43Ml 43mL 43mL glikol
Aquadest 41,4mL 40,8mL 40,2mL 39,8mL
Pewarna 1 tetes 1 tetes 1 tetes 1 tetes Minyak 1gr 1,5gr 2gr 2,5gr
Atsiri Kulit
Keterangan: Limau Kuit
F1 : Formulasi kombinasi karagenan dan Pewarna 1-tetes 1-tetes 1-tetes 1-tetes
xanthan gum (60:40) Keterangan:
F2 : Formulasi kombinasi karagenan dan K1 : Formulasi konsentrasi minyak atsiri
xanthan gum (70:30) kulit limau kuit 2%
F3 : Formulasi kombinasi karagenan dan K2 : Formulasi konsentrasi minyak atsiri
xanthan gum (80:20) kulit limau kuit 3%
F4 : Formulasi kombinasi karagenan dan K3 : Formulasi konsentrasi minyak atsiri
xanthan gum (90:10) kulit limau kuit 4%
K4 : Formulasi konsentrasi minyak atsiri
Pada pembuatan basis gel, pertama kulit limau kuit 5%
mempersiapkan peralatan dan bahan-bahan
yang diperlukan. Lalu, mengukur bahan sesuai Pengujian Gel Pengharum Ruangan
tabel formulasi. Selanjutnya, meletakkan gelas 1. Pemeriksaan Tekstur Gel
beaker yang berisi aquadest di atas hotplate Pemeriksaan tekstur gel dilaksanakan
untuk dipanaskan hingga suhunya mencapai setelah proses pembuatan basis gel telah
75oC. Setelah itu, memasukkan bahan-bahan selesai, adapun aspek yang ingin dihasilkan
padat bertahap secara bergantian dan yaitu tekstur gel dengan sifat kenyal dan tidak
mengaduk larutan hingga homogen. Lalu, rapuh dari berbagai formulasi (Tambun, 2017).
mengangkat gelas beaker dari atas hotplate, 2. Pengujian Kestabilan Gel
lalu mengaduk larutan kembali dengan cepat Pada uji kestabilan gel dilaksanakan
sampai suhu turun mencapai 65oC. Kemudian, dengan menghitung dan membandingkan nilai
menambahkan propilen glikol serta pewarna sineresis tiap formulasi. Aksari (2018)
dan mengaduk larutan hingga homogen. memaparkan dalam penelitiannya bahwa
Terakhir, menuangkan larutan pada cetakan sineresis dapat terjadi ketika gel disimpan pada
dan mendiamkan pada suhu ruangan sampai plastik resealable disuhu ruang selama 24 jam
larutan gel memadat. dan dalam keadaan plastik resealable terbuka.
Pembuatan Gel Pengharum Ruangan Sineresis dapat diperoleh berdasarkan
Minyak Atsiri Kulit Limau Kuit perhitungan rumus sebagai berikut:
Pada proses pembuatan ini prosedur yang W o−W t
dikerjakan sama dengan prosedur pembuatan Sineresis(%)=
−W 0−¿× 100 %−¿ ¿
basis gel, tetapi pada prosedur akhir terdapat
penambahan berupa minyak atsiri dari kulit
limau kuit sebagai bahan pewangi. Adapun 3. Uji Kesukaan (Hedonic Test)
formulasi gel dengan minyak atsiri kulit limau
kuit dapat dilihat sebagai berikut:
Uji kesukaan bertujuan mengukur taraf bobot gel minggu ke n( M n)
kesukaan panelis terhadap suatu barang. Taraf % bobot gel sisa=
bobot gel minggu ke 0( M 0)
kesukaan ini dikenal sebagai skala hedonik
(Aksari, 2018). Uji kesukaan (hedonic test) Teknik Analisis Data
dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan Data yang dihasilkan berdasarkan
konsentrasi minyak atsiri kulit limau kuit penelitian ini adalah data pemeriksaan tekstur
terbaik. Panelis diberikan arahan untuk menilai gel, uji kestabilan gel, uji kesukaan dan uji
taraf kesukaan pada berbagai varian gel penguapan zat cair. Untuk data uji kesukaan
pengharum ruangan dengan menghirup dua (hedonic test) yang didapat, dihitung rata-
hingga tiga kali sampel gel. Saat uji ratanya dengan uji statistik non parametrik
dilaksanakan, gel diletakkan 45o dari indra Kruskal Wallis. Hal ini dikarenakan skala yang
penciuman dengan jarak 15-20cm dan aroma digunakan dalam uji kesukaan adalah skala
dihirup dengan menggerak-gerakkan tangan ke ordinal sehingga masalah normalitas tidak lagi
arah indra penciuman. Pada pengujian ini total menjadi prasyarat (Irianto, 2003). Untuk data
panelis yang diperlukan 30 orang, panelis uji kestabilan gel, uji kesukaan dan uji
diminta untuk menilai kesukaan atau penguapan zat cair dianalisis menggunakan
ketidaksukaan pada sampel berbagai varian gel One Way Anova. Apabila diantara perlakuan
pengharum ruangan dengan skala kesukaan tiap masing-masing uji menunjukkan hasil
pada lembar angket uji kesukaan. perbedaan secara nyata maka dilaksanakan uji
4. Uji Penguapan Zat Cair lanjut yaitu uji Duncan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Tambun (2017), uji ini dilaksanakan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
mengukur bobot gel dalam seminggu sekali Berdasarkan penelitian yang telah
selama sebulan. Pada uji ini sampel gel dilakukan, peneliti menjabarkan hasil
pengharum ruangan dari minyak atsiri kulit penelitian sebagai berikut:
limau kuit dibuat sebanyak tiga kali ulangan
dan diletakkan pada tiga ruangan berbeda Hasil Pemeriksaan Tekstur Gel
selama sebulan yaitu pada ruangan yang ber Pada pemeriksaan tekstur gel, sampel
AC, ruangan yang menggunakan kipas angin yang digunakan sebanyak 12 sampel. Adapun
dan ruang dengan suhu kamar. Pengujian ini hasil pemeriksaan tekstur gel dapat dilihat pada
dilakukan untuk mendapatkan bobot gel yang tabel 1.3
hilang serta persen bobot gel sisa setiap
minggunya. Selanjutnya, data bobot gel Tabel 1.3 Data Pemeriksaan Tekstur Gel
digunakan untuk menghitung persen total Formula Ulangan Tekstur Gel
penguapan zat cair selama sebulan. Nilai dari
I
selisih bobot adalah jumlah penguapan zat cair. Tidak terlalu kenyal,
Formula 1 II
Penguapan zat cair diperoleh dengan lembek, rapuh
melakukan perhitungan rumus berikut ini: III
M 0−M 4
% total pengua pan zat cai= × 100 %
M0

Lanjutan tabel 1.3


Perhitungan persen bobot gel sisa dapat Formula Ulangan Tekstur Gel
dilakukan dengan rumus berikut ini:
Formula I Padat, tidak kenyal, agak
II
2 mudah hancur Tabel 1.4. Data Uji Kestabilan Gel
III
Bobot Bobot
I Sineresis
Formula Padat, kenyal, agak mudah Formula Ulangan Awal Akhir
(%)
3 II hancur (gr) (gr)
III I 38,04 37,29 1,97
I
Formula Padat, kenyal, tidak mudah Formula 1 II 39,09 38,38 1,81
II
4 hancur III 39 38,68 0,82
III
Rata-Rata 1,53
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui Formula 2 I 40 39,21 1,98
bahwa formula 1, 2 dan 3 masih menghasilkan
II 39,45 39 1,14
tekstur gel yang kurang baik. Namun, yang
paling mendekati dengan tekstur yang III 39,82 39 2,06
diharapkan adalah formulasi 4 dengan tekstur Rata-Rata 1,73
gel yang terbentuk padat, kenyal, tidak mudah
Formula 3 I 35,3 34,63 1,9
hancur. Penyebabnya karena komposisi
karagenan yang digunakan lebih besar daripada II 39,3 38,87 1,09
komposisi xanthan gum, sehingga akan III 39,33 38,8 1,35
terbentuk tekstur gel yang keras dan kenyal.
Rata-Rata 1,45
Atmaka et al (2021) menyebutkan semakin
besar karagenan yang ditambahkan maka Formula 4 I 41 40,38 1,51
tekstur gel yang dihasilkan dapat semakin
keras dan memiliki tingkat kekenyalan yang II 40,15 39,85 0,75
tinggi. Namun, karagenan biasanya tetap
dikombinasikan dengan bahan penstabil III 41,34 41 0,82
lainnya seperti xanthan gum, karena masih
membentuk gel yang rapuh (Herawati, 2018). Rata-Rata 1,03
Xanthan gum selain berfungsi sebagai
pengental, juga dapat meningkatkan Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
kekenyalan gel jika dikombinasikan sebagai bahwa formula 4 memiliki nilai rata-rata
basis gel. Xanthan gum juga diketahui sineresis yang lebih rendah dibandingkan
memiliki sifat kohesi dalam pembentukan gel formula lainnya. Hal ini membuktikan bahwa
(Sutrisno et al, 2021), sehingga ketika karagenan memiliki peran penting untuk
dikombinasikan dengan karagenan yang meminimalkan nilai sineresis, dimana semakin
memiliki matriks gel yang kuat dan kaku tetapi besar nilai karagenan maka nilai sineresis yang
tidak rapat akan membuat xanthan gum dihasilkan lebih rendah. Atmaka et al, (2021)
berperan menjadi filler (bahan pengisi) pada juga menyebutkan bahwa semakin besar
matriks tersebut. penambahan karagenan dapat mempengaruhi
nilai sineresis, karena semakin besar nilai
Hasil Uji Kestabilan Gel karagenan maka akan terbentuk struktur double
Pada uji kestabilan gel, sampel yang helix yang kuat dan mampu mengikat
digunakan sebanyak 12 sampel. Pada uji pelarutnya sehingga menurunkan terjadinya
kestabilan gel diharapkan basis gel yang sineresis (Agustin & Putri, 2014). Meskipun,
terbaik adalah formula basis gel memiliki nilai perbandingan xanthan gum sangat kecil
sineresis rendah. Adapun data uji kestabilan dibandingkan karagenan, xanthan gum juga
gel dapat dilihat pada tabel 1.4.
memiliki peran untuk meminimalkan nilai kombinasi perbandingan karagenan & xanthan
sineresis, hal ini terjadi karena xanthan gum gum terhadap formulasi basis gel pengharum
memiliki gugus hidroksil yang banyak dan ruangan berdasarkan nilai rata-rata sineresis
menurut Widija et al (2017) dapat mengikat air gel. Dari penelitian tahap pertama ini dapat
dalam larutan sehingga mampu meminimalkan diketahui bahwa perbandingan karagenan dan
air yang menguap. Adapun formula yang xanthan gum sebesar 90:10 menghasilkan
memiliki nilai sineresis yang lebih tinggi dari kualitas gel dengan tekstur padat, kenyal, tidak
formula 4, menunjukkan gel yang dihasilkan mudah hancur dan memiliki nilai sineresis
tidak stabil. Adapun salah satu faktor yang terendah. Oleh sebab itu pada penelitian
membuat nilai sineresis gel tinggi yaitu teknik selanjutnya, dipilih gel dengan perbandingan
pengadukan saat pembuatan basis gel. 90:10 atau formula 4 untuk pembuatan gel
Beberapa faktor pendukung yang pengharum ruangan menggunakan minyak
mempengaruhi nilai sineresis meliputi suhu, atsiri kulit limau kuit.
kelembaban, konsentrasi garam dan Hasil Uji Kesukaan (Hedonic Test)
konsentrasi polisakarida. Uji kesukaan bertujuan untuk
Selanjutnya, dilakukan analisis data menentukan konsentrasi minyak atsiri kulit
menggunakan aplikasi SPSS untuk mengetahui limau kuit terbaik dari beberapa sampel oleh
perbedaan rata-rata nilai sineresis tiap masing- sejumlah panelis. Jumlah panelis dalam uji ini
masing formulasi basis gel pengharum sebanyak 30 orang, dimana panelis diminta
ruangan. Pertama, dilakukan uji normalitas dan untuk menilai taraf kesukaan atau
uji homogenitas untuk data uji kestabilan gel. ketidaksukaan gel pengharum berdasarkan
Data yang didapatkan berdistribusi normal dan angket uji kesukaan. Adapun data uji kesukaan
homogen, dilanjutkan dengan uji One Way dapat dilihat pada tabel 1.6
Anova untuk menguji hipotesis pengaruh Tabel 1.6. Data Uji Kesukaan (Hedonic Test)
kombinasi perbandingan karagenan & xanthan
gum terhadap formulasi basis gel
Rata-Rata ± Standar Deviasi
pengharum ruangan. Adapun hasil uji One Paramet
Sig.
Way Anova dapat dilihat sebagai berikut: er Formu Formu Formu Formu
Tabel 1.5. Nilai Hasil Pengujian Kestabilan Gel la 1 la 2 la 3 la 4

Formula Nilai Rata-Rata Nilai


K1 (2%) 102 3,50 Sineresis
Gel (%) 1,53 ± 1,73 ± 1,45 ± 1,03 ± 0,42
K2 (3%) 112 3,73 0,62 0,51 0,41 0,42 1
K3 (4%) 103 3,43
K4 (5%) 99 3,30
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui
Keterangan: Nilai signifikan yang tidak bahwa konsentrasi minyak atsiri kulit limau
diikuti tanda (*) menunjukkan tidak berbeda kuit yang paling disukai oleh panelis yaitu
nyata secara signifikan konsentrasi 3%. Sedangkan konsentrasi
minyak atsiri kulit limau kuit yang cukup
Hasil dari analisis data menggunakan uji disukai oleh panelis yaitu konsentrasi 2% dan
One Way Anova menunjukkan tidak berbeda 4%, kemudian konsentrasi minyak atsiri yang
nyata secara signifikan (0,421 > 0,05), kurang disukai oleh panelis adalah konsentrasi
sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. 5% karena memiliki nilai yang paling rendah
Selanjutnya, tidak dilakukan uji lanjut dari sampel formulasi lainnya. Terpilihnya
menggunakan uji duncan. Sehingga dapat konsentrasi 3% minyak atsiri kulit limau kuit
ditarik kesimpulan tidak terdapat pengaruh sebagai minyak atsiri terbaik, disebabkan
karena pada konsentrasi tersebut menghasilkan Hasil dari analisis data menggunakan
aroma limau kuit yang segar dan lembut. Kruskal-Wallis menunjukkan tidak berbeda
Sedangkan pada konsentrasi 2%, aroma dari nyata secara signifikan (0,440 > 0,05),
limau kuit kurang dapat dirasakan meskipun sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Oleh
aromanya sudah mulai timbul. Kemudian, sebab itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada
untuk konsentrasi 4% aroma dari limau kuit pengaruh penambahan konsentrasi minyak
