Anda di halaman 1dari 67

TAKHARUJ, MUNASAKHAH, MAFQUD,

ASIR (TAWANAN), WARISAN BAGI


ORANG YANG MENDAPAT KECELAKAAN
SECARA BERSAMA-SAMA, ANAK HASIL
ZINA
Neng Djubaedah, SH., MH., Ph.D dan Dr. Yeni Salma Barlinti, SH., SHum., MH
Magistetr Kenotariatan FHUI, Jum’at 6 Desember 2019, Senin 7 Juni 2021,
SENIN 20 November 2021, 2022

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA


TAKHARUJ
TAKHARUJ

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND


PENGERTIAN TAKHARUJ
Perjanjian para ahli waris untuk mengundurkan
(mengeluarkan) salah seorang ahli waris dari menerima
bagian harta warisan dengan memberikan bagian warisan
sebesar hak warisnya, baik pemberian harta itu berasal dari
harta warisan atau harta salah seorang / beberapa orang
ahli waris lain yang tidak mengundurkan diri.

• Dalam hkum Waris Uslam belaku ASAS IJBARI, maka tidak


mengenal PENOLAKAN SEBAGAI AHLI WARIS oleh Ahli Waris.
• Hukum Iaris Islam mengenal TAKHARUJ (pengunduruan diri sebagai
Ahli Waris) sehubungan dengan HUBUNGAN PERSONAL AHLI
WARIS yang mengundurkan diri dengan AHLI WARIS lain, BAIK
KARENA KEMULIAAN HATI ahLI Waris yang menerima takharuj,
atau Ahli Waris yang memiliki utang kepada Pewaris (misal uang
Mahar), bukan kerena untuk menghindari atau menolak UTANG
PEWARIS.
Perjanjian para ahli waris
UNSUR-UNSUR TAKHARUJ untuk
mengundurkan
(mengeluarkan)
salah seorang ahli waris dari
menerima bagian harta warisan

dengan memberikan bagian warisan


sebesar hak warisnya,

baik pemberian harta itu berasal


dari harta warisan atau

harta salah seorang / beberapa


orang ahli waris lain yang tidak
mengundurkan diri.
TAKHARUJ DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM

Pasal 189 (2)


KHI serupa
Takharuj.

Dasar hukum
takharuj atsar
Ibnu Mas’ud.
Beberapa ahli waris
Tiga macam TAKHARUJ mentakharujkan salah
seorang ahli waris: terdapat
3 macam penyelesaian:

• setiap ahli waris yang


mentakharujkan membayar sesuai
dengan bagian warisan yang
diterima masing-masing ahli waris.
• Setiap ahli waris yang
mentakharujkan mengeluarkan
uang yang sama jumlahnya.
• Setiap ahli waris yang
mentakharujkan dengan tidak
ditentukan jumlah minimal dan
maksimal yang harus mereka bayar
kepada mukharaj.
Contoh 1: Seorang ahli waris mentakharuj seorang ahli
waris lainnya.
KASUS: Pewaris meninggalkan
ibu, anak perempuan, ayah, dan
saudara lelaki kandung.
• Ibu mengundurkan diri dari
menerima harta warisan
sebagai suatu tegen prestatie
(jasa timbal balik) atas
sejumlah uang yang diberikan
oleh anak perempuan
pewaris kepadanya.
GAMBAR KASUS: Pewaris meninggalkan ibu, anak
perempuan, ayah, dan saudara lelaki kandung.

A B

C
Penyelesaoan: Kasus TAKHARUJ

• SEBELUM TALHARUJ: • SETELAH TAKHARUJ:


ibu = 1/6; anak perempuan = ½ + 1/6
anak perempuan = ½; (TAKHARUJ IBU);
ayah = 1/6 + sisa (usbah) 1/6 = ayah = 1/6 + usbah (1/6) = 1/3;
1/3; saudara lelaki = dihijab ayah = 0.
saudara lelaki = 0 terhijab ayah.
GAMBAR CONTOH TAKHARUJ 2:
Pewaris meninggalkan isteri (A) dan 2 anak lelaki (B dan C).
B membuat perjanjian dengan ibunya, A (yaitu isteri Pewaris), agar A mengundurkan
diri dari menerima harta warisan, karena A telah menerima pemberian materi dan
jasa yang banyak dari B.

• GAMBAR KASUS

C B
PENYELESAIAN:

SEBELUM TAKHARUJ: : SETELAH TAKHARUJ:


A = 1/8 = 2/16; Sisa = 7/8 B = 7/16 + 2/16 (takharuj IBU=
diberikan kepada B dan C; 9/16;
B = ½ x 7/8 = 7/16; C = 7/16.
C = ½ x 7/8 = 7/16.
Contoh 3: Beberapa ahli waris mentakharuj / mengundurkan seorang ahli
waris: Pewaris meninggalkan suami (A), ibu (B), saudara lelaki sekandung
(C).
A diundurkan (mutakharaj) oleh B dan C dengan prestasi mahar yang
terhutang kpd pewaris yang belum dibayar A (suami kepada Pearis, isteri
A).

• GAMBAR KASUS
B

C A
Penyelesaian :
Penyelesaian sebelum Penyelesaian setelah takharuj:
takharuj: • perolehan B (ibu) dan C (Sdr. Lk Sekandung)
A (suami) = ½; seimbang dengan penerimaannya sebagai ahli
B (ibu)= 1/3 (ingat waris sebelum takharuj:
Syafi’i berbeda dengan B = ibu = 1/3 = 2/6;
Hazairin); C = saudara lelaki =1/6;
C (saudara lelaki B (ibu) : C (saudara lelaki) = 2/6 : 1/6 atau 2 : 1.
sekandung) = sisa =
1/6. Ibu = 2/3x1/2 (takharuj suami) = 1/3.
Jadi ibu (B) = 1/3 + 1/3 (takharuj suami) = 2/3;
C (saudara lelaki) = 1/3x1/2 (takharuj suami) =
1/6
Jadi C = 1/6 + 1/6 = 1/3
Contoh 4: takharuj berdasarkan bagian warisan masing-masing ahli
waris.
Pewaris meninggalkan anak perempuan (A) , ibu (B), saudara lelaki
kandung (C).
A dan B mentakharujkan C (saudara laki-laki kandung) dengan imbalan C
diberi harta oleh A dan B.
• GAMBAR
B

A
Penyelesaian
• Penyelesaian sebelum • Penyelesaian setelah takharuj:
takharuj:
• A = anak perempuan = ½;
• A= ANAK PEREMPUAN = ½ =
3/6; • B = ibu = 1/6.
• B = IBU = 1/6; • Bagian warisan C (sdr Lk kandung) = 2/6,
dibagikan kpd A dan B dengan
• C = SDR KANDUNG LAKI-LAKI = perbandingan A:B = 3/6 : 1/6 = 3:1.
SISA = 1/3 = 2/6.
• A = anak pr = ½ + ¼ (3/4 X 1/3 = 3/12 =
¼) = ¾.
• B = ibu = 1/6 + 1/12 (1/4 X 1/3 = 1/12) =
3/12 = ¼.
Contoh 5: Takharuj sama.
Pewaris meninggalkan anak perempuan (A), ibu (B), 2 saudara lelaki
kandung (C dan D).
Para ahli waris (B [ibu], CD [Sdr laki-laki kandung]) mentakharuj anak
perempuan (A) dengan masing-masing membayar sejumlah uang yang
sama diberikan kepada A.
B
• GAMBAR

D C

A
Penyelesaian
• Penyelesaian sebelum • Penyelesaian setelah takharuj:
takharuj: B (ibu) = 1/6 + 1/6 (1/3 x ½ (bagian anak
A = anak perempuan = ½; perempuan) = 1/6) = 2/6 (1/3);
B = ibu = 1/6; • C (saudara lelaki sekandung) = 1/6 + 1/6
C dan D = Sdr Lk sekandung = (1/3 x ½ (bagian anak perempuan) = 1/6)=
sisa = 2/6, 1/3;
C = 1/6; • D (saudara lelaki sekandung) = 1/6 + 1/6
(1/3 x ½ (bagian anak perempuan) = 1/6)
D = 1/6. = 1/3.
Contoh 6: takharuj tidak ditentukan dalam jumlah minimal dan maksimal yang harus
dibayar kepada penerima takharaj.
Pewaris meninggalkan suami (A), saudara perempuan sekandung (B), saudara perempuan
seayah (C), saudara perempuan seibu (D). 3 saudara perempuan mentakharujkan suami
(A) tanpa perjanjian mengenai cara pembagian bagian warisan suami (A) diberikan kepada
B,C,D.

• GAMBAR

C B A D
Penyelesaian:
• Penyelesaian sebelum takharuj: • Penyelesaian setelah takharuj:
A (suami) = ½ = 3/6 = AWL = 3/8; • B (saudara perempuan kandung) = 3/8
B (saudara perempuan kandung) = ½ = + 3/24 (bagian A (suami) = 9/24 + 3/24
3/6 =AWL = 3/8; = 12/24 = ½;
C (saudara perempuan seayah) = 1/6 = • C (saudara perempuan seayah) = 1/8 +
AWL = 1/8 (takmilah); 3/24 (bagian A (suami) = 3/24 + 3/24 =
6/24 = ¼;
D (saudara perempuan seibu) = 1/6, Awl • D (saudara perempuan seibu) = 1/8 +
=1/8 (zul-fara’id Q. 4: 12g) 3/24 = 3/24 + 3/24 = 6/24 = ¼.
Total = ½+1/2+1/6+1/6= 8/6è awl.
Bagian warisan A (suami sebagai
mutakharaj/diundurkan) dibagi rata
untuktiga saudara pewaris, masing-
masing 1/3 x 3/8 = 3/24
MUNASAKHAH

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND


MUNASAKHAH

• Pengertian Munasakhah:
memindahkan bagian sebagian ahli waris kepada orang
yang mewarisinya karena kematiannya sebelum
pembagian harta warisan dilaksanakan.
1. memindahkan bagian sebagian ahli waris
2. kepada orang yang mewarisinya
3. karena kematiannya
4. sebelum pembagian harta warisan dilaksanakan.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND


UNSUR-UNSUR
MUNASAKHAH:
1. Harta Warisan belum dibagikan kepada para hali waris sesuai
Hukum Kewarisan Islam.
2. Ada kematian seorang atau beberapa orang ahli waris
SEBELUM HARTA WARISAN DIBAGIKAN.
3. Pemindahan harta bagian warisan yang seharusnya diterima
oleh ahli waris yang meninggal pada sebelum
dilaksanakannya pembagian harta warisan è kepada seluruh
para ahli waris dari ahli waris yang mati kemudian.
4. Pemindahan bagian harta warisan tersebut pada angka 3
kepada para ahli warisnya adalah berdasarkan
kedudukannya sebagai ahli waris sesuai Hukum Kewarisan
Islam.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND


MACAM-MACAM
MUNASAKHAH
1. Ahli waris yang akan menerima bagian harta
warisan dari ahli waris yang meninggal
sebelum pembagian harta warisan
dilaksanakan (Pewaris ke-2) adalah
berkedudukan sebagai ahli waris pula dari
Pewaris ke-1.
2. Ahli waris yang akan menerima harta
warisan dari ahli waris yang meninggal
sebelum pembagian harta warisan adalah
bukan ahli waris Pewaris pertama.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND


CONTOH MUNASAKHAH 1: Pewaris (A) meninggalkan seorang anak
lelaki (B) dan seorang anak perempuan (C). B (anak lelaki) meninggal
dunia sebelum harta warisan Pewaris (A) dibagikan. B mempunyai anak
perempuan (D), cucu perempuan Pewaris 1.

GAMBAR
A

B C

D
Penyelesaian
Tahap pertama: Tahap kedua:
harta warisan dibagikan harta warisan bagian B (Pewaris Ke-2) dibagikan
kepada ahli waris Pewaris kepada:
Ke-1, B C = 2 : 1; anak perempuannya D = ½ x 2/3 (bagian
B (anak lelaki) = 2/3; warisan B) = 2/6 = 1/3; sisa = ½
sisa = ½ dari HW B = ½ x 2/3 = 1/3 diberikan
C (anak perempuan) = 1/3. kepada saudara perempuan B, yaitu C, sebagai
B meninggal sebelum HW asabah maal-gairi.
dibagikan.
BAGIAN AKHIR:
D (sebagai ahl waris B/Pewaris Ke-2) = 1/3;
C (sebagai ahli waris A/Pewaris Ke-1 dan
Pewaris Ke-2) = 1/3 + 1/3 = 2/3.
CONTOH MUNASAKHAH: KEMATIAN AHLI
WARIS LEBIH DARI SEORANG
• Pewaris meninggalkan suami (A) , ibu (B), seorang saudara
perempuan seibu (C).
• Sebelum harta warisan dibagikan suami (A) meninggal, ia
meninggalkan 5 orang anak lelaki (anak tiri Pewaris).
• Ibu (B) meninggal dengan meninggalkan 5 saudara lelaki seayah dari
ibu.
• Saudara seibu (C) meninggal dengan meninggalkan 10 orang anak
lelaki.
GAMBAR: Pewaris meninggalkan suami (A) , ibu (B), seorang saudara
perempuan seibu (C).
Sebelum harta warisan dibagikan (i) suami (A) meninggal, ia meninggalkan 5
orang anak lelaki (anak tiri Pewaris). (ii) Ibu (B) meninggal dengan
meninggalkan 5 saudara lelaki seayah dari ibu.(iii) Saudara seibu (C)
meninggal dengan meninggalkan 10 orang anak lelaki.

GAMBAR:

A
C
Penyelesaian
TahapP Ke-1 dan Pembagian Waris TahapP Ke-2 dan Pembagian Waris

HW Pewaris Ke-1 dibagikan kepada 1. HW Pewaris Ke-2 (SUAMI) sebesar ½ DIBAGIKAN KEPADA PARA
• SUAMI (A) = ½ =, zul fara;id AHLI WARISNYA, 5 orang anak laki-lakinya. Masing-masing anak laki-
(Q.4:12a); laki mendapat bagian = 1/5 x ½ = 1/10
• IBU = 1/3, zul fara’id (Q.4:11e);
• SAUDARA SEIBU (C) = 1/6, zul 2. HW Pewaris Ke-3 (IBU) DIBAGIKAN KEPADA 5 SAUDARA SEAYAH
fara’id (Q.4:12g). IBU, maisng-masing saudara laki-laki seayah ibu mendapat bagian
• Total = ½ + ¼ + 1/6 = 1 warisan 1/5 x 1/3 = 1/15

3. HW Pewaris Ke-4 (SAUDARA PEREMPUAN SEIBU): DIBAGIKAN


KEPADA 10 ANAK LAKI-LAKINYA, MASING-MASING AHLI WARIS
MENDAPAT 1/10 X 1/6 = 1/16.
MUNASAKH
AH tidak
sama
dengan
AHLI WARIS
PENGGANTI

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND


KHUNTSA (Hermafrodit)
DAN TRANSGENDER

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY


Khuntsa (Hermafrodit)

• Al-Khantsu:
lemah/pecah;
• jamaknya Khuntsa:
orang yang
mempunyai alat
kelamin ganda
atau tidak
mempunyai alat
kelamin sama
sekali (FR:482).
CARA PENENTUAN
JENIS KELAMIN:
1. AIR SENI yang keluar dari alat kelamin
(dzkar atau farj) mana yang terlebih
dahulu mengeluarkan air seni, disebut
khuntsa gairu musykil (Hadis Rasulullah
SAW riwayat Ibnu ‘Abbas).
Air seni yang kelaur bersama-sama melalui
dua alat kelamin: khuntsa musykil,
termasuk orang yang tidak mempunyai alat
kelamin.
2. melihat tanda-tanda kedewasaan (ciri-
ciri fisik).
3. tes secara medis: chromosome, hormon.
TRANSGENDER
MAFQUD
PENGERTIAN
MAFQUD
Orang yang sudah lama
pergi, meninggalkan
tempat tinggalnya tanpa
kabar berita, tanpa
diketahui tempat
tinggalnya, dan keadaan
dirinya apakah masih hidup
atau sudah meninggal.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY


Macam-Macam
Kematian
• Mati haqiqy: hilangnya nyawa seseorang
yang disaksikan oleh seseorang/beberapa
orang atau kematian yang dapat dibuktikan
secara medis atau alat bukti lainnya.
• Mati hukmy: kematian seseorang
berdasarkan keputusan Hakim, baik pada
kenyataannya mungkin ia masih hidup atau
memang sudah mati. è Harta Warisan
dapat dibagikan kepada para ahli waris
sejak keputusan Hakim.
• Mati taqdiry: kematian seseorang tidak
berdasarkan mati haqiqy dan mati hukmy
tetapi berdasarkan dugaan keras bahwa ia
telah mati. Misalnya seorang bayi diduga
keras mati ketika dilahirkan berdasarkan
realita bahwa bagian perut ibunya dianiaya
oleh seseorang atau ibunya dipaksa
meminum racun yang dapat
mengakibatkan janin mati dalam rahim.
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY
Mafqyd Berdasarkan
Keputusan Hakim
• Jika mafqud diputuskan Hakim, terdapat
beberapa macam cara penyelesaian.
• Jika tidak ada keputusan Hakim tentang
mafqud pada sebelum pewaris mati, dapat
menimbulkan keraguan apakah mafqud
masih hidup atau sudak mati.
Penyelesaiannya:
1. penerimaan harta warisan bagi mafqud
ditunda sampai batas waktu yang
ditentukan:
2. Jika setelah batas waktu tersebut ternyata
mafqud masih hidup, maka bagian warisan
diberikan kepadanya.
3. jika pada batas waktu maksimal ternyata
mafqud tidak diketahui bahwa ia masih
hidup, maka bagian warisannnya dibagikan
kepada para ahli warisnya. This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY
MAFQUD sebagai
Pewaris (Muwarits)
• MAFQUD sebagai Pewaris (muwarits):
harta warisan mafqud ditahan sampai ada
kepastian bahwa mafqud ditentukan telah
mati, dengan alasan:
1. asas kematian;
2. membagi harta warisan atas ketidak-
jelasan status keberadaan/ kehidupan
mafqud dapat merugikan mafqud.
Sedangkan kemudaratan / bahaya itu
harus ditolak
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY
MAFQUD sebagai Ahli Waris
(warits):
• MAFQUD sebagai Ahli Waris (warits):
1. bagian warisannya ditahan sampai ada kepstian hukum bahwa
mafqud sudah mati;
2. membagikan bagian warisannya kepada para ahli warisnya
dengan dasar hukum mati taqdiry (dugaan keras bahwa mafqud
telah mati).
3. Jika ternyata kemudian mafqud masih hidup maka:
a. jika ia kembali ketika sebelum / setelah mati hukmy
berdasarkan keputusan Hakim, sedangkan bagian warisannya
belum dibagikan kepada para ahli warisnya, maka mafqud
berhak mengambil bagian warisannya yang ditahan selama ia
belum kembali;
b. jika mafqud kembali setelah keputusan Hakim dan setelah
seluruh harta warisannya termasuk bagian warisannya
dibagikan kepada para ahli warisnya, maka ia berhak
mengambil bagian harta warisannya yang tersisa, yaitu harta
yang belum digunakan/dihabiskan oleh para ahli warisnya.
c. Harta warisan yang telah digunakan / rusak oleh para ahli
warisnya, maka para ahli waris tidak dibebani pertanggung-
jawaban untuk melakukan penggantian atas harta warisan
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY

mafqud.
Penetapan Mafqud Mati
Hukmy
• Penetapan Mafqud maty hukmy:
1. Imam Hanafi dan Syafi’i: samapi orang yang
seusia dengan mafqud telah mati.
2. Imam Malik: 4 tahun dengan mengqiyaskan
pada kehamilan seorang perempuan setelah
ditinggal oleh suaminya.
3. Abdul Malik Ibnu-Majisyun: 90 tahun
4. Imam Ahmad: (i) jika kepergiannya dalam
kondisi yang memungkinkan mendapat
bahaya, seperti peperangan: 4 tahun; (ii) jika
kepergiannya dalam kondisi biasa, misal
untuk menuntut ilmu: berdasarkan
keputusan Hakim.
5. UU Mesir: 4 tahun
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY
Besar Harta Warisan
Mafqud yang Boleh
Ditahan
• Besar harta warisan mafqud yang boleh ditahan:
1. Jika mafqud berstatus sebagai ahli waris yang
DAPAT MENGHIJAB AHLI WARIS LAIN, misal anak
lelaki sebagai mafqud bersama dengan saudara
lelaki sekandung pewaris, maka pelaksanaan
bagian harta warisan ditunda terlebih dahulu.
Jadi saudara lelaki kandung tidak mendapat bagian
harta warisan selama belum ada kepastian mengenai
status mafqud anak lelaki kandung: HIJAB HIRMAN
2. Jika mafqud berstatus sebagai ahli waris yang
TIDAK DAPAT menghijab ahli waris lain TETAPI
menjadi ahli waris bersama-sama dengan ahli
waris lainnya, maka BAGIAN AHLI WARIS LAIN
TETAP DIBAGIKAN, sedangkan bagian warisan
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY mafqud ditahan, dan diberikan ketika ia kembali.
Pembagian harta warisan yang
salah seorang ahli warisnya
mafqud

