Anda di halaman 1dari 25

7.

Rangkaian Magnetik

Eko Kustiawan ST., MT


7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

1. Rangkaian Magnetik
 Rangkaian magnetik merupakan basis dari sebagian terbesar peralatan
listrik di industri maupun rumah tangga.
 Motor dan generator dari yang bekemampuan kecil sampai sangat besar,
berbasis pada medan magnetic yang memungkinkan terjadinya konversi
energi listrik.
 Seperti halnya analisis rangkaian listrik yang dilandasi oleh beberapa
hukum saja, yaitu hukum Ohm dan Hukum Kirchhoff, analisis rangkaian
magnetik juga dilandasi oleh hanya beberapa hukum saja, yaitu hukum
Faraday dan hukum Ampere.
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

2. Hukum Rangkaian Magnetik


(Hukum Faraday)

 Pada 1831 Faraday (1791-1867) menunjukkan bahwa gejala listrik


dapat dibangkitkan dari magnet.
 Dari kumpulan catatan hasil percobaan yang dilakukan oleh Faraday,
suatu formulasi matematis telah diturunkan untuk menyatakan hukum
Faraday, yaitu :

……….. (7.1)

dengan e menunjukkan tegangan induksi [volt] pada suatu kumparan,


dan λ adalah fluksi lingkup yang dicakup oleh kumparan.
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

2. Hukum Rangkaian Magnetik


(Hukum Faraday) (Cont.)
 Jika kumparan mempunyai lilitan dan setiap lilitan mencakup fluksi
magnit sebesar φ [weber], maka fluksi lingkup adalah λ = φ [weber-
lilitan] dan (7.1) Menjadi :

……….. (7.2)

Tanda negatif pada (1.1) diberikan oleh Emil Lenz, yang setelah
melanjutkan percobaan Faraday menunjukkan bahwa arah arus
induksi selalu sedemikian rupa sehingga terjadi perlawanan terhadap
aksi yang menimbulkannya. Reaksi demikian ini disebut hukum Lenz.
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

2. Hukum Rangkaian Magnetik


(Hukum Ampere)
 Andre Marie Ampere (1775 – 1836), melakukan percobaan yang terkenal dalam
kaitan kemagnitan, yaitu mengenai timbulnya gaya mekanis antara dua kawat
paralel yang dialiri arus listrik.
 Besar gaya F dinyatakan secara matematis sebagai :

……….. (7.3)

dengan I1 dan I2 adalah arus di masing-masing konduktor, l adalah panjang


konduktor, dan r menunjukkan jarak antara sumbu kedua konduktor dan besaran μ
merupakan besaran yang ditentukan oleh medium dimana kedua kawat tersebut
berada.
 Arus I2 dapat dipandang sebagai pembangkit suatu besaran medan magnit di
sekeliling kawat yang dialirinya, yang besarnya adalah :

……….. (7.4)
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

2. Hukum Rangkaian Magnetik


(Hukum Ampere) (Cont.)
 Hasil ini juga diamati oleh dua peneliti Perancis yaitu J.B. Biot dan F. Savart.
Dengan (7.4), maka (7.3) menjadi lebih sederhana yaitu :
……….. (7.5)

 Persamaan (7.5) ini berlaku jika kedua kawat adalah sebidang. Jika kawat
kedua membentuk sudut θ dengan kawat pertama maka (7.5) menjadi :
……….. (7.6)

 Secara umum (7.6) dapat ditulis :


……….. (7.7)

dengan f(θ) adalah suatu fungsi sudut antara medan B dan arus I , dan KB
adalah suatu konstanta untuk memperhitungkan berbagai faktor, seperti
misalnya panjang kawat.
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

2. Hukum Rangkaian Magnetik


(Hukum Ampere) (Cont.)
 Besaran B mempunyai satuan [weber/meter2]. Hal ini dapat diturunkan sebagai
berikut.
 Menurut persamaan (7.5) :

 Jadi B menunjukkan kerapatan fluksi magnetik dengan satuan [weber/m2] atau


[tesla].
 Arah B ditentukan sesuai dengan kaidah tangan kanan yang menyatakan bahwa:
jika kawat yang dialiri arus digenggam dengan tangan kanan dengan ibujari
mengarah sejajar aliran arus maka arah B adalah sesuai dengan arah penunjukan
jari-jari yang menggenggam kawat tersebut.
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

2. Hukum Rangkaian Magnetik


(Hukum Ampere) (Cont.)
 Dalam persamaan (7.3), μ mewakili sifat medium tempat kedua konduktor berada;
besaran ini disebut permeabilitas. Untuk ruang hampa, permeabilitas ini adalah :
……….. (7.8)

……….. (7.9)
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

3. Intensitas Medan Magnet


 Dalam perhitungan-perhitungan rangkaian magnetik, akan lebih mudah jika kita
bekerja dengan besaran magnetic yang tidak tergantung dari medium.
 Hal ini terutama kita temui pada mesin-mesin listrik dimana fluksi magnetik
menembus berbagai macam medium. Oleh karena itu didefinisikan besaran yang
disebut intensitas medan magnetik , yaitu :

……….. (7.10)

 Dengan pendefinisian ini, H merupakan besaran yang tidak tergantung dari


medium.
 Secara umum satuan H adalah [lilitan amper]/[meter] dan bukan [amp]/[meter]
agar tercakup pembangkitan medan magnit oleh belitan yang terdiri dari banyak
lilitan.
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

4. Hukum Rangkaian Magnetik Ampere


 Hukum rangkaian magnetic Ampere menyatakan bahwa integral garis tertutup
dari intensitas medan magnit sama dengan jumlah arus (ampere turns) yang
membangkitkannya.
 Hukum ini dapat dituliskan sebagai :

……….. (7.11)

 Fm dipandang sebagai besaran pembangkit medan magnit dan disebut


magnetomotive force yang disingkat mmf. Besaran ini sama dengan jumlah
ampere-turn yang dilingkupi oleh garis fluksi magnit yang tertutup.
 Dari relasi di atas, diturunkan relasi-relasi yang sangat bermanfaat untuk
perhitungan rangkaian magnetik. Jika panjang total dari garis fluksi magnit adalah
L, maka total Fm yang diperlukan untuk membangkitkan fluksi tersebut adalah :

……….. (7.12)
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

4. Hukum Rangkaian Magnetik Ampere (Cont.)


 Apabila kerapatan fluksi adalah B dan fluksi menembus bidang yang
luasnya A , maka fluksi magnetnya adalah :
……….. (7.13)

 Dan jika (7.13) dimasukkan ke (7.12) akan diperoleh :

……….. (7.14)

Apa yang berada dalam tanda kurung pada (7.14) ini sangat menarik,
karena sangat mirip dengan formula resistansi dalam rangkaian listrik.
Persamaan (7.14) ini dapat kita tuliskan :

……….. (7.15)
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

4. Hukum Rangkaian Magnetik Ampere (Cont.)


 Fm merupakan besaran yang menyebabkan timbulnya fluksi magnit φ.
Besar fluksi ini dibatasi oleh suatu besaran ℜ yang kita sebut reluktansi dari
rangkaian magnetik, dengan hubungan :
……….. (7.16)

 Persamaan (7.15) sering disebut sebagai hukum Ohm untuk rangkaian


magnetik.
 Namun kita tetap harus ingat bahwa penurunan relasi ini dilakukan dengan
pembatasan bahwa B adalah kostan dan A tertentu.
 Satuan dari reluktansi tidak diberi nama khusus.
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

5. Perhitungan Pada Rangkaian Magnetik


 Perhitungan-perhitungan pada rangkaian magnetik pada umumnya
melibatkan material ferromagnetik.
 Perhitungan ditujukan pada dua kelompok permasalahan, yaitu :
 mencari mmf jika fluksi ditentukan (permasalahan ini kita jumpai pada
perancangan) dan
 mencari fluksi φ apabila geometri dari rangkaian magnetik serta
mmf diketahui (permasalahan ini kita jumpai dalam analisis, misalnya
jika kita harus mengetahui fluksi gabungan dari suatu rangkaian
magnetik yang dikendalikan oleh lebih dari satu belitan).
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

5. Perhitungan Pada Rangkaian Magnetik (Cont.)


 Contoh 1 :
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

5. Perhitungan Pada Rangkaian Magnetik (Cont.)


7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

5. Perhitungan Pada Rangkaian Magnetik (Cont.)


7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

5. Perhitungan Pada Rangkaian Magnetik (Cont.)


7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

5. Perhitungan Pada Rangkaian Magnetik (Cont.)


7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

5. Perhitungan Pada Rangkaian Magnetik (Cont.)


7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

5. Perhitungan Pada Rangkaian Magnetik (Cont.)


 Contoh 2 :
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

5. Perhitungan Pada Rangkaian Magnetik (Cont.)


 Penyelesaian 2 :
7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

5. Perhitungan Pada Rangkaian Magnetik (Cont.)


7. Rangkaian Magnetik (Eko Kustiawan)

5. Perhitungan Pada Rangkaian Magnetik (Cont.)


REFERENSI :
 Hayt, William, “Engineering Electromagnetic”, Mc Graw Hill, 1989.
 Kruss, J.D, “Electromagnetics”, Mc Graw Hill, 1992.
 J. R. Reitz,” Foundations of Electromagnetic Theory”, Addison-Wesley
Publ., 1993
 D. J. Griffith,” Introduction to Electrodynamics”, Prentice-Hall Inc., 1989.
 J. D. Jackson,” Classical Electrodynamics”, John Wiley & Sons Inc., 1991
 Mussadiq Musbach , ” Teori Medan Elektromagnetik ”
 Sudaryatno Sudirham, ” Analisis Rangkaian Sistem Tenaga”
 Internet

Anda mungkin juga menyukai