Restitusi Pajak adalah pengembalian atas pembayaran berlebih yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau
pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang. Tujuan adanya restitusi pajak ialah untuk
memberikan dan melindungi hak kepada Wajib Pajak dan memberikan kepercayaan kepada Wajib
Pajak. Istilah restitusi pajak tercantum dalam UU KUP, khususnya Pasal17.
Ada beberapa pihak yang pantas untuk mendapatkan restitusi pajak. Siapakah mereka?
Berdasarkan pada Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 39/PMK.03/2018,
setidaknya ada tiga jenis Wajib Pajak yang mendapatkan haknya untuk restitusi pajak, antara lain:
Wajib Pajak Kriteria tertentu memiliki beberapa kriteria khusus yang ditentukan oleh DJP melalui
Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 39/PMK.03/2018,
Wajib Pajak Persyaratan Tertentu ialah yang memiliki persyaratan seperti yang tercantum pada Pasal
9 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 39/PMK.03/2018,
I. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha yang menyampaikan SPT Tahunan
Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi
II. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekejaan bebas yang
menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih
bayar paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
III. Wajib Pajak Badan yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi
dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
IV. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai lebih bayar
restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Dan terakhir Pengusaha Kena Pajak Beresiko Rendah juga mendapatkan haknya untuk restitusi pajak
dengan kriteria :
Tiga kelompok tersebut berhak mendapatkan pengembalian pendahuluan pembayaran lebih pajak
dengan tata cara sebagai berikut: