Anda di halaman 1dari 3

NARASI

PENGGUNAAN MEDIA SENI RUPA LUKISAN DALAM PEMBELAJARAN

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Pendidikan Seni Rupa SD)

Dosen Pengampu: I Kadek Abdhi Yasa, S.Pd H, M.Pd

Oleh:
Putu Novi Antini (2111031078)
Kelas VI F PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN DHARMA ACARYA
STAHN MPU KUTURAN
SINGARAJA
2024
Media seni rupa dalam pendidikan memiliki peran yang penting dalam memfasilitasi
pembelajaran yang kreatif dan membantu membangun pemahaman yang mendalam terhadap
seni. Media seni rupa dimensi dapat dijumpai beragam bentuk seperti lukisan, patung, seni
instalasi, seni digital, dan media seni rupa lainnya. Menurut Merryl Goldberg (1997: 4) dalam
Retnowati (2010: 8), terdapat tiga cara mengintegrasikan seni dalam pembelajaran, yaitu
belajar dengan seni belajar tentang seni (learning about the arts), belajar dengan seni (learning
with the arts), dan belajar melalui seni (learning through the arts). Belajar dengan seni terjadi
jika seni diperkenalkan kepada siswa sebagai cara untuk mempelajari materi pelajaran tertentu.
Sebagai contoh berikut narasi tentang penggunaan media seni rupa lukisan dalam
pembelajaran dikelas:

Dalam suatu hari yang cerah, ruang kelas yang biasanya penuh dengan bangku dan buku
teks tampak berubah menjadi sebuah studio seni yang hidup. Siswa-siswi duduk di sekitar meja
besar dengan palet warna, kuas, dan kanvas di depan mereka. Guru seni dengan penuh
semangat memandu mereka melalui pengalaman unik belajar melalui media seni rupa lukisan.
Para siswa tidak hanya diberikan tugas untuk membuat lukisan, tetapi juga diajak untuk
merenung dan meresapi konsep di balik setiap sapuan kuas mereka. Guru seni menjelaskan
bahwa lukisan bukan hanya sekadar penciptaan visual, tetapi juga merupakan medium ekspresi
diri yang kuat.

Di tengah-tengah ruang kelas, aroma cat yang segar dan penuh inspirasi pun mulai
tercium. Siswa-siswi berkumpul di depan palet warna mereka, memilih dengan hati-hati warna-
warna yang akan merefleksikan perasaan dan pemikiran mereka. Ada yang memilih warna
cerah untuk mengekspresikan kebahagiaan, sementara yang lain memilih warna gelap untuk
merangkum kekhawatiran atau pertanyaan yang ada dalam pikiran mereka. Guru seni
memberikan penekanan pada teknik dan gaya masing-masing siswa, namun juga mendorong
mereka untuk menggali lebih dalam ke dalam diri mereka sendiri. Mereka diajak untuk
mengeksplorasi berbagai teknik lukisan, seperti impasto untuk menciptakan tektur yang kaya,
atau teknik glazing untuk memberikan efek transparan pada lukisan mereka.

Selama proses pembuatan lukisan, suasana kelas penuh dengan suara lembut kuas
menyapu kanvas, tawa ringan, dan diskusi kreatif. Setiap siswa mendekati lukisannya dengan
keunikan dan kecerdasan masing-masing, menciptakan karya seni yang merefleksikan
kepribadian dan perjalanan emosional mereka. Seiring berjalannya waktu, ruang kelas menjadi
penuh dengan karya seni yang indah dan beragam. Setiap lukisan menceritakan kisahnya
sendiri, menjadi medium untuk mengekspresikan perasaan, ide, dan pengalaman masing-
masing siswa. Guru seni tidak hanya mengajarkan teknik lukisan, tetapi juga membimbing
siswa untuk memahami bahwa seni adalah bahasa universal yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi dan menyampaikan pesan tanpa kata-kata.

Pada akhirnya, siswa-siswa meninggalkan ruang kelas tersebut dengan rasa kepuasan
dan kebanggaan atas karya seni yang mereka ciptakan. Proses belajar melalui media seni rupa
lukisan tidak hanya memberikan mereka keterampilan artistik, tetapi juga mengajarkan nilai-
nilai ekspresi diri, kreativitas, dan apresiasi terhadap keindahan dalam berbagai bentuknya.
Ruang kelas itu bukan hanya menjadi tempat pembelajaran, tetapi juga menjadi ruang di mana
setiap siswa menemukan suara unik mereka melalui warna dan sapuan kuas.

Daftar Rujukan
Inaya, R. A. (2019). AKTIVITAS BERMAIN ANAK SEBAGAI OBJEK LUKISAN.
Retnowati, T. H., & Prihadi, B. (2010). Pembelajaran seni rupa. Yogyakarta: Program Studi
Seni Rupa Universitas Negeri Yogyakarta.
Suryani, S. D. (2016). Analisis Teknik Seni Lukis Mas Dibyo Periode 2013 (Doctoral
dissertation, State University of Surabaya).

Anda mungkin juga menyukai