Disusun Oleh :
Kelompok II
JAKARTA
1438 H/2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Konsep Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk mewujudkan dan mengatur hal tersebut pemerintah melalui PP No. 19 Tahun
2005 tentang Standar nasional Pendidikan, pasal 1 ayat (8) mengemukakan standar sarana
dan prasarana adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan kriteria minimal tentang
ruang belajar, tempat olah raga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat berekreasi dan berkreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi. pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa; (1) Setiap satuan
pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
1. A
2. B
3. C
4. D
C. Tujuan
1. A
2. B
3. C
4. D
5. E
BAB II
PEMBAHASAN
Kata standardisasi (Handoko, 2011), bukan berasal dari kata standard+ -isasi, tetapi
merupakan sebuah kata dasar hasil serapan dari bahasa asing. Kata standardisasi mempunyai
arti penyesuaian bentuk (ukuran atau kualitas) dengan pedoman atau standar yang telah
ditetapkan (Barnawi dkk, 2012: 86).
Standardisasi sarana dan prasarana sekolah dapat diartikan sebagai suatu penyesuaian
bentuk, baik spesifikasi, kualitas, maupun kuantitas sarana dan prasarana sekolah dengan
kriteria minimum yang telah ditetapkan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
publik serta meningkatkan kinerja penyelenggara sekolah.
Standar sarana dan prasarana pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat
beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Depdiknas, 2005: 3).
Lahan merupakan bidang permukaan tanah yang di atasnya terdapat prasarana sekolah
yang meliputi bangunan, lahan praktik, lahan untuk prasarana penunjang, dan lahan
pertamanan. Lahan yang digunakan untuk kepentingan sekolah harus mendukung kelancaran
proses pendidikan itu sendiri. Lahan harus terhindar dari berbagai potensi bahaya, baik yang
mengancam kesehatan maupun mengancam keselamatan jiwa warga sekolah. Selain itu,
lokasi lahan hendaknya memiliki akses yang memadai untuk penyelamatan dalam keadaan
darurat jika sewaktu-waktu terjadi ancaman bahaya. Lahan harus terhindar dari gangguan
pencemaran air dan udara serta kebisingan.
Adapun fungsi dari pengadaan sarana dan prasarana pendidikan mengatur dan
menyelenggarakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan baik menyangkut jenis, jumlah,
kualitas, tempat, dan waktu yang dikehendaki (Arum, 2006:47).
B. Standar Lahan Sekolah
1. Lahan tiap satuan pendidikan harus memenuhi ketentuan rasio luas lahan terhadap
jumlah siswa.
2. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan
jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat.
3. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis sempadan
sungai dan jalur kereta api.
4. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut:
1) Pencemaran air, sesuai dengan PP RI No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air.
2) Kebisingan, sesuai dengan Kepmen Negara KLH Nomor 94/MENKLH/1992
tentang Buku Mutu Kebisingan.
5. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam peraturan daerah tentang
rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yang lebih rinci dan
mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari pemerintah daerah setempat.
6. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/ atau memiliki izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.
Ada beberapa jumlah persyaratan, sistem dan kegiatan penting terhadap bangunan
sekolah yang perlu diperhatikan, di antaranya:2
1
Indrawan, Pengantar Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Yogyakarta: Deepublish, Juli 2015), hlm
51.
2
Ibid., hlm 52.
2. Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan banyak peserta
didik kuang dari kapasitas maksimum kelas, lantai bangunan juga memenuhi
ketentuan luas minimum seperti tercantum pada Lampiran PP No. 24 tahun 2007
tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, mengenai
bangunan gedung sekolah yang harus memenuhi ketentuan tata bangunan, persyaratan
kenyamanan, persyaratan keselamatan, persyaratan kesehatan, dan dilengkapi dengan
sistem keamanan serta pemeliharaan bangunan.3
3. Bangunan gedung memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri dari:
1) Koefisien dasar bangunan maksimum 30%.
2) Koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum bangunan gedung yang
ditetapkan dalam peraturan daerah.
3) Jarak bebas bangunan gedung yang meliputi garis sempadan bangunan gedung
dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api, dan/ atau jaringan
tegangan tinggi, jarak antara bangunan gedung dengan batas-batas persil, dan
jarak antara as jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam peraturan daerah.
4. Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan berikut.
1) Memiliki struktur yang stabil dan kokoh sampai dengan kondisi pembebanan
maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan beban muatan mati, serta
untuk daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa dan kekuatan alam
lainnya.
2) Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/ atau proteksi aktif untuk mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.
5. Bangunan gedung memenuhi persyaratan kesehatan berikut.
1) Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan yang
memadai.
2) Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, pembuangan air, kotor dan/atau limbah, kotoran, dan tempat
sampah, serta penyaluran air hujan.
3) Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
6. Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksebilitas yang mudah, aman, dan
nyaman termasuk bagi penyandang cacat.
3
Ibid,. hlm. 52
7. Bangunan gedung memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.
1) Bangunan gedung mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu
kegiatan pembelajaran.
2) Setiap ruangan memiliki temperatur dan kelembaban yang tidak melebihi kondisi
di luar ruangan.
3) Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.4
4
Ibid., hlm. 53.
5
Matin, Nurhattati. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya. (Jakarta: Rajawali
Pers, 2016). Hlm. 141-142.
6
Ibid., hlm. 158.
7
Ibid., hlm. 180.
E. Peraturan Mendiknas tentang Standar Sarana dan Prasarana
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Matin, Nurhattati. Manajemen Sarana dan Prasarana: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta:
Rajawali Pers, 2016.