Anda di halaman 1dari 16

PENGENALAN TOKOH

ALVAR AALTO

Alvar Aalto, memiliki nama lengkap Hugo Alvar Hendrik Aalto, bukan hanya seorang
arsitek yang sangat penting di Finlandia tapi juga sebagai seorang desainer furnitur
bergaya modern yang terdepan. Hal ini dapat dilihat dari karyanya berupa kursi “Paimio”
(1931), yang bercirikan dengan kayu lengkung dan vas “Savoy” (1936) yang telah
menjadi ikon desain dan panutan dari segi desain bergaya organik. Alvar Aalto
mempelajari arsitektur di Armas Lindgren, Helsinki Technical Institute sejak 1916 hingga
1921. Kemudian beliau bekerja sebagai perancang pameran, dan sering melakukan
perjalanan ke berbagai penjuru Eropa dan mendapatkan pengetahuan yang luas seputar
tren seni dan arsitektur kontemporer.

Pada tahun 1923, Aalto membuka studio arsitekturnya di Jyväskyla. Kemudian pada
tahun 1924 beliau menikah dengan Aino Marsio (1894-1949) yang turut berkolaborasi
dengannya sejak 1925. Pada tahun 1927 mereka pindah ke Turku kemudian ke Helsinki
pada tahun 1933.

Pada tahun 1928 Aalto menjadi member Congrès International d'ArchitectureModerne"


(CIAM), yaitu serangkaian konferensi yang diselenggarakan sejak tahun 1928 hingga
1859. CIAM berperan dalam memberikan beberapa pendekatan mengenai urban planning
dan arsitektur sebagai ruang hidup. Pada saat itu Le Corbusier merupakan tokohnya. Pada
tahun 1943 hingga 1958 Aalto menjadi ketua dari “the Finnish Architects' Association”
(SAFA). Kemudian dari tahun 1946 hingga 1948, Aalto menjabat sebagai professor di
Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Cambridge, Massachussetts. Setelah
kematian istrinya, Aalto menikah lagi dengan seorang arsitek Elisa Makiniemi pada tahun
1952. Sejak awal karirnya, Aalto bukannya hanya sebagai seorang arsitek, namun Aalto
juga merancang produk-produk dan furniture yang turut memainkan peran yang penting
dalam karirnya

Dua bangunan yang dianggap sangat penting pada awal karirnya adalah The Municipal
Library di Viipuri (1927-1935) dan The Tuberculosis Sanatorium in Paimio (1928-1833)
adalah beberapa karya yang beliau rancang hingga bagian interior dan funiturnya.
Bersama Aino, Aalto mencoba bereksperimen dengan papan dan kayu lapis menggunakan
tehnik bending untuk diaplikasikan pada desain furnitur sejak tahun 1925. Kemudian
pada tahun 1929 Aalto melanjutkan untuk melakukan percobaan bergabung dengan Otto
Korhonen, seorang direktur teknis dari sebuah pabrik furnitur di dekat kota Turku. Pada

1
era tahun 1930-an, Aalto berhasil menciptakan desain kursi yang revolusioner dengan
menampilkan bentuk-bentuk organic atau kurva, termasuk di dalamnya “Paimio” (1931)
dan “L-leg” kemudian diikuti oleh “Y-leg” (1946) dan “Fan-leg” (1954) yang merupakan
desain-desain kursi dengan menerapkan sistem stacking. Pada tahun 1935, Alvar Aalto
bersama istrinya Aino dan beberapa koleganya mendirikan Artek Company untuk
mengembangkan distribusi dan pemasaran dari desain furniturnya.

Di tahun 1936, Aalto merancang seluruh interior The Savoy, sebuah restoran mewah dan
Aalto menyertakan desain vas “Savoy” di dalam proyek desain tersebut. Kemudian pada
tahun 1938, Aalto berhasil memproduksi rancangan troli untuk membawa jamuan the
dengan dilengkapi roda-roda yang besar. Kemudian di tahun 1936, Alvar Aalto juga
berhasil menampilkan vas-vas dan perlenkapan meja makan di sebuah kompetisi desain
yang diprakarsai oleh Littala, dimana hasil karyanya terpilih diantara beberapa karya
terbaik yang akan dipamerkan di Perancis pada tahun 1937. Alvar Aalto juga merancang
The Finnish Pavilions dan kemudian dipamerkan di Paris Exposition pada tahun 1937
dan di New York World’s Fair pada tahun 1939. Pada tahun 1938, The Meseum of
Modern Art di New York pertama kali memajang karya Aalto yang berukuran besar dan
diikuti oleh karya-karya lain pada tahun 1984 dan 1998.

