Anda di halaman 1dari 8

THE BIG FIVE PERSONALITY

1.1 Tipe Kepribadian (The Big Five Personality)


1.1.1 Definisi kepribadian
Salah satu tokoh Psikologi yang menjelaskan apa yang dimaksud dengan
kepribadian ke dalam suatu definisi adalah Gordon Allport. Menurut Allport (dalam
Suryabrata, 2002), kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai
sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungan.
Definisi tersebut dapat diuraikan menjadi bagian-bagian yang lebih spesifik.
Seperti penjelasan dari “Organisasi dinamis” yang memiliki arti bahwa kepribadian
tersebut selalu berkembang dan berubah-ubah meskipun didalamnya terdapat
organisasi yang mengikat dan saling berhubungan satu sama lain yang
mempengaruhikognisi, motivasi, dan perilaku dalam berbagai situasi.
Selanjutnya, terdapat istilah “psikofisis”.Istilah “psikofisis” disini ingin
menjelaskan bahwa pada dasarnya kepribadian itu bukan hanya sekedar bagian dari
mental dan neural saja.Namun, kepribadian juga merupakan bagian dari kerja tubuh
dan jiwa dalam satu kesatuan.
Istilah “menentukan” menunjukkan bahwa kepribadian mengandung tendens-
tendens determinasi yang memainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu
(Suryabrata, 2002). “Personality is something and does something” (Allport, 1951
dalam Suryabrata, 2002).
Unsur penting yang lain dari definisi kepribadian menurut Allport adalah
unik atau unique, dimana melalui istilah ini Allport menekankan pada konsep
individualitas. Maksudnya adalah, tidak ada orang yang memiliki kepribadian yang
benar-benar sama persis dengan orang yang lain.
Terakhir, unsur “menyesuaikan diri terhadap lingkungan”.Unsur ini
menjelaskan bahwa kepribadian memiliki fungsi beradaptasi dengan lingkungan
psikologis dan lingkungan fisis dari individu.
1.1.2 Asal usul The Big Five Personality
Terdapat banyak tokoh atau ilmuan psikologi dengan pemikiran dan
alirannya masing-masing dalam melihat suatu dinamika dan struktur kepribadian
dari manusia.Misalnya Sigmud Freud dengan aliran psikoanalisa nya, ataupun
Skinner dengan aliran behavioristic nya.Selain aliran psychoanalytic atau
psikoanalisa, behavioristic, humanistic yang dianut oleh masing-masing tokoh atau
ilmuan psikologi, terdapat juga tokoh yang memfokuskan pemikiran mereka dalam
ruang lingkup dispositional. Dalam ruang lingkup dispositional, terdapat beberapa
tokoh seperti James Mckeen Cattel, Eysenck, McCrae, dan Costa yang mencoba
menjawab pertanyaan mengenai, “Bagaimana suatu kepribadian seseorang dapat
diukur?” dan “Berapa banyak jumlah traits yang dimiliki oleh seorang
individu?”(Feist & Feist, 2009).Keempat tokoh diatas mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menggunakan metode factor analysis dan
melakukan penelitian.
Pada awalnya, penelitian mengenai traits dimulai oleh Gordon Alport dan
Odbert pada tahun 1930, setelah itu dilanjutkan oleh Cattel pada tahun 1940, dan
selanjutnya dilakukan oleh Tupes, Christal, dan Norman pada tahun 1960 (Feist &
Feist, 2009, hal. 420).Namun, perkembangan penelitian mengenai traits tidak
berhenti sampai di tahun 1960. Kira-kira pada akhir tahun 1970 dan permulaan
tahun 1980, Costa dan McCrae mulai mengikuti jejak peneliti-peneliti sebelum
mereka untuk mengelaborasikan taksonomi dari personality traits. Namun, Costa
dan McCrae berbeda dengan peneliti-peneliti yang lainnya, mereka menggunakan
metode yang sederhana dalam melakukan factor analysis dalam menguji stabilitas
dan struktur dari kepribdian (Feist &Feist, 2009, hal. 420).Selain itu, dalam proses
penelitian yang mereka lakukan, Costa dan McCrae memfokuskan pada dua
dimensi utama, yaitu Neuroticism dan Extraversion.
Tidak berapa lama setelah Costa dan McCrae menemukan N dan E, mereka
menemukan faktor ketiga yang mereka sebut dengan opennes to experience.
Selanjutnya, penelitian Costa dan McCrae difokuskan dengan ketiga factor tersebut.
Meskipun sebelumnya telah ada seorang tokoh yang bernama Lewis Goldberg yang
mengemukakan penemuannya mengenai factor analysis dari personality traits, yang
diberi nama “Big Five”, namun Costa dan McCrae tetap hanya berfokus pada tiga
faktor.
Sekitar akhir tahun 1984, Costa dan McCrae mulai berfokus pada hal lain,
yakni mereka memulai untuk membuat five-factor personality inventory yang baru,
yang disebut dengan NEO PI. NEO merupakan singkatan dari Neuroticism,
Extraversion, dan Openness.Sedangkan PI adalah singkatan dari Personality
Inventory. Pada tahun 1985, ditemukan dua dimensi lainnya, yakni Agreeableness
dan Conscientiousness. Sehingga, teori kepribadian Costa dan McCrae dikenal
dengan istilah OCEAN yang merupakan singkatan dari kelima dimensi tersebut.
Setelah masa itu, sekitar akhir tahun 1980 dan awal tahun 1990, banyak sekali
psikolog yang berfokus pada kepribadian lebih memilihFive Factor Model dari
Costa dan McCrae (Digman dalam Feist &Feist, 2009). Salah satu alasannya adalah
karena Five Factor Model dianggap dapat ditemukan diseluruh variasi budaya yang
ada.