yang dihasilkan sudah cukup menusuk atsiri kulit limau kuit pada tingkat kesukaan
sehingga menyebabkan beberapa panelis sebagai gel pengharum ruangan terbaik. Untuk
kurang menyukainya. Selanjutnya, untuk pengujian selanjutnya hanya menggunakan gel
konsentrasi 5% aroma dari limau kuit yang pengharum ruangan minyak atsiri kulit limau
dihasilkan sudah sangat berlebihan, oleh sebab kuit terbaik yaitu konsentrasi 3% yang
itu banyak panelis yang kurang menyukai diletakkan pada tiga ruangan yang berbeda
formula ini. Sitepu (2018) memaparkan bahwa Hasil Penguapan Zat Cair
wangi pada gel pengharum ruangan dapat Uji ini dilaksanakan dengan menimbang
dipengaruhi besar dari nilai konsentrasi dari bobot gel pengharum ruangan menggunakan
bahan pewangi. Semakin besar konsentrasi minyak atsiri terbaik setiap minggu dalam
minyak atsiri maka wangi pada gel yang sebulan di tiga ruangan yang berbeda yaitu
dihasilkan semakin baik. Namun, apabila ruangan AC yang dinyalakan minimal 6-8 jam
minyak atsiri yang ditambahkan terlalu perhari dengan suhu 25-27oC, ruangan yang
berlebihan dapat memberikan aroma yang menggunakan kipas angin dengan kekuatan
tajam dan sangat menyengat. normal dan ruangan dengan suhu kamar. Dari
Selanjutnya, dilakukan analisis data pengujian ini, diperoleh data penyusutan
menggunakan aplikasi SPSS untuk melihat bobot gel dan total penguapan zat cair selama
apakah terdapat pengaruh penambahan sebulan tiap ruangan yang berbeda. Untuk data
konsentrasi minyak atsiri kulit limau kuit pada persentase besar penurunan bobot tiap minggu,
tingkat kesukaan tiap panelis. Adapun sebelum peneliti menggambarkannya dalam bentuk
dilakukan analisis data pada masing-masing grafimetri untuk melihat perubahan masing-
kelompok data, dilakukan uji normalitas dan masing bobot gel tiap ruangan.
diperoleh tidak berdistribusi normal, sehingga
analisis data menggunakan uji nonparametrik % Bobot Gel Sisa
yaitu uji Kruskal-Wallis untuk menguji 120
hipotesis pengaruh penambahan konsentrasi 100
minyak atsiri kulit limau kuit (Citrus hystrix) 80
pada tingkat kesukaan sebagai gel pengharum 60
40
ruangan terbaik. Adapun hasil uji Kruskal-
20
Wallis dapat dilihat sebagai berikut: 0
0 Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu
Tabel 1.7. Hasil uji statistik terhadap penambahan
konsentrasi minyak atsiri kulit limau kuit G1 (Ruangan AC)
Rata-Rata ± Standar Deviasi G2 (Ruangan Kipas Angin)
Parameter F4 Sig. G3 (Ruang Suhu Kamar)
F1 F2 F3
Gambar 1.1. Grafimetri Persen Bobot Gel Sisa tiap
3,50 ± 3,73 ± 3,43 ± 3,30 ± Ruangan
Aroma 0,440
0,94 0,98 0,86 1,12
Berdasarkan grafimetri yang telah
Keterangan: Nilai signifikan yang tidak disajikan dapat diketahui bahwa masing-
diikuti tanda (*) menunjukkan tidak berbeda masing sampel pada ruang uji mengalami
nyata secara signifikan penyusutan bobot gel tiap minggunya.
