Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DIKSI ATAU PILIHAN KATA DAN PARAGRAF

OLEH :

(Kelas 1 G)

Kelompok 3

Sarmin 22351080

Ismail 22351177

Zakyah Nathasyah wafiyyah 22351190

DOSEN PENGAMPU :

(Dr. Ishak Bagea, S.Pd., M.A.)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 14 Oktober 2023

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1. Latar Belakang................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................1

1.3. Tujuan.............................................................................................................1

1.4. Manfaat...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

2.1. Pengertian Diksi..............................................................................................3

2.2.1. Tiga Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Diksi....................................3

2.2.2. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Ketepatan Pemilihan Kata....3

2.2. Pengertian Paragraf.........................................................................................5

2.2.1. Syarat-Syarat Paragraf.............................................................................6

2.2.2. Hal-Hal Yang Harus Dihindari Dalam Paragraf......................................6

2.2.3. Jenis-Jenis Paragraf.................................................................................7

2.2.4. Paragraf Deduktif, Induktif Dan Deduktif-Induktif................................7

2.2.5. Jenis Paragraf Berdasarkan Bentuknya...................................................8

BAB III PENUTUP...................................................................................................10

3.1. Kesimpulan...................................................................................................10

3.2. Saran.............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, ada kecenderungan orang semakin mengesampingkan


pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata atau
diksi. Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa
indonesia yang baik dan benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik secara
lisan maupun tulis, sering mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa,
kalimat, paragraf dan wacana. Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan
efisien, pemahaman yang baik ihwal penggunaan diksi atau pilihan kata sangat
penting, bahkan mungkin vital, terutama untuk menghindari terjadinya
kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

Satu hal yang harus dicatat dalam sebuah paragraf, yakni bahwa paragraf
itu harus merupakan satu-kesatuan yang padu dan utuh. Serta paragraf itu harus
mengandung pertalian yang logis antar kalimatnya. Paragraf disebut juga
Alinea.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimakasud dengan diksi?
2. Tiga hal apa saja yang harus diperhatikan dalam diksi?
3. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam ketepatan memilih kata?
4. Apa yang dimaksud dengan paragraf?
5. Seperti apa Ciri-ciri atau karateristik paragraf?
6. Apa saja Syarat-syarat paragraf?
7. Apa saja Jenis-jenis Paragraf?
8. Hal-hal apa saja yang harus dihindari dalam paragraf?
9. Apa yang dimaksud dengan Paragraf deduktif, induktif, dan deduktif-
induktif?
10. Seperti apa Jenis paragraf berdasarkan bentuknya?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian diksi
2. Untuk mengetahui Hal-hal yang harus diperhatikan dalam diksi
3. Untuk mengetahui Hal-hal yang harus diperhatikan dalam ketepatan
memilih kata
4. Untuk mengetahui Pengertian paragraf
5. Untuk mengetahui Ciri-ciri atau karateristik paragraf
6. Untuk mengetahui Syarat-syarat paragraf
7. Untuk mengetahui Jenis-jenis Paragraf
8. Untuk mengetahui Hal-hal yang harus dihindari dalam paragraf
9. Untuk mengetahui Pengertian paragraf deduktif, induktif, dan deduktif-
induktif
10. Untuk mengetahui Jenis paragraf berdasarkan bentuknya

1.4. Manfaat

Dapat menerapkan bagaimana memilih kata yang tepat, membuat kalimat


yang efektif dan menyusun paragraf yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Diksi
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk
menyampaikan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat
penting, baik dalam hal karya tulis karang-mengarang maupun dalam dunia
tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu
maksud, kita tidak lepas dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan
kepada kita tentang pemakain kata-kata.

2.2.1. Tiga Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Diksi


a) Kemahiran memilih kata hanya mungkin bila seseorang menguasai
kosa kata yang cukup luas.
b) Diksi atau pilihan kata mengandung pengertian upaya atau
kemampuan membedakan secara tepat makna sebuah kata.
c) Diksi atau pilihan kata menyangkut kemampuan untuk memilih
kata yang tepat untuk situasi tertentu.

2.2.2. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Ketepatan Pemilihan


Kata
a) Denotasi dan Konotasi

Denotasi adalah makna yang sebenarnya, makna yang


ditunjuk oleh sesuatu yang disimbolkan. Misalnya: kursi adalah
untuk tempat duduk. Kata kursi dalam hal ini memiliki makna apa
adanya, sesuai yang disimbolkan , tidak ada nuansa makna lain
diluar makna sesungghnya. Jadi, makna demikian itulah yang
dimaksud makna denotatif.

Konotasi adalah makna kias, bukan makna yang sebenarnya.


Maka, sebuah kata bisa diartikan berbeda pada masyarakat yang
satu dan masyarakat lainnya. Makna konotatif memiliki nuansa
makna subjektif dan cenderung digunakan dalam situasi tidak
formal.

b) Bersinonim dan Berantonim

Kata bersinonim berarti kata sejenis, sepadan, sejajar,


serumpun, dan memiliki arti sama. Untuk memudahkan pembaca,
dikatakan bahwa sinonim sesungguhnya adalah persamaan makna
kata. Contoh: hamil, mengandung, bunting.
Kata berantonim berlawanan dengan kata bersinonim. Dalam
ilmu linguistik dijelaskan bahwa antonim menunjukan bentuk-
bentuk kebahasaan itu memiliki relasi antarmakna yang wujud
logisnya berbeda atau bertentangan antara satu dengan lainnya.
Contoh: panas dan dingin

c) Kata Bernilai Rasa

Pemilihan kata (diksi) juga mengajarkan untuk senantiasa


menggunakan kata-kata yang bernilai rasa dengan cermat.
Kelalaian seseorang terhadap pertimbangan konteks pemakain
entitas kebahasaan menjadikan bahasa yang digunakan tidak
teratur. Contoh: Dalam konteks pemakaian umum, makna wanita
dan perempuan juga sering dipermasalahkan. Ada yang
mengatakan bentuk perempuan lebih benar, tetapi ada pula yang
mengatakan perempuan itu tidak memiliki nilai rasa, juga seperti
pelacur, pasti tidak lebih bagus dari pada bentuk pekerja seks
komersial.

d) Kata Konkret dan Abstrak

Kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk pada objek


yang dapat dipilih, didengar, dirasakan, diraba, atau dicium.
Contoh: kata meja, dan kursi jelas sekali merupakan kata konkret.

Kata abstrak adalah kata yang menunjuk pada konsep atau


gagasan. Kata-kata abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan
gagasan yang cenderung rumit. Contoh: pembodohan dan
kemiskinan tentu saja merupakan kata-kata abstrak yang hanya
ditangkap maknanya dengan kejernihan pemikiran dan ketajaman
pikiran.

e) Bentuk Baku dan Bentuk Tidak Baku

Bentuk hadir karena adanya pembakuan bentuk-bentuk yang


baku dan tidak baku. Bentuk baku ini hadir karena adanya
pembakuan bentuk-bentuk kebahasaan. Pembakuan bahasa
demikian pada itu pada gilirannya akan menjadikan bahasa
indonesia semakin bermartabat. Bahasa indonesia sangat mungkin
menjadi bahasa Internasional. Akan tetapi, syarat untuk menjadi
bahasa Internasioal adalah bahwa bahasa baku Bahasa Indonesia ini
harus benar-benar mantap dan stabil. Contoh: apotek (baku), apotik
(tidak baku).
f) Dapat Membedakan Kata-kata yang Hampir Mirip Biasanya

Misalnya: intensif – insetif

g) Ketepatan Makna Kata

Ketepatan makna kata mengacu pada kesesuaian antara kata


yang digunakan dengan maksud yang terkandung dari kata itu
sendiri. Ketepatan makna kata akan terlihat konteksnya dalam
kalimat. Sebab, pengungkapan bahasa yang lengkap itu ada pada
kalimat. Kata kopi bisa berarti sejenis serbuk yang menjadi bahan
minuman, bisa juga kopi diartikan sebagai salinan dari suatu tulisan
atau gambar (foto kopi).

h) Kelaziman Kata yang Digunakan

Suatu kata dikatakan lazim jika kata itu sudah dikenal luas
dikalangan masyarakat bahasa yang bersangkutan. Suatu kata yang
semula lazim, bisa saja pada bebarapa puluh tahun kemudian
menjadi kurang lazim, bahkan sudah tidak lazim lagi jika
digunakan dalam bahasas sehari-hari. Contoh kata yang tidak lazim
(pelita, lentera), sedangkan kata yang lazim sekarang (lampu).

2.2. Pengertian Paragraf

Istilah paragraf sesring disebut pula alinea. Secara visual, sebuah


paragraf ditandai oleh dua hal, yaitu: (1) baris pertama sebuah paragraf pada
umumnya ditulis/diketik agak menjorok ke dalam (lima ketukan dari marjin
kiri) dan (2) selalu dimulai dengan baris baru. Paragraf adalah satuan bahasa
tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu
harus disusun secara runtut dan sistematis, sehingga dapat dijelaskan hubungan
antara kalimat satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu.

Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan


atau topik (Arifin dan Tasai, 2002: 113). Sementara itu (Kridaklasana , 1993:
154) mendefinisikan paragraf sebagai (a) satuan bahasa yang mengandung ,
satu tema dan perkembangannya, (b) bagian wacana yang mengungkapkan
pikiran atau hal tertentu yang lengkap, tetapi masih berkaitan dengan isi
seluruh wacana, dapat terjadi dari satu kalimat atau sekelompok kalimat yang
berkaitan.

Ciri-ciri atau karakteristik paragraf adalah:

a) Setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang
relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan.
b) Pada umumnya, paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat.
c) Paragraf adalah satu-kesatuan ekspresi pikiran.
d) Paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padu.
e) Kalimat-kalimat dalam paragraf tersusun secara logis dan sistematis.

2.2.1. Syarat-Syarat Paragraf

Suatu paragraf disebut sebagai paragraf yang baik jika paragraf


tersebut memiliki dua ketentuan, yaitu kesatuan paragraf (koherensi) dan
kepaduan paaragraf (kohesivitas paragraf).

a) Kesatuan Paragraf (Koherensi)

Kesatuan paragraf adalah hubungan logis antara bagian


karangan atau antara kalimat dalam saatu paragraf (Alwi, 2003:
579). Kesatuan paragraf dapat terlihat dari tata kalimat yang saling
berkaitan, sehingga tidak ada kalimat yang menyimpang dari ide
sentral (central idea) paragraf tersebut. Apabila ada kalimat yang
menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf akan menjadi
tidak berpautan atau tidak utuh.

b) Kepaduan Paragraf (Kohesivitas Paragraf)

Kepaduan paragraf adalah paragraf yang hubungan antara


kalimatnya padu atau berjalinan erat. Kepadaduan paragraf dapat
terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis dan melalui
ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antara kalimat.

2.2.2. Hal-Hal Yang Harus Dihindari Dalam Paragraf

Menurut Nursito (2000:23-25), ada tiga hal yang harus dihindari


dalam paragraf antara lain sebagai berikut:

a) Paragraf Tidak Boleh Terlalu Panjang

Paragraf adalah konsentrasi pikiran. Paragraf yang terlalu


panjang akan menghilangkan konsentrasi pembaca ketika mengikuti
jalan berpikir pengarang yang dituangkan dalam sebuah karangan.
Barnet (1975, dalam Nursito, 2000: 23), menyatakan panjang
paragraf berkisar antara 5 sampai 18 baris, sedangkan ukuran
paragraf yang wajar menurut Nursisto 10 sampai 12 baris.

