Menyorot pada cakrawala yang terwujud gundah merana Oh, nabastala... mengapa? Atma ku menunggumu dalam amerta
Kau sang nabastala
Dan aku bentala, memujamu dan mencinta Jangan menyimpan lara, wahai kirana Aku akan amerta dalam atma mu walau dipandang lengkara
Aku adalah bentala
Ah rinduku hanya untukmu, griyaku yang anindya Arutala tersenyum mengirimkanku aksama Ancala dan jenggala mengejek, kata mereka akulah wujud nestapa
Mengapa dimikian, cinta?
Hanya aku abisatyamu di penjuru buana Apa aku makhluk tak tahu dikata? Surga membisik, beraninya aku menyimpan cinta Kepadamu nabastala yang paripurna
Asa membuat asmaraloka kian kentara
Namun dapatkah kita menjadi amorfati, kirana? Atau hanya sebatas enigma? Kamu akan amerta, sayangku nayanika Dalam prosa yang tak lengkara untuk paripurna karena kita yang tak akan jatukrama