&
BAHAGIA
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Damai
Sejahtera, Om Swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan,
Rahayu untuk kita semua di ruang virtual ini"
REFLEKSI FILOSOFIS PENDIDIKAN
KI HADJAR DEWANTARA
FASILITATOR & PP 2.
3.
NURHAYATI (10.10)
AGUS RAMADHAN (10.11)
4. Tekan ikon ‘raise hand’ bila hendak bertanya dan silahkan berbicara setelah
dipersilahkan; bila ada yang sedang bicara, mohon menunggu untuk dipersilahkan
5. Semua peserta membuka video (bila terkendala jaringan, peserta boleh menutup video);
6. Chatbox digunakan sebagai media bertanya dan berbagi pendapat dan pengalaman;
7. Menjaga ketenangan ruang virtual (gmeet) dengan selalu memonitor Microphone dan Video
agar proses pembelajaran menjadi kondusif dan bermakna;
8. Mohon TIDAK MEREKAM sesi Elaborasi Pemahaman lalu dibagikan di sosial Media
Bagaimana kita berinteraksi?
SALAM
&
BAHAGIA
REFLEKSI PERSONAL ‘2
4 Pertanyaan Reflektif:
1. Pikirkan dan tuliskan satu pengalaman Anda terkait proses pembelajaran
yang merefleksikan (mencerminkan) pemikiran Ki Hadjar Dewantara
(KHD)?
2. Bagaimana perwujudan ‘menuntun’ yang saya lihat dalam konteks sosial
budaya di daerah saya?
3. Mengapa Pendidikan Indonesia perlu mempertimbangkan kodrat alam
dan kodrat zaman?
4. Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba (berpihak)
pada anak” dalam peran saya sebagai pendidik?
DASAR-DASAR PENDIDIKAN
KI HADJAR DEWANTARA
1. DASAR PENDIDIKAN KHD - MENUNTUN
Selamat dan
Bahagia
sebagai
manusia dan
anggota
Tut Wuri masyarakat Ing Madyo
Mangun
Handayani
Karso
2. DASAR PENDIDIKAN KHD – KODRAT ANAK - MERDEKA
PEKERTI
● tenaga/perilaku/karya/bakti (raga)
Gobak Sodor
3. PENDIDIKAN YANG BERPIHAK PADA ANAK
“Bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, bukan untuk meminta
sesuatu hak, melainkan untuk berhamba pada sang anak.” (Ki Hajar Dewantara, 1922)”
[Asas Taman Siswa ke-7, diparafrasakan Profesor Sardjito, Rektor Universitas Gajah Mada di penganugrahan Doktor
Honoris Causa kepada Ki Hajar Dewantara di bidang Ilmu Kebudayaan, Desember 1956.]
Pokoknya pendidikan harus terletak di dalam pangkuan ibu bapak karena hanya dua
orang inilah yang dapat “berhamba pada sang anak” dengan
semurni-murninya dan se-ikhlas-ikhlasnya, sebab cinta kasihnya kepada
anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak terbatas (Karya Ki Hajar Dewantara, Pendidikan,
halaman 382 – Buku Kuning)
3. PENDIDIKAN YANG BERPIHAK PADA ANAK