Dimulai dengan pengaruh dari seni dan kerajinan serta pergerakan modernisme di dunia
internasional. Ditambah dengan pergerakan romantisme dan nasionalisme Finlandia
kemudian digabungkan dengan referensi dan pendekatan menggunakan material alam,
Alvar Aalto berhasil menerapkan wawasannya tersebut pada karya-karyanya baik pada
bidang arsitektur maupun furnitur yang tetap berpedoman pada aspek fungsi sehingga
menjadikan setiap karyanya berbeda dengan yang lain. Kepeduliannya terhadap
“humanizing architecture”, Aalto menolak material-material buatan seperti, pipa besi,
untuk diterapkan pada desain furniturnya. Baginya, kayu adalah sebuah bentuk yang
menginspirasi dan sangat erat dengan manusia. Bahasa bentuk formal dan organik dari
Aalto telah menjadi inspirasi bagi banyak desainer setelahnya

2
URAIAN TEORI, DEFINISI DAN ANALISA DESAIN

Karir Alvar Aalto sebagi arsitek dan desainer sangatlah panjang, dan pada setiap fase nya
mencerminkan proses-proses pemikirannya, lahirnya ideologI-ideologi desain baru dari
perjalanan intelektualnya.

Pada awal karirnya, Aalto lebih menitikberatkan pada fungsi dan gaya klasik, biasa
disebut National Romaticsm (mediteranian), yang menjadi identitasnya. Salah satu
karyanya pada masa awal karirnya tersebut adalah Vyborg Library (gambar 1dan 2).

Gambar Vyborg Library


Sumber : Jones, CorylLaRue, 1962, Architecture at Rice University. Houston, Texas. Page 10

Gambar Vyborg Library


Sumber : Jones, CorylLaRue, 1962, Architecture at Rice University. Houston, Texas. Page 11

3
Vyborg Library (Finlandia: Viipurin kirjasto) adalah sebuah perpustakaan di Vyborg,
Rusia, dibangun pada masa kedaulatan Finlandia (1918 sampai 1940-1944), sebelum kota
Finlandia Viipuri dianeksasi oleh bekas Uni Soviet dan nama Finlandia yang diubah
menjadi Vyborg oleh otoritas politik Uni Soviet.

Bangunan, yang dibangun 1927-1935, adalah desain bangunan yang diakui dunia
internasional sebagai salah satu contoh utama dari desain arsitektur fungsionalis tahun
1920-an (gambar 3). Perpustakaan ini dianggap sebagai salah satu manifestasi pertama
dari "modernisme regional". Hal ini terutama karena langit-langit berbentuk gelombang
di auditorium,. Aalto berpendapat, bentuk tersebut didasarkan pada studi akustik. Pada
proses penyelesaiannya perpustakaan ini dikenal sebagai perpustakaan Viipuri, tapi
setelah Perang Dunia Kedua dan aneksasi Soviet, perpustakaan berganti nama menjadi
Nadezhda Krupskaya Municipal Library. Saat ini perpustakaan secara resmi dikenal
sebagai Perpustakaan pusat kota Alvar Aalto. Proyek restorasi perpustakaan berlangsung
hampir dua dekade dari tahun 1994 sampai akhir tahun 2013.

Gambar Vyborg Library


Sumber : Jones, CorylLaRue, 1962, Architecture at Rice University. Houston, Texas. Page 11

4
Tahun 1937 adalah dimulainya fase pertengahan karir Aalto, yang pada masa itu mulai
menampilkan unsur eksperimen dalam karya – karya nya., namun tetap tercipta secara
natural. Villa Maeira menjadi karya Aalto pertama pada masa pertengahan karir tersebut.
Aalto mulai bekerja pada proyek residensi atau Villa menjelang akhir 1937, dan diberi
kebebasan eksplorasi perancangan tapak. Usulan pertama adalah sebuah pondok pedesaan
dimodelkan pada rumah-rumah pertanian vernacular, yang inspirasinya berasal dari
sumber yang berbeda secara radikal, sebuah kediaman bernama 'Fallingwater' yang
dirancang oleh Frank Lloyd Wright.