Terdapat sejumlah kondisi penyusutan bobot Formula Ulangan
% Total Penguapan Zat
gel pada masing-masing sampel selama Cair
diletakkan di ruang uji, terdapat ada sampel gel Rata-Rata 23,91
yang mengalami penurunan bobot gel yang Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa
lebih cepat dari sampel lain yaitu sampel yang masing-masing ruangan memiliki nilai total
diletakkan pada ruangan menggunakan kipas penguapan zat cair pada gel pengharum yang
angin. Kedua, terdapat sampel gel yang berbeda. Dari tiga ruangan yang berbeda,
mengalami kelajuan penurunan bobot gel yang ruangan yang mengalami total penguapan zat
lebih cepat dari minggu sebelumnya yaitu cair terbesar adalah ruangan menggunakan
sampel gel yang diletakkan pada ruangan ber kipas angin. Kemudian, ruangan dengan suhu
AC. Ketiga, terdapat sampel gel yang kamar mengalami total penguapan zat cair
mengalami penurunan bobot gel yang stabil terkecil. Sedangkan pada ruangan AC
tiap minggunya yaitu ruangan dengan suhu mengalami total penguapan zat cair yang
kamar. berada diantara keduanya. Hal ini terjadi
Penyusutan bobot yang dialami oleh karena ruangan yang menggunakan kipas angin
masing-masing sampel tiap ruang uji memiliki menghasilkan angin yang kuat serta signifikan,
nilai yang lebih besar daripada nilai minyak akibatnya terjadilah kontak antara gel dengan
atsiri, hal ini terjadi karena tidak sekadar udara yang dihasilkan dari angin tersebut,
minyak atsiri yang menguap tetapi terdapat sehingga laju penguapan lebih besar
aquadest. Meilina & Fhasnia (2020) dibandingkan gel yang diletakkan pada ruang
memaparkan dalam penelitiannya bahwa susut uji lainnya. Kemudian, faktor lain yang juga
bobot yang hilang pada gel pengharum mempengaruhi yaitu sirkulasi udara dan
ruangan tidak hanya dari minyak atsiri yang ukuran ruangan.
menguap namun juga dari air yang terkandung Karo-Karo (2018) memaparkan bahwa
dalam gel. Sitepu (2018) juga menyebutkan suhu ruangan dan nilai dari konsentrasi minyak
penyusutan bobot gel dapat dipengaruhi atsiri pada gel dapat mempengaruhi nilai total
beberapa faktor seperti suhu, komposisi bahan penguapan zat cair pada gel pengharum.
pembentuk gel dan komposisi minyak atsiri. Terakhir, perlunya penambahan zat pengikat
Selanjutnya, untuk nilai persentase total yaitu senyawa yang memiliki daya menguap
penguapan zat cair dapat dilihat pada tabel 1.8 lebih rendah dari komponen pewangi dan
memiliki fungsi menekan laju penguapan zat
Tabel 1.8. Data Penguapan Zat Cair di berbagai pewangi. Meskipun kombinasi antara
Ruangan karagenan dan xanthan gum pada gel
% Total Penguapan Zat
Formula Ulangan
Cair pengharum mampu berperan sebagai bahan
pengikat tetap diperlukan minyak atsiri yang
I 25,17
G1 (Ruangan AC) memiliki titih didih yang tinggi untuk lebih
II 40,36
III 41,46
menekan laju penguapan pada gel pengharum
agar dapat mempertahankan wangi atau aroma
Rata-Rata 35,66
dari gel tersebut.
I 51,51 Selanjutnya, dilakukan analisis data
G2 (Ruangan Kipas
Angin)
II 58,53 menggunakan aplikasi SPSS untuk mengetahui
III 59,73 perbedaan rata-rata nilai total penguapan zat
Rata-Rata 56,59 cair tiap masing-masing ruangan menggunakan
I 19,83 gel pengharum ruangan minyak atsiri kulit
G3 (Ruang Suhu
Kamar)
II 21,89 limau kuit terbaik. Pertama, dilakukan uji
III 30,03 normalitas dan uji homogenitas untuk data uji
penguapan zat cair. Data yang didapatkan
berdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan penelitian tahap kedua ini dapat diketahui
dengan uji One Way Anova untuk menguji bahwa konsentrasi terbaik dari minyak atsiri
hipotesis pengaruh penguapan zat cair pada gel limau kuit (Citrus hystrix) sebagai gel
pengharum ruangan minyak atsiri kulit limau pengharum ruangan adalah konsentrasi 3%,
kuit (Citrus hystrix) terbaik di berbagai kemudian untuk penguapan zat cair diperoleh
ruangan. Adapun hasil uji One Way Anova hasil bahwa ruangan yang menggunakan kipas
dapat dilihat sebagai berikut: angin mengalami penyusutan bobot gel yang
tinggi dengan persentase bobot gel sisa yang
Tabel 1.9. Nilai hasil pengujian Penguapan Zat Cair di rendah dan mengalami total penguapan zat cair
berbagai Ruangan yang terbesar dari ruang uji lainnya.
