Anda di halaman 1dari 20

UUNIVERSITAS FALETEHAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

PERANCANGAN ARSITEKTUR III


STUDI LITERATUR
Oleh :
M. Raihan Nabil
12217033

Dosen :
Husna Izzati ST., MT.
Ghina Rizqandi Q.A ST., M.Arch.
AKADEMIK

Pengertian

Apa itu akademik? Pada dasarnya


akademik adalah istilah yang merujuk pada
aktivitas dan proses pembelajaran,
penelitian, dan pengembangan ilmu
pengetahuan di institusi pendidikan.
Akademik biasanya didapatkan dari institusi
pendidikan seperti perguruan tinggi,
universitas maupun lembaga riset.
Sedangkan menurut Membara E.P., dkk.
menjelaskan dapat dikatakan bahwa
secara umum pengertian akademik
berarti proses belajar mengajar yang
dilakukan di kelas atau dunia
persekolahan. Kegiatan akademik
meliputi tugas-tugas yang dinyatakan
dalam program pembelajaran, diskusi,
obeservasi, dan pengerjaan tugas.

3
FASILITAS MINIMAL
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR
NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI
Bagian Ketujuh Standar Sarana dan Prasarana Pembelajaran, Pasal 33.

Standar sarana dan prasarana Pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang sarana dan prasarana sesuai
dengan kebutuhan isi dan proses Pembelajaran dalam rangka pemenuhan capaian Pembelajaran lulusan.

Pasal 34
(1) Standar sarana Pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 paling sedikit terdiri atas:
a. perabot;
b. peralatan pendidikan;
c. media pendidikan;
d. buku, buku elektronik, dan repositori;
e. sarana teknologi informasi dan komunikasi;
f. instrumentasi eksperimen;
g. sarana olahraga;
h. sarana berkesenian;
i. sarana fasilitas umum;
j. bahan habis pakai; dan
k. sarana pemeliharaan, keselamatan, dan keamanan. 4
FASILITAS MINIMAL
(2) Jumlah, jenis, dan spesifikasi sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan rasio penggunaan sarana
sesuai dengan karakteristik metode dan bentuk Pembelajaran, serta harus menjamin terselenggaranya proses Pembelajaran
dan pelayanan administrasi akademik.

Pasal 35

(1) Standar prasarana Pembelajaran sebagaimana (2) Fasilitas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud dalam Pasal 33 paling sedikit terdiri atas: huruf k meliputi:
lahan;
a. jalan;
a. ruang kelas; b. air;
b. perpustakaan; c. listrik;
c. laboratorium/studio/bengkel kerja/unit produksi; d. jaringan komunikasi suara; dan
d. tempat berolahraga; e. data.
e. ruang untuk berkesenian;
f. ruang unit kegiatan mahasiswa;
g. ruang pimpinan Perguruan Tinggi;
h. ruang Dosen;
i. ruang tata usaha; dan
j. fasilitas umum. 5
STANDAR PELAYANAN DASAR DI KAMPUS SETINGKAT
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
telah memberikan arahan tentang pentingnya peningkatan mutu yang berkelanjutan.
Penjaminan mutu meliputi semua komponen dalam pendidikan, salah satu komponen
tersebut adalah mahasiswa.
PERSYARATAN DESAIN DARI BANGUNAN-BANGUNAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung


Persyaratan Keselamatan Pasal 17

(1) Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi
persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan
gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.
(2) Persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatannya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) merupakan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh dalam mendukung
beban muatan.
(3) Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan
pengamanan terhadap bahaya kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif.
(4) Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah bahaya petir sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya petir
melalui sistem penangkal petir.

7
PERSYARATAN DESAIN DARI BANGUNAN-BANGUNAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung

Persyaratan Kesehatan Pasal 21 Persyaratan kesehatan bangunan gedung sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi,
dan penggunaan bahan bangunan gedung.

Pasal 22

(1) Sistem penghawaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 merupakan kebutuhan sirkulasi
dan pertukaran udara yang harus disediakan pada bangunan gedung melalui bukaan dan/atau
ventilasi alami dan/atau ventilasi buatan.
(2) Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidik-an, dan bangunan pelayanan
umum lainnya harus mempunyai bukaan untuk ventilasi alami.
(3) Ketentuan mengenai sistem penghawaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
8
PERSYARATAN DESAIN DARI BANGUNAN-BANGUNAN
Pasal 23
(1) Sistem pencahayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 merupakan kebutuhan pencahayaan
yang harus disediakan pada bangunan gedung melalui pencahayaan alami dan/atau pencahayaan
buatan, termasuk pencahayaan darurat.
(2) Bangunan gedung tempat tinggal, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bangunan pelayanan umum
lainnya harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami.
(3) Ketentuan mengenai sistem pencahayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 24
(1) Sistem sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 merupakan kebutuhan sanitasi yang harus disediakan
di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor
dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
(2) Sistem sanitasi pada bangunan gedung dan lingkungannya harus dipasang sehingga mudah dalam
pengoperasian dan pemeliharaannya, tidak membahayakan serta tidak mengganggu lingkungan.
(3) Ketentuan mengenai sistem sanitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.

9
PERSYARATAN DESAIN DARI BANGUNAN-BANGUNAN
Pasal 25
(1) Penggunaan bahan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 harus aman bagi kesehatan
pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
(2) Ketentuan mengenai penggunaan bahan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Paragraf 4
Persyaratan Kenyamanan Pasal 26
(1) Persyaratan kenyamanan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi
kenyamanan ruang gerak dan hubungan antarruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat
getaran dan tingkat kebisingan.
(2) Kenyamanan ruang gerak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tingkat kenyamanan yang
diperoleh dari dimensi ruang dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.
(3) Kenyamanan hubungan antarruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tingkat kenyamanan
yang diperoleh dari tata letak ruang dan sirkulasi antarruang dalam bangunan gedung untuk
terselenggaranya fungsi bangunan gedung.
(4) Kenyamanan kondisi udara dalam ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tingkat
kenyamanan yang diperoleh dari temperatur dan kelembaban di dalam ruang untuk terselenggaranya fungsi
bangunan gedung. 10
PERSYARATAN DESAIN DARI BANGUNAN-BANGUNAN

(5) Kenyamanan pandangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kondisi dimana hak
pribadi orang dalam melaksanakan kegiatan di dalam bangunan gedungnya tidak terganggu dari
bangunan gedung lain di sekitarnya.
(6) Kenyamanan tingkat getaran dan kebisingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan
tingkat kenyamanan yang ditentukan oleh suatu keadaan yang tidak mengakibatkan pengguna dan
fungsi bangunan gedung terganggu oleh getaran dan/atau kebisingan yang timbul baik dari dalam
bangunan gedung maupun lingkungannya.
(7) Ketentuan mengenai kenyamanan ruang gerak, tata hubungan antarruang, tingkat kondisi
udara dalam ruangan, pandangan, serta tingkat getaran dan kebisingan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
11
SISTEM SIRKULASI ORANG DAN KENDARAAN

Sirkulasi Manusia

Pergerakan manusia akan


mempengaruhi sistem sirkulasi dalam tapak.
Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian
atau plaza yang membentuk hubungan erat
dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak.
Hal yang perlu diperhatikan, antara lain
lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi,
lampu jalan, dan fasilitas penyeberangan
(Hari, 2009). Selain itu ada beberapa ciri
dari sirkulasi manusia, yakni: 1) kelonggaran
dan flaxsibel dalam bergerak, 2)
berkecepatan rendah, dan 3) sesuai dengan
skala manusia (Tofani, 2011).

12
SISTEM SIRKULASI ORANG DAN KENDARAAN

Sirkulasi Kendaraan

Aditya Hari (2008)


mengungkapkan bahwa secara
hierarki sirkulasi kendaraan dapat
dibagi menjadi 2 jalur, yakni antara
lain:
1) jalur distribusi, jalur untuk gerak
perpindahan lokasi (jalur cepat), dan
2) jalur akses, jalur yang melayani
hubungan jalan dengan pintu masuk
bangunan.

13
ROOF
SISTEM UTILITAS TANK

Sistem Mekanikal BATAS TAPAK

1. System Plumbing
METERAN AIR
POMPA

PDAM

GROUND WATER
TANK
SUMUR ARTESIS

2. System Fire Fighting (System Pemadam kebakaran)

14
SISTEM UTILITAS
3. System Tata Udara (AC / Air Conditioning) 5. Sistem penangkal petir

4. Sistem transportasi vertical (lift)

15
SISTEM UTILITAS
Sistem Elektrikal 3. Sistem tata suara (Sound system)
1. Sistem Elektrikal / Arus Kuat

2. Sistem telepon
4. System fire protection (fierm alarm)

16
SISTEM UTILITAS
5. Sistem Data / Jaringan Komputer

7. Sistem CCTV (Close Circuit Television)

6. Sistem MATV (master Television)

17
PRINSIP SUSTAINABLE ARCHITECTURE
Sustainable Architecture memiliki prinsipprinsip yang menjadi acuan suatu
perancangan ketik akan menerapkan konsep arsitektur berwawasan lingkungan ini. Dalam
Karli (2009) disebutkn bahwa Thomas A. Fisher (2002) mengatakan lima prinsip arsitektur
berwawasan lingkungan, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Lingkungan 2. Efisiensi energi 3. Material yang 4. Material yang


interior yang sehat Meminimalisis penggunaan
ramah lingkungan ramah lingkungan
Menggunakan energi yang besar dalam Memperhatikan Memperhatikan
material-material yang ruangan, sistem penghawaan, material-material yang material-material yang
dan pencahayaan dengan diproduksi secara diproduksi secara
bersifat non-toxic, maenggunakan matode dan
tidak mengandung ramah lingkungan dan ramah lingkungan dan
produk-produk yang tepat memiliki dampak memiliki dampak
zat-zat dan gas seperti penggunaan material negatif yang sedikit negatif yang sedikit
berbahaya yang da[at yang berasal dari sumber terhadap kerusakan terhadap kerusakan
merusak lingkungan energi terbarukan. Sehingga lingkungan. lingkungan.
maupun kenyamanan membantu mengurangi
pengguna. pemakaian energi alam yang
tidak terbarukan

18
5. Bentuk yang ramah 6. Desain yang baik
lingkungan
Keseluruhan dari
perencanaan bangunan yang
Memperhatikan
memperhatika efisiensi energi,
perencanaan bentuk kondisi tapak
dan iklim yang dapat mempengaruhi daya tahan lama material, serta
lingkungan tersebut. Serta hubungan yang baik antara
memanfaatkan keberlanjutan dari penggunaan area, sirkulasi,
lingkungan sekitar dalam penerapan bentuk bangunan, sistem
bangunannya, seperti pemakaian utilitas, dan teknik konstruksi
kembali air hujan untuk sistem yang baru dipertimbangkan
penyiraman tanaman secara seksama

19
THANK YOU!
FLORA@CONTOSO.COM

HTTP://WWW.CONTOSO.COM/

Anda mungkin juga menyukai