Anda di halaman 1dari 2

TAFSIR AL QOLAM

1. (‫“ )ن‬Nūn” adalah salah satu dari huruf hijaiah, hanya Allah-lah yang
mengetahui arti dan maksudnya ( ‫“ )َو اْلَق َلِم‬demi qalam” yang dipakai untuk
menulis nasib semua makhlūq di Lauḥ Maḥfūzh ( ‫َو َم ا َيْس ُطُر ْو َن‬.) “dan apa yang
mereka tulis” apa yang ditulis oleh para malaikat berupa kebaikan dan
keshāliḥan.

Pesan Khusus

– Urgensi Ilmu Bagi para dai

[68:1] Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,

Ketika kita ingin mengajak orang kepada kebaikan, tentunya kita harus memiliki ilmu untuk
meyakinkan argumentasi kita. Untuk itulah kenapa Ilmu begitu penting, sehingga Allah berfirman
dalam surat Al Qalam ayat 1 tentang ilmu ini.

Inilah bekal yang Allah siapkan untuk para dai, agar memperhatikan ilmu dan menuliskannya dalam
rangka menyebarluaskan ilmu sehingga bermanfaat tidak hanya pada masa sekarang tapi juga di
masa yang akan datang, untuk generasi mendatang.

ayat ini menarik, karena secara tersirat Allah swt menuntun kita agar memperhatikan perkembangan
dunia tulisan, yang dahulu kala menggunakan tinta, sekarang sudah melalui dunia maya. Seorang dai
harus melek teknologi, karena tulisan era sekarang tidak lagi berupa dalam selembar daun, kertas,
atau batu tapi sudah melalui teknologi eBook, internet, dan lain sebagainya.

‫َم ا َأْنَت ِبِنْع َم ِة َر ِّبَك ِبَم ْج ُنْو ٍن‬.


2. ( ‫“ )َم ا َأْنَت‬Kamu sekali-kali bukanlah” hai Muḥammad ( ‫ِبِنْعَم ِة َر ِّبَك َمِبْج ُنْو ٍن‬.) “orang
gila, berkat nikmat Rabbmu” yang telah mengaruniakan kenabian
kepadamu, dan juga nikmat-nikmatNya yang lain. Ayat ini merupakan
jawaban terhadap perkataan orang-orang kafir, yang mengatakan bahwa
Muḥammad adalah orang gila.

– Pahala bagi seorang dai

‫َو ِإَّن َلَك َأَلْج ًرا َغْيَر َم ْم ُنْو ٍن‬.


[68:3] Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.

Ketika kita mengamalkan apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw, kita tentu akan mendapat pahala
atas amal yang kita kerjakan. Akan tetapi Rasulullah saw, para sahabat, dan orang-orang yang
mengajarkan ilmunya, juga akan mendapatkan pahala meskipun mereka telah tiada. Inilah yang
disebut amal jariyah, yang tiada terputus. Inilah pahala yang besar yang tiada terputus bagi seorang
dai, yang menyebarkan ilmunya kepada semua orang, baik diri, keluarga dan lingkungannya. Dan
salah satu cara yang membuat karya dan dakwah kita terus menerus diikuti orang adalah dengan
menuliskannya dalam sebuah artikel, buku, kitab dan media lainnya yang akan bermanfaat tidak
hanya saat ini tapi juga beberapa generasi mendatang. Bayangkan berapa besar pahala yang akan
kita dapatkan karena tulisan dakwah kita mampu membuka hidayah banyak manusia?

– Pentingnya Akhlaq sebagai bekal Dai

4. ( ‫“ )َو ِإَّنَك َلَعَلى ُخ ُلٍق‬Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti”


beragama ( ‫َعِظ ْيٍم‬.) “yang agung.”

[68:4] Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Dalam hinaan dan cacian yang makin lama makin mencekam, Nabi saw menghadapi dengan santun
dan akhlaq yang agung. Meski mendapat siksa, intimidasi, boikot dan segala bentuk upaya untuk
menghentikan dakwah Nabi saw, akan tetapi Nabi saw bersama para sahabatnya tetap tegar. Inilah
rahasia dakwah Beliau saw, akhlaq!

Hadapi segala rintangan dakwah ini, fitnah, dan kekerasan dalam bentuk fisik, dengan akhlaq yang
baik, bijaksana dan dengan cara yang benar. Biarkan mereka yang menyakiti kita, melihat akhlaq
kita, dan siapa tahu, mungkin esok ia akan menjadi penopang dakwah kita yang paling keras dan
tegas terhadap musuh-musuh dakwah ini.

‫َفَس ُتْبِص ُر َو ُيْبِص ُرْو َن‬.

5. ( ‫َفَس ُتْبِص ُر َو ُيْبِص ُر ْو َن‬.) “Maka kelak kamu akan melihat dan mereka pun akan
melihat.”

‫ِبَأيِّيُك ُم اْلَم ْف ُتْو ُن‬.

6. ( ‫ِبَأيِّيُك ُم اْلَم ْف ُتْو ُن‬.) “Siapakah di antara kalian yang gila” yang tidak waras akalnya,
kamukah atau mereka. Lafal al-maftūn ini wazannya sama dengan lafal al-
ma‘qūl, berasal dari mashdar al-futūn, artinya gila.

‫ِب ِد‬ ‫ِب ِلِه‬ ‫ِإ‬


‫ َّن َر َّبَك ُه َو َأْع َلُم َمِبْن َضَّل َعْن َس ْي َو ُه َو َأْع َلُم اْلُم ْه َت ْيَن‬.

7. ( ‫ِإَّن َر َّبَك ُه َو َأْع َلُم َمِبْن َضَّل َعْن َس ِبْيِلِه َو ُه َو َأْع َلُم ِباْلُم ْه َتِد ْيَن‬.) “Sesungguhnya Rabbmu, Dialah Yang
Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang
Paling mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” lafal a‘lamu di
sini bermakna ‘ālimun, ya‘ni Dia mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya
dan Dialah Yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Anda mungkin juga menyukai