Rata-Rata ± Standar Deviasi Sig.
Parameter
G1 G2 G3
KESIMPULAN
Nilai Total
35,66 ± 56,59 ± 23,92 ± Berdasarkan penelitian terhadap
Penguapan *0,03
9,10 4,40 5,393 pemeriksaan tekstur gel, uji kestabilan gel, uji
Zat Cair (%)
Keterangan: Nilai signifikan yang diikuti kesukaan dan uji penguapan zat cair, maka
tanda (*) menunjukkan terdapat perbedaan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
rata-rata yang signifikan 1. Kualitas kombinasi karagenan & xanthan
Hasil dari analisis data menggunakan uji gum sebagai basis gel terbaik pada
One Way Anova pada hasil uji penguapan zat perbandingan 90:10, yang menghasilkan
cair menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata basis gel pengharum ruangan dengan
signifikan (0,03 < 0,05) sehingga H 0 ditolak tekstur padat, kenyal, tidak mudah hancur
dan H1 diterima. Selanjutnya, dilakukan uji dan memiliki nilai sineresis terendah.
lanjut menggunakan uji duncan untuk 2. Konsentrasi terbaik dari minyak atsiri
mengetahui perbedaan perlakuan formulasi limau kuit (Citrus hystrix) sebagai gel
yang diletakkan pada tiga ruangan yang pengharum ruangan adalah konsentrasi 3%
berbeda. Adapun nilai uji duncan dapat dilihat yang paling banyak disukai.,
sebagai berikut: 3. Penguapan zat cair pada gel pengharum
ruangan dari minyak atsiri kulit limau kuit
Tabel 1.10. Hasil Uji Lanjut Duncan (Citrus hystrix) terbaik yang diletakkan
Means with the same letter are not significantly different pada berbagai ruangan, diperoleh hasil
Duncan Mean N Formula bahwa pada ruangan yang menggunakan
Grouping kipas angin mengalami penyusutan bobot
A 23,92 3 G3
gel yang tinggi dengan persentase bobot
35,67 3 G1
B 56,59 3 G2 gel sisa yang rendah dan mengalami total
Keterangan: Formula dengan rata-rata yang penguapan zat cair yang terbesar dari
tidak berada dalam sebuah grup yang sama ruang uji lainnya.
berarti memiliki perbedaan yang signifikan
antar formula tiap ruangan. DAFTAR PUSTAKA
Adapun diperoleh hasil uji duncan bahwa Agustin, F. D & Putri, W. D. R. (2014). Pembuatan
Jelly Drink Averrhoa blimbi L. (Kajian
total penguapan gel pada ruangan AC dan
Proporsi Belimbing Wuluh: Air dan
ruangan suhu kamar tidak berbeda signifikan Konsentrasi Karagenan). Jurnal Pangan dan
karena menempati grup yang sama sedangkan Agroindustri, 2(3), 1-9.
pada ruangan yang menggunakan kipas angin Aksari, N. J. (2018). Pembuatan gel pengharum
memiliki perbedaan yang signifikan daripada ruangan menggunakan Karagenan dan
ruangan AC dan ruangan suhu kamar, karena Xanthan Gum sebagai basis dengan Aroma
tidak berada dalam grup yang sama. Dari
Apel dan minyak atsiri. Skripsi. Medan: Meilina, R., & Fhasnia. (2020). Formulasi gel
Universitas Sumatera Utara. pengharum ruangan menggunakan
Anwar, E. (2012). Eksipien dalam Sediaan Karagenan dan Xanthan Gum dengan
Farmasi: Karakteristik dan Aplikasi. Jakarta: Minyak Kopi sebagai pewangi dan Minyak
Dian Raykat. Nilam sebagai fiksatif. Journal of
Ariyani, H., Nazemi, M., Hamidah, & Kurniati, M. Healthcare Technology and Medicine, 6(2),
(2018). Uji efektivitas antibakteri ekstrak 1177-1188.