Harry Gullichsen, sang klien, mempunyai permintaan khusus untuk dirancangkan


perpustakaan yang terpisah, di mana ia bisa mengadakan pertemuan bisnis rahasia, dan
Aalto mengusulkan sebuah ruangan kecil yang disaring oleh beberapa unit rak bergerak
yang tidak mencapai langit-langit. Aalto menyatakan bahwa unit-unit ini juga bisa
digunakan untuk menyimpan koleksi seni Maire ini - sebuah ide yang, katanya, harus
didukung secara sosial, di mana penghuni memiliki hubungan pribadi emosional dengan
fenomena seni '. Tidak mengherankan, penataan ruang ini tidak menawarkan privasi
akustik yang diperlukan dan biasa terdapat di rumah rumah lainnya .

Gambar Villa Maeira


Sumber : Jones, CorylLaRue, 1962, Architecture at Rice University. Houston, Texas. Page 13

Pada era akhir karirnya, banyak kalangan menilai bahwa Aalto telah menjadi arsitek yang
bergaya monumental, dikarenakan pada masa itu sampai akhir hayat, Aalto menjadi
arsitek dalam perancangan infrastuktur kota Helsinski, Finlandia.

5
Awal 1960-an dan 1970-an (sampai kematiannya pada tahun 1976) yang ditandai dengan
perintah perencanaan kota Helsinki, khususnya rencana kota besar untuk kekosongan di
pusat Helsinki berdekatan dengan Töölö Bay dan bangunan penting seperti Museum
Nasional dan stasiun kereta api utama. Dalam rencana kotanya Aalto mengusulkan garis
bangunan marmer terpisah sepert Teluk yang menjadi rumah berbagai lembaga budaya,
termasuk ruang konser, opera, museum arsitektur dan kantor pusat untuk Finlandia
Academy. Skema ini juga diperluas ke distrik Kamppi dengan serangkaian kantor blok
tinggi. Aalto pertama kali memaparkan rencananya pada tahun 1961, tetapi ia melakukan
berbagai riset, eksplorasi,dan modifikasi selama awal 1960-an. Hanya dua fragmen dari
rencana keseluruhan yang direalisasikan : the concert hall Finlandia Hall (1976 dan
gedung perkantoran di kawasan Kamppi untuk Perusahaan Listrik Helsinski (1975).
Namun fasilitas-fasilitas public yang berskala kecil tetap terealisasi, dan Aalto
menggunakan Langgam Miesian, untuk perancangan fasilitas-fasiltas di Helsinki, seperti
gedung Enso-Gutzeit (1962), Toko Buku Akademik (1962) dan gedung SYP Bank
(1969).

Gambar Enzo-Gutzeit
Sumber : Jones, CorylLaRue, 1962, Architecture at Rice University. Houston, Texas. Page 9

Gambar Vyborg Library


Sumber : Jones, CorylLaRue, 1962, Architecture at Rice University. Houston, Texas. Page 11

6
Berdasarkan uraian di atas maka dapat kami simpulkan bahwa Alvar Aalto menganut dan
menerapkan beberapa teori dan pendekatan desain, antara lain sebagai berikut :

Teori Natural Alvar Aalto:


“ The best standardization committee in the world is nature herself, but in nature
standardisation occurs mainly in connection with the smallest possible units: cells. The
result is millions of flexible combinations in which one never encounters the stereotyped”.
– Alvar Aalto.

standardisasi penggerak terbaik di dunia adalah alam itu sendiri, tapi dalam alam,
standardisasi terjadi saat terhubung dengan unit terkecil yang disebut: sel. Hasilnya
adalah jutaan kombinasi fleksibel di mana orang tidak pernah bertemu stereotip tersebut.

Teori Aalto tersebut mengungkapkan bahwa Aalto mempunyai idealisme bahwa semua
hal harus diciptakan secara natural, organis tanpa harus menciptakan sebuah
pembentukan. Dan hal tersebut akhirnya diterima manusia dengan merasakan, bukan
melihat. Aalto selalu merancang fasilitas dengan berbasis pada manusia/pribadi, dengan
pendekatan intim secara emosi, dan mengakomodir kebutuhan pribadi tersebut secara
spesifik.

Teori Aalto ini tercermin pada karyanya, Villa Mairea, dimana Harry Gullichsen, sang
klien,yang merupakan seorang seniman mempunyai permintaan khusus untuk diciptakan
perpustakaan yang terpisah, di mana ia bisa mengadakan pertemuan bisnis rahasia, dan
Aalto mengusulkan sebuah ruangan kecil yang disaring oleh beberapa unit rak bergerak
yang tidak mencapai langit-langit. Aalto menyatakan bahwa unit-unit ini juga bisa
digunakan untuk menyimpan koleksi seni Maire ini - sebuah ide yang, katanya, harus
didukung secara sosial, di mana penghuni memiliki hubungan pribadi emosional dengan
fenomena seni

Teori Organik Alvar Aalto:

“We should work for simple, good, undecorated things, but things which are in harmony
with the human being and organically suited to the little man in the street”-Alvar Aalto.

Berdasarkan pernyataan kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa Aalto sangat


mempertimbangkan unsur kesederhanaan dan menghindari hal-hal yang dianggap tidak

7
perlu seperti halnya dekorasi dalam setiap karyanya. Bentuk-bentuk modern dan organik
yang muncul pada setiap karyanya seperti pada desain vas “savoy” merupakan sebuah
pemikiran dari seorang Aalto yang tidak muncul begitu saja. Aalto berpendapat bahwa
desain seharusnya muncul tanpa menciptakan kesan akan bentuk yang kongkret. Desain
bisa menjadi apa saja namun harus berpegang teguh pada standardisasi pada paham
natural, humanis dan fungsional

Gambar Savoy Vas

Sumber : Responsive Cohesion in the Form Language of the Aalto Ateliers Antony Radford 1.2.2013\

Sekilas bentuk yang tidak beraturan dan bergelombang yang diaplikasikan pada vas
“savoy” akan tampak sangat aneh dan tidak konsisten. Namun jika kita lihat lebih detil
lagi, ternyata bentuk maupun pola garis bidang dari desain vas ini sangat logis jika
dikaitkan dengan pola pemikiran seorang Aalto yang melihat bentuk dari konteks seni
abstrak modern yang lebih luas lagi.

Bentuk kurva yang berliku-liku pada vas “savoy” mengingatkan kita pada hasil
eksperimen kayu lapis Aalto pada saat menciptakan tehnik tekuk yang telah ia mulai pada
era tahun 30-an. Lambat laun tumbuh kesukaan Aalto dengan bermain menggunakan
bentuk-bentuk kurva dan bidang organik. Hal ini Aalto terapkan pada desain langit-langit
perpustakaan kota di Viipuri pada tahun 1935. Bentuk-bentuk kurva melengkung tersebut
secara jelas dan eksplisit Aalto tunjukan pada desain langit-langit yang bergelombang.

Interpretasi dari garis-garis yang berliku-liku dalam desain vas “savoy” milik Aalto
sering dilihat sebagai metafora bentuk dari geografis Finlandia dengan keberadaan danau
yang dengan sendirinya telah membentuk lanskap dari Finlandia. Bentuk bentuk organik

8
yang tercipta pada vas tersebut sering dinilai sebagai cerminan dari bentuk genangan air.
Bahkan ada beberapa komentar yang mengkritik karya Aalto, bahwa gaya-gaya organik
Aalto dapat dengan mudah ditemui pada gaya Art Nouveau dari Eliel Saarinen, arsitek
Finlandia sebelum Aalto.

Pemahaman dan inspirasi Aalto bukanlah terilhami dari bentukan geografis dan lanskap
dari Finlandia, tetesan air atau pengembangan dari tehnik dan gaya art noeveau
melainkan melalui pendekatan seni abstrak modern. Bentuk bentuk ini sering kita lihat
sebagai bentuk yang bergaya modern-formal. Dampak dari desain yang telah Aalto
angkat ke permukaan ini adalah telah menciptaka sebuah idiom baru dalam desain, yaitu
idiom organik

Menurut Sigfried Gideon dalam bukunya Space, Time and Architecture, mengatakan
bahwa pola pikir orang Eropa adalah berdasarkan pola konstruktif dan pendekatan visual
baru yang lebih mengedepankan fungsi dan mengarah pada pergerakan organik. Hal ini
dapat dilihat di negara-negara utara seperti karya-karya Alvar Aalto yang
mengindikasikan bahwa hal ini akan terus berkembang di belahan Eropa bahkan
Amerika.

Gambar proses perancangan bentuk Alvar Aalto

Sumber : Responsive Cohesion in the Form Language of the Aalto Ateliers Antony Radford 1.2.2013\

Teori Humanis Alvar Aalto :

Saat ini, modernisme dalam dunia arsitektur banyak diwarnai oleh pendekatan formalistik
dan pendekatan fungsional, di mana bersamaan dengan itu muncul pertanyaan tentang
relevansinya terhadap hubungan serta kebutuhan manusia yang berada di dalamnya.
Begitu banyak karya arsitektural pada era modern yang hanya berbicara dari sisi
estetiknya saja namun tidak menjawab tentang bagaimana hubungan antara manusia yang

9
berada di dalamnya dapat beradaptasi dengan baik dengan bentuk arsitektur bangunan
tersebut.

Berbicara mengenai karya-karya Alvar Aalto kita akan dapat membaca kepeduliannya
mengenai pentingnya sentuhan humanistic dalam merancang sebuah bangunan, ia juga
sangat sadar tentang kebutuhan manusia akan interaksi sosial yang terkait langsung
dengan alam. Alvar Aalto mengatakan"Architecture cannot disengage itself from natural
and human factors; on the contrary it must never do so. Its function is to bring nature
ever closer to us.", bahwa "Arsitektur tidak terlepas dari faktor alam dan manusia,
sebaliknya justru tidak pernah dilakukan. Fungsinya adalah untuk membawa alam dekat
dengan kita…”. Dari pernyataan Aalto tersebut dapat kita amati bagaimana ia peduli akan
hubungan arsitektur dengan manusia, hubungan arsitektur dengan lingkungan sekitar, dan
hubungan manusia dengan alam.

Khusus untuk hubungan arsitektur dengan manusia, Aalto menanggapi kebutuhan


manusia di tingkat humanistik, dimana ia melakukan pendekatan terhadap masalah yang
dihadapi manusia dengan solusi manusia, menggunakan material alam, dan
memperlakukan setiap desain sebagai sebuah laboratorium riset terhadap masalah yang
dihadapi manusia. Hal ini dapat diartikan bahwa ia sangat memperhatikan terjadinya
harmonisasi yang baik antara manusia dengan bangunan.Berkaitan dengan hal tersebut,
Alvar Aalto menanggapi kebingungan terhadap bentuk arsitektur yang terjadi pada
masyarakat di barat, hal ini dikemukakannya di Finnish Architectural Exhibition yang
diselenggarakan di Stockholm. Pertama, adanya kecenderungan terjadinya pengulangan
dalam skala besar dan monoton, seperti pada desain perumahan penduduk pada
umumnya. Kedua, kecenderungan ke arah exhibitionism di dalam konsep desain, namun
tidak memperhatikan kualitas untuk hal yang detail. Ketiga, adalah menanggapi
bahayanya konsep gigantism yang dapat menghilangkan hubungan social dalam
masyarakat. AlvarAalto menekankan pentingnya harmoni yang tercipta antara manusia
dan bangunan dengan mengutamakan kualitas sampai pada detail yang terkecil, karena
itu terkadang ia tidak mengikuti konsepsi yang berlaku di dunia barat. Perhatiannya
terhadap kualitas dari segala aspek dapat kita ambil contoh saat ia mendapat penghargaan
medali emas pada sebuah ajang tahunanya itu RIBA yang diselenggarakan di London
pada tahun 1957, secara garis besar yang ia kemukakan ialah bahwa standarisasi yang ia
terapkan pada bangunan yang satu tidak berlaku sama pada bangunan yang lain. Ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti tinggi bangunan dan lain hal, terutama

10
dalam hal ini ialah tentang masalah proporsi manusia terhadap anak tangga itu sendiri
maupun kenyamanan saat kita melangkahkan kaki.Kesimpulan yang dapat kita ambil
ialah kenyamanan merupakan salah satu faktor yang mendapat perhatian dari Alvar Aalto
dalam menempatkan segala sesuatunya dengan tepat.

Memahamitentang Alvar Aalto berkaitandenganpendekatanhumanistikpadakarya-


karyanyadapatdikajimelaluisalahsatukarya yang telah dihasilkan, seperti Paimio
Sanatorium beserta Paimio Chair yang merupakan satu paket karya dari Alvar Aalto dari
satu karya arsitekturalnya. . Dari sekian banyak karya yang telah dihasilkan olehnya
kiranya cukup untuk mewakili sudut pandang Alvar Aalto tentang sentuhan humanis pada
karyanya. Kajian singkat dari karya tersebut akan dibahas secara terpisah.

Paimio Sanatorium

“ When I received the assignment for this sanatorium I was ill myself and therefore able
to make a few experiment and find out what it is really like to be ill “ – Alvar Aalto, “
Alvar Aalto and the international Style, 1978 “

Proyek ini sejatinya merupakan sebuah kompetisi arsitektur yang dipublikasi oleh
majalah arkkitehti pada bulan November 1928, Aalto memenangkan kompetisi ini pada
bulan maret 1929. Proyek ini sendiri kemudian terealisasi pada tahun 1933, yang
merupakan momen krusial bagi karir Alvar Aalto.

Gambar . paimio sanatorium


sumber :GustafWelin / Alvar Aalto Museum

11
Karakteristik yang kuat terhadap hubungan antara manusia dan bangunan salah satunya
dapat dilihat dari rancangan Paimio Sanatorium. Ia mengerjakan proyek sanatorium ini
melalui pendekatan dari sudut pandang sebagai pasien. Menurutnya seorang pasien
memerlukan suasana yang tenang namun juga menyenangkan. Tidakada detail
perancangan yang luput dari perhatiannya, seperti pada area perawatan bagi pasien yang
terletak di sayaputara-selatanbangunanini. Aalto mengekpos cahaya matahari agar dapat
masuk secara maksimal saat terbit maupun tenggelamnnya matahari. Hal
inidilakukandengancaramemperlebarluasjendelapada area ini, selain dengan maksud
untuk memaksimalkan cahaya matahari yang masuk juga agar pasien dapat memandang
pemandangan alam di sekitarnya dengan maksimal.

Gambar Kamarpasien, Paimio Sanatorium.

sumber :GustafWelin / Alvar Aalto Museum

Gambar . Splash Free Sink, Paimio Sanatorium.


Sumber :GustafWelin / Alvar Aalto Museum

12
Hal detail yang tidak luput dari perhatiannya adalah memodifikasi keran air agar suara
aliran airnya dapat direduksi, sehingga tidak mengganggu pasien yang berada dalam satu
kamar dengan pasien lainnya.

Paimio Chair
Alvar Aalto selain membuat rancangan arsitektur untuk Paimio Sanatorium juga
membuat elemen-elemen lainnya seperti furnitur yang ada di dalamnya. Salah satu desain
furnitur yang terkenal yang dihasilkan oleh Aalto adalah Paimio Chair sesuai dengan
nama sanatorium dimana kursi ini sengaja didesain.

Gambar Paimio Chair


sumber : www.designboom.com

Pamio Chair merupakan kursi yang didesain untuk penderita tuberkulosis agar merasa
nyaman. Dibuat menggunakan kayu lapis, dibentuk sesuai dengan sandaran tangan.Kayu
lapis yang digunakan disusun berlapis yang kemudian direkatkan satu sama lain
kemudian dibengkokkan. Kursi ini didesain dengan mengoptimalisasi posisi yang terbaik
bagi penderitaTuberkulosis agar dapat bernafas dengan mudah, maka didapat sudut yang
pas yaitu 110° dihitung dari besaran sudut bagian belakang kursi. Pada bagian
lengkungan depan pada sandaran tangan dibuat sesuai kenyamanan dan gampang diraih
agar memudahkan pasien untuk berdiri. Pada bagian belakang kepala terdapat lubang-
lubang ventilasi yang ditujukan untuk makin menambahkan faktor kenyaman. Kursi ini
sendiri ditempatkan pada ruangan santai, menghadap ke arah jendela agar para penderita

13
tuberculosis merasakan suasana yang hangat dan santai tidak merasa terintimidasi oleh
keaadaan rumah sakit.

Dari dua kajian di atas terlihat bagaimana Alvar Aalto begitu memperhatikan faktor
kenyamanan dan bagaimana seharusnya sebuah karya merespon keadaan penghuni,
pengguna, dan manusia agar tidak merasa ter-alienasi oleh karya arsitektur itu sendiri.

Teori Fungsional Alvar Aalto :

Pada era 1930, gagasan bahwa desain merupakan peleburan dari art dan industry atau
yang sering disebut sebagai industrial art masih menjadi gagasan umum akan desain,
seperti yang didefinisikan oleh Stephen Bayley bahwa “design is what occurs when art
meets industry, when people begin to make decisions about what mass-produced products
should look like”(Walker, 1989:28). Definisi desain yang dikemukakan Simon Bayley
memberikan penekanan dalam pendefinisian desain terhadap bentuk visual dari objek
desain. Di sisi yang lain, Milton Glaser memberikan statement bahwa visual appereance
dari sebuah artifak desain bukanlah bagian dari desain itu sendiri, sebagaimana dia
menjelaskan bahwa :When we started talking about design, let’s talk within that frame
work and don’t get confuse about appearance, what is cool, what style is, all those are
art effects attach to the basic function of design in society (Inc.com, 2014).

Pemberian penekanan yang lebih terhadap aspek fungsional dibandingkan dengan aspek
visual menjadi salah satu ciri dalam modernism, bahkan sampai ke titik di mana
modernism menolak segala bentuk dekoratif yang sering terlihat di era art nouveau.
Dalam pendefinisian desain dari sudut pandang desain sebagai sebuah artifak atau objek
desain, Aalto lebih menitikberatkan desain ke dalam fungsi dari sebuah artifak desain
dibandingkan visual appearance objek itu sendiri (form follows function). Meskipun
Aalto adalah seorang yang berpaham funcntionalist, Aalto tetap memandang bahwa
sebuah desain harus memiliki bentuk yang merepresentasi makna simbolik yang
dihasilkan dari fungsi yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Zaratte, 1988: 58). Dalam
artian, visual appearance dari sebuah objek bukanlah sesuatu yang tidak penting, visual
appearance yang dihasilkan dari fungsi objek desain yang telah terpenuhi tetap harus
mengandung nilai-nilai estetik dan makna di dalamnya.

14
Gambar Interior GerejaRiola Parish. Gambar PencahayaanRiola Parish.
Sumber :www. Flickr.com Sumber: www.Tumblr.com

Desain pencahayaan Gereja Riola Parish adalah salah satu artifak desain di mana Aalto
menerapkan pola pemikiran form was to follows function ke dalam sebuah objek desain.
Jendela gereja Riola Parish berfungsi menangkap cahaya yang masuk dari arah utara dan
kemudian sebarkan ke arah audience di dalam gereja melalui asymmetric vertical ribs.
Akan tetapi,jendela dan juga rusuk-rusuk asimetris yang dirancang Aalto tidak hanya
sekedar menangkap cahaya yang masuk dan kemudian disebarkan di dalam ruangan,
namun juga menghasilkan baris-baris cahaya dari atas bangunan yang memiliki nilai
estetik dan makna simbolik di dalamnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

"Viipurin Aalto-kirjaston remontti on vihdoin valmis".Helsingin Sanomat (in Finnish).


October 10, 2013. Retrieved March 11, 2014.
(Aalto, Alvar (1998). Schildt, Goran, ed. Alvar Aalto in His Own Words. Helsinki,
Finland: Rizzoli.)
Pearson, P.D. “ Alvar Aalto and the International Style “. Whitney Library Of
Design, an imprint of Watson-Guptill Publication, 1978.
Moravansky, A. Prof . Thesis WissenschaftlicheZeitschrifft der Bauhaus,
Universitat Weimar, 2000.
Jetsonen, J and Jetsonen, S “ Alvar Aalto Houses “. Princeton Architectural
Press, 2010.
Jones, Coryl L “ Architecture at Rice University “ Houston, Texas, 1962
“ Nomination of Paimio Hospital for Inclusion in the World Heritage List “.
National Board of Antiquities, Helshinki, 2005.
http://www.designmuseum.org/design/alvar-Aalto
http://www.modernfurnituredesigners.interiordezine.com/
Jones, CorylLaRue, 1962, Architecture at Rice University. Houston, Texas.
Walker, John. A, 1989, Design History and History of Design, Northdown Street,
London, Pluto Press.
Zaratte, Eduardo, 1988, The Religious Architecture of Alvar Aalto,Master of Architecture
Thesis, School of Architecture McGill University.
http://www.inc.com/idea-lab/milton-glaser-art-and-design-are-like-sex-and-love.html
http://www.Tumblr.com
http://www.Flickr.com
http://www.designboom.com

16

Anda mungkin juga menyukai