CLINICAL PATHWAY
ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN
TENGGOROKAN
RS DHARMA KERTI
TAHUN 2019
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS DHARMA KERTI
TENTANG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS DAN CLINICAL PATHWAY
ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN
DI RS DHARMA KERTI
No:
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Ditetapkan di Tabanan
Pada Tanggal 25 Juni 2019
DIREKTUR RS DHARMA KERTI,
Tonsilektomi/Tonsiloadenoidektomi ................................................................... 3
Epistaksis .............................................................................................................. 13
i
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI
1. Pengertian (Definisi) Peradangan kronis tonsila palatina setelah serangan akut yang
berulang-ulang atau infeksi subklinis.
1
15. Kepustakaan 1. Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
Edisi VI. Balai Penerbit FKUI 2007; 221-224
2. Byron J. Bailey, et al. Head & Neck Surgery-
Otolaryngology. 3rd edition. Lippincott Williams &
Wilkins. 2001; 81:979-991
2
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI
Tonsilektomi/Tonsiloadenoidektomi
3
2. Tidak ada sisa tonsil
11. Kepustakaan Byron J. Bailey, et al. Head & Neck Surgery-Otolaryngology.
3rd edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2001; 81:979-991
4
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI
5. Kriteria Diagnosis Perforasi pada membran timpani dengan atau tanpa disertai
adanya sekret
6. Diagnosis Kerja Otitis Media Supuratif Kronik
7. Diagnosis Banding -
8. Terapi Konservatif:
5
Ear Toilet dapat dilakukan tiap pasien kontrol untuk
membersihkan sekret
Follow up diperlukan hingga 2-3 bulan setelah kedatangan
pertama untuk memastikan kesembuhan dan pertimbangan
operasi, disarankan pasien datang setiap 2-3 hari sekali
atau
1 minggu sekali
Bila sekret keluar terus menerus dapat diberi H2O2 3 %,
antibiotik, obat tetes telinga (dengan pertimbangan).
Bila perforasi masih menetap setelah 3 bulan pengobatan
medikamentosa maka idealnya dapat dilakukan operasi,
yaitu timpanoplasti dengan atau tanpa mastoidektomi.
Untuk OMSK tipe berbahaya penatalaksanaan adalah
9. Edukasi denganmasuknya
Mencegah tindakan operatif (timpanomastoidektomi)
air ke dalam telinga, menjaga kebersihan
(Hospital Health diri, pengobatan rutin dan teratur
Promotion)
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis KSM THT
14. Indikator Menutupnya perforasi membran timpani dan tidak adanya
komplikasi
15. Kepustakaan Modul Telinga oleh Kolegium Ilmu Kesehatan THT-KL tahun
2008
6
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI
Otitis Eksterna
1. Pengertian (Definisi) Radang merata kulit liang telinga yang disebabkan oleh kuman
maupun jamur (otomikosis) dengan tanda-tanda khas yaitu rasa
tidak enak di liang telinga, deskuama-masi, sekret di liang
telinga dan kecenderungan untuk kambuh.
7
13. Penelaah Kritis KSM THT
14. Indikator -
15. Kepustakaan Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit THT RSUP
Sanglah, Denpasar
8
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI
4. Pemeriksaan Penunjang -
9
15. Kepustakaan Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit THT
RSUP Sanglah, Denpasar
10
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI
Rhinitis Alergi
1. Pengertian (Definisi) Suatu sindroma alergi hidung yang terdiri dari bersin-bersin,
hidung tersumbat dan rhinore yang bersifat seros. Sindroma ini
timbul akibat reaksi hipersensitifitas mukosa hidung akibat
suatu allergen. Sebagai alergen dapat berupa :
1. Inhalan : tepung sari bunga, debu, bubuk tertentu, bulu
binatang dll.
2. Ingestan : susu, udang, telur, buah, dan obat-obatan.
3. Bakteria.
2. Anamnesis 1. Rasa gatal pada hidung, mata dan palatum mole (kadang-
kadang)
2. Rhinore yang khas sangat encer (“watery nasal discharge”).
3. Hidung tersumbat
4. Bersin-bersin yang amat mengganggu dan paroxysmal
3. Pemeriksaan Fisik 1. Mukosa hidung udemateus, pucat atau sedikit kebiruan
2. Pemeriksaan cairan hidung banyak ditemukan eosinophil
3. Pemeriksaan rongent sinus biasanya ditemukan antrum
yang suram dan mukosa yang menebal serta tidak jarang
disertai polip
4. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan sekrit hidung terhadap sel-sel eosinophil
2. Skin test (Prick tes)
3. Foto rongent sinus maksila (posisi Water's)
5. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
6. Diagnosis Kerja Rhinitis Alergi
7. Diagnosis Banding Rhinitis akut.
Rhinitis medikamentosa.
Rhinitis vasomotor.
8. Terapi 1. Menghindari kontak dengan alergen.
2. Obat - obat :
Antihistamin (CTM, Cortikosteroid).
Dekongestan (Tetes hidung).
3. Imunoterapi.
9. Edukasi Meningkatkan kondisi tubuh :
11
(Hospital Health Olah raga.
Promotion) Makanan bergizi.
Cukup istirahat.
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis KSM THT
14. Indikator -
15. Kepustakaan Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit THT RSUP
Sanglah, Denpasar
12
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI
Epistaksis
1. Pengertian (Definisi) Perdarahan yang berasal dari hidung. banyak ditemui dapat
ringan tetapi tidak jarang sangat banyak, yang tergantung dari
asal perdarahan.
Perdarahan sering berasal dari septum nasi bagian anterior
yaitu “Little's area” atau posterior dari beberapa cabang
pembuluh darah yang lebih besar, sehingga memberikan
perdarahan yang lebih hebat. Perdarahan yang lebih jarang
berasal dari dinding lateral rongga hidung dimana terdapat
sphenopalatine dan arteri ethmoidalis.
4. Pemeriksaan Penunjang -
5. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
6. Diagnosis Kerja Epistaksis
7. Diagnosis Banding -
8. Terapi A. Memijat hidung pada ala nasi selama 10 menit.
B. Tampon anterior.
Semprot mukosa hidung dengan larutan tetrakain adrenalin
0,1%. Dipasang tampon yang telah dibasahi dengan larutan
yang sama. Tampon dibiarkan selama 24 jam.Perlindungan
dengan antibiotika perlu mendapat pertimbangan.
C. Tampon posterior.
Setelah mukosa hidung disemprot dengan larutan tetrakain
adrena 0,1% dipasang tampon posterior dengan bantuan
kateter sampai menutup kedua khoane. Dipasang tampon
anterior yang cukup P3 sehingga perdarahan berhenti.
Tampon dibasahi dengan salep boor ditinggalkan selama 48
jam.
9. Edukasi -
(Hospital Health
13
Promotion)
10. Prognosis Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad functionam : dubia
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis KSM THT
14. Indikator -
15. Kepustakaan Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit THT RSUP
Sanglah, Denpasar
14
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT DHARMA KERTI
1. Pengertian (Definisi) Terdapatnya benda asing seperti butir- butir makanan, biji
kacang, kulit melinjo, prosthesa gigi dll. pada laring, trakhea
atau bronkus. Adanya benda asing tersebut di dalam saluran
pernafasan berawal dari adanya benda tersebut di dalam mulut
penderita. Pada saat penderita menghirup udara pernafasan
bersamaan dengan tertawa atau menangis sehingga benda
tersebut terhirup masuk ke dalam laring, trakhea atau bronkus.
15
(Hospital Health
Promotion)
10. Prognosis Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad functionam : dubia
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis KSM THT
14. Indikator -
15. Kepustakaan 1. Giardano. A ed al : Current Management of esophageal
forein bodies* Arch of otolar. 107, 249-251. 1981
2. Jackson C, Jackson CL: Foreign Bodies in the Air and
Food passage5' Diseases of the Nose, Throat and Ear 2nd
ed. W.B. Saunders Company. Philadelphia and London
1959.842-
856.
16
CLINICAL PATHWAY FORM
Tonsilektomi/Tonsiloadenoidektomi
Nama Pasien :
No. RM :
Jenis kelamin : BB : Kg
Tanggal Lahir : TB : Cm
Diagnosa Masuk RS
* Penyakit utama : Kode ICD :
* Penyakit penyerta : Kode ICD :
* Komplikasi : Kode ICD :
Tindakan : Kode ICD :
Kode ICD :
HARI KE
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7
Dokter UGD
1. PEMERIKSAAN KLINIS
Dokter Spesialis THT
Darah Lengkap
Faal Hemostasis
2. LABORATORIUM Gula Darah Sewaktu Usia > 40 th
Fungsi Ginjal (Ureum, Creatinin) Bila ada kecurigaan
Fungsi Hati (LFT) Bila ada kecurigaan
3. RADIOLOGI/IMAGING Thoraks foto Usia > 40 th
ELEKTROMDIK EKG Usia > 40 Th
Dokter Anestesi
4. KONSULTASI SpPD Usia > 40 Th
SpA Bila ada kecurigaan
Pemeriksaan DPJP Visite
5. ASESMEN KLINIS Pemeriksaan Dokter SpAN
Pemeriksaan Dokter Ruangan Atas indikasi
1. Penjelasan Diagnosis
2. Rencana Terapi
3. Rencana Tindakan
Tujuan
6. EDUKASI Risiko
Komplikasi
Prognosa
4. Edukasi Gizi
5. Edukasi Farmasi
* Persetujuan umum RJ/RI Tanda tangan keluarga
* Informed consent Tanda tangan pasien, dokter
* Assesment medis awal
* Assesment keperawatan
* Assesment nyeri
* Assesment risiko jatuh
* Administrasi Keuangan
8. PROSEDUR ADMINISTRASI
* Penjadwalan Tindakan
9. TERAPI/MEDIKAMENTOSA
injeksi Haemostatic agent Bila diperlukan
Kortikosteroid Bila diperlukan
Obat Anestesi Profofol
Lidokain 2%
Isofluran/Sevofluran
O2:N2O
Atracurium/Rocuronium
SA dan Prostigmin
Cairan Infus RL/ D5 % Tergantung umur pasien
Obat Oral Amoxicillin
Eritromisin Bila alergi Penisilin
Kortikosteroid + Antihistamin Bila diperlukan
Parasetamol
Ibuprofen Bila alergi parasetamol
Ketoprofen supp Bila nyeri berat
10. DIET/NUTRISI Puasa Pra operatif
Bubur saring
Minum dingin 6 jam pertama pasca operatif
11. TINDAKAN Tonsilektomi
Tonsiloadenoidektomi
12. MONITORING
1.Perawat Monitoring tanda vital
Monitoring perdarahan
Monitoring Nyeri
Monitoring kebutuhan pasien
2.Dokter Ruangan Monitoring tanda vital
Monitoring perdarahan
3.Dokter DPJP Monitoring tanda vital
Monitoring nyeri
Monitoring perdarahan
Monitoring luka operasi
13. MOBILISASI 1. Tirah Baring Tergantung keadaan umum pasien
2. Duduk di Tempat tidur
3. Aktivitas harian mandiri
14. OUTCOME
Keluhan : Asupan makan dan minum
Perdarahan pasca operasi
Pemeriksaan Klinis Luka operasi
Lama rawat 2 hari
15. RENCANA PULANG/ Penjelasan mengenai perkembangan
EDUKASI penyakit berkaitan terapi dan tindakan
yang sudah dilakukan oleh DPJP
Penjelasan mengenai diet yang
diberikan sesuai dengan keadaan umum
pasien (lembar diet )
Surat pengantar kontrol
Resume keperawatan
Resume medis
Denpasar, - -
VARIANS
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan : Perawat Penanggung Jawab Pasien : komplikasi: ……………………………………………………..………….
diagnosa penyerta : ……………….………………………
tindakan lain (sebutkan) : ………………………………………
konsultasi : ……………………………………………………...…………
( ) ( alasan : ……………………………………………………..……………….
) Ka Tim
Pelaksana Verifikasi :
Keterangan
: Yang harus dilakukan
: Bisa ada atau tidak
(_ ) Beri tanda ( √ : Bila sudah dilakukan
Unit Penjaminan Mutu
CLINICAL PATHWAY FORM
Tympanoplasty /
Tympanoplasty + Mastoidektomy
Nama Pasien :
No. RM :
Jenis kelamin : BB : Kg
Tanggal Lahir : TB : Cm
Diagnosa Masuk RS Tgl. Masuk RS : Jam : :
* Penyakit utama : Kode ICD : Tgl. Keluar RS : Jam : :
* Penyakit penyerta : Kode ICD : Lama Hari Rawa : Hari
* Komplikasi : Kode ICD : RENCANA RAW : 4 hari
Tindakan : Kode ICD : R.Rawat/Kelas : /
Kode ICD : Rujukan : Ya / Tidak
HARI KE
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
1 2 3 4
Dokter UGD
1. PEMERIKSAAN KLINIS
Dokter Spesialis THT
Darah Lengkap
Faal Hemostasis
2. LABORATORIUM Gula Darah Sewaktu Usia > 40 th
Fungsi Ginjal (Ureum, Creatinin) Bila ada kecurigaan
Fungsi Hati (LFT) Bila ada kecurigaan
Thoraks foto Usia > 40 th
3. RADIOLOGI/IMAGING Audiometri
ELEKTROMDIK Foto Schuller/CT Scan
EKG Usia > 40 Th
Dokter Anestesi
4. KONSULTASI SpPD Usia > 40 Th
Pemeriksaan DPJP Visite
5. ASESMEN KLINIS Pemeriksaan Dokter SpAN
Pemeriksaan Dokter Ruangan Atas indikasi
1. Penjelasan Diagnosis
2. Rencana Terapi
3. Rencana Tindakan
Tujuan
6. EDUKASI Risiko
Komplikasi
Prognosa
4. Edukasi Gizi
5. Edukasi Farmasi
* Persetujuan umum RJ/RI Tanda tangan keluarga
* Informed consent Tanda tangan pasien, dokter
* Assesment medis awal
* Assesment keperawatan
* Assesment nyeri
* Assesment risiko jatuh
* Administrasi Keuangan
8. PROSEDUR ADMINISTRASI
* Penjadwalan Tindakan
9. TERAPI/MEDIKAMENTOSA Cefotaxim 1gr @ 8 Jam * * Untuk tipe aman
Injeksi Ceftriaxon 1 gr @ 12 jam* * Untuk tipe berbahaya
Gentamicyn inj. 80 mg @ 12 jam Bila alergi golongan Penicillin
Ketorolac inj
Dexamethason 1 amp @ 8 jam
Paracetamol drip 1000 mg @ 6-8 jam Bila alergi NSAID
Obat Anestesi Profofol
Lidokain 2%
Isofluran/Sevofluran
O2:N2O
Atracurium/Rocuronium
SA dan Prostigmin
Cairan Infus NaCl 0.9%
Obat Oral Levofloxacin 500 mg @ 24 jam ( 5 hari)
Clindamicyn 300 mg @ 8 jam (5 hari) Bila alergi
Co Amoxiclav 500 @ 8 jam (5 hari) Bila pasien dibawah 20 tahun
Methyl Prednisolon 4 mg @ 8 jam (5 hari)
Pseudoefedrin/Tripolidin tab @ 8 jam (8 har
Ambroxol 30 mg @ 8 jam (8 hari)
Ketoprofen supp bila nyeri berat
10. DIET/NUTRISI Puasa pra operatif
Makanan lembek
11. TINDAKAN Timpanoplasti +/- Mastoidektomi
Aff elastomol
Aff drain
Aff infus
12. MONITORING
1.Perawat Monitoring tanda vital
Monitoring perdarahan
Monitoring Nyeri
Monitoring kebutuhan pasien
2.Dokter Ruangan Monitoring tanda vital
Monitoring perdarahan
3.Dokter DPJP Monitoring tanda vital
Monitoring nyeri
Monitoring perdarahan
Monitoring luka operasi
13. MOBILISASI 1. Tirah Baring tergantung keadaan umum pasien
2. Duduk di Tempat tidur
3. Aktivitas harian mandiri
14. OUTCOME
Keluhan : Asupan makan dan minum
Perdarahan pasca operasi
Pemeriksaan Klinis Luka operasi
Fungsi nervus facialis
Lama rawat 4 hari
15. RENCANA PULANG/ Penjelasan mengenai perkembangan
EDUKASI penyakit berkaitan terapi dan tindakan yang
sudah dilakukan oleh DPJP
Penjelasan mengenai diet yang diberikan
sesuai dengan keadaan umum pasien
(lembar diet )
Surat pengantar kontrol
Resume keperawatan
Resume medis
Denpasar, - -
VARIANS
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan : Perawat Penanggung Jawab Pasien : komplikasi: ……………………………………………………..……
diagnosa penyerta : ……………….…………………
tindakan lain (sebutkan) : …………………………………
konsultasi : ……………………………………………………...……
( ) ( alasan : ……………………………………………………..…………
) Ka Tim
Pelaksana Verifikasi :
Keterangan
: Yang harus dilakukan
: Bisa ada atau tidak
(_ ) Beri tanda ( √ ) : Bila sudah dilakukan
Unit Penjaminan Mutu