• Pembagian harta warisan yang salah


seorang ahli warisnya mafqud diselesaikan
dengan cara seperti berikut:
1. Pembagian warisan dengan anggapan
semua ahli waris masih hidup;
2. Pembagian warisan dengan anggapan ahli
waris mafqud telah mati;
3. Harat warisan dibagikan berdasarkan
perolehan bagian warisan yang terkecil
bagi masing-masing ahli waris; sisanya
ditahan untuk mafqud.
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY
Contoh Kasus Mafqud 1

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY


Contoh Kasus
Mafqud 2

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY


Contoh Kasus Mafqud 2
lanjutan

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY


Contoh Kasus Mafqud 3
• Contoh 3: Pewaris meninggalkan Ayah (A) isteri (B), anak perempuan
(C), dan cucu perempuan melalui anak lelaki (D) yang mafqud.
• Penyelesaian ke-1: jika mafqud diperkirakan masih hidup: A = 1/6 =
4/24; B= 1/8 = 3/24; C = ½ = 12/24; D = 1/6 = 4/24(takmilah) è
jumlah seluruhnya 23/24 è radd A= 4/23; B = 3/23; C = 12/23; D =
4/24.
MAFQUD
• Penyelesaian ke-2: jika mafqud diperkirakan sudah mati: A = 1/6 =
4/24; B= 1/8 = 3/24; C = ½ = 12/24; è jumlah seluruhnya 19/24 è
radd A= 4/19; B = 3/19; C = 12/19.
• Bagian warisan yang terkecil adalah A= 4/23; B = 3/23; C = 12/23; D =
4/24.
• Jika D ternyata telah mati, maka bagian D sebesar 4/24 diberikan
kepada ayah (A) saja dengan alasan jika D tidak ada maka kedudukan
A sebagai zul-fara’id merangkap ‘asabah.
MAFQUD
• Mafqud berstatus sebagai Ahli Waris yang menghijab Ahli Waris lain:
pembagian HW ditunda sampai ada kepastian hukum keadaan Mafqud.
• Mafqud berstatus sebagai Ahli Waris yang tidak menghijab Ahli Waris
lain:
(i) bagian warisan Mafqud ditahan, bagian warisan ahli waris lain
dibagikan.
(ii) Jika Mafqud telah dipastikan mati, maka bagian warisannya
dibagikan kembali kepada para ahli waris lain yang berhak. è harus
diketahui waktu ia dinyatakan mati, apakah sebelum Pewaris atau
setelah Pewaris.
MATI DALAM WAKTU YANG SAMA
Kedudukan Orang Mati Bersama sebagai Ahli Waria
1. Di antara mereka tidak dapat saling
mewaris sama lain.
Yang dapat mewaris hanya para ahli waris
yang masih hidup saja (Pasal 3 UU Warisan
Mesir 1943):
“Apabila kedua orang mati tidak diketahui
siapakah di antara mereka yang mai
terlebih dahulu, baik kematian keduanya
dalam sau peristiwa atau tidak, maka di
anattar mereka tidak saling mewaris.”
(Abu Bakar Shdiddiq r.a sepulang perang
Yamamah, dan Umar Bin Khattab ketika
korban penyakit Tha’un). Zaid bin Tsabit
2. Di antara mereka saling mewaris
(Ali Bin Abi Thalib)
Orang Mati Bersamaan yang • Orang yang mati secara bersamaan: dua
Dapat Saling Mewaris orang atau lebih yang di antara mereka
berhak saling mewaris, mialnya anak dengan
ayah kandungnya, terdapat 2 pendapat:
1. Salah seorang dari mereka tidak mewaris
dari yang lainnya, misalnya “anak” tidak
mewaris dari ayahnya, dengan alasan
bahwa kematian mereka tidak jelas mana
yang meninggal dunia terlebih dahulu.
ND: Tetapi saat ini sudah terdapat alat-alat
medis yang dapat mendeteksi / menduga
kematian seseorang terjadai pada waktu/jam
berapa. Jadi harta warisan anak dan ayah
tersebut diwarisi oleh masing-masing ahli
warisnya.
2. Fuqaha ada yang berpendapat di antara
mereka dapat aling mewaris yaitu untuk
menentukan bagian warisan bagi ahli
waris dari masing-masing pewaris.
Orang Mati Bersamaan yang Dapat Saling Mewaris:
Tidak Dapat Saling Mewaris
1. TIDAK DAPAT SALING MEWARIS: yang dapat
menjadi ahli waris hanya para ahli waris
masing-masing yang masih hidup, contoh UU
Mesir. Alasan:
a. Berdasarkan atsar riwayat Khariyah bin Zaid
bin Tsabit: Abu Bakar Siddiq memerintahkan
pembagian harta warisan para korban perang
Yamamah yang dibagikan kepada keluarga
korban yang masih hidup, dan tidak
membagikan kepada korban yang satu dan
lainnya yang mempunyai hubungan mewaris.
b. Asas kematian sebagai unsur mewaris antara
pihak yang mati dengan pihak yang mati
lainnya dalam keadaan yang tidak diketahui
secara pasti siapa yang lebih dulu mati.
c. Dengan demikian dianggap keduanya mati
secara bersama dalam waktu yang sama.
Orang Mati Bersamaan yang Dapat Saling
Mewaris: Dapat Saling Mewaris
2. Di antara orang yang mati bersamaan itu
dapat saling mewaris (Ali bin Abi Thalib).
Contoh 1:
Suami (A) dan isteri (B) mati bersama-sama dan
meinggalkan seorang anak lelaki (C). Suami
mempunyai harta Rp.40,000,000.00. Isteri
mempunyai harta Rp.40,000,000.00
Penyelesaian menurut Zaid bin Tsabit:
C = anak laki-laki pewaris = menerima seluruh
harta warisan A (ayahnya)
C = anak laki-laki pewaris = menerima seluruh
harta warisan B (ibunya)
A (suami) tidak menjadi ahli waris isteri (B), dan B
(isteri) tidak menajdi ahli waris suami (A).
Penyelesaian menurut Ali bin Abi
Thalib:
A = suami = ¼ harta warisan ISTERI,
Jumlah Harta Warisan B = ¼ X Rp.40 jta = Rp.10.juta
nagi Otrang B = isteri = 1/8 harta warisan
SUAMI, A = 1/8 X Rp.40.juta =
MatiBersamaan yang Rp.5.juta
Dapat Saling Mewaris Harta warisan A, suami = Rp.40.juta
– Rp.5.juta = Rp.35.juta + Rp.10.juta
(Ali Bin Abi Thalib) = Rp.45.juta
Harta warisan B, isteri = Rp.40.juta
– Rp.10.juta = Rp.30.juta + Rp.5.juta
= Rp.35.juta.
Contoh Kasus Oyang Mati Bersamaan
Menurut Zaof Bin Tsabit
• Contoh 2: dua orang bersaudara A dan B mati bersama karena kecelakaan.
Mereka meninggalkan ibu (C) dan masing-masing mempunyai seorang anak
perempuan (D) dan (E). Masing-masing meninggalkan harta warisan
Rp.12.juta
Zaid bin Tsabit:
• Pembagian warisan bagi Pewaris A:
Ajli Waris A, yaitu C = ibu = 1/6 = 2/12 = 2/8 = ¼ = Rp.3.juta;
Anak Perempuan = D = ½ = 6/12 = 6/8 = ¾ = Rp.9.jutaè radd 8/12.
• Pembagian warisan bagi Pewaris B:
C = ibu = 1/6 = 2/12 = 2/8 = ¼ = Rp.3.juta;
Anak permpuan = E = ½ = 6/12 = 6/8 = ¾ = Rp.9.jutaè radd 8/12.
Contoh Kasus Oyang Mati Bersamaan Menurut
Ali bin Ani THalib
• Penyelesaian menurut Ali bin Abi Thalin: Harta warisan Rp12juta
1. A dianggap mati lebih dulu dari B: Ahli Waris = C = ibu = 1/6 = 2/12 =
Rp.2.juta; D = anak perempuan A = ½ = 6/12 = Rp.6.juta; sisa = 4/12 =
Rp.4.juta diberikan kepada B sebagai ‘asabah.
2. B dianggap mati lebih dulu dari B: Ahli Waris C = ibu = 1/6 = 2/12 =
Rp.2.juta; E = anak perempuan A = ½ = 6/12 = Rp.6.juta; sisa = 4/12 =
Rp.4.juta diberikan kepada A sebagai ‘asabah.
3. Harta warisan A = Rp.4 juta dibagikan kepada ibu A = 1/6 = 2/12 = 2/8 =
¼ = Rp.1.juta; D = ½ = 6/12 = 6/8 = 3/4 = Rp..3jutaè radd 8/12.
Ibu A = Rp.2.juta + Rp. 1juta = Rp.3.juta.
D = anak perempuan = Rp.6.juta + Rp.3.juta = Rp.9.juta
4. Harta Warusan B dihitung ama seperti harta warisn A
Sudah Dijelaskan Slide Sebelumnya:
Suami Isteri Amti Bersamaan
• Contoh: Suami (A), iateri (B) meninggal bersama-sama meninggalkan seorang
anak lelaki (C). HW A = 4 M; HW B = 4 M
1. Zaid Bin Tsabit: anak lelaki (C) menerima seluruh HW sebagai ‘asabah ayahnya
(A); dan C menerima seluruh HW B (ibynya) sebagi ‘asabah
2. Ali Bin Thalib:
a. A (suami) = ¼ Bagian HW Isteri (B) = ¼ X 4M = 1 M;
b. Isteri = 1/8 Bagian HW suami (A) = 1/8 X 4M = 500Juta.
c. HW A seluruhnya = 4M – 500Juta = 3,5M + 1M = 4,5M;
d. HW B seluruhnya = 4M-1M = 3M+500Juta = 3,5M.
e. Anak lelaki (C) mendapat warisan dari ayahnya + 4,5M;
f. C mendapat warisan dari ibunya = 3,5M = 8M
Alhamdulillah YA Allah
ANAK HASIL ZINA
DAN
ANAK LI’AN
ANAK HASIL ZINA DAN ANAK LI’AN
• Pasal 186 KHI dan Penjelasannya; anak hasil zina hanya
dapat saling mewaris dengan ibunya dan kelaurga
ibunya saja.
• Zaid Bin Tsabit: HW Anak Hasil Zina dan Anak Li’an
meninggalkan ibunya saja = 1/3 HW, sisa diberikan ke
Baitul-Mal (ingat Radd yang difahami Zaid Bin Tsabut).
• Jika AHZ atau Anak Li’an meninggalkan saudara-saudara
seibu = 1/3 HW (Q.4:12h)
ANAK HASIL ZINA DAN ANAK LI’AN
• Ali Bin Abi Thalib, Umar Bin Khatab, Ibnu Mas’ud:
asabah AHZ atau Anak li’an adalah asabah ibunya:
AW lelaki (asabah) yang berhak mewarisi ibunya =
berhak menerima sisa HW AHZ atau Anak Li’an.
• Contoh 1: Perempuan (meninggal) meninggalkan AW: IBU,
Anak Lelaki HZ, 2 saudara kandung:
IBU = 1/6;
Anaka Lelak HZ = sisa HW = 5/6, asabah;
2 saudara perempuan sekandung mhajub oleh AHZ.
Contoh kasus
• Contoh 2: Pewaris (Lelaki) meninggalkan IBU,
AYAH, Saudara Perempuan Kandung, Anak Lelaki
HZ:
IBU = 1/3;
Ayah = sisa HW; (Saudara terhijab oleh ayah) è
pewaris tidak kalalah
AHZ = bukan ahl waris (bukan AW ayah Biologis)
ANAK HASIL ZINA DAN ANAK LI’AN

•Contoh : Pewaris AHZ meninggalkan ahli


waris: IBU, 2 Saudara Lelaki Seibu, 2
Saudara Seayah:
a. IBU = 1/6;
b. Saudara Lelaki Seibu = 1/3;
c. Saudara Seayah = bukan ahli waris AHZ.
ASIR: ORANG TAWANAN
MUSUH
ASIR: ORANG TAWANAN MUSUH
• Asir: seseorang yang ditawan musuh dalam peperangan, yang tidak
diketahui lokasi ia ditawan, sehingga tidak diketahi pula apakah ia
masih hidup atau sudah mati = mafqud.
• Apabila diketahui lokasi dan keadaan orang ang ditawan = tidak
terjadi masalah kewarisan, karena sudah jelas dapat diketahui
keaddan orang yang ditawan.
MASALAH AKTUAL DALAM
MASYARAKAT
Dalam POWER POINTS LAIN

Anda mungkin juga menyukai