Anda di halaman 1dari 34

Pertemuan 2

Tutor : Ns. Raden Roro Atih Utari Rizky, S. Kep

Kontributor Materi:
1. Ns. Rr. Atih Utari Rizky, S. Kep, CWCCA
2. Ns. Rizka Fajriani, S. Kep
3. Ns. Fadlah, S. Kep

Sub Pokok Bahasan :


1. Pemasangan infus (SPO, komplikasi, tindakan mengatasi komplikasi) dan jenis
cairan untuk terapi tertentu
2. Transfusi darah (SPO, reaksi alergi, tindakan emergency)
3. SPO Injeksi (IM, IC, SC, IV), beberapa obat-obatan khusus yang perlu diingat
(insulin, heparin, dll)
4. Penyembuhan luka, Perawatan luka, jenis balutan untuk luka-luka tertentu
5. Pemasangan NGT & Pemberian makanan lewat NGT
6. Pemasangan dan irigasi kateter

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 1 dari 34


PROSEDUR PEMASANGAN AKSES INTRA VENA

Definisi:
Menyiapkan jalur masuk ke dalam pembuluh darah perifer untuk pemberian cairan,
obat-obatan, dan produk darah.

Tujuan:
1. Memberikan cairan dan elektrolit untuk menjaga keseimbangan di dalam tubuh
2. Memberikan glukosa yang dibutuhkan untuk metabolisme
3. Memberikan vitamin dan mineral yang larut dalam air
4. Memberikan pertolongan pada kasus gawat darurat
5. Memberikan obat
6. Memberikan darah dan produk darah

Persiapan Alat
1. Handscoen bersih
2. Torniquet
3. Abocath/ IV cath sesuai ukuran
4. Alkohol Swab
5. Kassa* (sudah tidak dianjurkan)/ Plester Transparan
6. Plester
7. Infus Set atau injection plug
8. Cairan Infus sesuai instruksi
9. Perlak
10. Gunting
11. Nierbekken/ bengkok

Prosedur
1. Identifikasi pasien minimal menggunakan minimal dua identitas (nama, tanggal
lahir, dan/atau nomor rekam medis
2. Jelaskan tujuan dan Langkah langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Siapkan cairan infus (jika diindikasikan untuk mendapatkan terapi cairan)
▪ Sambungkan set infus dengan wadah cairan
▪ Pastikan rol klem terkunci dan isi setegah bilik (chamber) infus dengan cairan
infus
▪ Alirkan cairan infus hingga seluruh selang terisi cairan infus
▪ Pastikan tidak ada gelembung udara di sepanjang selang infus

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 2 dari 34


6. Atur posisi senyaman mungkin
7. Pilih vena yang akan diinsersi
▪ Vena pada ekstremitas non-dominan, kecuali jika kontraindikasi (seperti
terdapat luka, fistula, untuk dialysis, Riwayat mastektomi)
▪ Vena yang lurus, cukup besar, dapat dipalpasi, dan jauh dari persendia
8. Letakkan pengalas di bawah area yang akan diinsersi
9. Pasang sarung tangan bersih
10. Dilatasikan vena dengan memasang tornikuet 15 – 20 cm di atas vena yang akan
diinsersi, dan/ atau beberapa metode ini :
▪ Posisikan area insersi lebih rendah dari jantung
▪ Kepalkan telapak tangan
▪ Ketuk ketuk dengan lembut menggunakan ujung jari
▪ Masasse dari arah distal ke proksimal di bawah vena yang akan diinsersi
▪ Kompres hangat pada area insersi
11. Bersihkan daerah yang akan diinsersi dengan menggunakan alcohol swab
12. Regangkan kulit di bawah vena yang akan diinsersi menggunakan tangan yang
tidak dominan
13. Insersikan kateter pada vena dengan sudut 10 – 300 dengan tangan dominan
14. Rendahkan sudut insersi saat terlihat darah pada ruang kateter dan tarik sedikit stilet
15. Dorong kateter hingga sampai ke pangkalnya
16. Lepaskan tornikuet
17. Tekat ujung kateter yang berada di dalam vena dan lepaskan stilet dari kateter
18. Sambungkan kateter intravena dengan set infus atau injection plug
19. Pasang balutan transparan pada area insersi
20. Berikan label pada dressing dan tuliskan tanggal dan waktu pemasangan
21. Rapikan pasien dan peralatan yang telah digunakan
22. Lepaskan sarung tangan
23. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
24. Dokumentasikan prisedur yang telah dilakukan dan respon pasien

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 3 dari 34


KOMPLIKASI PEMASANGAN INFUS DAN TINDAKAN MENGATASI
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI IDENTIFIKASI TINDAKAN
1. Infiltrasi - Terjadi ketika kanul - Infus dihentikan dan
Masuknya IV keluar dari jarum IV dicabut
cairan infus/ pembuluh darah atau - Pasang infus di tempat
obat non melubangi pembuluh baru
vesikan secara darah. - Kompres hangat dapat
tidak sengaja - Ditandai dengan diterapkan jika terjadi
ke jaringan edema di sekitar lokasi infiltrasi cairan dalam
sekitar. insersi, kebocoran waktu lama, dan
cairan, rasa tidak ekstremitas harus
Non vesikan : nyaman dan lokasi dielevasikan untuk
sifatnya tidak infiltrasi terasa lebih meningkatkan
merusak dingin, serta penyerapan cairan.
jaringan penurunan laju aliran - Jika infiltrasi baru terjadi,
infus. kompres dingin dapat
diterapkan.
2. Phlebitis - Ditandai dengan area - Cabut jarum IV dan
Peradangan yang memerah, pasang infus di tempat
vena yang hangat di sekitar baru.
berkaitan lokasi insersi atau - Kompres hangat dan
dengan iritasi sepanjang jalur vena, lembab di lokasi yang
bahan kimia nyeri di lokasi insersi terkena karena kompres
atau mekanik, atau sepanjang jalur hangat dapat
atau keduanya. vena, dan bengkak. menyebabkan
vasodilatasi pembuluh
darah, sehingga
menambah pemasukan
oksigen, nutrisi, dan
leukosit darah yang
menuju ke jaringan
tubuh. Hal ini dapat
memperkecil inflamasi,
menurunkan kekakuan
otot, serta mempercepat
penyembuhan jaringan
lunak.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 4 dari 34