1.1.3 Dimensi The Big Five Personality


McCrae & Costa (dalam Beaumont & Stout, 2003), mengemukakan terdapat
lima dimensi big five personality yaitu:
1) Neuroticism (N)
McCrae & Costa (dalam Beaumont & Stout, 2003) mengatakan bahwa
dimensi neuroticism menggambarkan individu yang bermasalah dengan emosi
negative seperti cemas dan perasaan insecure. Individu dengan skor tinggi pada
Neuroticism termasuk individu yang kesulitan dalam menjalin hubungan dan
berkomitmen, tingkat self-esteem yang rendah, mudah cemas, tempramen,
rentan frustasi/depresi. Menurut Costa & Widiger (dalam Moberg, 1999),
terdapat 6 skala yang terdapat dalam neuroticism menurut Costa & Widiger
yang pertama, Anxiety (gelisah, penuh ketakutan, merasa khawatir, gugup dan
tegang), lalu Hostility (mudah marah, frustasi dan penuh kebencian),
Depression, Self-Consciousness (tidak nyaman bila berada diantara orang lain,
sensitif, rendah diri), Impulsiveness (tidak memiliki kontrol diri yang baik atau
dorongan untuk melakukan sesuatu), Vulnerability (tidak mampudealing
terhadap stres, bergantung pada orang lain, pesimis dan mudah panik)

2) Extraversion (E)
Individu extraversion dalam berinteraksi akan lebih banyak memegang
kontrol dan lebih intim. Extraversion dicirikan dengan antusiasme yang tinggi,
pandai dan senang bergaul, memiliki emosi yang positif, enerjik, dan ramah
terhadap orang lain. Extraversion memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam
bergaul, sedangkan seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang rendah
lebih menarik diri dari lingkungannya. Extraversion mudah mudah bosan,
sehingga individu ini sangat termotivasi dengan tantangan dan hal baru.
Terdapat 6 skala yang menggambarkan dimensi Extraversion Menurut Costa &
Widiger, yaitu, Warmth (Individu yang hangat terhadap sesama, mudah
bergaul), Gregariousness (senang berinteraksi dengan orang banyak,
membangun relasi), Assertiveness, Activity (Senang berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan, memiliki energi dan semangat yang tinggi), Excitement-
seeking (mencari sensasi dan berani mengambil resiko), Positive Emotion
(memiliki emosi positif seperti cinta, dan kebahagiaan)

3) Openness(O)
Openness mengacu pada bagaimana seseorang dapat menerima suatu ide
atau situasi yang baru. Individu yang memiliki skor tinggi pada openness
memiliki imajinasi yang tidak terbatas, broad-mindedness, kreatif dan mampu
melihat keindahan dunia secara berbeda. Individu yang kreatif dan memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu
masalah. Individu dengan skor openness yang rendah memiliki pemikiran yang
sempit dan tidak menyukai adanya perubahan, dan rasa ingin tahu yang rendah
pula. Menurut Costa & Widiger (dalam Moberg, 1999), didalam dimensi
opennes terdapat skala Fantasy (imajinasi yang tinggi dan aktif), Aesthetic
(Individu yang memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni dan keindahan),
Feelings (sadar akan emosi dan perasaannya), Action (Curiousity yang tinggi,
keinginan untuk mencoba hal baru), Ideas (berpikiran terbuka terhadap berbagai
hal dan ide-ide baru), Values (peduli terhadap nilai-nilai yang terkandung di
masyarakat)

4) Agreeableness (A)
McCrae & Costa (dalam Beaumont & Stout, 2003) mengindikasikan
individu dengan dimensi agreeableness sebagai seseorang yang ramah, lembut,
tidak menuntut, menghindari konflik, penyabar, dan cenderung untuk mengikuti
orang lain. Dalam hubungan interpersonal individu dengan skor agreeableness
tinggi, ketika dihadapkan dengansuatu konflik, self-esteem mereka akan
cenderung menurun. Sedangkan orang-orang dengan tingkat agreeableness yang
rendah cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif. Terdapat 6 skala
yang ada dalam dimensi agreeableness, Trust(memiliki tingkat kepercayaan
terhadap orang lain), Straightforwardness (perilaku apa adanya), Altruism
(memiliki keinginan untuk membantu orang lain), Compliance (reaksi yang
muncul terhadap konflik interpersonal), Modesty (sederhana dan rendah hati),
Tender-mindedness (peduli terhadap orang lain).

5) Conscientiousness (C)
Conscientiousness yang ditunjukkan dengan ciri seperti individu yang
pekerja keras, taat pada aturan dan norma/disiplin, ambisius, teratur, berorientasi
pada prestasi, tertib, efisien, terorganisir, dan bertanggung jawab. Perencanaan
yang matang, pengorganisasian yang efektif, dan manajemen waktu yang
efisien memungkinkan seorang individu untuk memiliki lebih banyak dalam
waktu yang tersedia, mampu mengurangi tekanan waktu, sehingga dapat
mengurangi stres, ketegangan dan mampu meminimalisir konflik (Goldberg,
1992). Individu dengan Conscientiousness tinggi cenderung untuk selalu
memberikan yang terbaik dalam melakukan tugas, sehingga keberhasilannya
menghasilkan suasana hati yang positif, meningkatkan self-esteem (Goldberg,
1992). Costa & Widiger menyebutkan terdapat 6 skala dari dimensi
Conscientiousness yaitu, Competence (memiliki kesanggupan dalam melakukan
sesuatu), Order (memiliki kemampuan mengorganisasi), Dutifulness
(memegang erat prinsip yang ada dalam hidup), Achievement-striving
(kemampuan individu dalam berprestasi), Self-discipline (kemampuan mengatur
diri sendiri), Deliberation (berpikir sebelum bertindak).

Sedangkan didalam Five Factor Model (Feist & Feist, 2009, hal. 422)
Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai ciri-ciri yang terdapat dalam setiap
dimensi yang terdapat dalamBig Five :

Tabel 1.1Costa dan McCrae’s Five-Factor Model of Personality


Dimensi Skor Tinggi Skor Rendah
Neuroticism - Anxious (Cemas) - Calm (Tenang)
- Temperamental (Pemarah) - Even-tempered (Dapat
- Self-pitying (Mengasihani Menguasai diri)
diri sendiri) - Self-satisfied (Senang
- Self-conscious (Canggung) terhadap dirinya)
- Emotional (Mudah emosi) - Comfortable (Nyaman)
- Vulnerable (Rentan) - Unemotional (Tidak mudah
terbawa emosi)
- Hardy (Kuat)
Extraversion - Affectionate (Penuh kasih - Reserved (Pendiam)
sayang) - Loner (Penyendiri)
- Talkative (Senang - Quiet (Tenang)
berbicara) - Sober (Seadanya)
- Fun loving (Menyenangkan) - Passive (Pasif)
- Active (Aktif) - Unfeeling (Tidak
- Passionate (Bersemangat) bersemangat)
Openness - Imaginative (Imajinatif) - Down-to-earth (Biasa saja)
- Creative (Kreatif) - Uncreative (Kurang kreatif)
- Original (Orisinil) - Conventional (Standard)
- Prefers variety (Lebih - Prefers routine (Lebih senang
senang dengan berbagai dengan rutinitas)
kemungkinan) - Uncurious (Tidak memiliki
- Curious (Ingin tahu) rasa ingin tahu)
- Liberal (Bebas) - Conservative (Kolot)
Agreeableness - Softhearted (Lembut) - Ruthless (Kejam)
- Trusting (Penuh - Suspicious (Berprasangka)
kepercayaan) - Stingy (Bakhil)
- Generous (Murah hati) - Antagonistic (Antagonis)
- Acquiescent (Siap menerima - Critical (Kritis)
apapun tanpa komplain) - Irritable (Pemarah)
- Lenient (Penyabar)
- Good-natured (Baik hati)
Conscientiousness - Conscientious (Sungguh- - Negligent (Lalai)
Sungguh) - Lazy (Pemalas)
- Hardworking (Pekerja - Disorganized (Berantakan)
keras) - Late (Terlambat)
- Well-organized - Aimless (Tidak memiliki arah
(Terorganisir) dan tujuan)
- Punctual (Tepat waktu) - Quitting (Mudah menyerah)
- Ambitious (Ambisius)

Berdasarkan teori Big Five, seseorang yang memiliki nilai yang tinggi dalam
karakteristik Extraversion cenderung penuh semangat, antusias, dominan, ramah,
dan juga komunikatif. Sedangkan sebaliknya, jika seseorang memiliki karakteristik
Extraversion yang rendah, akan cenderung pemalu, tidak percaya diri, submisif, dan
pendiam (Friedman, 2006).
Dimensi kedua yaitu Neuroticism.Seseorang yang memiliki nilai yang tinggi
dalam dimensi Neuroticism cenderung gugup, sensitive, tegang, dan mudah cemas.
Sedangkan jika memiliki nilai yang rendah, individu umumnya akan lebih santai
dan tenang (Friedman, 2006).
Selanjutnya, individu yang memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi
Openness umumnya terlihat imajinatif, menyenangkan, kreatif, dan artistik.
Sebaliknya jika nilai pada dimensinya rendah, individu tersebut umunya dangkal,
membosankan, atau sederhana (Friedman, 2006).
Berbeda lagi dengan dimensi Big Fiveyang keempat, yaitu Agreeableness.
Jika individu memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi ini, ia akan cenderung
ramah, koorperatif, mudah percaya, dan juga hangat. Disisi lain, seseorang yang
memiliki nilai yang rendah dalam dimensi ini, mereka akan cenderung terlihat
dingin, konfrontatif, dan kejam (Friedman, 2006).
Pada dimensi yang terakhir, yakni Conscientiousness. Individu yang
memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi ini, umumnya berhati-hati, dapat
diandalkan, teratur, dan bertanggung jawab. Namun bertolak belakang dengan
individu yang memiliki nilai yang rendah, mereka akan cenderung ceroboh,
berantakan, dan tidak dapat diandalkan (Friedman, 2006).
Jika diamati lebih lanjut, karakteristik yang muncul dalam nilai yang tinggi
dan nilai yang rendah dalam setiap dimensi saling berlawanan.

Anda mungkin juga menyukai