Anda di halaman 1dari 9

PENGETIAN TUNA GANDA

Tuna Ganda (double handicap atau multiple handicap) adalah anak yang memiliki
kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya
masalah pendidikan yang serius, sehingga dia tidak hanya dapat diatas dengan suatu
program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melainkan harus didekati dengan
variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki. Heward dan Orlansky (1992)
membagi anak berkebutuhan khusus menjadi delapan kategori, yaitu: keterbelakangan
mental, kesulitan belajar, gangguan emosional, gangguan mental komunikasi (bahasa
dan pengucapan), tuli (gangguan tunanetra), buta (gangguan penglihatan), kelumpuhan
(gangguan fisik atau masalah kesehatan lainnya), cacat ganda (memiliki lebih dari satu
cacat atau cacat berat), dan hadiah.
Definisi singkat anak penyandang disabilitas ganda adalah sebagai berikut:
"Gangguan perkembangan yang terdiri dari sekelompok defisit dalam perkembangan
neurologis yang mengakibatkan gangguan pada salah satu kombinasi bidang
keterampilan seperti: Kecerdasan, motorik, bahasa, atau sosial pribadi (Johnston &
Magrab, 1976). : 7). Atau dapat diartikan bahwa "cacat ganda adalah mereka yang
memiliki Perkembangan termasuk mereka yang mengalami keterlambatan
perkembangan neurologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan pada
kemampuan seperti: kecerdasan, gerakan, bahasa, atau hubungan pribadi dalam
masyarakat." beberapa definisi gangguan perkembangan anak, menurut hukum Amerika
berdasarkan PL. 94-103 (Judul II. Ps. 124, 1997), kelainan tersebut diperjelas bahwa: a.
(i) Yang diklasifikasikan ke dalam beberapa gangguan antara keterbelakangan mental,
cerebral palsy, epilepsi atau autisme; (ii) Mereka yang memiliki kondisi lain yang
cenderung mengalami keterbelakangan mental dengan kondisi gangguan fungsional
umum, atau gangguan perilaku adaptif yang memerlukan perawatan dan layanan
seperti cerebral palsy, epilepsi, autisme. (iii) Mereka yang menderita disleksia karena
gangguan yang disebutkan pada bagian (i) dan (ii) di atas.

A. MACAM-MACAM TUNA GANDA


Macam-macam tunaganda diantaranya, sebagai berikut:
1. Tunanetra-tunawicara
2. Tunanetra-tunarungu
3. Tunanetra-tunadaksa
4. Tunanetra-tunagrahita
5. Tunanetra-tunalaras
6. Tunanetra-kesulitan belajar khusus

B. Ciri-Ciri Anak Tunaganda


Guess dan Muligan (Meyen 1982 dalam Rizki Farabi, 2008) menjelaskan bahwa
keberagaman antar anak tunaganda jauh lebih besar diantara kesamaannya. Tidak ada
satupun anak yang memiliki ciri yang sama dengan anak tunaganda lainnya. Lebih jauh
dijelaskan, pada umumnya yang dialami oleh anak tunaganda adalah keterlambatan
perkembangan yang parah, dan juga perkembangan yang menyimpang, berikut adalah
yang dimaksud perkembangan tidak sama dengan anak normal pada umumnya:
Ciri-ciri anak tunganda, menurut Mangunsong, dkk. (1998) dan Guess dan Mulligan
(Meyen 1982 dalam Rizki Farabi 2008) adalah:
1. Ciri-ciri fisik. Memiliki kelainan lebih dari satu macam; bahkan ada yang memiliki
kelainan hingga 3-4 macam. Gangguan-gangguan yang kerap dialami adalah
gangguan refleks dan motorik, fungsi sensoris, fungsi metabolisme, fungsi
perafasan, gangguan perasaan kulit, dan gangguan ekskresi urine (Mangunsong,
dkk., 1998). Kemampuan motoriknya dapat dilatih, namun perkembangannya tidak
bisa secepat anak normal.
2. Ciri-ciri kognitif. Tingkat kecerdasasan sangat bervariasi, tergantung pada kelainan-
kelainan yang disandangnya. Gangguan yang dialami dalam kemampuan intelektual,
emosional dan sosial seperti hiperaktif, gangguan pemusatan perhatian, mudah
depresi, cemas, dan sangat berpusat pada diri sendiri atau self-centered
(Mangunsong, dkk., 1998). Sulit mengenali bentuk, warna dan objek-objek lain.
Walaupun ada beberapa dari mereka yang cukup mampu melakukan hal-hal
tersebut, namun perkembangannya tidak bisa disamakan dengan anak yang normal
(Guess dan Mulligan, dalam Meyen 1982)
3. Ciri-ciri sosial. Pada umumnya tunaganda mengalami kesulitan dalam melakukan
keseharian, merasa rendah diri, isolatif, kurang percaya diri, self-help yang rendah,
dan hambatan dalam melakukan interaksi sosial. Sebagian dari mereka dapat
bergaul dengan lingkungan sosialnya (Mangunsong, dkk., 1998). Mereka memiliki
hambatan dalam tingkah laku adaptif. Terkadang tindakan yang dilakukan tidak
sesuai dengan keadaan. Mereka juga sering melakukan stereotyped behaviour atau
mengulang-ulang tindakan yang tidak memiliki arti khusus. Salah satu ciri anak
tunaganda lainnya adalah tindakan yang melukai diri sendiri (Guess dan Muliggan;
Meyen 1982, dalam Rizki Farabi 2008).
4. Ciri kemampuan berbahasa. Perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa
anak tunaganda sangat lambat. Pada umumnya tunaganda hanya mampu berbicara
beberapa kata ataupun frase. Selain itu, mereka juga sulit berbicara dengan jelas,
bahkan seperti meracau dan berbicara hal-hal yang tidak berhubungan dengan
konteks. Oleh karena itu, sering kali mereka kurang bisa mengungkapkan apa yang
dinginkan, hingga akhirnya menangis bertindak agresif, bahkan tantrum atau
perpaduan dari beberapa tindakan destruktif (Guess dan Mulligan; Meyen 1982,
dalam Rizki Farabi 2008).

C. FENOMENA-FENOMENA ANAK TUNAGANDA


Anak tuna ganda biasanya menunjukkan fenomena-fenomena perlaku di antaranya:
1. Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi
2. Perkembangan motoric dan fisiknya terlambat
3. Seringkali menunjukkan perilaku yang aneh dan tidak bertujuan.
4. Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri.
5. Jarang berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya konstruktif.
6. Keenderungan lupa akan keterampilan keterampilan yang sudah dikuasai.
7. Memiliki masalah dalam mengeneralisasikan keterampilan keterampialan dari
suatu situasi ke situasi lainnya.

D. KLASIFIKASI ANAK TUNA GANDA


Pada dasarnya ada beberapa kombinasi kelaianan, di antaranya:
1. Kelainan utamanya tunagrahita. Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra.
Gabungan dengan tunanetra inilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
2. Kelainan utamanya tunarungu. Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra.
Gabungan dengan tunanetra inilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
3. Kelainan utamanya tunanetra. Gabungannya dapat berwujud tunalaras, tunarungu,
dan kelainan yang lainnya.
4. Kelainanan utamanya tunadaksa. Gabungannya dapat berwujud tunagrahita,
tunanetra, tunarungu, gayaemosi, dan kelainan lain.
5. Kelainan utamanya tunalaras. Gabungannya dapat berwujud austisme dan
pendengaran.
6. Kombinasi kelainan lain.

E. PENYEBAB ANAK TUNA GANDA


Penyebab tuna ganda adalah sebagai berikut :
Tuna ganda bisa saja disebabkan oleh berbagai kondisi, terutama faktor biologis, yang
muncul sebelum, selama, atau setelah kelahiran anak. Pada sebagian besar kasus
disebabkan oleh cedera otak. Beberapa persen anak tuna ganda lahir dengan kelainan
kromosom, seperti down syndrome dengan gangguan genetik atau metabolisme yang
menyebabkan masalah dalam perkembangan fisik dan intelektual anak. Komplikasi
kehamilan seperti prematur, ketidaksesuaian Rh, dan virus penyakit yang diidap ibu
hamil dapat menyebabkan atau berkontribusi terjadinya ketunagandaan. Ibu hamil yang
menggunakan obat-obatan, minum-minuman keras atau kurangnya asupan nutrisi
merupakan faktor resiko terbesar dalam melahirkan anak dengan ketunagandaan
(Heward & Orlansky, 1992).
Proses kelahiran sendiri memiliki resiko dan komplikasi tersendiri, seperti kurangnya
oksigen dan cedera otak saat dilahirkan. Selain itu, tuna ganda juga dapat terjadi
ditengah-tengah perkembangan kehidupan berupa luka berat di otak disebabkan
oleh keelakaan kendaraan bermotor, terjatuh, diserang, atau disiksa. Kekurangan gizi,
pengabaian, dan penyakit tertentu dapat berpengaruh terhadap otak (seperti meningitis
dan radang otak) dapat juga menyebabkan ketunagandaan (Heward & Orlansky, 1992).
Jika dikategorikan, penyebab tuna ganda dapat disebabkan oleh faktor berikut.
a.Faktor keturunan (hereditas), berasal dari keturunan atau gen yang dibawakan oleh
orang tuanya.
b. Faktor sebelum lahir (prenatal), ketidaknormalan kromosom, komplikasi-komplikasi
pada anak dalam kandungan, ketidakcocokan Rh, infeksi pada ibu, kekurangan gizi ibu
yang sedang mengandung, terlalu banyak mengkonsumsi obat dan alkohol, serta ibu
yang menderita penyakit rubella (campak) sampai dengan kronis.
c. Faktor ketika lahir (natal), lahir prematur, kekurangan oksigen pada saat kelahiran,
luka pada otak saat kelahiran, proses persalinan yang menghabiskan
F. PENCEGAHAN/PENGOBATAN
Penanganan TunaGanda Untuk mengatasi masalah anak tunaganda diperlukan tindakan
menggunakan pendekatan multidisipliner yang terdiri dari:
 Terapi wicara dan bahasa,
 Terapi fisik,
 Terapi okupasional

Anda mungkin juga menyukai