Anda di halaman 1dari 25

KATA SAMBUTAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM PATI

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan
Panduan Praktek Klinik Rumah Sakit Islam Pati
Penyusunan buku ini dimaksud untuk menjadi acuan, pegangan dan standar yang
harus di ikuti dalam memberikan pelayanan sehingga menghasilkan mutu pelayanan yang
optimal dan baik. Suatu pelayanan yang baik dan bermutu tentu merupakan hal yang relative
karena itu diperlukan standar di mana kita dapat mengacu dalam melaksanakan satu proses
pelayanan atau acuan bagi asatu kelengkapan yang merupakan masukan bagi proses
tersebut. Dan tidak kalah pentingnya kami dapat mengacu terhadap suatu hasil yang
diharapkan dan seharusnya tercapai.
Perbaikan dan penyempurnaan serta perubahan buku standar pelayanan medik
ini kami harapkan dapat dilakukan secara berkala, sehingga buku ini senantiasa dapat sejalan
dengan pola penyakit yang ada di Rumah Sakit Islam Pati dan mengikuti perkembangan Iptek
di bidang kesehatan.
Kepada teman sejawat Komite Medik dan anggota Staf Medis fungsional yang
telah menyusun buku ini kami ucapkan terima kasih
Semoga buku ini membawa manfaat yang sebesar-besarnya dan mendapat ridlo
Allah SWT amin Ya Robbal Alamin

Wasaalamu’alaikum Wr. Wb

Pati, Desember 2014


Direktur,

dr.H.Imron Rosyidi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya telah dapat
menyusun Buku Panduan praktek Klinik Rumah sakit Islam Pati
Panduan praktek klinik merupakan bagian integral dari standar pelayanan rumah
sakit dan diharapkan secara bertahap dapat menerapkan standar tersebut sehingga
pelayanan medis yang dihasilkan mempunyai mutu, efektifitas dan efisiensi sesuai dengan
yang diharapkan. Keberadaan standar tersebut sangat penting dan tidak dapat dipisahkan
dengan program menjaga mutu rumah sakit yang merupakan tuntutan masyarakat
Filosofi pelayanan medis adalah suatu proses pelayanan yang sungguh-sungguh
sesuai dengan standar yang telah disepakati sebagai yang terbaik akan membawa suatu hasil
yang optimal
Hasil pelayanan medis tidaklah sempurna seratus persen karena kita kenal proses
yang terjadi adalah proses biomedik yang mengandung suatu ketidakpastian walaupun hal
tersebut dapat diperkirakan. Apabila kita telah mengadakan suatu pelayanan medis yang
sebaik-baiknya hal tersebut kita dapat menjamin suatu hasil yang sempurna karena seperti
disampaikan diatas adanya medical uncertainity, yang penting adalah melaksanakan proses
sebaik-baiknya.
Penyusunan memaklumi bahwa isi buku panduan praktek klinik ini masih banyak
kekurangannya dan belum lengkap, oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
dan mengharapkan saran serta kritik dari semua pihak untuk penyempurnaan pada edisi
berikutnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pati, Desember 2014


Komite Medik,

dr.H.Zakaria Sahlan, Sp THT

WEWANTI
(DISCLAIMER)

Panduan Praktis Klinis (PPK) termasuk turunan-turunannya : (clinical pathway, algoritme,


protokol, prosedur, standing order) merupakan panduan yang harus diterapkan sesuai dengan
pasien. Oleh karenanya dikatakan bahwa semua Panduan Praktik Klinis (PPK) bersifat
rekomendasi atau advis. Apa yang tertulis dalam PPK tidak harus diterapkan pada semua pasien
tanpa kecuali.

Penerapan Panduan ini pada pasien harus disesuaikan dengan kondisi pasien secara individual.
Secara lengkap hal-hal berikut perlu dikemukakan :
1. PPK merupakan panduan untuk tata laksana pasien. Sebagian diantaranya hanya berupa
panduan tata laksana awal, sedangkan tata laksana sepenuhnya harus disesuaikan
dengan perjalanan klinis pasien dengan memperhitungkan hal-hal lain yang relevan.
2. PPK dibuat untuk tata laksana rata-rata pasien dengan diagnosa tertentu harus diingat,
bahwa variabilitas perjalanan setiap penyakit sangat luas.
3. PPK dibuat untuk satu jenis penyakit, pada saat PPK menguraikan tata laksana penyakit,
seolah pasien tersebut tidak menderita penyakit lain apapun.
4. Respon individu terhadap prosedur diagnostik dan terapi sangat bervariasi.
5. PPK, bila dikemudian terbukti ada obat atau prosedur tertentu yang berbahaya maka
obat atau prosedur itu harus ditinggalkan, sebaliknya bila ada obat atau prosedur lain
yang lebih baik dan dapat diterpakan maka obat atau prosedur itu harus diterapkan.
Dokter yang tidak melaksanakan hal yang tercantum dalam PPK harus menyebut
alasannya dengan jelas, menulis pada rekam medis dan siap
mempertanggungjawabkannya.
6. Praktik kedokteran modern menuntut para dokter untuk lebih banyak mengakomodasi
keinginan dan nilai-nilai pasien dan keluarganya.
7. Meskipun para penulis dan penyunting telah mencermati dosis obat, namun para
pengguna disarankan untuk merujuknya pada sumber lain. Kesalahan yang terjadi akibat
penggunaan PPK ini menjadi tanggung jawab masing-masing dokter.
8. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran berlangsung dengan sangat cepat sehingga
PPK ini perlu dipantau pelaksanaannya dan perlu dilakukan revisi setiap 2 tahun atau
lebih cepat untuk hal-hal yang dianggap mendesak.

Pati, Desember 2014


Direktur RSI Pati

dr. H Imron Rosyidi


PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
2014 - 2017

TONSILITIS KRONIS ICD 474.0


1. Definisi Peradangan kelenjar tonsil yang bersifat kronis

2. Anamnesis Nyeri menelan, nyeri tenggorok, rasa benda asing di tenggorok,


mulut berbau, kadang-kadang disertai lesu, nafsu makan turun,
sakit kepala

3. Pemeriksaan Fisik  Biasanya tonsil membesar


 Detritus (+) pada penekanan
 Arkus anterior/ posterior hiperemis
 Kadang-kadang kelenjar submandibula membesar

4. Kriteria Diagnosis Anamnesis:


Nyeri menelan, nyeri tenggorok, rasa benda asing di tenggorok,
mulut berbau, kadang-kadang disertai lesu, nafsu makan turun,
sakit kepala
Pemeriksaan fisik:
- Biasanya tonsil membesar
- Detritus (+) pada penekanan
- Arkus anterior/ posterior hiperemis
- Kadang-kadang kelenjar submandibula membesar

5. Diagnosis Diferensial  Radang tonsil oleh sebab lain


 Kelainan darah

6. Pemeriksaan penunjang Laboratorium darah rutin


7. Diagnosis Kerja Tonsilitis Kronis
8. Konsultasi Dokter spesialis THT
9. Perawatan RS Rawat jalan, kecuali bila operatif
10. Terapi Simtomatis dan antibiotiK
11. Tempat pelayanan Rumah sakit tipe D
12. Penyulit  Karena penyakit :
 Infeksi leher dalam
 Otitis media
 Sinusitis paranasal
 Ke tempat jauh antara lain ginjal, sendi
 Karena operasi :
 Pneumonia aspirasi
 Perdarahan

13. Tenaga standar Dokter spesialis THT


14. Informed consent Tertulis, perlu bila operasi
15. Lama perawatan Maksimum 3 hari (bila operasi/ tanpa komplikasi)
16. Masa pemulihan -
17.Output -
18. PA -
19. Otopsi/ Risalah rapat -
20. prognosis -
21. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan dokter Spesialis THT
2. Standar Pelayanan Medik (IDI)
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
2014 - 2017

POLIP NASAL ICD J 33.9


 Definisi Peradangan di cavum nasi di tandai adanya benjolan, hidung
tersumbat, pilek berkepanjangan berkurangnya pembauan

