Anda di halaman 1dari 63

Prolog

Di antara langit malam yang terpapar bintang-


bintang, Laura duduk sendiri di kamarnya yang
sepi. Dalam keheningan, ia merenung tentang
perubahan besar yang menghampirinya. Pindah
dari kota besar ke kota kecil bukanlah pilihan yang
diinginkannya, namun itulah realitas yang harus
dihadapinya. Dalam ketidakpastian yang
menyelimuti, Laura mencari cahaya di tengah
kegelapan, siap untuk memulai petualangan baru
yang menantinya.

v
Chapter 1

Laura adalah seorang remaja perempuan


yang tiba-tiba harus pindah dari kota besar ke
kota kecil karena sebuah masalah keluarga
yang rumit. Awalnya, Laura merasa tidak
nyaman di kota kecil tersebut karena
semuanya begitu berbeda dengan tempat
tinggalnya sebelumnya. Segala hal terasa
asing baginya, mulai dari lingkungan, orang-
orang, hingga kebiasaan sehari-hari.

Laura duduk di dalam mobil keluarganya,


menatap hampa keluar jendela dengan
perasaan campur aduk. Pikirannya
terombang-ambing antara kekhawatiran dan
ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi
setelah mereka tiba di kota kecil yang baru.
Segala sesuatu terasa begitu asing baginya,

v
dan dia merasa seperti akan kehilangan
segalanya yang sudah dikenalnya.

"Ayah, Ibu, aku masih bingung tentang


tempat tinggal baru kita. Apa yang bisa kita
harapkan di kota kecil ini?" Ucap Laura

"Laura, aku tahu ini semua terasa sangat


berbeda untukmu. Tapi percayalah, kita akan
menemukan cara untuk beradaptasi. Kota
kecil ini mungkin tidak sebesar kota
sebelumnya, tapi kita akan menemukan
keindahan dan kehangatan di sini." Ucap ayah
laura

"Ya, Laura sayang. Setiap tempat memiliki


ceritanya sendiri. Kita akan belajar
menghargai hal-hal kecil dan menjalin
hubungan yang lebih erat dengan orang-
orang di sekitar kita." Ucap ibu Laura sambil
meyakinkan

"Tapi bagaimana dengan sekolah dan teman-


teman baru? Apakah aku akan menemukan
tempatku di sana?" Ucap Laura ragu
v
"Kita akan mencari tahu lebih banyak tentang
sekolah dan komunitas di sini. Dan ingatlah,
tidak ada yang salah dengan menjadi sedikit
berbeda. Teman-teman baru akan datang,
percayalah." Ucap ayah Laura

"Kamu bisa membuka diri untuk pengalaman


baru, Laura. Siapa tahu, mungkin ada hal-hal
menarik yang menunggu kita di kota kecil ini."
Ucap ibu Laura menasehati

"Baiklah, aku akan mencoba. Terima kasih,


Ayah, Ibu. Aku mencoba untuk tetap terbuka
pikiran tentang semuanya." Jawab Laura

Setelah perjalanan yang panjang, mobil


keluarga akhirnya memasuki batas kota kecil
yang baru. Laura menatap dengan penuh rasa
ingin tahu keluar jendela, mencoba
menangkap setiap detail dari lingkungan
barunya.

"Kita hampir sampai, anak-anak." Ucap ayah


laura

v
Laura mengangguk, perasaannya mulai
campur aduk antara gugup dan rasa ingin
tahu. Saat mobil akhirnya berhenti di depan
rumah baru mereka, Laura menarik napas
dalam-dalam, siap untuk memulai babak baru
dalam hidupnya di kota kecil ini.

v
CHAPTER 2

Laura turun dari mobil dan mengamati sekitar


halaman rumah barunya dengan rasa penasaran.
Tanpa ragu, ia meminta izin kepada ayahnya untuk
menjelajahi sekitar. Di perjalanan itu, Laura tak
sengaja bertemu dengan seorang remaja laki-laki
yang memakai kacamata, bernama Keith.
Meskipun Keith menyapa Laura dengan ramah,
awalnya Laura tak menghiraukannya. Namun,
Keith tidak menyerah dan tetap berusaha
berkenalan dengan Laura. Akhirnya, setelah
beberapa kali diganggu, Laura pun mengalah, dan
mereka berdua pun akhirnya berkenalan.

"Hai, namaku Keith. Kamu baru pindah ke sini, ya?"


Sapa Keith

"Ya" jawab Laura

v
"Maaf, aku nggak berniat mengganggu. Tapi
sepertinya kita seumuran. Aku senang bertemu
orang baru di sini." Ucap Keith sambil tersenyum

"Oh, hai. Ya, aku Laura. Iya, baru saja pindah ke


sini." Jawab Laura

"Bagus deh! Jadi, apa yang kamu pikirkan tentang


kota ini? Sudah menemukan tempat favoritmu?"
Ucap Keith

"Sejujurnya, aku masih merasa agak kikuk di sini.