b) Paragraf Harus Menghindari Kalimat Sumbang

Kalimat sumbang adalah kalimat yang tidak ada sangkut-


pautnya inti permasalahan dalam paragraf. Kalimat sumbang dalam
suatu paragraf tidak ubahnya merupakan selipan kata yang lepas dari
konteks. Oleh karena ituu kalimat sumbang harus dikeluarkan dari
paaragraf.
c) Paragraf Tidak Boleh Mengandung Lebih Dari Satu Kalimat
Topik

Paragraf yang baik hanya mengandung satu kalimat topik,


sebap kalimat bertugas memberitahukan kepada pembaca gagasn
pokok yang akan dibicarakan dalam paragraf yang dimaksud. Jika
dalam suatu paragraf terdapat lebih dari satu kalimat topik, maka
kalimat topik yang satunya harus dijadikan paragraf baru.

2.2.3. Jenis-Jenis Paragraf

Menurut Widyamartaya (1991, dalam Indrianti, 2002: 62),


berdasarkan tempat dan fungsinya, paragraf dibagi menjad tiga, yaitu:
paragraf pengantar (pembuka), paragraaf pengembang dan paragraf
penutup.

a) Paragraf Pembuka

Paragraf pembuka merupakan pengantar untuk sampai pada


segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian.

b) Paragraf Pengembang

Paragraf pengembang adalah paragraf yang terletak antara


paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir sekali di dalam bab
atau anak bab itu.

c) Paragraf Penutup

Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir


karangan atau pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil di dalam
karangan itu.

2.2.4. Paragraf Deduktif, Induktif Dan Deduktif-Induktif


a) Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang meletakkan kalimat


topik pada awal paragraf. Pada paragraf jenis karangan dimulai
dengan kalimat inti, kemudian diikuti uraian, penjelasan,
argumentasi, dan sebagainya. Contoh paragraf deduktif: Ramadan
banyak memberikan pengalaman dan pendidikan yang indah
dan bermanfaat bagi kaum perempuan. Di antaranya adalah
pendidikan yang berharga terhadap tugas dan peranan perempuan
baik sebagai istri, ibu, anggota masyarakat, maupun sebagai abdi
bangsa dan negara.
b) Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang meletakkan kalimat


topik di akhir kalimat. Paragraf jenis ini memulai dari hal-hal khusus
atau uraian yang meerupakan anak tangga untuk mengantarkan
pembaca kepada gagasan pokok yang terdapat pada kalimaat inti di
akhir paragraf. Contoh paragraf induktif: Berbicara tentang
kekerasan perempuan pada masa sekarang, sepertinya kita
dihadapkan pada bermacam fenomena kekerasan yang
mengenaskan. Berbagai berita yang menghiasi media massa
membuktikan bahwa kekerasan terhadap perempuan telah
menjadi sesuatu yang galib (lazim) dalam masyarakat.

c) Paragraf Deduktif-Induktif

Pola paragraf yang ketiga adalah gabungan dari dua pola


diatas, pada pola paragraf ini, kalimat pertama (kalimat inti) gagasan
pokok telah dinyatakan, tetapi kemudian diulang pada akhir kalimat.
Kalimat terakhir itu biasanya berkedudukan sebagai penegas. Contoh
pargaraf deduktif: Teror dalam berbagai bentuk dapat terjadi di
mana saja. Berbagai bentuk teror seperti peledakan bom di kantor
MUI di Masjid Istiqlal Jakarta dan Gereja di medan.