 Anamnesis  Rasa sumbatan di hidung


 Dapat disertai hiposmia/ anosmia

 Pemeriksaan Fisik Tampak massa putih atau kebiruan bening, perabaan lunak dan
tidak nyeri, tidak mudah berdarah, bertangkai/ mudah
digerakkan, unilateral/ bilateral

 Kriteria Diagnosis Anamnesis:


- Rasa sumbatan di hidung
- Dapat disertai hiposmia/ anosmia
Pemeriksaan fisik:
Tampak massa putih atau kebiruan bening, perabaan lunak dan
tidak nyeri, tidak mudah berdarah, bertangkai/ mudah
digerakkan, unilateral/ bilateral

 Diagnosis Diferensial  Tumor ganas hidung


 Konka polipoid

 Pemeriksaan penunjang  Laboratorium darah rutin


 Foto rongtgen sinus paranasal

 Diagnosis Kerja Polip Nasal

 Konsultasi Dokter spesialis THT

 Perawatan RS Rawat inap untuk tindakan pembedahan bila ada komplikasi


sinusitis

 Terapi  Ekstirpasi polip (polipektomi)


 Etmoidektomi intranasal/ ekstranasal bila polip berasal dari
sinus etmoid
 Terapi terhadap penyebabnya missal obat antialergi
 Tempat pelayanan Rumah sakit Type C
 Penyulit  Hiposmia/ anosmia
 Sinusitis
 Perdarahan

 Tenaga standar Dokter Spesialis THT


 Informed consent Perlu tertulis
 Lama perawatan  Dapat berobat jalan pada polipektomi
 3-7 hari pada etmoidektomi

 Masa pemulihan 3-7 hari

18.Output  Sembuh
 Sering kambuh kembali

18. PA Perlu bila dicurigai ganas

19. Otopsi/ Risalah rapat -


20. prognosis -
21. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan dokter Spesialis THT
2. Standar Pelayanan Medik (IDI)
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
2014 - 2017

SINUSITIS MAKSILARIS J 32.0


1. Definisi Peradangan dirongga sinus maksilaris

2. Anamnesis - Pilek, bau, secret kental


- Rasa kering tenggorok/ postnasal drip
- Rasa tersumbat di hidung
- Kadang-kadang nyeri kepala (tak hebat)
- Kadang-kadang batuk

3. Pemeriksaan Fisik - Mukosa hidung hiperemis, edema, hipertrofi, pus pada


meatus media
- Postnasal drip (+)
- Nyeri tekan pipi bisa (+)
- Dentogen : bisa terdapat karies dentis sampai dengan
gangrene pulpa

4. Kriteria Diagnosis Anamnesis :


- Pilek, bau, secret kental
- Rasa kering tenggorok/ postnasal drip
- Rasa tersumbat di hidung
- Kadang-kadang nyeri kepala (tak hebat)
- Kadang-kadang batuk
Pemeriksaan fisik :
- Mukosa hidung hiperemis, edema, hipertrofi, pus pada
meatus media
- Postnasal drip (+)
- Nyeri tekan pipi bisa (+)
- Dentogen : bisa terdapat karies dentis sampai dengan
gangrene pulpa

5. Diagnosis Diferensial  Ozaena


 Karsinoma hidung + sinusitis paranasal
 Benda asing rongga hidung

6. Pemeriksaan penunjang  Transiluminasi


 Bila perlu foto rontgen sinus paranasal
 Antroskopi/ sinuskopi

7. Diagnosis Kerja Sinusitis Maksilaris

8. Konsultasi Bila perlu, dokter spesialis mata


9. Perawatan RS  Rawat jalan bila terapi konservatif
 Rawat inap bila terapi operatif

10. Terapi Konservatif :


- Medikamentosa simtomatis + antibiotic.
- Bila perlu irigasi sinus maksilaris
Operatif :
- Operatif endo/ ekstranasal
- Ekstraksi gigi

11. Tempat pelayanan Rumah sakit type C

12. Penyulit Akibat penyakit :


- Otitis media
- Sinusitis frontalis/ etmoidalis
- Dakriosistisis
- Faringitis, laryngitis + bronchitis
- Osteomielitis
Akibat operasi :
- Fistel oroantal
- Parestesi pipi
- Infeksi

13. Tenaga standar Dokter spesialis THT

14. Informed consent  Perlu tertulis bila operasi


 Tidak tertulis untuk konservatif

15. Lama perawatan Operatif minimum 5 hari

16. Masa pemulihan Maksimum 10 hari

17.Output  Dapat sembuh total


 Parsial

18. PA Bila terdapat kecurigaan keganasan

19. Otopsi/ Risalah rapat -


20. prognosis -
21. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan dokter Spesialis THT
2. Standar Pelayanan Medik (IDI)
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
2014 - 2017

ABSES PERITONSIL ICD J 36


1. Definisi Peradangan disertai pernanahan di sekitar kelenjar tonsil

2. Anamnesis Sakit menelan, banyak ludah, suara sengau, sukar buka mulut,
mulut bau

3. Pemeriksaan Fisik - Sering disertai pembengkakan kelenjar submandibular


- Palatum mole membengkak, teraba fluktuasi
- Tonsil membesar, biasanya unilateral, uvula terdorong ke
sisi yang sehat
- Sering pada orang dewasa, jarang pada anak-anak

4. Kriteria Diagnosis Anamnesis:


Sakit menelan, banyak ludah, suara sengau, sukar buka mulut,
mulut bau
Pemeriksaan fisik:
- Sering disertai pembengkakan kelenjar submandibula
- Palatum mole membengkak, teraba fluktuasi
- Tonsil membesar, biasanya unilateral, uvula terdorong ke sisi
yang sehat
- Sering pada orang dewasa, jarang pada anak-anak

5. Diagnosis Diferensial Tumor tonsil

6. Pemeriksaan penunjang Laboratorium darah rutin

7. Diagnosis Kerja Abses Peritonsil

8. Konsultasi Dokter spesialis THT

9. Perawatan RS Tidak perlu dirawat kecuali ada penyulit

10. Terapi  Pungsi dan insisi abses


 Antibiotic dosis tinggi
 Obat analgetik
 Obat kumur

11. Tempat pelayanan Rumah sakit type C

12. Penyulit  Perdarahan


 Penyebaran abses ke parafaring, mediastinum atau ke sinus
kavernosus

13. Tenaga standar Dokter Spesialis THT

14. Informed consent Perlu tertulis

15. Lama perawatan


16. Masa pemulihan 3-5 hari
17.Output Sembuh, dianjurkan untuk tonsilektomi

18. PA -
19. Otopsi/ Risalah rapat -
20. prognosis -
21. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan dokter Spesialis THT
2. Standar Pelayanan Medik (IDI)
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
2014 - 2017

RINITIS KRONIS ALERGI ICD 447.8


1. Definisi Keluarnya cairan bening lewat lubang hidung yang sebelumnya
didahului bersin-bersin karena faktor alergi

2. Anamnesis Gejala utama : bersin, meler (encer-jernih), sumbat dan gatal


hidung. Gejala tersebut bersifat menahun dan hilang timbul
terkait dengan allergen, bertambah pada perubahan musim, suhu
udara dan kelembaban.

3. Pemeriksaan Fisik Mukosa hidung dan konka edema, licin, pucat, livid dan basah

4. Kriteria Diagnosis Anamnesis :


Gejala utama : bersin, meler (encer-jernih), sumbat dan gatal
hidung. Gejala tersebut bersifat menahun dan hilang timbul
terkait dengan allergen, bertambah pada perubahan musim, suhu
udara dan kelembaban.

Pemeriksaan fisik :
- Laboratorium
- Mukosa hidung dan konka edema, licin, pucat, livid dan
basah
Kadang-kadang disertai polip, tanda allergic salute dan allergic
crease sering dijumpai pada anak.

5. Diagnosis Diferensial  Rhinitis vasomotor


 Rhinitis infeksi

6. Pemeriksaan penunjang  Laboratorium


 IgE total serum (umumnya 100)
 Kerokan mukosa konka : umumnya eosinophil
 Bila fasilitas memungkinkan : tes kulit (prick test)
 Rontgen SPN ( bila dicurigai ada komplikasi/ factor
predisposisi)

7. Diagnosis Kerja Rinitis Kronis Alergi

8. Konsultasi Dokter spesialis penyakit dalam

9. Perawatan RS Rawat jalan, kecuali bila terjadi penyulit akibat penyakit maupun
akibat terapi atau untuk imunoterapi singkat (rush imunoterapy)

10. Terapi Konservatif


- Penghindaran diri terhadap allergen (bila sudah diketahui)

11. Tempat pelayanan Tidak perlu dirawat kecuali ada penyulit

12. Penyulit  Pungsi dan insisi abses


 Antibiotic dosis tinggi
 Obat analgetik
 Obat kumur
 Perdarahan
 Penyebaran abses ke parafaring, mediastinum atau ke sinus
kavernosus
13. Tenaga standar Dokter spesialis THT

14. Informed consent Perlu tertulis

15. Lama perawatan 3-5 hari

16. Masa pemulihan Sembuh, dianjurkan untuk tonsilektomi

17.Output -
18. PA -
19. Otopsi/ Risalah rapat -
20. prognosis -
21. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan dokter Spesialis THT
2. Standar Pelayanan Medik (IDI)
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
2014 - 2017

OTITIS MEDIA SUPURATIVA KRONIK ICD 382.3


1. Definisi Peradangan telinga tengah disertai pengeluaran discharge
berbau sering kambuh

2. Anamnesis - Peradangan telinga tengah berulang dan berjalan lama tidak


sembuh
- Otore yang terus-menerus lebih dari 6 minggu atau sering
kambuh, terkadang disertai keluhan gangguan pendengaran

3. Pemeriksaan Fisik Radang pada telinga tengah disertai ketulian dalam beberapa
tingkatan

4. Kriteria Diagnosis Keluhan :


 Peradangan telinga tengah berulang dan berjalan lama tidak
sembuh
 Otore yang terus-menerus lebih dari 6 minggu atau sering
kambuh, terkadang disertai keluhan gangguan pendengaran
Pemeriksaan :
 Radang pada telinga tengah disertai ketulian dalam
beberapa tingkatan

5. Diagnosis Diferensial  Otitik eksterna


 Tumor telinga

6. Pemeriksaan penunjang  Bila perlu, laboratorium darah + urine rutin


 Foto rongten mastoid
 Bakteriologi sekret
 Pemeriksaan audiometri

7. Diagnosis Kerja Otitis Media Supurativa Kronik

8. Konsultasi  UPF syaraf


 UPF bedah Syaraf
 Bilamana terdapat kecurigaan kea rah penyulitan
intracranial

9. Perawatan RS Rawat inap, bila terjadi komplikasi

10. Terapi  Konservatif/medikamentosa


 Bila perlu operatif

11. Tempat pelayanan Rumah sakit type C

12. Penyulit  Mastoiditis


 Abses retroaurikuler :
1. Paresis/paralisis N. VII
2. Labirinitis/petrositis
3. Komplikasi intracranial
4. Sepsis

13. Tenaga standar Dokter spesialis THT

14. Informed consent Bila perlu tindakan


15. Lama perawatan -
16. Masa pemulihan -
17. Output Sembuh parsial atau bahkan dapat berlanjut

18. PA Bila perlu

19. Otopsi/ Risalah rapat Bila perlu

20. prognosis -
21. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan dokter Spesialis THT
2. Standar Pelayanan Medik (IDI)
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
2014 - 2017

RINITIS KRONIKA INFEKSIOSA ICD 460


1. Definisi Keluarnya cairan kuning kental, berwarna kuning yang
berlangsung lebih dari 2 minggu

2. Anamnesis - 4 gejala utama (meler (kental berwarna) subat hidung dan


terkadang rasa panas/perih dan gatal hidung)
- Gejala tambahan : nyeri pipi, dahi demam dan sefalgia
- Gejala tersebut bersifat menahun dan hilang timbul

3. Pemeriksaan Fisik Mukosa hidung dan konkhaedema, permukaan tidak licin,


hiperemis (ringan) basah berlendir. Terkadang disertai polip
sekret yang kental

4. Kriteria Diagnosis Keluhan :


 4 gejala utama (meler (kental berwarna) subat hidung dan
terkadang rasa panas/perih dan gatal hidung)
 Gejala tambahan : nyeri pipi, dahi demam dan sefalgia
 Gejala tersebut bersifat menahun dan hilang timbul

Pemeriksaan :
Mukosa hidung dan konkhaedema, permukaan tidak licin,
hiperemis (ringan) basah berlendir. Terkadang disertai polip
sekret yang kental

5. Diagnosis Diferensial  Rinitis fasomotorika


 Rinitis alergika
 Rinitis medikamentosa

6. Pemeriksaan penunjang Laboratorium


 IgE total serum (umumnya > 100)
 Biakan mikroorganisme sekret hidung dan uji sensitivitasnya

7. Diagnosis Kerja Rinitis Kronika Infeksiosa

8. Konsultasi -
9. Perawatan RS Umumnya tidak perlu dirawat kecuali bila ada tindakan operatif
10. Terapi  Terapi konservatif : dekongestan, mukolitik, antibiotic
 Terapi operatif : bila perlu

11. Tempat pelayanan Rumah sakit type C

12. Penyulit  Karena penyakit : sinusitis paranasalis, otitis media, polip


hidung, hip/anosmia, meningitis, tonsiloparingis, kronika,
komplikasi sistemis lainnya
 Karena tindakan bedah : epistaksis, anosmia, sinekia

13. Tenaga standar Dokter spesialis THT

14. Informed consent  Terapi bedah : tertulis


 Terapi konservatif : tidak tertulis
15. Lama perawatan Untuk pasien tanpa komplikasi : tidak perlu dirawat
Untuk pasien terapi bedah : bila perlu dirawat maksimal 2x24
jam

16. Masa pemulihan Pasien terapi bedah : bila perlu istirahat rumah maksimal 3 hari
sebelum aktivitas kembali
Pasien rawat jalan, bila perlu 1 – 2 hari

17. Output Umumnya dapat sembuh total, terkadang sembuh parsial


18. PA -
19. Otopsi/ Risalah rapat -
20. prognosis -
21. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan dokter Spesialis THT
2. Standar Pelayanan Medik (IDI)
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
2014 - 2017

FARINGITIS KRONIKA ICD 472.1


1. Definisi Peradangan di daerah faring yang bersifat kronis

2. Anamnesis - Nyeri tenggorok, rasa mengganjal


- Disertai lesu, nafsu makan menurun, sakit kepala

3. Pemeriksaan Fisik Mukosa hiperemis umumnya granula membesar (+)

4. Kriteria Diagnosis Keluhan :


 Nyeri tenggorok, rasa mengganjal
 Disertai lesu, nafsu makan menurun, sakit kepala

Pemeriksaan :
 Mukosa hiperemis umumnya granula membesar (+)

5. Diagnosis Diferensial  Radang spesifik : TBC, lesu, jamur


 Radang non spesifik
 Keganasan

6. Pemeriksaan penunjang  Laboratorium, darah, urine rutin


 Bakteriologi
 Biopsi

7. Diagnosis Kerja Faringitis Kronika

8. Konsultasi -
9. Perawatan RS Rawat jalan
10. Terapi  Terapi konservatif : medikamentosa simptomatik dan
antibiotik
 Terapi tindakan : kauterisasi (kimiawi dan atau elektris)

11. Tempat pelayanan Rumah sakit type C

12. Penyulit
13. Tenaga standar Dokter spesialis THT

14. Informed consent Tidak perlu

15. Lama perawatan -


16. Masa pemulihan -
17. Output  Sembuh total
 Sembuh parsial menetap

18. PA Bila ada kecurigaan keganasan

19. Otopsi/ Risalah rapat Tidak perlu


20. prognosis -
21. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan dokter Spesialis THT
2. Standar Pelayanan Medik (IDI)
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
2014 - 2017

OKLUSI TUBA EUSTAKII ICD 628.1


1. Definisi Penyumbatan tuba eustakii

2. Anamnesis - Kurang pendengaran (tuli hantar)


- Telinga rasa penuh/tersumbat
- Outofoni (suara sendiri lebih keras terdengar)
- Tinitus (telinga berdenging)
- Otalgia (derajat ringan)
- Terkadang vertigo/dizziness

3. Pemeriksaan Fisik - Refleks cahaya menurun sampai dengan menghilang


- Terkadang retraksi M.T

4. Kriteria Diagnosis Keluhan :


 Kurang pendengaran (tuli hantar)
 Telinga rasa penuh/tersumbat
 Outofoni (suara sendiri lebih keras terdengar)
 Tinitus (telinga berdenging)
 Otalgia (derajat ringan)
 Terkadang vertigo/dizziness

Pemeriksaan :
 Refleks cahaya menurun sampai dengan menghilang
 Terkadang retraksi M.T

5. Diagnosis Diferensial  Timpano sclerosis


 Atelektasis

6. Pemeriksaan penunjang  Tes suara/tes garpu tala


 Bila memungkinkan audiometri timpanometri

7. Diagnosis Kerja Oklusi Tuba Eustakii

8. Konsultasi -
9. Perawatan RS Rawat jalan, rawat inap bila dilakukan tindakan operatif
10. Terapi  Terapi kausal :
 Akibat palatosis operatif palatoplasi
 Akibat ISPA pengobatan ISPA nya
 Akibat alergi atasi alergi
 Akibat adenoiditis adenoidektomi
 Terapi konservatif :
 Valsalva test
 Politserisasi
 Kateterisasi
 Pneumo masase
 Menghilangkan obstruksi cavum nasi
 Tampon hidung harus dilindungi antibiotik
 Tindakan operatif :
 Terkadang perlu parasentese atau pemasangan
grommet
11. Tempat pelayanan Rumah sakit type C

12. Penyulit  Tubair kataral


 Hydrotimpanum
 Otitis media acuta

13. Tenaga standar Dokter spesialis THT

14. Informed consent Bila diperlukan tindakan

15. Lama perawatan -


16. Output  Sembuh total
 Sering kambuh

18. PA Tidak perlu

19. Otopsi/ Risalah rapat -


20. prognosis -
21. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan dokter Spesialis THT
2. Standar Pelayanan Medik (IDI)
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
2014 - 2017

OTITIS EKSTERNA (BENIGNA) ICD 380.1


1. Definisi Peradanagan telinga bagian luar

2. Anamnesis  Sensasi radang di telinga luar


 Sering timbul akibat :
 Infeksi
 Usia tua
 Diabetes
 Iritasi salah satu :
 Mekanik
 Termis
 Khemis
 Akibat radiasi

3. Pemeriksaan Fisik tanda-tanda radang di liang telinga, terkadang disertai sekret dan
tanda-tanda infeksi jamur

4. Kriteria Diagnosis Keluhan :


 Sensasi radang di telinga luar
 Sering timbul akibat :
 Infeksi
 Usia tua
 Diabetes
 Iritasi salah satu :
 Mekanik
 Termis
 Khemis
 Akibat radiasi

Pemeriksaan : tanda-tanda radang di liang telinga, terkadang


disertai sekret dan tanda-tanda infeksi jamur

5. Diagnosis Diferensial  Otitis media


 Radang sekitar telinga

6. Pemeriksaan penunjang -
7. Diagnosis Kerja Otitis Eksterna (Benigna)
8. Konsultasi -
9. Perawatan RS Rawat jalan
10. Terapi Terapi konservatif medic :
 Lokal
 Sistematik

11. Tempat pelayanan -


12. Penyulit Karena penyakit :
 Infeksi sistematik
 Penehandilitis

13. Tenaga standar Dokter spesialis THT

14. Informed consent Tidak perlu

15. Lama perawatan -


16. Masa pemulihan -
17. Output Sembuh total
18. PA -
19. Otopsi/ Risalah rapat -
20. prognosis -
21. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan dokter Spesialis THT
2. Standar Pelayanan Medik (IDI)
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
2014 - 2017

TUMOR GANAS NASOFARING ICD 147.9


1. Definisi Masa/benjolan di nasofaring yang cepat membesar dan menjalar
di organ sekitarnya

2. Anamnesis - Keluhan dan kelainan fisik dini tak jelas


- Keluhan biasanya berupa keluhan hidung : hidung
tersumbat, epistaksis (ringan), gangguan pendengaran
(ringan), sakit kepala, pembengkakan leher dan kelumpuhan
salah satu syaraf sentral

3. Pemeriksaan Fisik  Stadium dini : permukaan mukosa dapat tidak rata, kalpasi
agak mudah berdarah
 Stadium selanjutnya :
 Tampak tumor nasofaring
 Kelumpuhan syaraf sentral
 Tumor leher lateral
 Terkadang sumbat hidung

4. Kriteria Diagnosis  Keluhan dan kelainan fisik dini tak jelas


 Keluhan biasanya berupa keluhan hidung : hidung
tersumbat, epistaksis (ringan), gangguan pendengaran
(ringan), sakit kepala, pembengkakan leher dan kelumpuhan
salah satu syaraf sentral
 Pemeriksaan :
 Stadium dini : permukaan mukosa dapat tidak rata,
kalpasi agak mudah berdarah
 Stadium selanjutnya :
 Tampak tumor nasofaring
 Kelumpuhan syaraf sentral
 Tumor leher lateral
 Terkadang sumbat hidung

5. Diagnosis Diferensial Tumor leher lain, kelainan neurologik, adenoid hipertrofi

6. Pemeriksaan penunjang  CT scan


 Audiologi
Biopsi/eksplorasi pada daerah yang mencurigakan

7. Diagnosis Kerja Tumor Ganas Nasofaring

8. Konsultasi Bagian syaraf, bagian mata, radioterapi

9. Perawatan RS Stadium dini dapat rawat jalan, stadium lanjut perlu rawat inap

10. Terapi Suportif : radioterapi


11. Tempat pelayanan Rumah sakit type C

12. Penyulit Penyulit penyakit :


 Disfagia
 Gangguan pendengaran
 Pendarahan
 Gangguan neurologist
 Sumbatan jalan nafas
13. Tenaga standar Dokter spesialis THT

14. Informed consent Perlu

15. Lama perawatan Tergantung stadium penyakit dan keadaan umum pasien

16. Masa pemulihan Tergantung stadium penyakit dan keadaan umum pasien

17. Output  Tergantung stadium penyakit


 Dapat sembuh total
 Sembuh parsial
 Residif
 Meninggal

18. PA Perlu untuk diagnosis

19. Otopsi/ Risalah rapat Bila ada kematian, perlu dilakukan


20. prognosis -
21. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan dokter Spesialis THT
2. Standar Pelayanan Medik (IDI)
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RUMAH SAKIT ISLAM PATI
2014 - 2017

SERUMEN SUMBAT (CERUMEN PLUG) ICD 380.4


1. Definisi Serumen yang menyumbat saluran telinga bagian luar

2. Anamnesis Sumbatan telinga/gangguan pendengaran/nyeri telinga

3. Pemeriksaan Fisik Sumbatan oleh serumen pada liang telinga luar

4. Kriteria Diagnosis Keluhan : sumbatan telinga/gangguan pendengaran/nyeri telinga


Pemeriksaan : sumbatan oleh serumen pada liang telinga luar

5. Diagnosis Diferensial  Otitis eksterna


 Tumor liang telinga luar
 Benda asing liang telinga

6. Pemeriksaan penunjang -
7. Diagnosis Kerja Serumen Sumbat (Cerumen plug)

8. Konsultasi -
9. Perawatan RS Rawat jalan

10. Terapi Terapi konservatif :


 Ekstraksi, irigasi
 Medik (pasca ekstraksi)
Terapi lokal/terapi sistemik

11. Tempat pelayanan Rumah sakit type C

12. Penyulit Penyulit karena penyakitnya : otitis eksterna, otitis media

13. Tenaga standar Dokter spesialis THT

14. Informed consent -


15. Lama perawatan -
16. Masa pemulihan Bila terdapat infeksi sekunder dapat istirahat 1 – 2 hari

17. Output  Sembuh total


 Rekurasi

18. PA Tidak perlu


19. Otopsi/ Risalah rapat -
20. prognosis -
21. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan dokter Spesialis THT
2. Standar Pelayanan Medik (IDI)

Anda mungkin juga menyukai