Belum terlalu mengenal tempat-tempatnya. Kamu
tinggal di sini lama?" Ucap Laura sambil sedikit
tersenyum

"Aku lahir dan besar di sini. Aku bisa jadi pemandu


wisatamu kalau kamu mau!" Ucap Keith sambil
tertawa

"Hmm, mungkin aku butuh pemandu seperti


kamu. Terima kasih sudah menawarkan diri." Ucap
laura

v
"Tentu saja! Ayo, aku akan tunjukkan beberapa
tempat keren di sekitar sini." Ucap Keith
tersenyum

Akhirnya, Keith mengajak Laura berkeliling untuk


menjelajahi kota kecil itu. Mereka berdua berjalan-
jalan melewati taman-taman yang indah, jalan-
jalan kecil yang dipenuhi dengan toko-toko unik,
dan juga tempat-tempat favorit Keith di sekitar
kota. Laura mulai merasa lebih nyaman dengan
keberadaan Keith dan terkesan dengan
pengetahuannya tentang tempat-tempat di kota
tersebut. Selama perjalanan itu, mereka berdua
berbagi cerita tentang diri mereka masing-masing,
dan Laura mulai merasa bahwa mungkin pindah ke
kota kecil ini tidak begitu buruk seperti yang dia
bayangkan.

"Jadi, Laura, ceritakan sedikit tentang dirimu. Apa


yang kamu suka lakukan di waktu luang?" Tanya
keith

v
"Hmm, aku suka membaca buku dan menulis cerita
pendek. Biasanya aku juga suka bermain musik,
meskipun aku masih pemula." Jawab laura

"Wow, itu keren! Aku juga suka membaca, tapi


lebih ke komik dan novel grafis. Oh, dan aku main
gitar, mungkin suatu hari nanti kita bisa bermain
musik bersama!" Ucap Keith terkesan

"Itu terdengar menyenangkan! Jadi, selain itu, apa


lagi yang kamu lakukan di sini?" Ucap laura

"Aku suka menjelajahi alam sekitar kota ini. Ada


banyak tempat bagus untuk hiking dan berkemah.
Aku juga aktif di klub fotografi sekolah" Ucap keith

"Wow, kamu benar-benar terlibat di banyak hal!


Aku kagum. Aku belum punya banyak teman di
sini, jadi mungkin aku bisa bergabung dengan klub-
klub itu juga." Ucap Laura

"Tentu saja! Aku yakin kamu akan menemukan


banyak teman baru di sini. Kalau butuh bantuan
atau seseorang untuk diajak ngobrol, aku selalu di
sini." Ucap Keith
v
"Terima kasih, Keith. Aku senang akhirnya bertemu
dengan seseorang yang ramah dan perhatian
seperti kamu." Ucap Laura

CHAPTER 3

Laura akhirnya sampai di rumah setelah berkeliling


kota bersama Keith. Mereka berdua berhenti di
depan rumah Laura, dan Laura mengucapkan
terima kasih kepada Keith atas tur yang
menyenangkan itu.

"Terima kasih banyak, Keith, untuk hari yang


menyenangkan ini. Aku benar-benar menikmati
waktu bersamamu." Ucap Laura

"Sama-sama, Laura. Aku juga senang bisa


mengenalmu lebih baik. Jangan ragu untuk
menghubungi aku jika kamu butuh teman untuk
berkeliling lagi, ya?" Ucap keith
v
"Pasti, Keith. Aku akan melakukannya. Sampai
jumpa lain waktu!" Ucap laura

Mereka berdua berjabat tangan dengan ramah


sebelum Keith melanjutkan perjalanan pulangnya.
Laura memasuki rumah dengan senyum di
wajahnya, merasa bahagia atas pertemanan baru
yang sudah dimulainya di kota kecil itu.

"Dari mana saja kamu, Laura? Ayah dan ibu


menunggumu dari tadi. Ayah khawatir kamu
tersesat." Tanya ayah laura

"Maaf, Ayah. Aku bertemu dengan seorang teman


baru, Keith, dan kami sedang menjelajahi sekitar
kota." Ucap laura

"Baiklah, tapi jangan lupa memberi tahu kami


sebelum kamu pergi ke mana-mana, ya? Kami
khawatir tentang keamananmu di kota baru
ini."ucap ayah laura

v
Laura: *mengerti* "Iya, Ayah. Aku minta maaf atas
kekhilafanku tadi. Aku akan lebih berhati-hati dan
memberi tahu kalian jika aku ingin pergi lagi."

Ayah Laura: *mengelus kepala Laura dengan


lembut* "Baiklah, sayang. Yang penting kamu baik-
baik saja. Ayo, sekarang kita pulang. Ibuku pasti
khawatir juga."

Laura: *mengikuti ayahnya dengan rasa lega* "Iya,


Ayah. Terima kasih telah memahami."

Setelah Laura naik ke atas dan mandi, dia merasa


lebih segar. Setelah mandi, dia merasa lebih rileks
dan nyaman. Dengan perasaan yang lega, Laura
berbaring di tempat tidurnya. Dalam sekejap, dia
pun tertidur, merasakan kelelahan dari hari yang
penuh petualangan dan pertemanan baru.

Ibu Laura: "Laura, waktunya makan malam,


sayang. Bangunlah."

Laura: *menggeliat dan membuka mata* "Oh, ya,


Ibu. Aku akan turun sekarang."

v
Laura pun bangkit dari tempat tidurnya dan
berjalan ke bawah menuju ke meja makan. Ia
merasa lapar setelah seharian beraktivitas di kota
kecil itu. Sesampainya di meja makan, aroma
makanan yang lezat langsung menyambutnya.
Laura duduk di kursi dan bersiap untuk menikmati
hidangan malam bersama keluarganya.

Ayah Laura: "Laura, kamu besok mulai sekolah.


Pastikan kamu siap dengan semua persiapannya."

Laura: "Iya, Ayah. Aku sudah menyiapkan semua


perlengkapan dan buku-buku untuk besok."

Ayah Laura: "Bagus. Ingatlah untuk tetap fokus dan


berusaha semaksimal mungkin. Jangan ragu untuk
bertanya jika ada yang tidak kamu mengerti di
sekolah."

Laura: "Aku akan, Ayah. Terima kasih atas


dukungannya."

v
Ayah Laura: "Selamat tidur, Nak. Semoga hari esok
menjadi hari yang menyenangkan dan berarti
bagimu."

Laura: "Terima kasih, Ayah. Selamat malam."

Mereka berdua berpelukan singkat sebelum Laura


pergi ke kamar tidurnya untuk istirahat. Dalam
hatinya, Laura merasa siap untuk menghadapi hari
pertamanya di sekolah baru dengan semangat dan
tekad yang baru.

v
CHAPTER 4

Laura bangun dari tidurnya begitu alarm berbunyi,


menandakan bahwa hari baru telah dimulai. Tanpa
menunda-nunda, ia bergegas menuju kamar mandi
untuk mandi dan bersiap-siap untuk sekolah.
Setelah selesai mandi dan berpakaian dengan
seragam sekolahnya, Laura turun ke bawah untuk
sarapan.

Ibu Laura: "Selamat pagi, Laura. Bagaimana


tidurmu semalam?"

Laura: "Selamat pagi, Ibu. Tidurku cukup baik,


terima kasih. Aku siap untuk hari pertamaku di
sekolah baru."

v
Ibu Laura: "Baguslah. Ayo, sarapan dulu sebelum
kamu berangkat."

Laura duduk di meja makan dan mulai menikmati


sarapan yang sudah disiapkan ibunya. Perasaan
campuran antara gugup dan semangat menyertai
Laura saat ia memikirkan tentang petualangan
yang menantinya di sekolah baru.

Laura: "Ibu, aku sudah siap untuk pergi ke sekolah.


Sampai nanti!"

Ibu Laura: "Semangat, Nak. Jangan lupa membawa


bekal dan jaga dirimu dengan baik di sekolah.
Sampai jumpa nanti!"

Laura: "Baik, Ibu. Sampai jumpa!"

Laura lalu pergi ke garasi diikuti oleh Ayahnya.


Mereka berdua naik ke mobil dan memulai
perjalanan menuju sekolah. Di sepanjang
perjalanan, Laura dan Ayahnya saling berbicara
tentang harapan dan kekhawatiran Laura
mengenai hari pertamanya di sekolah baru.
v
Ayahnya memberikan semangat dan dukungan
yang dibutuhkan Laura untuk menghadapi hari
yang baru dengan percaya diri.

Laura: "sampai jumpa ayah."

Ayah Laura: "Semoga kamu memiliki hari yang


menyenangkan dan berarti di sekolah baru. Jangan
ragu untuk menghubungi aku jika ada yang kamu
butuhkan."

Laura: "Aku akan, Ayah. Sampai nanti!"

Ayah Laura: "Sampai jumpa, Nak. Berhati-hatilah."

Setelah berpamitan dengan ayahnya, Laura


melangkah dengan mantap menuju gerbang
sekolah. Dia siap untuk menghadapi hari
pertamanya dengan semangat dan keyakinan.

Laura berjalan melewati koridor untuk mencari


ruang kepala sekolah, tiba tiba dari arah belakang
terdengar suara memanggilnya.

v
Keith: "Laura, kamu sekolah di sini juga? Kalau tau,
aku pasti ajak sekolah bareng."

Laura: "Ya, mana aku tau kamu sekolah di sini.


Ngomong-ngomong, ruang kepala sekolah di mana
ya?"

Keith: "Ruang kepala sekolah? Aku tahu tempat


itu. Aku akan antar kamu ke sana."

Mereka berdua berjalan bersama-sama menuju


ruang kepala sekolah. Laura merasa lega telah
bertemu dengan Keith di sekolah yang baru
baginya. Sesampainya di ruang kepala sekolah,
Laura memberikan ucapan terima kasih kepada
Keith sebelum masuk untuk bertemu dengan
kepala sekolah.

v
CHAPTER 5

Laura: "Permisi pak, saya murid baru di sekolah ini,


saya mau tanya kelas saya di mana?"

Kepsek: "Ya, kamu Laura, putrikan? Kamu di


tempatkan di kelas XI IPS 2. Mari saya antar."

Laura mengikuti kepala sekolah menuju ke kelas


barunya dengan rasa lega dan terima kasih atas
bantuan yang diberikan.

Kepala Sekolah: "Maaf mengganggu waktunya ya,


Bu. Ini ada murid pindahan, saya titip sama ibu."

Guru: "Oh iya, terima kasih sudah membawanya ke


sini."

v
Kepala Sekolah kemudian meninggalkan ruang
kelas, meninggalkan Laura bersama guru di depan
kelas barunya. Laura merasa sedikit gugup, tapi
juga antusias untuk memulai hari pertamanya di
kelas baru ini.

Guru: "Mohon perhatiannya, ini ada murid


pindahan dari kota X. Bu guru harap kalian dapat
berteman dengan baik."

Murid-murid: "Iya, Bu."

Laura: *dengan sedikit gemetar* "Hai semua,


perkenalkan, nama saya Laura Putri, pindahan dari
kota X. Terima kasih."

Guru: "Baik, Laura, kamu duduk di samping kalista,


Kalista tolong berdiri."

Laura pun berjalan mendekati bangku yang


ditunjuk oleh guru dan duduk dengan hati yang
berdebar-debar. Meskipun gugup, ia berharap bisa
segera menyesuaikan diri dengan lingkungan baru

v
ini dan menjalin persahabatan dengan teman-
teman sekelasnya.

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara


memanggilnya, ternyata itu adalah Keith dan
temanya Arbi

v
CHAPTER 6

Kringgg kringgg

Bel istirahat pun berbunyi, Kalista mengajak Laura


ke kantin bersama

Mereka berdua berjalan menuju kantin sambil


berbincang-bincang tentang kegiatan di sekolah
dan hobi masing-masing. Laura merasa lega
memiliki teman seperti Kalista yang ramah dan
menyambut baik. Sesampainya di kantin, mereka
memesan makanan dan duduk di sebuah meja.

Kalista: "Jadi, Laura, bagaimana pendapatmu


tentang sekolah ini sampai sekarang?"

Laura: "Sejauh ini, aku merasa cukup baik. Semua


orang di sini sangat ramah, termasuk kamu. Aku

v
harap bisa menjalani petualangan baru di sekolah
ini bersama teman-teman seperti kamu."

Kalista: "Senang mendengarnya! Kami pasti akan


membuatmu merasa seperti di rumah di sini. Oh
ya, ada klub-klub yang menarik di sekolah ini,
maukah kamu bergabung bersamaku?"

Laura: "Tentu, aku akan senang bergabung dengan


klub-klub itu. Apa saja klub yang kamu
rekomendasikan?"

Kalista pun mulai menjelaskan berbagai klub


ekstrakurikuler yang ada di sekolah, dan Laura
semakin antusias untuk bergabung. Mereka
berdua pun melanjutkan makan siang mereka
sambil berencana untuk menghadiri pertemuan
klub-klub itu setelah pulang sekolah.

v
Chapter 7

Waktu berlalu dengan cepat dan segera tiba


saatnya bagi Laura dan Kalista untuk kembali ke
kelas setelah istirahat. Mereka berdua berjalan
bersama-sama kembali ke kelas, siap untuk
melanjutkan pelajaran.

Setelah pelajaran selesai dan sekolah berakhir,


Laura berjalan sendirian menuju gerbang sekolah
untuk menunggu jemputan. Dia merasa senang
dengan hari pertamanya di sekolah baru ini.
Meskipun masih banyak yang harus dia pelajari
dan alami, Laura merasa optimis tentang masa
depannya di sekolah ini. Sambil menunggu, dia

v
memikirkan semua teman baru yang telah dia
temui dan semua pengalaman baru yang akan dia
dapatkan di sekolah ini.

Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara


memanggilnya, ternyata itu adalah Keith dan
temanya.

Keith: "Hei, Laura! Ini temanku, Arbi. Arbi, ini


Laura, teman baruku di sekolah."

Arbi: "Hai, Laura! Senang bertemu denganmu."

Laura: "Hai, Arbi! Senang bertemu denganmu


juga."

Keith: "Arbi, Laura baru saja pindah ke sekolah


ini, ."

Arbi: "Kamu benar-benar beruntung bisa berteman


dengan Keith. Dia orang yang baik."

Laura: "Iya, aku sangat berterima kasih bisa


memiliki Keith sebagai teman."

v
Keith: "Nah, sekarang Laura sedang menunggu
jemputan. Apakah kamu mau menunggu
bersamanya?"

Arbi: "Tentu saja! Tidak masalah."

Mereka bertiga kemudian duduk bersama di dekat


gerbang sekolah, menunggu jemputan Laura
sambil berbincang-bincang tentang berbagai hal.
Laura merasa bahagia dapat dikelilingi oleh teman-
teman yang ramah dan peduli seperti Keith dan
Arbi.

Laura: "Jemputanku sudah datang. Keith, Arbi, apa


kalian mau pulang bersama-sama?"

Keith: "Tentu, aku masih punya waktu. Terima


kasih, Laura."

Arbi: "Aku juga mau. Terima kasih ya, Laura."

Mereka bertiga pun bersama-sama menuju


kendaraan Laura dan berangkat pulang. Perjalanan
pulang mereka diisi dengan tawa dan obrolan
ringan, membuat suasana menjadi hangat dan
menyenangkan. Laura merasa bahagia dapat
v
pulang bersama dengan teman-teman barunya,
merasakan kehangatan persahabatan di sekolah
baru ini. Sesampainya di rumah, mereka saling
berpamitan dan berjanji untuk bertemu lagi di
sekolah besok. Laura masuk ke dalam rumah
dengan senyum di wajahnya, merasa bersyukur
atas teman-teman baru yang telah dia temui di
sekolah barunya.

v
CHAPTER 8

Laura, Keith, dan Arbi tiba di lapangan yang luas


yang ditumbuhi alang-alang, di mana angin
berhembus sepoi-sepoi. Mereka menikmati
suasana yang tenang dan damai, membiarkan diri
mereka terhanyut oleh keindahan alam di sekitar
mereka.

Tiba-tiba, di kejauhan, mereka melihat Kalista dan


temannya, Marsha, sedang duduk di bawah pohon
di sisi lapangan.

Laura: "Hei, Kalista! Apa kabar?"

v
Kalista: "Hai, Laura! Aku baik-baik saja. Senang
melihatmu di sini."

Marsha: "Hai, teman-teman! Apa kabar?"

Keith: "Kami baik-baik saja. Kami hanya menikmati


sore di sini."

Arbi: "Betapa indahnya lapangan ini."

Mereka semua lalu duduk bersama di bawah


pohon, berbagi cerita dan tertawa bersama.
Suasana yang hangat dan ramah memperkuat
ikatan persahabatan di antara mereka. Mereka
menghabiskan waktu bersama dengan bermain,
berbicara, dan menikmati keindahan alam di
sekitar mereka. Seperti itulah, sore mereka di
lapangan yang luas itu menjadi salah satu momen
yang tak terlupakan bagi mereka semua.

v
CHAPTER 9

Selama tiga bulan berlalu, Laura telah menjalani


kehidupan di sekolah baru dengan penuh
semangat dan antusiasme. Persahabatan dengan
Keith, Arbi, Kalista, dan Marsha semakin erat
setiap harinya. Mereka berlima telah mengalami
berbagai petualangan dan momen-momen
berharga bersama.

v
Mereka sering menghabiskan waktu bersama di
luar sekolah, berbagi minat dan hobi mereka. Dari
piknik di taman, petualangan hiking di
pegunungan, hingga bermain game board di
rumah salah satu dari mereka, setiap momen
bersama memberikan kebahagiaan dan kenangan

Di kantin sekolah, Laura, Keith, Arbi, Kalista, dan


Marsha duduk bersama di sebuah meja sambil
berbincang-bincang.

Laura: "Hari ini pelajaran matematika benar-benar


menantang, bukan?"

Arbi: "Iya, betul sekali. Aku benar-benar harus


memeras otakku untuk menyelesaikan tugasnya."

Keith: "Tapi setidaknya kita bisa belajar bersama-


sama, kan? Itu membuatnya sedikit lebih mudah."

Kalista: "Benar, memiliki teman-teman yang saling


mendukung seperti kalian membuat segalanya
menjadi lebih menyenangkan."

v
Marsha: "Kamu tahu, esok ada pertandingan
basket antar kelas. Dan Keith salah anggota tim inti
yang akan bermain esok. Kita harus datang untuk
mendukung tim sekolah kita!"

Laura: "Itu ide yang bagus! Aku sudah tidak sabar


untuk melihat pertandingannya."

Mereka semua tersenyum satu sama lain,


menikmati waktu bersama di kantin sambil saling
mendukung dan menghibur.

v
CHAPTER 10

Pada Hari H pertandingan, Laura, Arbi, Kalista, dan


Marsha berkumpul di tribun untuk mendukung
Keith terutama tim basket sekolah mereka.
Mereka mengenakan pakaian dengan warna
sekolah mereka dan membawa spanduk serta
poster untuk menunjukkan dukungan mereka.

Arbi: "Ini benar-benar seru! Aku tidak sabar untuk


melihat pertandingannya."

v
Laura: "Ya, aku juga berharap Keith terutama tim
kita bisa menang. Ayo kita berikan semangat
terbaik kita untuk mereka!"

Arbi: "Tentu saja! Ayo kita buat sorakan dan yel-yel


yang membuat mereka semakin semangat!"

Kalista: "Semoga pertandingannya seru dan kami


bisa merayakan kemenangan bersama-sama
nanti."

Marsha: "Aku yakin tim kita akan bermain dengan


baik. Ayo kita bersorak untuk mereka!"

Mereka semua bersemangat menyambut awal


pertandingan, dengan hati yang penuh harap dan
semangat untuk mendukung tim basket sekolah
mereka. Suasana di tribun semakin memanas
dengan sorak-sorai dan yel-yel yang mereka buat
bersama-sama. Mereka merasa bangga menjadi
bagian dari sekolah mereka dan merasakan
kekuatan dari persatuan dan dukungan bersama.

Di tengah sorak-sorai dan semangat penonton,


pertandingan basket antara sekolah Laura dan
v
sekolah lawan pun dimulai. Kedua tim saling
berhadapan di tengah lapangan yang penuh
semangat.

Keith, sebagai salah satu pemain inti dari tim


basket sekolahnya, siap bertarung untuk
memperoleh kemenangan. Dia memegang bola
dengan penuh determinasi, mencoba menembus
pertahanan lawan.

Di sisi lain, tim lawan juga menunjukkan


kemampuan yang tangguh. Mereka memberikan
tekanan yang kuat dan bertahan dengan gigih,
membuat pertandingan semakin seru.

v
CHAPTER 11

Saat pertandingan berlangsung, kedua tim saling


berbalas serangan. Keith berhasil melakukan
beberapa tembakan yang akurat, tetapi tim lawan
juga tidak tinggal diam. Skor pertandingan pun
terus berubah dari satu pihak ke pihak lainnya.

Saat Laura melihat Keith bersiap-siap untuk


melakukan serangan, dia tidak bisa menahan diri

v
untuk memberikan dukungan yang penuh
semangat.

"Keithhh, ayoo semangat!" serunya dengan suara


yang penuh semangat, memotivasi temannya.

"Cieee," serentak teman-teman Laura bergumam


dengan senyum di wajah mereka, menangkap
kegembiraan dalam dukungan yang diberikan
Laura kepada Keith.

Keith, yang mendengar teriakan dukungan dari


Laura dan sorakan dari teman-temannya, merasa
terinspirasi. Dengan semangat yang baru, dia
melanjutkan serangannya dengan lebih gigih dan
fokus.

Dia berhasil melakukan tembakan yang


spektakuler, yang membuat penonton di tribun
terpana. Sorakan dan tepuk tangan riuh pun pecah
di antara mereka.

v
Laura, dengan senyum di wajahnya, merasa
bangga dengan temannya yang telah memberikan
yang terbaik. Mereka semua bersama-sama
merayakan momen tersebut, menunjukkan betapa
kuatnya ikatan persahabatan di antara mereka
dalam kemenangan dan kekalahan

Pertandingan berlangsung dengan ketegangan


yang tinggi hingga akhirnya waktu pertandingan
habis. Meskipun kedua tim telah memberikan yang
terbaik, hanya satu yang bisa keluar sebagai
pemenang.

Dengan penuh semangat dan kerja keras, tim


basket sekolah Laura berhasil memenangkan
pertandingan dengan selisih skor yang tipis. Sorak-
sorai meriah pun terdengar di tribun saat tim
mereka merayakan kemenangan yang telah
mereka raih bersama-sama. Laura dan teman-
temannya merasa bangga dengan prestasi yang
telah mereka capai dan bersyukur atas dukungan
yang mereka terima dari satu sama lain.

v
CHAPTER 12

Setelah mandi, Laura duduk di pinggir tempat


tidurnya, masih teringat jelas dengan momen di
taman ketika Keith menyatakannya. Air hangat dari
pancuran mandi telah meredakan kelelahan
fisiknya, tetapi kehangatan dan kegembiraan dari
momen itu masih menyala dalam hatinya.

v
Dia merenung sejenak, mengingat bagaimana
hatinya berdebar kencang ketika Keith
mengungkapkan perasaannya. Meskipun
situasinya mungkin rumit, ada keindahan dan
kehangatan dalam kejujuran yang Keith tunjukkan.

Dengan senyum di bibirnya, Laura merasa


bersyukur telah mengalami momen yang
menggembirakan itu. Meskipun banyak
pertimbangan dan pertanyaan yang mungkin
timbul, dia merasa bahagia karena kejujuran itu
telah memberinya kehangatan dan kebahagiaan.

Flashback :

Keith: "Ehm, Laura, bisa kita bicara sebentar?"

Laura: "Tentu, Keith. Ada apa?"

Keith: *sedikit gugup* "Laura, sejak pertama kali


kita bertemu, aku merasa ada yang istimewa
denganmu. Aku menyukaimu, Laura. Aku ingin
bertanya, apakah kamu mau menjadi pacarku?"

v
Laura: *terkejut* "Oh, Keith, aku juga merasa hal
yang sama. Aku sangat senang mendengarnya. Ya,
aku mau menjadi pacarmu, Keith."

Keith: *tersenyum bahagia* "Benarkah? Terima


kasih, Laura. Aku sangat beruntung memiliki
kamu."

Laura: *tersenyum* "Aku juga merasa beruntung


bisa memilikimu, Keith.

Mereka berdua kemudian berpelukan dengan


senyum di wajah mereka, merayakan momen
spesial ini di taman yang indah. Persahabatan
mereka yang telah berkembang menjadi cinta
adalah awal dari petualangan yang baru dan
mengesankan bagi keduanya.

v
CHAPTER 13

Tak terasa, Laura dan sahabatnya telah memasuki


tahun terakhir mereka di SMA. Mereka sekarang
berada di kelas XII, dan hubungan mereka telah
berlangsung selama satu setengah tahun.
Meskipun banyak rintangan yang mereka hadapi,
hubungan mereka telah tumbuh dan berkembang
menjadi sesuatu yang kuat dan berarti bagi
keduanya.

v
Arbi: "Wow, tak terasa sudah hampir saatnya kita
lulus dari SMA, ya?"

Kalista: "Betul sekali! Waktu benar-bener berlalu


dengan cepat."

Laura: "Ya, rasanya baru kemarin kita masuk ke


SMA, sekarang sudah hampir waktu untuk
mengucapkan selamat tinggal."

Keith: "Aku rasa kita semua sudah siap untuk


melangkah ke tahap berikutnya dalam hidup kita,
meskipun sedikit melankolis untuk meninggalkan
masa SMA."

Marsha: "Benar sekali. Ini adalah momen yang


penuh emosi bagi kita semua. Tapi saya yakin kita
akan menghadapi masa depan dengan semangat
dan tekad yang sama seperti yang kita lakukan
selama ini."

Arbi: "Ayo kita berikan yang terbaik untuk ujian


akhir kita dan buktikan kepada dunia bahwa kita
siap untuk menaklukkan tantangan yang ada di
depan kita!"
v
Kalista: "Setuju! Mari kita dukung satu sama lain
dan lalui tahap terakhir ini dengan penuh
semangat dan kegembiraan."

Laura: "Tidak peduli apa yang terjadi, kita akan


selalu memiliki kenangan indah dari masa SMA kita
bersama. Mari kita jadikan sisa waktu ini sebagai
yang terbaik!"

Mereka semua mengangguk setuju, penuh


semangat dan antusiasme untuk menghadapi apa
pun yang mungkin terjadi di masa depan.
Dukungan dan persahabatan mereka saling
menguatkan, siap untuk menaklukkan dunia
bersama-sama.

v
CHAPTER 14

Laura: "Hey, guys! Hari ini adalah hari terakhir kita


sebelum mulai disibukkan dengan ujian akhir
semester. Bagaimana kalau kita habiskan waktu
bersama dengan rekreasi?"

Arbi: "Ide bagus! Aku setuju. Kita semua butuh


waktu untuk bersantai sebelum ujian dimulai."

Kalista: "Saya setuju juga. Sebuah hari untuk


bersenang-senang akan membantu kita bersiap
secara mental untuk ujian."

v
Keith: "Kedengarannya bagus. Ayo kita pikirkan
kegiatan apa yang ingin kita lakukan."

Marsha: "Mungkin kita bisa pergi ke pantai dan


piknik? Cuacanya bagus hari ini dan akan
menyegarkan pikiran kita."

Laura: "Aku setuju! Kita bisa membawa makanan


ringan dan minuman untuk piknik, dan mungkin
membawa permainan outdoor juga."

Arbi: "Sepak bola atau voli pantai mungkin bisa


menjadi pilihan yang bagus."

Kalista: "Ayo kita lakukan! Saya sudah menyiapkan


beberapa makanan ringan untuk dibawa."

Keith: "Saya juga akan membawa bola voli. Ayo


kita bersiap-siap dan bertemu di taman dalam satu
jam?"

Marsha: "Deal! Aku tidak sabar untuk berada di


luar dan bersenang-senang bersama kalian
semua."

v
Mereka semua setuju dengan rencana itu, dan
dengan semangat yang tinggi, mereka bersiap-siap
untuk hari yang menyenangkan di luar bersama-
sama sebelum disibukkan dengan ujian akhir
semester.

CHAPTER 15

Hari yang ditunggu akhirnya tiba, mereka


berjanjian bertemu di pantai

Setelah berkoordinasi dengan baik, Laura, Arbi,


Kalista, Keith, dan Marsha bertemu di pantai
dengan segala perlengkapannya untuk piknik dan
berbagai permainan outdoor. Mereka tiba dengan
semangat yang tinggi, siap untuk menghabiskan
waktu bersama dan menikmati kesempatan
terakhir sebelum ujian akhir dimulai.

v
Mereka segera menemukan spot yang nyaman di
bawah pohon rindang dan meletakkan alas piknik
mereka. Kalista menata makanan ringan yang
dibawanya, sementara Keith menggembungkan
bola voli untuk bermain nanti. Laura dan Arbi
bergantian membantu menyusun permainan
outdoor lainnya, seperti bola sepak dan frisbee,
sementara Marsha membawa selimut untuk duduk

CHAPTER 16

Laura: "Hei, siapa yang siap untuk tantangan main


voli pantai?"

Arbi: "Aku siap! Ayo kita berdua jadi tim dan


mengalahkan mereka!" *menunjuk kepada Keith
dan Marsha*

Keith: "Kamu pikir kamu bisa mengalahkan kami,


Arbi? Bersiaplah untuk kekalahan!"

v
Marsha: "Kami tidak akan membiarkan itu terjadi,
Keith! Ayo kita tunjukkan kepada mereka siapa
yang benar-benar hebat!"

Kalista: "Saya akan menjadi wasitnya! Ayo kita


mulai pertandingannya!"

Mereka berempat berdiri di lapangan, siap untuk


memulai pertandingan voli pantai yang seru. Tawa
dan candaan mengisi udara, tetapi begitu bola
dilemparkan ke udara, semuanya berubah menjadi
fokus dan determinasi untuk menang.

Laura dan Arbi berusaha sebaik mungkin untuk


menjaga bola tetap berada di sisi lawan,
sementara Keith dan Marsha berusaha
membalasnya dengan keterampilan dan kecepatan
mereka. Setiap pukulan dan blok diikuti dengan
sorakan dan dukungan dari teman-teman mereka
yang lain.

Pertandingan berlangsung sengit, dengan kedua


tim saling berjuang untuk mencetak poin. Tapi
pada akhirnya, satu tim harus menjadi pemenang.
Dan dengan skor yang ketat, tim Laura dan Arbi
v
berhasil keluar sebagai pemenang, diikuti dengan
pelukan dan ucapan selamat dari teman-teman
mereka yang lain.

Setelah pertandingan selesai, mereka semua


duduk di lapangan, bernapas dengan cepat namun
penuh kegembiraan. Mereka saling berbagi cerita
tentang momen-momen penting dalam
pertandingan, sambil menikmati rasa kemenangan
yang manis. Hari mereka di taman berakhir dengan
sukses, penuh dengan tawa, keceriaan, dan
persahabatan yang kuat.

Saat matahari mulai terbenam, mereka merasa


puas dengan hari yang menyenangkan yang
mereka habiskan bersama. Meskipun mereka akan
disibukkan dengan ujian dalam waktu dekat,
mereka merasa lebih siap menghadapinya setelah
hari ini. Dengan senyum di wajah mereka, mereka
membubuhkan tanda-tanda kebersamaan yang

v
mereka bangun selama ini, siap untuk menghadapi
apa pun yang akan datang bersama-sama.

CHAPTER 17

Laura: "Akhirnya hari yang kita tunggu-tunggu


telah tiba. Hari kelulusan kita!"

Arbi: "Saya masih tidak percaya bahwa kita benar-


benar akan meninggalkan SMA sekarang. Waktu
benar-benar terbang begitu cepat."

v
Keith: "Iya, rasanya baru kemarin kita pertama kali
masuk ke sekolah ini. Sekarang, kami semua siap
untuk menghadapi babak baru dalam hidup kita."

Marsha: "Kita sudah melewati begitu banyak


bersama, baik saat senang maupun sedih. Saya
tidak akan pernah melupakan kenangan yang kita
bagikan selama di SMA."

Kalista: "Saya juga merasa sama. Kita semua telah


tumbuh dan berkembang bersama-sama, dan saya
sangat bersyukur atas persahabatan kita yang luar
biasa."

Laura: "Kita mungkin akan berpisah untuk


sementara waktu, tetapi kita akan selalu memiliki
kenangan dan ikatan yang mengikat kita bersama.
Mari kita rayakan prestasi kita hari ini dan lihat apa
yang masa depan bawa untuk kita!"

Mereka berlima mengangguk setuju, penuh


dengan semangat dan harapan untuk masa depan
yang cerah. Dengan langkah tegap, mereka menuju
v
ke acara kelulusan, siap untuk menyelesaikan
babak ini dalam hidup mereka dan melangkah
maju ke petualangan baru yang menanti.

CHAPTER 18

Setelah upacara kelulusan selesai, Laura, Arbi,


Keith, Marsha, dan Kalista berkumpul di luar
auditorium sekolah. Mereka saling berpelukan dan
tertawa, merayakan pencapaian mereka dengan
penuh kegembiraan.
v
Laura: "Ini adalah momen yang tak terlupakan bagi
kita semua. Kita telah melalui begitu banyak
bersama-sama, dan sekarang kita siap untuk
menjalani petualangan baru."

Arbi: "Benar sekali. Meskipun kita akan berpisah


untuk sementara waktu, saya yakin ikatan
persahabatan kita akan tetap kuat."

Keith: "Ayo kita ambil foto bersama untuk


mengenang hari ini. Ini adalah momen yang patut
kita abadikan untuk selamanya."

Marsha: "Saya setuju! Kita harus membuat


kenangan terakhir di sini sebelum kita semua
berpisah."

Kalista: "Saya tidak akan pernah melupakan kisah-


kisah indah dan tantangan yang kita hadapi
bersama. Terima kasih telah menjadi teman-teman
yang luar biasa."

v
Mereka semua berdiri bersama, tersenyum
bahagia, sementara seorang teman memotret
mereka dalam sebuah foto yang akan menjadi
kenang-kenangan selamanya. Setelah itu, mereka
berjanji untuk tetap terhubung dan mengunjungi
satu sama lain di masa depan.

Dengan hati yang penuh harap dan semangat yang


membara, mereka berpisah dengan senyum di
wajah mereka, siap untuk melangkah maju ke
masa depan yang baru dengan keyakinan dan
keberanian. Dan walaupun perjalanan mereka
mungkin membawa mereka ke tempat-tempat
yang berbeda, mereka akan selalu memiliki satu
sama lain dalam hati mereka, sebagai teman-
teman yang tak tergantikan.

TAMAT

v
Biodata Penulis

v
Nama : Nahda Rosyadah

Kelas : XII MIPA 2

Tempat/Tanggal lahir : Raha, 21 Januari 2006

Terima kasih

KATA PENGANTAR

v
Kepada Para Pembaca yang Tercinta, Salam hangat
dari saya, semoga kebaikan senantiasa menyertai
langkah-langkah kalian.

Dalam lembar-lembar ini, saya dengan bangga


mempersembahkan sebuah kisah tentang
persahabatan yang tak tergantikan. Kisah ini
mengisahkan petualangan yang penuh tawa, ceria,
dan kehangatan di bawah naungan pohon-pohon
yang menjulang tinggi dan langit yang luas. Di
sinilah, Laura, Keith, Marsha, Arbi, dan Kalista, lima
sahabat yang tak terpisahkan, menemukan arti
sejati dari persahabatan.

Dalam setiap halaman, kalian akan diajak untuk


merasakan keceriaan dan keajaiban yang tercipta
ketika hati-hati yang tulus bersatu dalam satu
ikatan. Bersama-sama, mereka melewati liku-liku
kehidupan, menghadapi tantangan, dan
merayakan kebahagiaan.

Semoga kisah ini mampu menginspirasi kalian


untuk selalu menghargai kehadiran sahabat-
sahabat terdekat dalam hidup. Mari kita bersama-
v
sama menemukan keajaiban persahabatan yang
tak ternilai harganya.

Selamat menikmati perjalanan di dalam dunia


persahabatan yang penuh warna ini.

Dengan cinta,

[Nahda Rosyadah]

DAFTAR ISI

v
Kata pengantar

Prolog..............................1

Chapter 1.........................2

Chapter 2.........................6

Chapter 3.......................10

Chapter 4.......................15

Chapter 5.......................19

Chapter 6.......................22

Chapter 7.......................24

Chapter 8.......................28

Chapter 9......................30

Chapter 10....................33

Chapter 11....................36
v
Chapter 12....................39

Chapter 13....................42

Chapter 14....................45

Chapter 15....................47

Chapter 16....................48

Chapter 17....................51

Chapter 18....................53

v
v
v

Anda mungkin juga menyukai