3. Thrombophlebitis - Ditandai dengan nyeri - Cabut jarum IV
Adanya bekuan lokal, kemerahan, - Terapkan kompres dingin
(trombus) disertai hangat, bengkak di terlebih dahulu untuk
peradangan pada sekitar tempat insersi mengurangi aliran darah
vena. atau sepanjang jalur dan meningkatkan
vena, imobilitas agregasi trombosit, lalu
ekstremitas karena diikuti dengan kompres
ketidaknyamanan dan hangat, elevasi
pembengkakan, laju ekstremitas
aliran infus lambat, - Pasang infus di
demam, malaise, dan ekstremitas yang
leukositosis. berlawanan
4. Hematoma - Terjadi akibat - Lepaskan jarum atau
Terjadi akibat perforasi dinding vena kanul dan terapkan
bocornya darah yang berlawanan tekanan menggunakan
ke selama penusukan, balutan steril
jaringan di jarum tergelincir - Terapkan es selama 24
sekitar keluar dari vena, dan jam pada lokasi
lokasi insersi. tekanan yang tidak hematoma untuk
tepat ketika menghindari perluasan
mengeluarkan jarum. hematoma dan kemudian
- Ditandai dengan kompres hangat untuk
ekimosis, meningkatkan
pembengkakan segera penyerapan darah
di lokasi insersi, dan - Pasang infus di
kebocoran darah. ekstremitas lain

LOKASI PEMASANGAN INFUS

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 5 dari 34


JENIS CAIRAN UNTUK TERAPI TERTENTU

Cairan intravena dapat dikelompokkan menjadi:


CAIRAN ISOTONIK CAIRAN CAIRAN
HIPOTONIK HIPERTONIK
Cairan ini memiliki Cairan ini memiliki Cairan ini memiliki
osmolaritas yang sama osmolaritas yang lebih osmolaritas yang lebih
dengan plasma darah, rendah dibandingkan tinggi dibanding plasma
sehingga tetap berada di plasma darah, sehingga darah, sehingga menarik
dalam pembuluh darah. larut dalam plasma cairan dan elektrolit dari
darah dan menurunkan jaringan dan sel ke
osmolaritas plasma dalam pembuluh darah.
darah. Hal ini
menyebabkan cairan di
pembuluh darah ditarik
menuju ke luar jaringan
sekitar.
Cairan ini dapat Cairan ini dapat Cairan ini dapat
diberikan pada pasien diberikan pada pasien digunakan untuk
dengan hipovolemia yang mengalami menstabilkan tekanan
(kondisi penurunan dehidrasi pada bagian darah serta mengurangi
tekanan darah terus sel seperti pasien cuci bengkak.
menerus yang darah dan pasien
mengakibatkan hiperglikemia.
penurunan cairan tubuh).
Contoh: Contoh: Contoh:
- NaCl 0,9% (NS) - NaCl 0,45% - D5NS
- RL - NaCl 0,33% - D5 1/2NS
- D5W - D5RL
- Albumin 5% - Albumin 25%
- NaCl 3%
- D10W

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 6 dari 34


PROSEDUR PEMBERIAN PRODUK DARAH

Definisi:
Mempersiapkan dan memberikan produk darah dengan menggunakan set transfusi.

Tujuan:
1. Mengembalikan volume darah dalam sirkulasi
2. Mengoreksi defisiensi trombosit dan faktor koagulasi darah
3. Mengoreksi anemia

Persiapan Alat
1. Produk darah sesuai kebutuhan
2. Handscoen bersih
3. Blood Set
4. Kateter IV
5. Spuit 3 cc
6. Alcohol Swab
7. Pengalas
8. Bengkok
9. Plester
10. Gunting

Prosedur
1. Identifikasi pasien minimal menggunakan minimal dua identitas (nama, tanggal
lahir, dan/atau nomor rekam medis
2. Jelaskan tujuan dan Langkah langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan bersih
6. Lakukan pengecekan ganda pada label darah (golongan darah, rhesus, tanggal
kadaluarsa, nomor seri, jumlah, dan identitas pasien
7. Pasang akses intravena jika belum terpasang
8. Periksa kepatenan akses intravena, flebitis, dan tanda infeksi lokal
9. Berikan NaCl 0,9 % 50 – 100 ml sebelum transfusi dilakukan
10. Sambungkan kantung darah dengan set transfusi.
11. Atur kecepatan 2 mL/ menit pada 15 menit pertama dan jika tidak terjadi respon
alergi maka transfusi dapat dipercepat sesuai target dan kondisi pasien
12. Berikan transfusi dalam waktu maksimal 4 jam (untuk WB, PRC, PRC-LD, WE), 2
jam (untuk TC), atau 6 jam (untuk FFP dan cryoprecipitate)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 7 dari 34


13. Bilas selang dengan mengalirkan cairan NaCl 0,9 % 50 – 100 ml
14. Monitor TTV dan adanya tanda/ gejala respon alergi (saat transfusi dimulai, 15
menit setelah transfusi dimulai, saat transfusi selesai, 4 jam setelah transfusi
selesai)
15. Hentikan transfusi jika terdapat reaksi transfusi
16. Rapikan pasien dan alat alat yang digunakan

REAKSI TRANSFUSI DAN PENATALAKSANAAN


REAKSI TANDA & PENATALAKSANAAN
TRANSFUSI GEJALA
1. Reaksi Hemolitik - demam atau a. Hentikan transfusi segera
Ketidakcocokan antara menggigil b. Ganti giving set dengan yang
darah resipien dengan - nyeri panggul dan baru
pendonor (ABO atau urin kemerahan c. Pertahankan patensi jalur IV
Rh) atau kecoklatan dengan normal saline
- takikardi d. Beritahu dokter terkait reaksi
- hipotensi transfusi yang terjadi
e. Pantau tanda-tanda vital
f. Pantau intake dan output cairan
g. Kirim sisa produk darah dan
sampel urin ke laboratorium
h. Kolaborasi pemberian obat-
obatan emergensi sesuai order
dokter atau SPO
- Atasi syok dengan vaSPOressor
dan inotropik sampai tekanan
darah sistolik
> 100 mmHg dan perfusi jari
terasa hangat
- Bila urin <1cc/kgBB/jam, maka
segera berikan diuretik
(furosemide IV) untuk memper-
tahankan urin >100cc/jam.
- Atasi demam dengan antipiretik
2. Reaksi Demam Non - Demam a. Hentikan transfusi segera
Hemolitik - menggigil b. Pertahankan aliran vena dengan
Sensitivitas darah - panas normal saline
resipien terhadap sel - kulit kemerahan c. Beritahu dokter
darah putih, platelet, d. Berikan antipiretik sesuai order
atau protein plasma - sakit kepala
pendonor, yang tidak - ansietas
menyebabkan hemolitik. - mual

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 8 dari 34


3. Reaksi Alergi Ringan - kemerahan, a. Hentikan transfusi segera
Sensitivitas terhadap - urtikaria dengan b. Pertahankan aliran vena dengan
protein plasma yang atau tanpa rasa normal saline
diinfuskan gatal c. Beritahu dokter
d. Berikan obat-obatan sesuai order
(antihistamin, steroid IV untuk
menetralkan sebagian respons
alergi)
4. Reaksi Alergi Berat - Dyspnea a. Hentikan transfusi segera
Reaksi antibodi – antigen - stridor b. Pertahankan aliran vena dengan
- penurunan saturasi normal saline
oksigen c. Beritahu dokter
- nyeri dada d. Pantau tanda-tanda vital,
- kemerahan berikan resusitasi kardipulmonal
jika dibutuhkan
e. Berikan obat-obat (antihistamin
IV) dan/atau oksigen sesuai order
5. Overload Sirkulasi - Dyspnea a. Hentikan transfusi segera
Aliran transfusi lebih - hipoksia b. Posisikan pasien dalam posisi
cepat dari pada yang - ortopnea tegak
dikompensasi oleh - krakels c. Beritahu dokter
tubuh. - distensi vena d. Berikan diurentik (furosemide)
jugularis IV, digitalis IV, dan oksigen
- takikardi sesuai order
- hipertensi
6. Sepsis - demam tinggi a. Hentikan transfusi segera
Pemberian darah yang - menggigil b. Pertahankan aliran vena
terkontaminasi - muntah dengan normal saline
- diare c. Beritahu dokter
- hipotensi d. Berikan cairan IV, antibiotic
- oliguria e. Ambil specimen darah pasien
untuk kultur
f. Kirim sisa produk darah ke
laboratorium

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 9 dari 34


PROSEDUR INJEKSI INTRAMUSKULAR

Definisi:
Mempersiapkan dan memberikan agen farmakologis yang diprogramkan melalui jalur
intramuskuler.

Persiapan Alat
1. Handscoen bersih
2. Obat sesuai order
3. Kapas Alkohol
4. Spuit berbagai ukuran sesuai kebutuhan
5. Pengencer obat, sesuai kebutuhan

Prosedur
1. Identifikasi pasien minimal menggunakan minimal dua identitas (nama, tanggal
lahir, dan/atau nomor rekam medis
2. Jelaskan tujuan dan Langkah langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, dosis, waktu, rute, dan dokumentasi)
5. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
6. Pasang sarung tangan bersih
7. Posikan pasien
8. Pilih area yang akan dilakukan penusukan
9. Bersihkan area penusukan dengan alkohol swab
10. Lakukan penusukan dengan sudut 900
11. Lakukan aspirasi dan pastikan tidak ada darah
12. Injeksikan obat secara perlahan
13. Cabut jarum
14. Hindari melakukan masase pada area penusukan
15. Tutup area penusukan dengan plester
16. Rapikan pasien dan alat alat yang digunakan
17. Lepaskan sarung tangan
18. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
19. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 10 dari 34


LOKASI PENYUNTIKAN INTRA MUSKULAR

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 11 dari 34


PROSEDUR INJEKSI INTRACUTAN

Definisi:
Mempersiapkan dan memberikan agen farmakologis yang diprogramkan melalui jalur
dermis kulit.

Persiapan Alat
1. Spuit berbagai ukuran sesuai kebutuhan
2. Obat sesuai order
3. Pengencer obat, sesuai kebutuhan
4. Kapas Alkohol
5. Bengkok
6. Perlak
7. Handscoen

Prosedur
1. Identifikasi pasien minimal menggunakan minimal dua identitas (nama, tanggal
lahir, dan/atau nomor rekam medis
2. Jelaskan tujuan dan Langkah langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, dosis, waktu, rute, dan dokumentasi)
5. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
6. Posisikan pasien dan cari lokasi penyuntikan intradermal (bagian dalam lengan
bawah, dada atas atau punggung atas di bawah skapula)
7. Lakukan desinfeksi pada area penusukan
8. Buka penutup jarum dengan tangan yang tidak dominan dengan menariknya
secara cepat
9. Gunakan tangan yang tidak dominan untuk meregangkan pada lokasi penyuntikan.
10. Posisikan jarum hampir sejajar dengan kulit pasien (15 derajat) dan tusukkan jarum
ke dalam kulit sehingga ujung jarum dapat dilihat lewat kulit. Masukkan jarum
hanya sekitar 3 mm.
11. Suntikkan obat secara perlahan (0,01 – 0,1 mL). Amati timbulnya lepuh/blister.
Jika tidak timbul, tarik jarum sedikit dan suntikkan obatnya.
12. Tarik jarum dengan cepat dalam sudut yang sama dengan ketika jarum ditusukkan.
Jika ada darah, usap menggunakan kassa steril. Jangan memijat area tersebut. Jangan
tutup jarum kembali. Buang spuit dan jarum pada tempat yang seharusnya.
13. Gambar sebuah lingkaran mengelilingi lokasi penyuntikan menggunakan pena
biru/hitam. Catat tanggal dan waktu penyuntikan obat dan nama obat pada sehelai
plester dan tempelkan didekat lokasi penyuntikan. Periksa reaksinya dalam waktu
yang telah ditentukan. Jika tidak muncul reaksi alergi, obat dapat diinjeksikan kepada

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 12 dari 34


pasien. Namun, bila muncul reaksi alergi seperti kemerahan, gatal-gatal, dan kulit di
sekitar lokasi penyuntikan teraba hangat, berarti pasien alergi terhadap obat
tersebut.
20. Rapikan pasien dan alat alat yang digunakan
21. Lepaskan sarung tangan
22. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
23. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien

LOKASI PENYUNTIKAN INTRA CUTAN

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 13 dari 34


PROSEDUR INJEKSI SUBCUTAN

Definisi:
Mempersiapkan dan memberikan agen farmakologis melalui subkutan untuk
mendapatkan efek lokal maupun sistemik.

Persiapan Alat
1. Handscoen bersih
2. Obat sesuai order
3. Spuit berbagai ukuran sesuai kebutuhan
4. Kapas Alkohol
5. Bak Suntik
6. Bengkok

Prosedur
1. Identifikasi pasien minimal menggunakan minimal dua identitas (nama, tanggal
lahir, dan/atau nomor rekam medis
2. Jelaskan tujuan dan Langkah langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan\
4. Lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, dosis, waktu, rute, dan dokumentasi)
5. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
6. Pasang sarung tangan bersih
7. Pilih lokasi penyuntikan yang bebas luka, nyeri, bengkak, dan inflamasi
8. Genggam dan cubit area yang mengelilingi lokasi penyuntikan (pada pasien kurus)
atau regangkan kulit (pada pasien gemuk)
9. Pegang spuit dengan tangan dominan di antara ibu jari dan jari telunjuk
10. Tusukkan jarum secara cepat dengan sudut 45 – 90 0
11. Lakukan aspirasi dan injeksikan obat secara perlahan, jika tidak tampak darah
12. Tarik jarum dan jangan memijat area penyuntikan
13. Usap dengan alkohol swab
14. Rapikan pasien dan alat alat yang digunakan
15. Lepaskan sarung tangan
16. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
17. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 14 dari 34


LOKASI PENYUNTIKAN SUB CUTAN

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 15 dari 34


PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA

Mempersiapkan dan memberikan agen farmakologis yang diprogramkan melalui


pembuluh darah vena

Persiapan Alat
1. Handscoen bersih
2. Obat sesuai order
3. Kapas Alkohol
4. Spuit berbagai ukuran sesuai kebutuhan
5. Cairan pelarut, jika perlu
6. Tornikuet
7. Pengalas
8. Bengkok
9. Safety box

Prosedur
1. Identifikasi pasien minimal menggunakan minimal dua identitas (nama, tanggal
lahir, dan/atau nomor rekam medis
2. Jelaskan tujuan dan Langkah langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Campurkan obat dengan cairan pelarut, sesuai kebutuhan
5. Lakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, dosis, waktu, rute, dan dokumentasi)
6. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
7. Pasang sarung tangan bersih
8. Pilih area vena yang akan dilakukan penusukan
9. Pasang pengalas di bawah area vena yang dipilih
10. Lakukan pembendungan dengan memasang tornikuet 5 – 10 cm di atas area
penusukan
11. Anjurkan membuka dan mengepalkan tangan beberapa kali untuk membantu vena
berdilatasi
12. Bersihkan area penusukan dengan alkohol swab
13. Lakukan penusukan dengan sudut 20 – 300 dengan bevel menghadap ke atas
14. Tarik sedikit plunger spuit sampai terlihat darah pada plunger spuit
15. Lepaskan tornikuet
16. Injeksi obat intravena
17. Keluarkan jarum dari vena secara perlahan
18. Buang jarum dan spuit ke dalam safetybox tanpa recapping (tutup kembali jarum)
19. Lakukan penekanan pada area penusukan
20. Berikan balutan dengan kassa steril, jika perlu

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 16 dari 34


21. Pasang plester pada area penusukan jika darah telah berhenti
22. Rapikan pasien dan alat alat yang digunakan
23. Lepaskan sarung tangan
24. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
25. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 17 dari 34


PENYEMBUHAN LUKA

Penyembuhan luka merupakan respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses
pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan
fungsi secara terus menerus.

a. Fase Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka secara umum terdiri dari 3 fase, yaitu:


No Peristiwa Kondisi Luka
1 Inflamasi 1 – 4 - Terbentuk bekuan - Rubor (kemerahan
(disebut juga hari darah karena kapiler melebar)
fase lag atau - Eksudasi cairan - Kalor (suhu hangat)
eksudat) (edema) - Dolor (nyeri)
- Proses Fagositosis - Tumor (pembengkakan)
- Function laesa

2 Proliferasi 5 – 20 - Pembentukkan - Jaringan granulasi yang


(disebut juga hari kolagen sehat, warnanya merah
fase - Terbentuk jaringan terang, permukaan
fibroblastik granulasi berbenjol halus, teraba
atau jaringan - Kekuatan regangan agak keras, dan tidak
ikat) luka mencapai mudah berdarah.
25% jaringan - Jika infeksi, jaringan
normal granulasi berwarna
pucat, permukaan kasar
tidak teratur, lembek
dan rapuh, dan sangat
mudah berdarah.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 18 dari 34


3 Maturasi 21 hari - Fibroblas - Terbentuk jaringan
(disebut juga hingga meninggalkan luka parut yang pucat, tipis,
fase berbulan - Kulit mampu dan mudah digerakkan
diferensiasi, bahkan menahan regangan dari dasar.
resorpsi, bertahun sekitar 80% - Terlihat pengerutan
remodeling, -tahun kemampuan kulit maksimal pada luka.
atau plateu) normal
- Penyempitan
ukuran luka oleh
serat kolagen

b. Mekanisme Penyembuhan Luka


Dalam penatalaksanaan bedah, terdapat 3 bentuk penyembuhan luka, yaitu:
1) Penyembuhan melalui intensi pertama (penyatuan primer)

• Penyembuhan terjadi pada luka yang dibuat secara aseptik dengan kerusakan
jaringan minimal yang ditutup dengan benar (jahitan untuk mempertautkan luka)
dengan sedikit reaksi jaringan .
• Jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukkan jaringan parut minimal.