Kulit Limau Kuit (Cytrus hystrix Dc) Pratiwi, A. & Utami, L. B. (2018). Isolasi dan
terhadap beberapa bakteri. Journal Current analisis kandungan minyak atsiri pada
Pharmaceutical Sciences, 2(1), 136-141. Kembang Leson. Bioeksperimen, 4(1), 42-
Atmaka, W., Af’idatusholikhah, Prabowo, S., & 47.
Yudistira, B. (2021). Pengaruh variasi Rosalinda, S., Dewi, N. R., & Nurjanah, S. (2022).
konsentrasi Kappa Karagenan terhadap Utilization of Inferior Green Coffe Bean Oil
karakteristik fisik dan kimia gel Cincau of freshener gel. Jurnal Teknik Petanian
Hijau (Cyclea barbata L, Miers). Journal of Lampung, 11(1), 48-59.
Agro-based Industry, 38(1), 25-35. Sitepu, R. R. (2018). Formulasi gel pengharum
Badan Standarisasi Nasional. (2006). Petunjuk ruangan menggunakan Karagenan dan
pengujian organoleptik dan atau sensori. Tragakan sebagai basis, Minyak Jeruk
SNI-01-2346-200. Jakarta: Dewan sebagai pewangi dan Minyak Nilam sebagai
Standarisasi Indonesia fiksatif. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi
Danimayostu, A. A., Shofiana, N. M., & Universitas Sumatera Utara
Permatasari, D. (2017). Pengaruh Surbakti, C.I. & Swadana, E. (2018). Formulasi
penggunaan Pati Kentang (Solanum sediaan pengharum ruangan dari Minyak
tuberosum) termodifikasi asetilasi oksidasi Melati dengan Minyak Akar Wangi Sebagai
sebagai gelling agent terhadap stabilitas gel Fiksatif. Jurnal Farmasimed, 1(1), 6-10.
Natrium Diklofenak. Pharmaceutical Sutrisno, A., Yuwono, S. S., & Ikarini, I. (2021).
Journal Of Indonesia, 3(1), 25-32. Effect of Glucomannan and Xanthan gum
Herawati, H. (2018). Potensi hidrokoloid sebagai proportion on the physical and sensory
bahan tambahan pada produk pangan dan characteristic of gluten-free bread. Di akses
nonpangan bermutu. Jurnal Litbang pada tanggal 1 Juni 2022 dari
Pertanian, 37(1), 17-25. https://iopscience.iop.org/article/10.1088/17
Irwan, A., Humaida, N. & Nur, H. S. (2020). 55-1315/924/1/012028.
Antibacterial activity assay of essential oils Tambun, M.U.D. (2017). Formulasi gel pengharum
from Limau Kuit peel against ruangan menggunakan Karagenan dan Pektin
Staphylococcus aureus. Diakses tanggal 16 dengan Minyak Cendana sebagai fiksatif dan
Mei 2021 dari Minyak Kulit Kayu Manis sebagai pewangi.
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/17 Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
57-899X/980/1/012026. Widija, S. L.J., Trisnawati, C. Y., &
Irwan, A. & Rosyidah, K. (2019). Potensi minyak Widjajaseputra, A. I. (2017). Penggunaan
atsiri dari Limau Kuit: Jeruk Lokal NA-CMC dan Gum Xanthan untuk
Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar memperbaiki kualitas cake beras rendah
Nasional Lingkungan Lahan Basah, 4(1), lemak. Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi,
197-202. 16(1), 37-41.
Irianto, A. (2003). Statistika Konsep Dasar dan
Aplikasinya. Padang: Kencana.
Karo-Karo, S. U. (2018). Formulasi gel pengharum
ruangan menggunakan Karagenan dan
HPMC dengan Minyak Lily sebagai pewangi
dan Minyak Nilam sebagai fiksatif. Skripsi.
Medan: Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai