Anda di halaman 1dari 50

ETIKA BISNIS DAN

PROFESI AKUNTAN
Pertemuan Ke-4
ETIKA BISNIS
Pengertian Etika Bisnis

▪ Velasquez (2005), menyatakan bahwa etika bisnis merupakan


studi yang dikhususkan tentang benar dan salah dan
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan
dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis;

▪ Bertens (2013), menyatakan bahwa etika bisnis adalah


pemikiran atau refleksi kritis tentang moralitas dalam kegiatan
ekonomi dan bisnis; 3
Pengertian Etika Bisnis

▪ Hill dan Jones (1998) menyatakan bahwa etika bisnis


merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara salah dan
benar guna memberikan pembekalan kepada setiap pemimpin
perusahaan ketika mempertimbangkan untuk mengambil
keputusan strategis yang terkait dengan masalah moral yang
kompleks;
▪ Steade et.al (1984) menyatakan bahwa etika bisnis adalah
standar etika yang berkaitan dengan tujuan dan cara membuat
keputusan bisnis; 4

Etika bisnis merupakan kerangka
pikir yang menjadi dasar bagi pelaku
bisnis dalam menjalankan
kegiatannya, baik yang bersumber
pada akhlak, standar moral, adat
istiadat yang terpelihara dalam
masyarakat, maupun yang bersumber
dari peraturan, baik tertulis maupun
tidak tertulis, yang diyakini menjadi
standar yang ideal dan berlaku
universal dalam pengelolaan bisnis.
Etika Dalam Bisnis

 Bisnis merupakan aktivitas yang memerlukan tanggung jawab


moral dalam pelaksanaannya, sehingga etika dalam praktik
bisnis memiliki hubungan yang cukup erat.

 Bisnis tanpa etika akan membuat praktik bisnis akan menjadi


tidak terkendali dan justru merugikan tujuan utama dari bisnis
itu sendiri, terlebih bahwa bisnis merupakan aktivitas yang
berkelanjutan (going concern). 6
Etika Dalam Bisnis

 Dengan adanya etika bisnis, diharapkan semua pihak yang


terlibat memiliki nilai (value) yang secara umum dapat
dibangun bersama-sama, dengan tujuan untuk menciptakan
aktivitas bisnis yang beretika.

 Adapun nilai (value) umum yang seharusnya ada dalam etika


bisnis meliputi keadilan, transparansi, kejujuran, dan sikap
profesional yang bersumber pada keluhuran moral. 7
Perkembangan Etika Bisnis

▪ Perkembangan dunia bisnis membawa konsekuensi logis


pada perkembangan paradigm dalam praktik etika bisnis.

▪ Etika bisnis telah menjadi pusat sorotan pada bisnis


kontemporer.

▪ Hal ini antara lain disebabkan karena bergesernya paradigm


bisnis dari yang semula hanya berorientasi pada keuntungan
semata (profit oriented) menjadi bisnis yang beretika.
8
Perkembangan Etika Bisnis

▪ Perkembangan bisnis membuktikan bahwa bisnis yang tidak


beretika secara langsung maupun tidak langsung membawa
konsekuensi yang merugikan bagi pelaku bisnis, baik
finansial maupun nonfinansial.

▪ Karena itu, organisasi sebagai penggerak dinamika bisnis


memiliki kebutuhan untuk mendorong semua aktivitasnya
menjadi aktivitas bisnis yang beretika.
9
Perkembangan Etika Bisnis
▪ Perkembangan etika bisnis juga memicu hadirnya etika bagi profesi-
profesi yang terlibat di dalam dunia bisnis.

▪ Beberapa profesi yang memiliki kode etik antara lain adalah akuntan
publik, notaris, curator, penjamin emisi (underwriter), konsultan
hukum pasar modal, pedagang uang dan efek, dan penilai asset.

▪ Profesi sebagai sebuah pekerjaan yang membutuhkan keahlian


(expertise) menjadi salah satu subjek penting dalam memelihara
10
etika bisnis.
Perkembangan Etika Bisnis
▪ Saat ini, perkembangan etika bisnis bahkan sudah dimulai sejak
perusahaan menyusun perencanaan strategis, merancang tata kelola
organisasi yang baik, membangun system prosedur yang transparan dan
menciptakan budaya perusahaan yang andal dan dilengkapi dengan etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

▪ Harapan dari proses ini tentu saja memilki latar belakang bahwa
penerapan etika bisnis terbukti tidak akan merugikan pihak perusahaan,
bahkan justru akan membawa perusahaan untuk tetap hidup
berkelanjutan (going concern). 11
Prinsip Etika Bisnis
Menurut Sony Keraf (1998), setidaknya ada
lima prinsip etika bisnis yang dapat
dijadikan titik tolak pedoman perilaku dalam
menjalankan praktik bisnis, yaitu:
▪ Prinsip Otonomi
▪ Prinsip Kejujuran
▪ Prinsip Keadilan
▪ Prinsip Saling Menguntungkan
▪ Prinsip Integritas Moral 12
Prinsip Otonomi

▪ Prinsip otonomi menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan,


dan tanggung jawab.
▪ Orang yang mandiri berarti orang yang dapat mengambil suatu
keputusan dan melaksanakan tindakan berdasarkan
kemampuan sendiri sesuai dengan apa yang diyakininya, bebas
dari tekanan, hasutan, atau ketergantungan kepada pihak lain.
▪ Oleh karena itu, syarat mutlak yang harus diciptakan untuk
membentuk sikap mandiri adalah mengembangkan suasana
kebebasan dalam berpikir dan bertindak. 13
Prinsip Otonomi

▪ Namun harus disadari bahwa kebebasan dalam hal ini harus


disertai dengan kesadaran akan pentingnya memupuk rasa
tanggung jawab.
▪ Kebebasan tanpa rasa tanggung jawab akan memnuculkan
manusia pengecut dan munafik, sedangkan kebebasan disertai
tanggung jawab akan menumbuhkan “sikap kesatria”, yaitu
sikap berani bertindak dan mengatakan hal yang besar
sekaligus berani dan berjiwa besar mengakui suatu kesalahan,
serta bernai menanggung konsekuensinya. 14
Prinsip Kejujuran

▪ Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang


dipikirkan adalah yang dikatakan, dan apa yang dikatakan
adalah yang dikerjakan.
▪ Prinsip ini juga menyiratkan kepatuhan dalam
melaksanakan berbagai komitmen, kontrak, dan perjanjian
yang telah disepakati.
▪ Prinsip kejujuran menjadi prasyarat untuk membangun
jaringan bisnis dan kerja tim yang dilandasi oleh rasa saling
percaya dengan semua mitra usaha dan mitra kerja. 15
Prinsip Keadilan

▪ Menanamkan sikap untuk memperlakukan semua pihak


secara adil (fair), yaitu sikap yang tidak membeda-bedakan
dari berbagai aspek, baik dari aspek ekonomi (menyangkut
distribusi pendapatan), aspek hukum (dalam hal perlakuan
yang sama di mata hukum), maupun aspek lainnya – seperti:
agama, ras, suku, dan jenis kelamin – untuk memperoleh
kesempatan yang sama dalam hal perekrutan karyawan,
promosi jabatan, pemilihan mitra usaha, dan sebagainya. 16
Prinsip Saling Menguntungkan

▪ Menanamkan kesadaran bahwa dalam berbisnis perlu


ditanamkan prinsip win-win solution, artinya dalam setiap
keputusan dan tindakan bisnis harus diusahakan agar semua
pihak merasa diuntungkan.
▪ Kalau prinsip keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak
yang dirugikan hak dan kepentingannya, prinsip saling
menguntungkan secara positif menuntut hal yang sama, yaitu
agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu
sama lain. 17
Prinsip Integritas Moral
▪ Prinsip integritas moral adalah prinsip untuk tidak merugikan
orang lain dalam segala keputusan dan tindakan bisnis yang
diambil.
▪ Prinsip ini dilandasi oleh kesadaran bahwa setiap orang harus
dihormati harkat dan martabatnya.
▪ Inti dari prinsip integritas moral ini adalah apa yang disebut
sebagai the golden rule atau kaidah emas, yaitu: “perlakukan orang
lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan dan jangan dilakukan
pada orang lain apa yang Anda tidak ingin orang lain perlakukan
18
kepada Anda.”
Etos Bisnis
▪ Etos bisnis adalah suatu kebiasaan atau budaya moral
menyangkut kegiatan bisnis yang dianut dalam suatu
perusahaan dari generasi ke generasi yang lain.

▪ Inti etos ini adalah pembudayaan atau pembiasaan


penghayatan akan nilai, norma, atau prinsip moral tertentu
yang dianggap sebagai inti kekuatan dari suatu perusahaan
yang sekaligus juga membedakannya dari perusahaan yang
19
lain.
Etos Bisnis

Visi atau Prinsip Sikap dan


Filsafat Bisnis Bisnis Perilaku
Pendiri Pendiri Bisnis
Perusahaan Pendiri

Budaya/ Sikap dan Prinsip


Kebiasaan/ Perilaku Bisnis Bisnis
Etos Bisnis Organisasi/ Perusahaan
Perusahaan Perusahaan
20
Etos Bisnis
▪ Umumnya etos bisnis ini mula pertama dibangun atas dasar
visi atau filsafat bisnis pendiri suatu perusahaan sebagai
penghayatan pribadi orang tersebut mengenai bisnis yang
baik.

▪ Visi atau filsafat bisnis ini lalu dijadikan prinsip bisnisnya dan
yang kemudian menjelma menjadi sikap dan perilaku bisnis
dalam kegiatan bisnisnya sehari-hari dan menjadi dasar dari
21
keberhasilannya.
Etos Bisnis
▪ Visi dan prinsip ini kemudian diberlakukan bagi perusahaannya,
yang berarti visi dan prinsip itu kemudian menjelma menjadi sikap
dan perilaku organisasi dari perusahaan tersebut baik ke luar
maupun ke dalam.

▪ Terbangunlah sebuah budaya, sebuah etos, sebuah kebiasaan


yang ditanamkan kepada semua karyawan sejak diterima masuk
dalam perusahaan maupun terus-menerus dalam seluruh evaluasi
dan penyegaran selanjutnya dalam perusahaan tersebut. 22
Etos Bisnis
▪ Biasanya, etos ini direvisi, dikembangkan terus-menerus sesuai
dengan perkembangan perusahaan dan juga perkembangan
bisnis serta masyarakat.
▪ Etos ini dapat berubah, dalam arti kearah yang lebih baik, sesuai
dengan visi yang dianut oleh setiap manajer yang silih berganti
memegang perusahaan tersebut. Namun pada dasarnya visi dan
prinsip dasar tidak banyak berubah.
▪ Yang lebih mengalami perubahan adalah penerapan visi dan
prinsip etis tadi sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
23
perusahaan dan bisnis dalam masyarakat.
Etos Bisnis
▪ Berkembang tidaknya sebuah etos bisnis dalam sebuah
perusahaan sangat ditentukan pula oleh gaya kepemimpinan
dalam perusahaan tersebut.

▪ Betapapun baiknya nilai dan prinsip moral tertentu, tetapi kalau


tidak ditunjang oleh gaya kepemimpinan yang kondusif untuk
menumbuhkan etos bisnis yang baik, etos bisnis akan sulit
berkembang dalam sebuah perusahaan.
24
Relativitas Dalam Etika Bisnis

▪ Saat ini, setiap bisnis/perusahaan dituntut untuk bersaing


secara etis, termasuk persaingan bisnis global yang ketat
yang tidak mengenal adanya perlindungan dan dukungan
politik tertentu.

▪ Yang menjadi pertanyaan adalah, etika bisnis siapa yang


harus diikuti? Terutama dalam bisnis global yang tidak
mengenal batas negara. 25
Relativitas Dalam Etika Bisnis

▪ Contohnya, etika masyarakat mana yang harus diikuti oleh


sebuah perusahaan multinasional dari Amerika, misalnya, yang
beroperasi di Asia, di mana norma etika dan cara melakukan
bisnis bisa berbeda sama sekali dari yang ditemukan di Amerika?

▪ Persoalan ini sesungguhnya menyangkut pertanyaan:


▫ Apakah norma dan prinsip etika bersifat universal atau
terkait dengan budaya?
26
Relativitas Dalam Etika Bisnis

Untuk menjawab pertanyaan ini, menurut De George, kita perlu


melihat terlebih dahulu tiga pandangan yang umum dianut.
▪ Pandangan pertama dalah bahwa norma etis berbeda antara
satu tempat dengan tempat yang lain.
▪ Pandangan kedua adalah bahwa norma sendirilah yang paling
benar dan tepat.
▪ Pandangan ketiga adalah pandangan yang disebut De George
immoralis naif yang mengatakan bahwa tidak ada norma moral
yang perlu diikuti sama sekali. 27
Pandangan Pertama : Norma Moral bersifat Relative

▪ Pandangan pertama sedikit banyaknya mewakili, atau paling


kurang didukung kubu komunitarian, yang menekankan bahwa
setiap komunitas mempunyai nilai moral dan budaya sendiri yang
sama bobotnya dan harus dihargai.

▪ Dalam kaitan dengan bisnis internasional, perusahaan


multinasional harus beroperasi dengan dan berdasarkan nilai
moral dan budaya yang berlaku di Negara tempat perusahaan itu
28
beroperasi.
Pandangan Pertama : Norma Moral bersifat Relative
▪ Inti pandangan ini adalah bahwa tidak ada norma atau prinsip
moral yang berlaku universal.
▪ Prinsip pokok yang harus dipegang adalah bahwa prinsip dan
norma yang dianut Negara tuan rumah itulah yang dipatuhi dan
dijadikan pegangan.
▪ Setiap Negara, setiap komunitas, dan setiap masyarakat
mempunyai nilai dan norma moral serta budayanya sendiri-
sendiri, dan karena itu ketika perusahaan multinasional
beroperasi di sebuah Negara norma dan nilai moral yang berlaku di
29
situ harus dihargai.
Pandangan Pertama : Norma Moral bersifat Relative

Sony Keraf beranggapan bahwa pandangan pertama ini


tidak sepenuhnya benar, karena:
▪ Pandangan ini mengatakan bahwa tidak ada nilai dan
norma moral yang bersifat universal, sementara
norma moral menurut Sony Keraf dapat bersifat
universal seperti mencuri, merampas, tidak jujur
pada orang lain di mana pun juga akan dikecam dan
dianggap sebagai tidak etis. 30
Pandangan Pertama : Norma Moral bersifat Relative

▪ Menurut Sony Keraf, Pandangan pertama ini tidak membedakan


antara moralitas dan hukum. Hukum yang berlaku di satu negara
bisa saja berbeda dengan negara lain, karena disesuaikan dengan
kepentingan negara tersebut. Namun, bukan berarti norma dan
nilai moral antara negara yang satu dengan negara yang lain tidak
sama. Contohnya Bahwa prinsip tidak boleh merugikan pihak lain
dalam berbisnis merupakan prinsip universal yang dianut di mana
saja, tidak bisa dibantah. 31
Pandangan Kedua: Moralitas bersifat Universal
▪ Pandangan ini mengatakan bahwa pada dasarnya norma dan nilai
moral berlaku universal, dan karena itu apa yang dianggap dan
dianut sebagai benar di Negara sendiri harus juga diberlakukan di
Negara lain (karena anggapan bahwa di Negara lain prinsip itu pun
pasti berlaku dengan sendirinya).
▪ Pandangan ini umumnya didasarkan pada anggapan bahwa
moralitas menyangkut baik buruknya perilaku manusia sebagai
manusia. Oleh karena itu, sejauh manusia adalah manusia, di mana
pun dia berada prinsip, nilai, dan norma itu akan tetap berlaku.
32
Pandangan Kedua: Moralitas bersifat Universal
▪ Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Karena, ada
bahaya bahwa perusahaan luar memaksakan nilai dan norma
moralnya yang sudah dikodifikasikan dalam hukum tertulis
tertentu untuk diberlakukan di Negara di mana perusahaan itu
beroperasi.
▪ Ada bahaya bahwa perusahaan Amerika akan memaksakan
hukum bisnis tertentu (yang dijiwai oleh prinsip moral tertentu) di
Negara di mana perusahaan itu beroperasi hanya karena
anggapan bahwa prinsip dan nilai moral tertentu berlaku
universal. 33
Pandangan Kedua: Moralitas bersifat Universal
▪ Dengan menganut pandangan universalisme moral, De George lalu
mengajukan beberapa prinsip etis yang bisa berlaku universal di
mana saja, misalnya tidak membunuh orang lain secara
sewenang-wenang, jujur, menghargai hak milik orang lain, dan
sebagainya.
▪ Namun menurut De George yang paling pokok yang berlaku
universal, khususnya dalam bisnis, adalah prinsip integritas
pribadi atau integritas moral. Bagi De George, dalam bisnis
modern bersaing secara etis berarti bersaing dengan penuh
integritas pribadi. 34
Pendekatan Stakeholder

▪ Pendekatan stakeholder adalah cara mengamati dan


menjelaskan secara analitis bagaimana berbagai unsur
dipengaruhi dan mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis.

▪ Pendekatan ini mempunyai satu tujuan imperative: bisnis harus


dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua
pihak terkait yang berkepentingan (stakeholders) dengan suatu
kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan, dan dihargai.
35
Pendekatan Stakeholder
Munurut Sony Keraf, ada dua kelompok stakeholders; kelompok
primer dan kelompok sekunder.

Kelompok Primer: Kelompok Sekunder:


▪ Pemilik modal atau investor, ▪ Pemerintah setempat,
▪ Kreditor, ▪ Pemerintah asing,
▪ Karyawan, ▪ Kelompok sosial,
▪ Pemasok, ▪ Media massa,
▪ Konsumen, ▪ Kelompok pendukung,
▪ Penyalur, dan masyarakat pada umumnya, dan
▪ Pesaing atau rekanan. ▪ Masyarakat setempat. 36
Pendekatan Stakeholder
▪ Yang paling penting diperhatikan dalam suatu kegiatan bisnis
tentu saja adalah kelompok primer karena hidup matinya,
berhasil tidaknya bisnis suatu perusahaan sangat ditentukan
oleh relasi yang saling menguntungkan yang dijalin dengan
kelompok primer tersebut.

▪ Yang berarti, demi keberhasilan dan kelangsungan bisnis suatu


perusahaan, perusahaan tersebut tidak boleh merugikan satu
pun kelompok stakeholder primer di atas. 37
Pendekatan Stakeholder

Pihak berkepentingan, menurut The Caux Round Table (principles


for Business) tidak jauh berbeda dari pendapat di atas. Terdapat
enam jenis pihak berkepentingan (stakeholder) sebagai berikut:

▪ Pelanggan ▪ Pemasok
▪ Pekerja ▪ Pesaing
▪ Pemegang Saham ▪ Masyarakat
38
Pelanggan
Beberapa hal harus dilakukan oleh perusahaan sebagai wujud tanggung
jawabnya kepada pelanggan:
1. Memberikan produk atau jasa dengan kualitas terbaik sesuai dengan
keinginan mereka;
2. Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi,
termasuk pelayanan yang memuaskan;
3. Menjamin keselamatan dan kesehatan pelanggan dalam menggunakan
produk atau jasa;
4. Menghormati martabat manusia dalam menawarkan, memasarkan,
dan mengiklankan produk;
5. Menghormati integritas budaya pelanggan. 39
Pekerja
Kepada para pekerja, perusahaan bertanggung jawab untuk:
1. Memberikan pekerjaan dan imbalan yang dapat memperbaiki kondisi kehidupan
mereka;
2. Menyediakan kondisi kerja yang memenuhi syarat kesehatan dan martabat
pekerja;
3. Bersikap jujur dalam berkomunikasi dengan pekerja dan terbuka dalam
memberikan informasi;
4. Bersedia mendengarkan dan sejauh mungkin bertindak atas saran, gagasan,
permintaan, dan keluhan pekerja;
5. Mengajak bermusyawarah bilamana terjadi konflik;
6. Menghindari praktik diskriminasi dan menjamin perlakuan serta kesempatan
yang sama kepada pekerja, sekalipun berbeda gender, usia, suku, dan agama; 40
Pekerja
Kepada para pekerja, perusahaan bertanggung jawab untuk:
7. Mengembangkan diversifikasi pekerjaan dalam bisnis agar pekerja
dapat sungguh-sungguh didayagunakan;
8. Melindungi pekerja dari kemungkinan terkena penyakit dan
kecelakaan di tempat kerja;
9. Mendorong dan membantu pekerja dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan dapat dialihkan;
10. Tanggap terhadap masalah pengangguran dalam pembuatan
keputusan bisnis dan bekerja sama dengan pemerintah, serikat
pekerja, dan pihak-pihak lain yang menangani masalah ini.
41
Pemegang Saham
Pihak manajemen memiliki tanggung jawab atas kepercayaan yang
diberikan untuk mengelola perusahaan, yaitu :
1. Menerapkan manajemen yang profesional dan tekun guna
memperoleh keuntungan yang wajar dan kompetitif atas modal yang
telah ditanamkan;
2. Memperlihatkan informasi yang relevan kepada investor mengenai
masalah tuntutan-tuntutan legal dan hambatan persaingan;
3. Menghemat, melindungi, dan menumbuhkan aset-aset investor;
4. Menghargai permintaan, saran, keluhan, dan solusi dari investor.
42
Pemasok
Hubungan perusahaan dengan pemasok dan subkontraktor harus
didasarkan pada sikap saling menghormati. Perusahaan bertanggung
jawab untuk :
1. Mengusahakan terwujudnya prinsip keadilan dan kejujuran dalam
semua aktivitas, baik dalam menentukan harga, pemberian lisensi,
dan hak-hak untuk menjual;
2. Menjamin bahwa aktivitas bisnis perusahaan bebas dari segala bentuk
pemaksaan dan proses yuridis yang tidak perlu;
3. Membantu penciptaan stabilitas hubungan jangka panjang dengan
pemasok dalam bentuk pengambilan keuntungan secara wajar,
kualitas yang terjaga, kontinuitas, dan bahan baku yang kompetitif; 43
Pemasok
4. berbagi informasi dengan pemasok dan melibatkan mereka dalam
perencanaan perusahaan;

5. membayar pemasok tepat pada waktunya dan sesuai dengan


persetujuan dengan mereka;

6. mencari, mendukung, dan mengutamakan pemasok dan subkontraktor


yang menghargai martabat manusia.

44
Pesaing
Persaingan ekonomi secara wajar merupakan satu tuntutan dasar bagi
tumbuhnya kesejahteraan bangsa. Karena itu perusahaan harus
menghormati persaingan dan bertanggung jawab untuk:

1. Mengembangkan pasar terbuka bagi perdagangan dan investasi;

2. Mengembangkan perilaku bersaing yang menguntungkan masyarakat


dan lingkungan serta mengembangkan sikap saling menghormati di
antara sesama pesaing;

45
Pesaing

3. Menghindarkan diri dari pemberian hadiah yang dapat


dipertanyakan agar keuntungan tetap kompetitf;

4. Menghormati hak milik intelektual dan merek produk;

5. Menolak mencuri gagasan, baik untuk inovasi maupun


penciptaan produk.

46
Masyarakat
Perusahaan bertanggung jawab kepada masyarakat dalam hal:
1. Menghormati hak asasi manusia dan lembaga-lembaga demokrasi dan
mengembangkan pelaksanaannya;
2. Mengakui kewajiban sah pemerintah terhadap masyarakat dan
mendukung kebijakan publik yang bertujuan untuk mengembangkan
manusia hubungan yang harmonis antara perusahaan dan bagian-
bagian masyarakat;
3. Bekerja sama dengan kekuatan-kekuatan yang ada di masyarakat,
yang bertujuan untuk meningkatkan standar kesehatan, pendidikan,
keselamatan di tempat kerja, dan kesejahteraan ekonomi;
47
Masyarakat
4. Mengembangkan dan merangsang pembangunan berkelanjutan serta
memainkan peran dalam memelihara dan meningkatkan lingkungan
fisik dan konservasi sumber daya tanah;

5. Mendukung perdamaian, keamanan, keanekaragaman, dan keutuhan


sosial;

6. Menghargai keutuhan budaya lokal;

7. Menjadi warga perusahaan yang baik melalui pemberian sumbangan,


pendidikan dan kebudayaan, dan partisipasi pekerja dalam
48
masyarakat dan masalah-masalah sipil.
Thanks!
Any questions?

49
50

Anda mungkin juga menyukai