2) Penyembuhan melalui intensi kedua (granulasi)

Penyembuhan terjadi pada luka yang mengalami infeksi (terbentuk abses) atau
tepi luka tidak saling merapat. Terjadi pembentukkan jaringan granulasi, untuk
menutupi jaringan yang hancur.
Penyembuhan membutuhkan waktu lama dan terbentuk jaringan parut yang
lebih kasar.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 19 dari 34


3) Penyembuhan melalui intensi ketiga (jahitan sekunder)

Penyembuhan terjadi pada luka dalam yang belum dijahit atau jahitan terlepas
dan kemudian dijahit kembali, dua permukaan granulasi yang berlawanan
disambungkan.
Terbentuk jaringan parut yang lebih dalam dan luas.

PROSEDUR PERAWATAN LUKA

Definisi :
Mengidentifikasi dan meningkatkan penyembuhan luka serta mencegah terjadinya
komplikasi luka.

Tujuan :
1. Melindungi luka dari kontaminasi mikroorganisme
2. Merangsang granulasi dan penyembuhan luka
3. Menopang atau membidai lokasi luka
4. Merangsang insulasi termal pada permukaan luka
5. Menjaga kelembaban tinggi antara luka dan perban
6. Memberikan kenyamanan fisik, psikis, dan aestetik

Persiapan Alat
1. Handscoen steril
2. Hadscoen non steril
3. Cairan antiseptik sesuai kebutuhan
4. Set perawatan luka
5. Alat cukur rambut, bila perlu

Prosedur:
1. Identifikasi pasien minimal menggunakan minimal dua identitas (nama, tanggal
lahir, dan/atau nomor rekam medis
2. Jelaskan tujuan dan Langkah langkah prosedur

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 20 dari 34


3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan bersih
6. Monitor karaketeristik luka (drainase, warna, ukuran, dan bau)
7. Monitor tanda tanda infeksi
8. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
9. Cukur rambut sekitar daerah luka, jika perlu
10. Lepaskan sarung tangan bersih dan pasang sarung tangan steril
11. Bersihkan luka dengan cairan NaCl atau pembersih nontoxic sesuai kebutuhan
12. Bersihan jaringan nekrotik, jika ada
13. Berikan salep yang sesuai dengan kondisi luka, jika perlu
14. Pasang balutan sesuai jenis luka
15. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
16. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
17. Anjurkan konsumsi makanan tinggi kalori dan protein
18. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
19. Rapikan pasien dan alat alat yang digunakan
20. Lepaskan sarung tangan
21. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
22. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien

JENIS BALUTAN UNTUK LUKA-LUKA TERTENTU

a. Wet dressing
Secara tradisional untuk lesi akut, lesi yang sangat basah, dan lesi inflamasi dengan
penerapan kompres basah pada kulit. Balutan ini mulai ditinggalkan karena
banyaknya produk perawatan luka baru yang tersedia.

Tujuan penggunaan kompres basah untuk:


- mengurangi inflamasi dengan cara pembuluh darah berkontriksi (yang
menyebabkan penurunan aliran darah pada daerah inflamasi)
- membersihkan kulit dari eksudat, kerak, dan sisik
- menjaga drainase daerah yang terinfeksi
- mendorong terjadinya penyembuhan dengan memudahkan pergerakan sel
epidermis di kulit yang terlibat sehingga terbentuk jaringan granulasi baru.

Kompres basah juga dapat digunakan untuk gangguan vesikuler, bulosa, pustular,
dan ulseratif, serta untuk kondisi peradangan. Sebelum menerapkan balutan ini,
perawat harus harus melakukan hand hygiene dan mengenakan handscoon steril atau

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 21 dari 34


bersih. Balutan terbuka membutuhkan pergantian balutan yang lebih sering karena
penguapan cepat terjadi. Untuk balutan tertutup lebih jarang diganti, tetapi dapat
menimbulkan bahaya seperti terjadi pelunakan bahkan maserasi.
Teknik balutan basah ke kering diindikasikan untuk menghilangkan eksudat dari
erosi atau luka. Balutan tetap ditempatnya sampai kering, kemudian diangkat tanpa
perendaman sehingga kerak, eksudat, atau pus dari lesi kulit melekat pada balutan
dan dikeluarkan dengan itu.

b. Moisture-retentive dressing
Versi baru, balutan tahan lembab diproduksi secara komersil untuk dapat melakukan
fungsi yang sama dengan kompres basah, tetapi lebih efisien dalam menghilangkan
eksudat karena tingkat transmisi uap airnya lebih tinggi, beberapa memiliki
reservoir (ruang) yang dapat menampung eksudat yang berlebih.

Balutan tahan lembab biasanya sudah terdapat larutan saline, petrolatum, larutan
zinc- saline, hidrogel, atau agen antimikroba, dengan demikian dapat menghindari
maserasi. Keuntungan balutan ini dibanding kompres basah yaitu dapat mengurangi
nyeri, infeksi lebih sedikit, jaringan parut lebih sedikit, autolisis debridemen yang
lembut karena memiliki kandungan kelembaban yang tinggi, dan penurunan
frekuensi pergantian balutan. Balutan ini semi-transparan, memungkinkan untuk
pemeriksaan luka tanpa harus mengganti balutan.

c. Occlusive dressing
Balutan oklusif dapat diproduksi secara komersil atau dibuat dengan mudah
menggunakan kassa persegi steril atau bersih atau dibungkus. Balutan oklusif
meliputi obat topikal yang diterapkan pada dermatosis, seperti lesi kulit abnormal.
Daerah ini dijaga kedap udara dengan menggunakan plastik film (misal plastik
wrap). Plastik film tipis dan mudah beradaptasi dengan semua ukuran, bentuk tubuh,
dan permukaan kulit. Plester bedah plastik yang mengandung kortikosteroid di
lapisan perekat dapat dipotong sesuai ukuran dan diterapkan pada lesi. Umumnya,
plastik wrap tidak boleh digunakan lebih dari 12 jam.

TEKNIK PENCUCIAN LUKA


Teknik Deskripsi Catatan
Swabbing/ Menggunakan kassa untuk mengusap Teknik swabbing dapat
Scrubbing atau menggosok jaringan mati dan memobilisasi bakteri dari satu
untuk membersihkan permukaan luka area ke area lain di dalam
luka, merusak jaringan
granulasi, dan meninggalkan
serat kassa pada luka yang
dapat merangsang

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 22 dari 34


terbentuknya granuloma.
Sebaiknya dipakai pada luka
yang kering dengan
permukaan kasar

Pengompresan Menggunakan kassa yang telah ▪ Hanya cocok digunakan


atau direndam dalam larutan pembersih dan pada luka dengan debris/
perendaman diletakkan langsung di atas permukaan jaringan nekrotik yang
(Compress/ luka dengan atau tanpa tekanan untuk banyak
Soaking) melembutkan atau melepaskan ▪ Perendaman luka
jaringan nekrotik atau untuk meningkatkan
menghilangkan kontaminan yang permeabilitas jaringan,
kotor jumlah bakteri, dan
terbukti tidak efektif
membersihkan dasar luka
Irigasi/ Penggunaan cairan pembersih dengan -
pembilasan memberikan tekanan < 15 psi untuk
(Irrigating/ melembutkan/ menyiram jaringan
Flushing) mati/ debris dari permukaan luka dan
merangsang
pertumbuhan granulasi
Sitz Bathing Digunakan pada luka raea anorektal Uji coba belum banyak
atau luka gynecological. Area luka dilakukan mengenai
akan terkena air sehingga dapat kecepatan penyembuhan atau
mengurangi nyeri, membantu komplikasi dengan teknik
memelihara kebersihn perianal, dan pencucian ini.
membersihkan luka
Whirlpool Menggunakan air yang mengalir di Tidak cocok untuk luka
dalam bak mandi untuk meningkatkan bersih dan luka dalam tahap
perfusi vaskuler dan memungkinkan proliferasi
debridemen mekanis karena
tekanan air

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Halaman 23 dari 34


PROSEDUR PEMASANGAN NGT

Definisi:
Mempersiapkan dan memasang selang yang dimasukkan melalui hidung, melewati
tenggorokan sampai ke dalam lambung.

Tujuan:
1. Dekompresi lambung (mengeluarkan cairan dan gas).
2. Mencegah atau meredakan mual dan muntah pasca operasi atau trauma dengan cara
mendekompresi lambung.
3. Menentukan jumlah tekanan dan aktivitas motorik saluran pencernaan (tujuan
diagnostik).
4. Mencuci lambung (mengirigasi lambung pada kasus perdarahan aktif atau
keracunan)
5. Mendapatkan bahan (bahan lambung) untuk pemeriksaan laboratorium
6. Memberikan obat dan diet

Persiapan Alat:
1. Sarung tangan bersih
2. Selang nasogastrik sesuai ukuran
3. Jeli
4. Catheter tip atau spuit sesuai kebutuhan
5. Stetoskop
6. Plester
7. Tisu
8. Bengkok
9. Pengalas
10. Kertas pH, jika perlu

Prosedur
1. Identifikasi pasien minimal menggunakan minimal dua identitas (nama, tanggal
lahir, dan/atau nomor rekam medis)
2. Jelaskan tujuan dan Langkah langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan bersih
6. Posisikan semi fowler
7. Letakkan pengalas di atas dada pasien
8. Tentukan panjang selang nasogastrik dengan mengukur dari ujung hidung ke

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 24


telinga lalu ke prosessus xypoideus
9. Tandai panjang selang yang telah diukur
10. Periksa kepatenan lubang hidung
11. Lumasi ujung selang nasogastrik sekitar 10 cm dengan jeli
12. Masukkan selang perlahan tapi tegas melalui lubang hidung sampai batas yang
telah diukur
13. Anjurkan untuk menundukkan kepala saat selang nasogastrik mencapai nasofaring
14. Anjurkan menelan saat selang nasogastrik dimasukkan
15. Periksa posisi selang dengan cara:
16. Fiksasi selang nasogastrik pada hidung dengan plester
17. Rapikan pasien dan alat alat yang telah digunakan
18. Lepaskan sarung tangan
19. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
20. Dokumentasikan ukuran NGT, panjang NGT yang dimasukkan, lubang hidung
yang digunakan, pengecekan posisi NGT yang dilakukan, dan respon pasien selama
prosedur

PROSEDUR PEMBERIAN MAKAN VIA NGT


Definisi:
Mempersiapkan dan memberikan nutrisi melalui selang oro/ nasogastrik.

Tujuan:
1. Memberikan nutrisi yang adekuat kepada pasien yang tidak dapat makan sendiri.
2. Memberikan obat
3. Memberikan nutrisi kepada pasien yang tidak dapat diberi makan lewat mulut, misal
operasi rongga dalam keadaan tidak sadar atau koma.

Indikasi:
1. Cedera kepala dan leher
2. Koma
3. Obstruksi esofagus atau orofaring
4. Anoreksia nervosa berat
5. Episode aspirasi berulang
6. Peningkatan kebutuhan metabolik seperti luka bakar, kanker

Persiapan Alat:
1. Catheter tip atau spuit 20 – 50 cc sesuai kebutuhan
2. Sarung tangan bersih

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 25


3. Stetoskop
4. Makanan cair
5. Air minum
6. Tissue
7. Pengalas

Prosedur
1. Identifikasi pasien minimal menggunakan minimal dua identitas (nama, tanggal
lahir, dan/atau nomor rekam medis)
2. Jelaskan tujuan dan Langkah langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan bersih
6. Posisikan semifowler
7. Letakkan pengalas di dada pasien
8. Periksa posisi dan kepatenan NGT serta residu lambung
9. Tunda pemberian makanan jika residu lebih dari 50 cc
10. Buka penutup ujung NGT dan sambungkan dengan catheter tip atau spuit
11. Masukkan makanan cair dalam catheter tip
12. Alirkan makanan perlahan tanpa mendorong
13. Bilas selang dengan air minum
14. Tutup kembali ujung selang
15. Pertahankan posisi semifowler seama 30 menit setelah makan
16. Rapikan pasien dan alat alat yang digunakan
17. Lepaskan sarung tangan
18. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
19. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 26


PEMASANGAN KATETER URINE PADA LAKI LAKI

Definisi:
Memasukkan selang kateter urine ke dalam kandung kemih melalui uretra pada pasien
laki laki

Tujuan:
Kateterisasi Intermitten
1. Menghilangkan distensi kandung kemih
2. Untuk menilai sisa urin pasca pengosongan kandung kemih
3. Mendapatkan bahan pemeriksaan steril
4. Mengosongkan kandung kemih sebelum proses melahirkan atau operasi abdomen

Kateterisasi Menetap
1. Memudahkan pengeluaran urin pada pasien inkontinensia
2. Memudahkan drainase kandung kemih kontinu pasca trauma/operasi pada
saluran kemih atau operasi besar
3. Untuk membidai uretra untuk mempercepat pemulihan pasca operasi urologi
4. Meredakan retensi urin akut atau kronis
5. Mencegah kontak urin dengan insisi pasca operasi perineum

Persiapan Alat:
1. Sarung tangan steril
2. Kateter urine sesuai ukuran
3. Urine bag dan penggantungnya
4. Spuit yang berisi 20 ml aquades
5. Jeli lidocain 2%
6. Cairan antiseptik
7. Sarung tangan bersih
8. Kom bersih
9. Wadah sampel urine jika perlu
10. Kapas/ kassa
11. Pengalas
12. Bengkok
13. Sampiran

Prosedur
1. Identifikasi pasien minimal menggunakan minimal dua identitas (nama, tanggal
lahir, dan/atau nomor rekam medis)
2. Jelaskan tujuan dan Langkah langkah prosedur

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 27


3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Jaga privasi dengan memasang sampiran
5. Atur posisi terlentang dengan kaki abduksi
6. Letakkan pengalas di bawah bokong
7. Tutup area pinggang dengan selimut
8. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
9. Pasang sarung tangan bersih
10. Bersihkan area genitalia dengan kapas/ kassa dan cairan antiseptik
11. Bilas dan keringkan, kemudian lepaskan sarung tangan bersih
12. Buka set kateter steril dan alat alat steril lainnya dan tempatkan alas steril dengan
tetap mempertahankan teknik aseptik
13. Pasang sarung tangan steril
14. Sambungkan kateter dengan urine bag
15. Pegang penis tegak lurus dengan tangan nondominan dan masukkan 10 ml jeli
lidocain ke dalam meatus uretra dengan tangan yang dominan
16. Tutup meatus uretra dengan jari telunjuk selama 1-2 menit
17. Masukkan kateter ke dalam meatus uretra secara perlahan dengan tangan dominan
sampai pangkal kateter sambil menganjurkan tarik nafas dalam
18. Lakukan fiksasi internal dengan memasukkan aquades untuk mengembangkan
balon kateter
19. Tarik kateter perlahan sampai terasa ada tahanan untuk memastikan kateter
terfiksasi dengan baik dalam kandung kemih
20. Lepaskan sarung tangan steril
21. Lakukan fiksasi eksternal dengan plester di area abdomen bawah dengan penis
mengarah ke dada
22. Gantungkan urine bag dengan posisi lebih rendah dari pasien
23. Pasang sarung tangan bersih dan ambil sampel urine segera dari urine bag, jika
perlu
24. Lepaskan sarung tangan bersih
25. Rapikan pasien dan alat alat yang digunakan
26. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
27. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan (warna dan jumlah urine yang
keluar, jumlah aquades untuk fiksasi, tanggal/ waktu dipasang) dan respon pasien.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 28


PEMASANGAN KATETER URINE PADA PEREMPUAN

Definisi:
Memasukkan selang kateter urine ke dalam kandung kemih melalui uretra pada pasien
perempuan.

Persiapan Alat:
1. Sarung tangan steril
2. Kateter urine sesuai ukuran
3. Urine bag dan penggantungnya
4. Spuit yang berisi 20 ml aquades
5. Jeli lidocain 2%
6. Cairan antiseptik
7. Sarung tangan bersih
8. Kom bersih
9. Wadah sampel urine jika perlu
10. Kapas/ kassa
11. Pengalas
12. Bengkok
13. Sampiran

Prosedur
1. Identifikasi pasien minimal menggunakan minimal dua identitas (nama, tanggal
lahir, dan/atau nomor rekam medis)
2. Jelaskan tujuan dan Langkah langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Jaga privasi dengan memasang sampiran
5. Atur posisi dorsal recumbent
6. Letakkan pengalas di bawah bokong
7. Tutup area pinggang dengan selimut
8. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
9. Pasang sarung tangan bersih
10. Bersihkan area perineum dengan kapas/ kassa dan cairan antiseptik
11. Bilas dan keringkan, kemudian lepaskan sarung tangan bersih
12. Buka set kateter steril dan alat alat steril lainnya dan tempatkan alas steril dengan
tetap mempertahankan teknik aseptik
13. Pasang sarung tangan steril
14. Sambungkan kateter dengan urine bag
15. Lumasi ujung kateter 2,5 – 5 cm dengan jely
16. Buka kedua labia minora dengan ibu jari dan telunjuk tangan nondominan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 29


17. Masukkan kateter 5-7,5 cm ke dalam meatus uretra secara perlahan sambil
menganjurkan tarik nafas dalam
18. Perhatikan adanya aliran urine dalam urinebag
19. Lakukan fiksasi internal dengan memasukkan aquades untuk mengembangkan
balon kateter
20. Tarik kateter perlahan sampai terasa ada tahanan untuk memastikan kateter
terfiksasi dengan baik dalam kandung kemih
21. Lepaskan sarung tangan steril
22. Lakukan fiksasi eksternal dengan plester di area paha dalam
23. Gantungkan urine bag dengan posisi lebih rendah dari pasien
24. Pasang sarung tangan bersih dan ambil sampel urine segera dari urine bag, jika
perlu
25. Lepaskan sarung tangan bersih
26. Rapikan pasien dan alat alat yang digunakan
27. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
28. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan (warna dan jumlah urine yang
keluar, jumlah aquades untuk fiksasi, tanggal/ waktu dipasang) dan respon pasien.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 30


IRIGASI KANDUNG KEMIH

Definisi:
Membersihkan atau membilas kandung kemih untuk mencegah bekuan darah,
memberikan obat, dan mengeluarkan benda asing dari kandung kemih.

Tujuan:
1. Membilas bekuan darah dan sedimen keluar dari kateter dan kandung kemih
2. Memasukkan obat ke dalam kandung kemih
3. Mengembalikan patensi kateter

Persiapan Alat:
1. Larutan irigasi steril, sesuaikan suhu dalam kantung dengan suhu ruangan
2. Selamg irigasi dengan klem (dengan atau tanpa konektor)
3. Sarung tangan bersih
4. Tiang infus
5. Alcohol swab
6. Wadah metrik
7. Konektor Y
8. Selimut mandi

Prosedur
1. Identifikasi pasien minimal menggunakan minimal dua identitas (nama, tanggal
lahir, dan/atau nomor rekam medis)
2. Jelaskan tujuan dan Langkah langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan
6. Periksa abdomen bawah untuk tanda distensi kandung kemih
7. Hubungkan ujung selang irigasi ke dalam kantung larutan irigasi dengan
menggunakan teknik aseptik
8. Tutup kelm selang drainase dan buka klem selang irigasi
9. Alirkan cairan sebanyak yang diprogramkan ke dalam kandung kemih
10. Tutup klem irigasi dan buka klem selang drainase
11. Hitung kecepatan tetesan dan atur klem pada selang irigasi secara tepat, jika irigasi
kontinu
12. Rapikan pasien dan alat alat yang digunakan
13. Lepaskan sarung tangan bersih
14. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
15. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien.
.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 31


PROSEDUR AFF KATETER

1. Identifikasi pasien minimal menggunakan minimal dua identitas (nama, tanggal


lahir, dan/atau nomor rekam medis)
2. Jelaskan tujuan dan Langkah langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Pasang sarung tangan
6. Kosongkan urine bag
7. Buka pakaian bawah klien
8. Posisikan klien, dan dekatkan alas dan bengkok ke area kerja
9. Keluarkan semua cairan fiksasi yang ada dalam balon kateter
10. Pastikan semua cairan yang ada di dalam balon kateter keluar, dan tarik serang
kateter perlahan-lahan
11. Buang semua sampah kateter beserta urine bag ke dalam tempat sampah medis
12. Lakukan perineal hygiene
13. Kembalikan posisi klien ke posisi nyaman
14. Rapikan pasien dan alat alat yang digunakan
15. Lepaskan sarung tangan bersih
16. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
17. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien.

IRIGASI KATETER PASCA TURP ( TRANS URETHAL RESECTION OF THE


PROSTATE)

TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra


menggunakan resektroskop, dimana resektroskop merupakan endoskop dengan tabung
10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong dan counter
yang disambungkan dengan arus listrik. Operasi ini dilakukan pada prostat yang
mengalami pembesaran antara 3060 gram, kemudian dilakukan reseksi. Tindakan ini
menggunakan cairan pembilas/irigasi supaya daerah yang direseksi tetap terang dan
tidak tertutup darah. Setelah dilakukan TURP, dipasang traksi kateter Foley tiga saluran
no. 24 yang dilengkapi balon 30 ml, untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah
dari kandung kemih. Jumlah tetesan cairan irigasi setelah operasi biasanya guyur. Hari
pertama sekitar 60 tetes permenit. Hari kedua sekitar 40 tetes permenit. Irigasi setelah
TURP menggunakan cairan NaCl 0,9% atau sterilized water for irrigation. Kedua jenis
cairan ini lazim digunakan di Indonesia.Setiap rumah sakit memiliki keputusan
tersendiri. Kedua jenis cairan ini aman dan sudah terdapat penelitian yang
mengungkapkannya.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 32


PROSEDUR IRIGASI KANDUNG KEMIH POST OP TURP

Pengertian : Memasukan larutan kedalam kandung kemih untuk membersihkan atau


memasukan obat atau proses pencucian kandung kemih dengan aliran cairan yang telah
di programkan oleh dokter

Tujuan
1. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine.
kateter
2. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan urine,
misalnya oleh darah dan pus.
3. Untuk membersihkan kandung kemih.
4. Untuk mengobati infeksi lokal.

Prosedur Irigasi Kateter Tertutup


1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Jaga privacy pasien
3. Posisikan pasien dalam posisi dorsal recumbent (perempuan) atau supine (laki-
laki)
4. Irigasi kateter terbuka dengan double lumen catheter.
a. Tuang larutan steril pada gelas ukur steril
b. Klem selang kateter yag berada di bawah port spesimen
c. Siapkan larutan steril kedalam spuit dengan menggunakan teknik aseptik
(biasanya 30-50 ml).
d. Dengan gerakan memutar, bersihkan sambungan untuk injeksi dengan
kapasantiseptik.
e. Masukkan unjung jarum suntik menggunakan gerakan memutar ke port
irigasi.
f. Masukkan cairan secara perlahan ke dalam kateter dan kandung kemih
g. Tarik jarum suntik, lepaskan klem dan biarkan cairan mengalir ke
drainase/urine bag. Apabila larutan tetap berada dikandung kemih (irigasi
atau pemasukan cairan ke kandung kemih), tutup klem aliran ke slang
drainase urine untuk memungkinkan cairan tetap di kandung kemih untuk
waktu sesuai terapi.

Prosedur Irigasi kateter Tertutup


1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Hubungkan slang infus irigasi dengan larutan irigasi dan bilas slang dengan
larutan,jaga agar ujungnya tetap steril.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 33


4. Bersihkan port irigasi kateter triple lumen atau pasang konektor Y steril ke
kateter lumen ganda. Hubungkan slang irigasi ke port cairan pada kateter tiga
cabang
5. Untuk irigasi kontinu,
• Buka klem aliran pada slang irigasi agar sejumlah larutan yang telah
diprogramkan masuk kedalam kandung kemih. Klem slang.
• Apabila larutan sedang dimasukkan untuk mengirigasi kateter, buka klem
aliran pada slang drainase urin. Larutan irigasi akan mengalir melalui selang
dan port drainase urine, untuk mengeluarkan mukosa dan bekuan darah.
• Untuk irigasi intermitten,
• Klem selang drainase urine, kemudian buka klem pada drainase irigasi dan
hitung jumlah cairan yang ditentukan masuk ke kandung kemih (100 ml untuk
dewasa).
• Tutup klem irigasi dan buka klem drainase urin. apakah larutan perlu tetap
di kandung kemih selama waktu tertentu.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 34

Anda mungkin juga menyukai