2.2.5. Jenis Paragraf Berdasarkan Bentuknya


a) Paragraf Argumentasi

Paragraf argumentasi merupakan salah satu bentuk paragraf


yang berisikan gagasan, pikiran, atau pendapat tentang sesuatu hal
untuk mempengaruhi atau meyakinkan pihak lain dengan argumen-
argumen yang logis dan objektif. Contoh paragraf argumentasi:
Sudah berapa kali Pancasila dirongrong, bahkan hendak diubah
dan dipereteli. Namun, setiap usaha yang hendak merongrong
dan mengubah tersebut ternyata gagal.

b) Paragraf Deskripsi

Paragraf deskripsi merupakan paragraf yang melukiskan atau


memberikan sesuatu hal (peristiwa, kejadian, dan lain-lain) secara
objektif. Semakin jelas dan terperinci dalam melukiskan sesuatu hal,
kesan yang ditangkap pembaca akan semakin jelas, seolah-olah
pembaca melihat lansung hal tersebut. Contoh paragraf deskripsi:
Labio masih pucat lesu, belum berani mengalahkan Wa abe.
Tidak jauh darinya, sebuah bintang kerlip-mengerlip seakan
mata masih rungau (kurang tidur). Kadang-kadang benda kecil
itu hilang disembunyikan awan putih yang selaku anak muda
menutup mata kecintaan dengan sutra putih, takut jika cahaya
mata kekasihnya itu memikat hati pemuda lain.

c) Paragraf Eksposisi

Paragraf eksposisi merupakan paragraf yang berisi pemaparan


pikiran atau pendapat untuk memperluas pandangan atau
pengetahuan pihak lain atau pembaca. Tujuan utama pada paragraf
eksposisi adalah untuk memperluas pandangan dan pengetahuan
seseorang. Contoh paragraf eksposisi: Perkembangan isu politik
menyangkut masalah HAM dan lingkungan hidup. Keseluruhan
isu tersebut sebenarnya merupakan isu global yang terus
bergema hingga sekarang. Dalam konteks itulah dapat
dipahami, mengapa Pemilu 2019 dianggap sebagai agenda
politik penting bagi konkretisasi harapan dan tuntunan
demokratisasi.

d) Paragraf Persuasi

Paragraf persuasi merupakan bentuk paragraf yang isinya


bertujuan membujuk, merayu, mengajak, dan meyakinkan pihak lain
agar mengikuti apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara.
Bentuk-bentuk tulisan yang biasanya menggunakan jenis paragraf ini
antara lain: iklan di majalah, surat kabar, atau radio, selebaran
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk
menyampaikan suatu ide atau gagasan. Pilihan kata merupakan satu unsur yang
sangat penting, baik dalam hal karya tulis karang-mengarang maupun dalam
dunia tutur setiap hari. Disamping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai
dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata tersebut.

Istilah paragraf sering disebut pula alinea. Secara visual, sebuah paragraf
ditandai oleh dua hal, yaitu (1) baris pertama sebuah paragraf pada umumnya
ditulis/diketik agak menjorok kedalam (lima ketukan dari marjin kiri) dan (2)
selalu dimulai dengan baris baru. Menurut Nursito (2000: 23-25), ada tigal hal
yang harus dihindari dalam paragraf, antara lain: (a) paragraf tidak boleh
terlalu panjang. (b) paragraf harus menghindari kalimat sumbang. (c) paragraf
tidak boleh mengandung lebih dari satu kalimat topik.

3.2. Saran

Setiap orang (terutama kalangan terdidik, termasuk para mahasiswa),


hendaknya mampu memilih kata secara tepat. Para mahasiswa diharapkan
dapat menerapkan bagaimana memilih kata yang tepat, membuat kalimat yang
efektif dan menyusun paragraf yang baik. Selain itu juga diharapkan kepada
setiap orang (terutama kalangan terdidik, termasuk mahasiswa), mempunyai
kemampuan dan keahlian dalam menyusun paragraf agar tidak terjadi
ambiguitas antara paragraf yang satu dengan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan et all. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.

Arifin, dan Tasai. 2002. Cermat Berbahasa Indonesia untuk perguruan Tinggi. Jakarta: CV.
Akademika Pressindo.

Bagea, Ishak. 2019. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa. Jakarta: PT. Indomedia Global
Mandiri.

Kridaklasana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Nursito. 2000. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adicita.

Widyamartaya. 1991. Kreatif Mengarang. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai