Anda di halaman 1dari 3

ASKEP PENYAKIT AKIBAT INFEKSI BAKTERI LEWAT VEKTOR HEWAN

ATAU SERANGGA
Dosen pengampu : Dr. Hj. Atira, S.Si.,M. Kes

Disusun oleh:
RAFI TAMPATI LUBIS C.0105.23.001
ALFIN MAULANA C.0105.23.006
WILLY MEI CANDRA C.0105.23.010
ELITTA OKTAVIA HERMITA C.0105.23.012
DEN`S MUHAMAD RIVAL C.0105.23.013
YONAN FARID HAKIM C.0105.23.016
HENDRIK PERMANA C.0105.23.025
SHELSA PUTRI MERDIANI C.0105.23.030
SYAHLA AGNIA FAIRUZ A C.0105.23.103
MOCHAMAD RAIHAN C.0105.23.222

PRODI PENDIDIKAN NERS TK 1 A


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDILUHUR
CIMAHI
2023/2024
A. NAMA PENYAKIT
Lyme
Penyakit Lyme atau Lyme disease adalah penyakit akibat infeksi bakteri yang
ditularkan melalui gigitan kutu. Gejala yang paling umum dari penyakit Lyme adalah
ruam kemerahan di kulit dengan bentuk yang khas.

Penyakit Lyme ditandai dengan gejala berupa leher kaku, nyeri sendi, dan jantung
berdebar. Jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini bisa berkembang makin parah
dan menyerang saraf atau organ jantung. Oleh sebab itu, penyakit Lyme perlu segera
ditangani setelah menimbulkan gejala.

B. BAKTERI YANG MENYEBABKAN PENYAKIT TERSEBUT


Borrellia burgdorferi
Etiologi penyakit Lyme atau borreliosis Lyme adalah infeksi bakteri spiroseta dari
genus Borrelia, yang ditransmisikan ke manusia melalui gigitan kutu genus Ixodes.
Borrelia burgdorferi merupakan etiologi penyakit Lyme yang paling sering
ditemukan di Amerika Serikat. Namun, negara yang lain dapat memiliki spesies
Borrelia yang berbeda.

Di benua Amerika Utara, spesies yang kerap dilaporkan selain B. burgdorferi adalah
B. mayonii. Sementara itu, di benua Eropa dan Asia, spesies yang juga sering
ditemukan selain B. burgdorferi adalah B. afzelii dan B. garinii.

C. TRANSMISI
Penyakit Lyme diawali oleh infeksi bakteri Spiroseta Borrelia, terutama Borrelia
burgdorferi yang ditransmisikan lewat gigitan kutu Ixodes. Outer surface proteins
(Osps) pada B. burgdorferi berperan dalam proses penempelan spiroseta pada usus
tengah kutu dan pergerakannya ke kelenjar saliva kutu.

Gigitan kutu ke manusia kemudian menginduksi outer surface protein C (OspC), yang
berperan dalam transmisi spiroseta dari kutu ke mamalia. B burgdorferi berikatan
dengan sel epitel dan berinteraksi dengan dekorin, glikosaminoglikan, dan
fibronectin, yang menyebabkan ekspansi dari ruam. Spiroseta kemudian menyebar ke
kulit dan jaringan lainnya melalui kemampuan berikatannya OspC ke plasminogen
manusia.

Spiroseta bereplikasi, membunuh sel inang, dan menyebar ke seluruh tubuh melalui
aliran darah yang lalu menyebabkan gejala klinis awal penyakit Lyme. Borrelia dapat
ditemukan pada seluruh bagian tubuh, seperti darah, cairan serebrospinal,
miokardium, retina, otot, tulang, dan otak dalam kurun waktu beberapa hari sampai
minggu.

D. CARA MENGENDALIKANNYA
Pengobatan penyakit Lyme bertujuan untuk mengatasi dan mencegah penyebaran
infeksi. Dokter dapat memberikan obat antibiotik yang jenisnya disesuaikan dengan
tingkat keparahan dan usia pasien. Jenis antibiotik yang diberikan antara lain
amoxicillin, cefuroxime, dan doxycycline.

Pada penyakit Lyme stadium awal, dokter akan memberikan antibiotik minum selama
10–14 hari. Sedangkan jika penyakit Lyme disertai dengan penyakit jantung atau
gangguan sistem saraf pusat, dokter akan memberikan antibiotik suntik selama 14–
28 hari. Pada pasien penyakit Lyme stadium 3 yang disertai dengan arthritis, dokter
akan memberikan antibiotik minum selama 28 hari yang disertai dengan tindakan
berikut:
a. Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid
b. Aspirasi sendi, yaitu pembuangan cairan dari sendi yang terdampak
c. Operasi untuk mengangkat bagian sendi yang mengalami peradangan
d. Umumnya, penderita penyakit Lyme memerlukan waktu berbulan-bulan atau
bertahun-tahun untuk sembuh sepenuhnya.

E. CARA PENCEGAHAN PENYAKIT TERSEBUT


Pencegahan penyakit lyme pada umumnya dilakukan dengan cara meminimalisir
kemungkinan paparan gigitan kutu, di antaranya dengan cara:
a. Memakai celana panjang dan baju lengan panjang saat berkegiatan di luar.
b. Atur halaman rumah bebas kutu dengan cara membersihkan kayu dan
menaruhnya di tempat yang terkena sinar matahari. Selain itu, gunting rumput
secara teratur dan jaga agar tidak tumbuh terlalu panjang.
c. Gunakan penangkal serangga dengan DEET 10 persen yang dapat melindungi
selama 2 jam. Jangan mengaplikasikan penangkal serangga ulang jika berada
di luar ruangan lebih dari 2 jam.
d. Rutin memeriksa adanya gigitan kutu pada kulit.
e. Cabut kutu menggunakan pinset, jepit di bagian kepala atau mulut lalu tarik
dengan hati-hati. Pastikan seluruh tubuh kutu tercabut.

Anda mungkin juga menyukai