Anda di halaman 1dari 256

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN


MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR DAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA
MATERI LAJU REAKSI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan

Sinta Selfrida Sari Ginting


NIM 4203331033
Program Studi Pendidikan Kimia

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
MEDAN
APRIL 2024
Skripsi

Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Dan Media Video


Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Dan Motivasi Belajar
Siswa Pada Materi Laju Reaksi

Nama : Sinta Selfrida Sari Ginting


NIM : 4203331033
Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan : Kimia

Menyetujui:
Dosen Pembimbing Skripsi

Agus Kembaren M,Si


NIP. 196808141994031004

Mengetahui:

Fakultas MIPA Unimed Jurusan Kimia


Dekan, Ketua

Dr. Ani Sutiani, M. Si Dr. Ayi Darmana, M. Si.


NIP. 196807301992032001 NIP. 196608071990101001

Tanggal Lulus : 30 Januari 2024

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS*)

Saya memberikan pernyataan bahwasannya dengan ini, naskah skripsi yang saya
tulis ialah hasil karya pribadi, dan keseluruhan sumber, baik yang dikutip maupun
yang dirujuk ialah benar karyra sendiri. Hal ini berserta dengan berbagai sumber,
baik yang dikutip ataupun dirujuk dalam naskah merupakan benar adanya
sebagaimana dilampirkan pada daftar pustaka.
Jika dalam hal ini dikemudian hari diketahui serta mampu dibuktikan bahwasannya
di naskah skripsi ini ada unsur yang mengandung jiplakan atau dengan kata lain
plagiasi, maka saya bersedia untuk membatalkan skripsi ini berserta mengalami
proses yang bersesuaian dengan regulasi perundangan yang berlaku (UU No.20
Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)

Medan , 18 Januari 2024


Yang Menyatakan

Sinta Selfrida Sari Ginting


NIM.4203331033

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Negeri Medan, saya yang bertanda tangan di
bawah ini :
Nama : Sinta Selfrida Sari Ginting
NIM : 4203331033
Program Studi : Pendidikan Kimia
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jenis Karya : Skripsi
Atas nama ilmu pengetahuan dan teknologi, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Negeri Medan Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning dan Media Video Pembelajaran
Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Laju Reaksi ”.
Disertai dengan berbagai perangkat (apabila dibutuhkan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non-ekslusif ini Universitas Negeri Medan memiliki hak penuh dalam menyimpan,
melakukan pengalih-media/formatkan, melakukan pengelolaan dalam bentuk
pangkalan data (database), melakukan perawatan, dan mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap memberi cantuman atas nama saya sebagai pencipta atau pemilik
serta pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya guna dimanfaatkan
semestinya.

Dibuat di : Medan
Pada tanggal : 18 Januari 2024
Yang menyatakan,

Sinta Selfrida Sari Ginting


NIM. 4203331033

iv
RIWAYAT HIDUP

Sinta Selfrida Sari Ginting, penulis skripsi berjudul “Pengaruh


Model Pembelajaran Discovery Learning dan Media Video
Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa
Pada Materi Laju Reaksi ” ini dilahirkan di kota Medan pada
tanggal 18 Desember 2002. Penulis adalah anak pertama (dari 3
bersaudara) dari pasangan Jeffry Hunter Ginting (ayah) dan
Marta Br Sitepu (Ibu). Penulis menjalankan pendidikan
formalnya di SD Negeri 091423 Kebun sayur pada tahun 2008
dan lulus pada tahun 2014. Selepas SD, penulis kemudian
melanjutkan sekolahnya di SMPN 1 Sidamanik dan lulus pada tahun 2017.
Pendidikan SMA, Jurusan IPA, ditempuh selama 3 tahun mulai tahun 2017 di SMA
Sw RK Bintang Timur Pematang Siantar dan lulus Pada tahun 2020, melalui jalur
MANDIRI, penulis akhirnya menjadi bagian dari mahasiswa Prodi Pendidikan
Kimia, FMIPA, Unimed.

v
ABSTRAK

Sinta Selfrida Sari Ginting, NIM. 4203331033 (2024). Pengaruh Model


Pembelajaran Discovery Learning dan Media Video Pembelajaran Terhadap
Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Laju Reaksi.

Studi ini memiliki tujuan untuk menentukan adanya pengaruh model pembelajaran
Discovery Learning terhadap hasil belajar dan motivasi belajar siswa dan
menentukan hubungan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa . Populasi
dan sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA di SMAN 1
Bahorok sebanyak 2 kelas yaitu kelas XI MIA 1 sebagai kelas Eksperimen dan XI
MIA 2 sebagai kelas kontrol. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah skor
lembar observasi motivasi belajar dan hasil tes yang didapat melalui selisih antara
posttest dan pretest . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh
model pembelajaran terhadap hasil belajar dan motivasi belajar anatar kelas
eksperimen dan kelas kontrol dimana kelas eksperimen menggunakan model
Discovery Learning dengan berbantuan media video pembelajaran sedangkan pada
kelas kontrol tanpa menggunakan model tetapi memakai media pembelajaran video
pembelajaran . Hal ini bisa bisa diberikan bukti mengacu pada nilai rata – rata hasil
belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelasa kelas kontrol.
Begitupun dengan motivasi belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai motivasi belajar di kelas kontrol. Dari hasil uji hipotesis, dengan
menggunakan uji t diperoleh bahwa t hitung > t tabel = 15,401 > 2,036. Hasil motivasi
belajar siswa dengan menggunakan uji t diperoleh bahwa t hitung > t tabel = 19,679 >
2,036. Hubungan antara motivasi belajar siswa dengan hasil belajar siswa
menunjukkan bahwa untuk kelas eksperimen diperoleh korelasinya sebesar 0,681
(korelasi tinggi). Sedangkan, untuk kelas kontrol diperoleh korelasinya sebesar 0,627
(korelasi tinggi).
Kata kunci: Hasil belajar, Motivasi Belajar Siswa, Perbedaan, Discovery Learning.

vi
ABSTRACT

Sinta Selfrida Sari Ginting, NIM. 4203331033 (2024). The Influence of the
Discovery Learning Learning Model and Learning Video Media on Learning
Outcomes and Student Learning Motivation on Reaction Rate Material.

This research aims to determine the influence of the Discovery Learning learning
model on student learning outcomes and learning motivation and determine the
relationship between student learning motivation and student learning outcomes. The
population and sample in this research were students from class XI Science at
SMAN 1 Bahorok in 2 classes, namely class XI MIA 1 as the experimental class and
XI MIA 2 as the control class. The data taken in this research are scores on learning
motivation observation sheets and test results obtained through the difference
between posttest and pretest. The results of this research show that there is an
influence of the learning model on learning outcomes and learning motivation
between the experimental class and the control class, where the experimental class
uses the Discovery Learning model with the help of video learning media, while the
control class does not use a model but uses video learning media. Evidence of this
can be provided referring to the average value of learning outcomes for experimental
class students which is higher than that of control class students. Likewise, the
learning motivation of experimental class students is higher than the learning
motivation value in the control class. From the results of the hypothesis test, using
the t test, it was found that tcount > ttable = 15,401 > 2.036. The results of students'
learning activities using the t test showed that tcount > ttable = 19,679 > 2.036. The
relationship between student learning motivation and student learning outcomes
shows that for experimental class the correlation was 0.681 (high correlation).
Meanwhile, for control class , the correlation was 0.627 (high correlation).
Keywords: Learning outcomes, student learning motivation, differences, Discovery
Learning

vii
DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ........................................ Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR SKRIPSI UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................................. iv

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

ABSTRACT ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................................ 5

1.3 Ruang Lingkup Masalah ................................................................................. 6

1.4 Rumusan Masalah ........................................................................................... 6

1.5 Batasan Masalah ............................................................................................. 6

1.6 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 7

1.7 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9

2.1 Landasan Teori ............................................................................................... 9

2.1.1 Hakikat Belajar ......................................................................................... 9

viii
2.1.2 Hakikat Hasil Belajar .............................................................................. 12

2.1.3 Model Pembelajaran Discovery Learning ................................................ 15

2.1.4 Media Pembelajaran Video Animasi ........................................................ 22

2.1.5 Hasil Belajar ........................................................................................... 33

2.1.6 Motivasi Belajar ...................................................................................... 35

2.1.7 Hakikat Materi Laju Reaksi ..................................................................... 38

2.2 Kerangka Berpikir......................................................................................... 44

2.3 Hipotesis ....................................................................................................... 44

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 48

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................... 48

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 48

3.3 Variabel dan Desain Penelitian...................................................................... 48

3.4 Definisi Operasional ..................................................................................... 49

3.5 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 50

3.5.1 Instrumen Tes.......................................................................................... 50

3.5.2 Instrumen Non Tes .................................................................................. 54

3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 55

3.7 Prosedur Penelitian ....................................................................................... 55

3.7.1 Tahap Persiapan ...................................................................................... 55

3.7.2 Tahap Pelaksanaan .................................................................................. 55

3.7.3 Tahap Akhir ............................................................................................ 56

3.8 Analisis Data ................................................................................................ 55

3.8.1. Uji N- Gain ............................................................................................... 57

3.8.2. Uji Normalitas .......................................................................................... 58

ix
3.8.3. Uji Homogenitas .................................................................................... 58

3.8.4 Uji Hipotesis ........................................................................................... 58


3.8.5 Uji Korelasi ............................................................................................. 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 60

4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian .................................................................. 60

4.1.1. Analisis Data Instrumen Penelitian ......................................................... 60

4.1.2. Deskriptif Data Hasil Penelitian .............................................................. 62

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian ....................................................................... 62

4.2.1 Uji Normalitas ........................................................................................ 64

4.2.2 Hasil Uji N-Gain data Hasil Belajar Siswa............................................... 64

4.2.3. Uji Hipotesis I ........................................................................................ 68

4.2.4 Uji Hipotesis II........................................................................................ 69

4.2.5 Uji Korelasi ............................................................................................... 70

4.3 Pembahasan .................................................................................................. 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 75

5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 75

5.2. Saran............................................................................................................ 75

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76

LAMPIRAN.......................................................................................................... 81

x
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Langkah dan Kegiatan Pembelajaran Metode Discovery Learning.......... 19

Tabel 3.1 Desain Penelitian.................................................................................... 49

Tabel 3. 2 Kriteria Nilai Daya Beda ....................................................................... 53

Tabel 3.3 Kriteria Motivasi Belajar ........................................................................ 54

Tabel 3. 4 Kriteria Skor N-Gain (Silitonga, 2014) .................................................. 58

Tabel 3. 5 Makna Koefisien Korelasi (Silitonga, 2014) .......................................... 59

Tabel 4.1 Rata – Rata , Standar Deviasi dan Varians Data Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen ............................................................................................................ 62

Tabel 4. 2 Rata – Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data Pretest dan Postest Kelas
Kontrol................................................................................................................... 63

Tabel 4. 3 Rata – Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data motivasi Siswa Kelas
Eksperimen dan kontrol.......................................................................................... 64

Tabel 4. 4 Uji Normalitas Data Hasil Pretest dan Posttest kelas eksperimen ........... 64

Tabel 4. 5 Uji Normalitas Data Hasil Pretest dan Posttest kelas Kontrol ................. 65

Tabel 4.6 Perhitungan N-Gain kelas eksperimen ................................................... 66

Tabel 4. 7 Perhitungan N-Gain kelas kontrol.......................................................... 66

Tabel 4. 8 Uji Normalitas Data Hasil Uji N-gain .................................................... 66

Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Motivasi Belajar Siswa........................................... 66

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen ..................................................... 67

Tabel 4.11 Uji Homogenitas Kelas Kontrol............................................................ 68

Tabel 4. 12 Hasil Uji Hipotesis Data Posttest ......................................................... 69

Tabel 4. 13 Hasil Uji Hipotesis Data Motivasi Belajar Siswa ................................. 70

Tabel 4. 14 Korelasi motivasi siswa terhadap hasil belajar .................................... 70

xi
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Laju Reaksi........................................................................................ 39

Gambar 3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 57

Gambar 4.1 Rata – Rata , Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen .......................... 63

Gambar 4.2 Rata – rata pretest dan posttest kelas kontrol ...................................... 63

Gambar 4.3 Rata – Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data motivasi Siswa Kelas
Eksperimen dan control .......................................................................................... 64

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal

Lampiran 1 Kisi-Kisi Lembar Observasi Wawancara ............................................ 81

Lampiran 2 Lembar Wawancara ........................................................................... 83

Lampiran 3 Table Kisi Kisi Soal ........................................................................... 85

Lampiran 4 Instrument Soal Sebelum Divalidasi................................................ 119

Lampiran 5 Kunci Jawaban Instrument Tes Sebelum Divalidasi ......................... 143

Lampiran 6 Instrument Tes Setelah Validasi ....................................................... 144

Lampiran 7 Kunci Jawaban Instrument Tes Setelah Divalidasi .......................... 156

Lampiran 8 LKPD .............................................................................................. 157

Lampiran 9 Kunci Jawaban LKPD ..................................................................... 171

Lampiran 10 Lembar Observasi Motivasi Siswa ................................................. 183

Lampiran 11 Silabus ........................................................................................... 183

Lampiran 12 RPP ............................................................................................... 193

Lampiran 13 Bahan Ajar ..................................................................................... 211

Lampiran 14 Data Pretest, Postest dan Motivasi Kelas Eksperimen ................... 212

Lampiran 15 Data Pretest, Postest dan Motivasi Kelas Kontrol ........................... 213

Lampiran 16 Hasil Tabulasi Instrument Soal....................................................... 214

Lampiran 17 Data Hasil Uji Validitas ................................................................. 215

Lampiran 18 Data Hasil Tingkst Kesukaran ........................................................ 216

Lampiran 19 Data Hasil Daya Beda .................................................................... 217

Lampiran 20 Data Hasil Realibilitas ................................................................... 218

Lampiran 21 Data Hasil Distruktor ..................................................................... 219

xiii
Lampiran 22 Hasil Uji Normalitas Data Pretest Dan Post Test Siswa Kelas
Eksperimen .......................................................................................................... 228

Lampiran 23Hasil Uji Normalitas Data Pretest Dan Posttest Siswa Kelas Kontrol
............................................................................................................................. 229

Lampiran 24 Hasil Uji N-Gain Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ...... 230

Lampiran 25 Hasil Uji N-Gain Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol.............. 231

Lampiran 26 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Hasil Belajar Siswa Kelas
Eksperimen Dan Kelas Kontrol ............................................................................ 232

Lampiran 27 Hasil Uji Normalitas Nilai Motivasi Siswa Kelas Eksperimen ...... 233

Lampiran 28 Hasil Uji Normalitas Nilai Motivasi Siswa Kelas Kontrol .............. 234

Lampiran 29 Hasil Uji Homogenitas Pretest Dan Posttest Siswa Kelas Eksperimen
............................................................................................................................. 235

Lampiran 30 Hasil Uji Homogenitas Pretest Dan Posttest Siswa Kelas Kontrol . 238

Lampiran 31 Data Hasil Uji T Dua Pihak Nilai Posttest Siswa ( Uji Hipotesis 1) 241

Lampiran 32 Data Hasil Uji T Dua Pihak Nilai Aktivitas Siswa ( Uji Hipotesis 2)
............................................................................................................................. 242

Lampiran 33 Hasil Uji Korelasi Pearson Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas Eksperimen .......................................................................... 243

Lampiran 34 Hasil Uji Korelasi Pearson Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas Kontrol................................................................................. 244

Lampiran 35 Dokumentasi ................................................................................. 245

Lampiran 36 Surat .............................................................................................. 244

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Nugrahaeni (2017), dapat dikatakan bahwa isu primer dalam proses
pembelajaran berkaitan dengan masih rendahnya daya serap siswa. Proses
pembelajaran ini umumnya berfokus pada tenaga pendidik atau dalam hal ini
terminologinya adalah teacher centered. Hal ini berimplikasi pada kurangnya ruang
akses bagi siswa untuk berkembang dengan cara yang mandiri.
Hal ini dibuktikan dengan beberapa penelitian , yakni penelitian yang
dilakukan oleh Karlina dkk (2022 ) dengan judul efektivitas penggunaan model
Discovery Learning terhadap hasil belajar siswa pada materi laju reaksi di kelas XI .
Hasil belajar kognitif diperoleh dari hasil posttest materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan dalam bahasa inggris. Hasil posttest diperoleh nilai rata-rata kelas
eksperimen 85,60 dan kelas kontrol 78,80.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Anromeda, (2023) terdapat laporan
bahwa hasil belajar kimia kelas XI IPA di SMA Negeri 14 Padang masih
rendah, berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap salah satu guru
kimia di SMA Negeri 14 Padang tersebut, permasalahan ini disebabkan karna
sumber belajar yang digunakan tidak memenuhi karakteristik materi dan
karakteristik siswa. Penelitianyang dilakukan oleh Albertus.,(2017), terdapat hasil
pengamatan bahwa siswa di SMA Negeri 4 Kota Jambi mengalami kesulitan dalam
memahami materi laju reaksi, hal ini disebabkan karena pada saat materi di ajarkan
ke siswa tidak ditunjang dengan ketersedian model pembelajaran dan media
pembelajaran yang lebih bervariatif dan inovatif . Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Auladuna (2018), didapatkan informasi bahwa siswa kelas X di
SMA Makassar mengalami kesulitan belajar dalam memahami konsep
reaksi-reaksi yang bersifat mikroskopik, sehingga solusi yang di perlukan
ialah sebuah media pembelajaran interaktif yang dapat menyajikan konsep
bersifat mikrokopik. Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh guru kimia

1
2

kelas X di SMA Makassar bahwa pada tahun 2014/2015 hasil belajar yang
diperoleh siswa masih rendah khususnya pada materi laju reaksi.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Kirani (2020),
permasalahan belajar yang ada di SMAN 1 Bolaang dikarenakan kebanyak
guru masih menggunakan metode pembelajaran yang klasik yaitu metode
ceramah, tugas siswa hanya menulis dari apa yang didengarkan dan
dijelaskan oleh guru tanpa melibatkan keberadaan siswa dan media
pembelajaran didalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga hal ini
menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan menciptakan suasana belajar
yang pasif.
Alternatif yang dapat digunakan dalam mengatasi kesulitan belajar pada
materi laju reaksi adalah dengan menggunakan media pembelajaranyang
memanfaatkan sebuah teknologi.Dengan bantuan teknologi ini dapat membuat
sebuah media pembelajaran menjadi interaktif karena akan lebih menarik dan
menyenangkan .
Dalam penelitian yang dilakukan oleh F (2022) yang berjudul “Video
eksperimen dan Animasi Untuk meningkatkan pemahaman konsep kimia”,
Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media pembelajaran berupa
video eksperimen dan animasi bisa meningkatkan penguasaan konsep materi
kimia siswa pada tiga aspek yaitu aspek makroskopis, mikroskopis, dan
simbolis. Media pembelajaran ini juga membuat siswa menjadi sangat antusias
dalam proses pembelajaran sehingga terlihat aktivitas dan motivasi belajar
siswa menjadi meningkat.
Berdasarkan Hasil observasi dan wawancara di salah satu SMA di Kabupaten
Langkat diperoleh hasil bahwa SMAN 1 BAHOROK merupakan salah satu sekolah
yang menerapkan kurikulum merdeka. Namun, dalam penerapan proses
pembelajaran masih berpusat kepada guru (teacher centered learning), guru tidak
mengkombinasikan model pembelajaran didalam proses pembelajaran dan guru yang
kurang pandai akan teknologi, sehingga guru hanya menggunakan media
pembelajaran menggunakan media power point biasa dan dengan metode ceramah
dan tidak menggunakan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
3

Guru telah berusaha sebaik mungkin mengajarkan materi laju reaksi


menggunakan buku paket sekolah. Namun hasil belajar siswa masih tergolong
rendah atau belum mencapai nilai 75 yang merupakan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) mata pelajaran Kimia Kelas XI di SMAN 1 BAHOROK . Hanya sekitar 37,5
% yang dapat mencapai KKM didalam satu kelas tersebut atau sekitar 10 siswa yang
dapat mencapai KKM.
Selain itu, guru kimia SMAN 1 BAHOROK juga mengungkapkan bahwa
pembelajaran di era sekarang ini memberikan pengaruh terhadap motivasi belajar
siswa. Berdasarkan hasil wawancara peneliti lakukan bahwa siswa merasa kesulitan
di bidang pemahaman konsep faktor-faktor yang terdapat dalam laju reaksi serta
merasa kesulitan dalam didalam perhitungan dalam laju reaksi menggunakan
molaritas . Hal ini kemungkinan motivasi siswa maupun hasil belajar siswa dalam
mempelajari kimia terutama pada materi Laju Reaksi relatif rendah. Rendahnya
motivasi belajar ini membuat banyak siswa yang pasif dan berdampak pada prestasi
hasil belajarnya.
Materi di kimia meliputi komposisi, struktur, sifat, perubahan, dinamika dan
energi tentang pemikiran logis. Dalam pembelajaran kimia, hendaknya
memperhatikan ciri-ciri kimia seperti sikap, proses dan produk sebagai acuan guru
dalam memilih media dan sumber belajar bagi siswa (Karlina , 2022). Penggunaan
model yang tepat merupakan salah satu cara untuk mengatasi rendahnya hasil belajar
siswa. Keberhasilan pendidikan salah satunya ditunjukkan dengan semakin
meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa. Salah satu tantangan yang dihadapi
guru adalah menemukan lingkungan belajar yang tepat agar siswa dapat belajar lebih
giat, meningkatkan motivasi dan mencapai hasil belajar yang tinggi (Salsabila,
2023).
Maka dari itu pemilihan model Pembelajaran yang tepat adalah Discovery
Learning. Discovery Learning juga dikatakan sebagai pembelajaran penemuan, yang
merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan
kontruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, peserta didik didorong untuk
terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip. Guru mendorong peserta didik agar mempunyai pengalaman dan melakukan
4

eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-


konsep bagi mereka sendiri.
Pembelajaran Discovery Learning adalah suatu model untuk mengembangkan
cara belajar peserta didik aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan
mudah dilupakan peserta didik. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar
berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi.
Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat (Hosnan, 2014).
Seperti pada penelitian terlebih dahulu yaitu Hasil penelitian yang dilakukan di
SMAN 17 Padang menujukan bahwa rata-rata kelas kontrol diperoleh nilai pretes
48,97 dan posttest 78, 97 sedangkan hasil pretest dan posttest kelas ekperimen adalah
46,11 dan 83,61. Presentase hasil belajar siswa dikelas ekperimen sebesar 37,5%.
Peningkatan pembelajaran ini disebabkan karena diberikan perlakuan yaitu berupa
penerapan model Discovery Learning.
Hasil analis data disimpulkan bahwa model discovery learning efektif
terhadap hasil belajar peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan kelas kontrol yang tidak mengunakan model discovery learning. Selain
untuk menunjang proses belajar mengajar, media juga digunakan untuk mengatasi
kebosanan di dalam kelas. Oleh karena itu, guru harus menggunakan media untuk
memotivasi siswanya. Semakin menarik media yang digunakan, maka siswa akan
semakin termotivasi untuk belajar. Namun dalam praktiknya, guru justru kurang
inovatif dalam menghadapi media.
Pada penelitian ini didapatkan hasil persentase rerata keterlaksanaan. Hasil
belajar siswa dalam uji normalitas sebesar 0,522 yang berarti terdistribusi normal,
hasil rerata nilai pretest sebesar 52,58 dan posttest sebesar 83,87 memperlihatkan
perbedaan kenaikan dan rerata yang signifikan, hasil N-gain sebesar 0,68 termasuk
ke dalam kriteria sedang. Berdasarkan dari kriteria N-gain per siswa, sebanyak 17
siswa (61,29 %) mengalami peningkatan sedang, 12 siswa (38,70 %) mengalami
peningkatan tinggi dan 2 siswa (4,16) mengalami kenaikan rendah. Kesimpulan pada
penelitian ini yaitu penerapan model discovery learning dengan bantuan video
animasi membantu memvisualisasikan materi sistem pencernaan manusia yang
5

tergolong bersifat abstrak dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembuatan dan
pemilihan media pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik
karena media yang ada hendaknya dimanfaatkan oleh peserta didik, sehingga
sebelum membuat atau memilih media pembelajaran diperlukan suatu analisis
kebutuhan. Analisis kebutuhan adalah proses menganalisis kebutuhan dan
permasalahan peserta didik dalam belajar.Tujuan analisis kebutuhan adalah untuk
mempelajari apa yang diketahui dan dipikirkan oleh peserta didik. Video Animasi
merupakan rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakah dan mampu
menjelaskan perubahan keadaan tiap waktu. Media video animasi juga dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Serta membantu peserta didik dalam
membayangkan suatu kejadian atau proses. Video animasi yang merupakan media
audio-visual menyampaikan pesan melalui indra pendengaran dan penglihatan
sekaligus sehingga persentase pesan yang disimpan oleh otak lebih banyak, namun
video animasi yang ada masih kurang banyak dan bervariasi, selain itu terdapat video
yang beberapa kontennya masih salah konsep sehingga pembelajaran dengan media
ini masih belum maksimal. Sebagian guru juga masih sulit untuk mendapatkan media
animasi yang sesuai dengan indikator yang diajarkan (Juliani,2017).
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning
Berbantuan Media Video Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Dan Motivasi
Siswa Pada Materi Laju Reaksi”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi permasalahan dalam


penelitian ini yaitu:
1. Rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI di SMAN 1 Bahorok..
2. Proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah menggunakan metode
ceramah, namun belum melibatkan pembelajaran yang mengacu pada konteks
yang mengharuskan siswa mendapatkan sesuatu penemuan terutama dalam
materi Laju Reaksi.
6

3. Pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran pada pelajaran kimia


belum optimal.
4. Pada materi Laju Reaksi banyak konsep-konsep yang kurang dimengerti
siswa sehingga dibutuhkan keterampilan guru untuk mengajarkannya.

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, untuk menghindari terjadinya


kesalahan interpretasi terhadap judul dan masalah pokok yang akan diungkapkan
dalam penelitian ini, penulis memberi batasan bahwa ruang lingkup penelitian adalah
Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Media Video
Pembelajaran Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Laju Reaksi .

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan ruang lingkup masalah di atas, maka permasalahan yang dapat


dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh yang signifikan Model Pembelajaran Discovery
Learning dengan berbantuan media video animasi dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa pada materi Laju Reaksi ?
2. Bagaimana pengaruh yang signifikan Model Pembelajaran Discovery
Learning dengan berbantuan media video animasi dapat meningkatkan Hasil
belajar siswa pada materi Laju Reaksi ?
3. Bagaimana pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa
menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan berbantuan
media video animasi pada materi Laju Reaksi?

1.5 Batasan Masalah

Melihat luasnya permasalahan yang dapat muncul dari penelitian ini, serta
mengingat keterbatasan waktu dan sarana penunjang lainnya maka penelitian ini
dibatasi pada:
1. Materi kimia SMA kelas XI semester ganjil sesuai dengan Kurikulum 2013
adalah pokok bahasan Laju Reaksi.
7

2. Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan model


pembelajaran Discovery Learning dan media pembelajaran Video Animasi .
3. Penelitian ditekankan pada kemampuan kognitif terhadap hasil belajar kimia
siswa yang menggunakan taksonomi bloom yaitu dari C1 – C4 dan motivasi
yang ditekankan adalah motivasi eksternal pada siswa.
4. Perangkat lunak yang dipakai untuk melakukan pembelajaran menggunakan
media video pembelajarann adalah video animasi dan dikelas control media
power point .

1.6 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pengembangan
instrumen tes berbasis literasi sains ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan Model Pembelajaran Discovery
Learning dengan berbantuan media video animasi dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa pada materi Laju Reaksi.
2. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan Model Pembelajaran Discovery
Learning dengan berbantuan media video animasi dapat meningkatkan Hasil
belajar siswa pada materi Laju Reaksi.
3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa
menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan berbantuan
media video animasi pada materi Laju Reaksi.

1.7 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yakni secara teori dan praktik sebagai berikut:
1. Secara teori
Dapat memahami cara pelaksanaan model pembelajaran Discovery Learning.
2. Secara praktik
a. Bagi guru penelitian ini dapat memotivasi guru untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
b. Bagi peneliti penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam membekali
diri sebagai calon guru kimia yang memperoleh pengalaman penelitian
8

secara ilmiah agar kelak dapat dijadikan modal sebagai guru dalam proses
belajar mengajar.
c. Bagi siswa
Dengan adanya penelitian ini, siswa mendapatkan pengalaman belajar yang
lebih bervariasi dan dapat meningkatkan hasil belajar dan pemahaman
terhadap materi laju reaksi.
d. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa di sekolah sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran kimia di SMAN 1 Bahorok.
e. Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan dalam penelitian
selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Hakikat Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam


kompetensi, keterampilan, dan sikap. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu
merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya, mendapatkan ilmu atau
kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia
menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang
sesuatu. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar mengajar
merupakan kegiatan paling pokok. Hal ini berarti bahwa keberhasilan atau tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dilakukan siswa
sebagai anak didik.
Syafirah (2022) menyatakan “belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”.
Untuk mendapatkan sesuatu seseorang harus melakukan usaha agar apa yang
di inginkan dapat tercapai. Usaha tersebut dapat berupa kerja mandiri maupun
kelompok dalam suatu interaksi. Belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatusituasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu
situasi.
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa
perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar menurut Djamarah
sebagai berikut :

9
10

a) Perubahan yang terjadi secara sadar Individu yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan atau sekurangkurangnya individu merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
b) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan
yang terjadi dalam diri indiviu berlangsung terus-menerus dan tidak statis.
Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan
akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
c) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Dalam perbuatan belajar,
perubahan selalu bertambah dan tertuju memperoleh suatu yang lebih baik
dari sebelumnya. Makin banyak usah belajar dilakukan, makin banyak dan
makin baik perubahan yang diperoleh.
d) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara Perubahan bersifat
sementara yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja seperti berkeringat,
keluar air mata, menangis dan sebagainya. Perubahan terjadi karena proses
belajar bersifat menetap atau permanen.
e) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh
individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan
tingkah laku jika seseorang belajar sesuatu sebagai hasil ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan,
keterampilam, pengetahuan.
Prinsip-prinsip belajar antara lain:
a) Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain.
Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif.
b) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada
setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
d) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan
membuat proses belajar lebih berarti.
e) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab
dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain:
11

a) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu dan
dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal ini meliputi:
1. Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu. Faktor ini ada dua macam yaitu :
a. Keadaan jasmani. Keadaan ini sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang.
Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan dampak positif terhadap
kegiatan belajar.
b. Keadaan fungsi fisiologis. Selama proses belajar berlangsung peran fungsi
fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar terutama panca
indra.
2. Faktor psikologis
Keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar.
Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah sebagai
berikut:
a. Kecerdasan/intelegensi siswa merupakan faktor psikologis yang paling penting
dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan belajar siswa. Semakin tinggi
tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu meraih
sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu,
semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar.
b. Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan
belajar siswa. Motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat.
c. Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu.
d. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,
peristiwa dan sebagainya.
e. Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang
12

yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya
sehingga kemungkinan besar akan
berhasil.
b) Faktor Eksternal
1. Lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi dan teman- teman
sekelas dapat mempengaruhi proses belajar siswa.
b. Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat tempat
tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
c. Lingkungan sosial keluarga, hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak,
kakak yang harmonis akan membantu siwa melakukan aktivitas belajar dengan
baik.
2. Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah :
a. Lingkungan alamiah, kondisi udara yang segar dan suasana yang sejuk dan
tenang. Lingkungan alamiah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi belajar
siswa. Bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung proses belajar siswa akan
terhambat.
b. Faktor instrumental, perangkat belajar yang dapat digolongkan 2 macam yaitu :
Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar,
lapangan olahraga. Kedua, software seperi kurikulum sekolah, peraturan-
peraturan,buku panduan,silabi dan sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran, faktor yang hendak disesuaikan dengan usai
perkembangan siswa dengan metode mengajar guru disesuaikan dengan kondisi
siswa.

2.1.2 Hakikat Hasil Belajar

Menurut Wulandari (2023), Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami


dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product)
menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Selanjutnya Sudjana
13

mendefinisikan “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif,
afektif, dan psikomotorik.”
Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk
melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapaidan apakah proses
belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya baik dari pemahaman dan pengetahuan. Hasil juga bisa diartikan adalah
bila seseorang telah terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berhasil atau
tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi
pencapaian hasil belajar yaitu yang berasal dari dalam peserta didik yang belajar
(faktor internal) dan ada pula yang berasal dari luar peserta didik yang belajar (faktor
eksternal). Menurut Sri Anitah, keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa
(ekstern).
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh
pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam
diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali
melahirkan pengetahuan, (knowledge), atau a body of knowledge. Difinisi ini
merupakan difinisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional, dan
beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa
atau pembelajar berekplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya,
untuk memperoreh pengetahuan.
Hasil belajar merupakan perwujudan perilaku belajar yang biasanya terlihat
dalam perubahan, kebiasaan, keterampilan. Hasil belajar dapat dilihat dan di ukur.
Hasil belajar adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan suatu yang
14

dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha. Apabila dikaitkan dengan belajar
berarti hasil menunjukkan suatu yang dicapai oleh seorang yang belajar dalam selang
waktu tertentu. Jadi hasil belajar adalah akibat dari suatu aktivitas yang dapat
diketahui perubahannya dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan, dan nilai
sikap melalui ujian tes atau ujian.
Hasil belajar dibedakan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ketiga ranah tersebut dibedakan karena ciri-cirinya yang berbeda.
Kognitif berhubungan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa.
Afektif berhubungan dengan pengembangan perasaan dan sikap siswa. Sedangkan
psikomotorik berhubungan dengan cara siswa pada waktu mengembangkan kedua
hasil belajar tersebut, ketiga hasil belajar adalah saling berkaitan. Oleh karena itu
penilaian hasil belajar merupakan upaya untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan
pendidikan yang meliputi kemajuan dalam proses berfikir, kemajuan dalam
menggunakan panca indera dan kemampuan dalam pembinaan moral dan
kepribadian.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di
kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.
Sugihartono menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai
berikut:
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor intern adalah
faktor dari dalam diri siswa yaitu kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi,
perhatian, kelemahan, kesehatan dan kebiasaan siswa.
b. Faktor Ekstern yaitu faktor dari luar diri siswa diantaranya yaitu lingkungan fisik
dan non fisik belajar (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira,
menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah
(termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman
sekolah. Tinggi rendahnya hasil belajar peserta didikdipengaruhi banyak faktor-
faktor yang ada, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut
sangat mempengaruhi upaya pencapaian hasil belajar siswa dan dapat mendukung
15

terselenggaranya kegiatan proses pembelajaran, sehingga dapat tercapai tujuan


pembelajaran.

2.1.3 Model Pembelajaran Discovery Learning

1. Pengertian
Discovery Learning adalah gaya belajar aktif dan langsung yang
dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun 1960-an. Bruner menekankan bahwa
belajar itu harus sambil melakukan atau learning by doing. Dengan metode ini,
peserta didik secara aktif berpartisipasi, bukan hanya menerima pengetahuan secara
pasif. Discovery Learning menunjukkan pendekatan instruksional umum yang
mewakili pengembangan pembelajaran konstruktivis untuk lingkungan belajar
berbasis sekolah. Bruner (1961) mengembangkan pembelajaran penemuan dari studi
kontemporer dalam psikologi kognitif, dan merangsang pengembangan metode
instruksional yang lebih spesifik.
Meskipun Bruner sering disebut sebagai pengembang pembelajaran
Discovery Learning pada 1960-an, tetapi ide terkait metode pembelajaran ini
diperoleh dari beberapa pemikiran dan teori yang telah lebih dahulu dikembangkan
oleh beberapa ahli lain seperti John Dewey, Jean Piaget, dan Seymour Papert. Bruner
(1961) berpendapat bahwa, praktik menemukan sendiri mengajarkan seseorang untuk
memperoleh informasi dengan cara yang membuat informasi itu lebih siap digunakan
dalam pemecahan masalah.
Karakteristik yang paling penting dari pembelajaran penemuan adalah bahwa
peserta didik harus menghasilkan unit dan struktur pengetahuan abstrak (seperti
konsep dan aturan) menggunakan penalaran induktif mereka sendiri tentang materi
pembelajaran non-abstrak menganggap bahwa Discovery Learning sesuai dengan
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan secara otomatis memberikan
hasil terbaik dalam strategi ini.
Model Discovery Learning menciptakan proses pembelajaran aktif di mana
materi atau konten tidak diberikan oleh guru di awal pembelajaran secara langsung.
Selama proses belajar berlangsung, peserta didik diminta untuk dapat menemukan
sendiri cara bagaimana memecahkan masalah
16

Lebih lanjut bisa dijelaskan bahwa model pembelajaran ini adalah bagaimana
peserta didik memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila peserta didik
terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa
konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui kegiatan observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, penentuan, dan inferensi. Proses di atas disebut cognitive
process atau the mental process of assimilating concepts and principles in the mind.
Pembelajaran penemuan sebagai teori konstruktivis berbasis penyelidikan
dimana peserta didik memanfaatkan pengalaman masa lalu mereka dan pengetahuan
yang ada untuk mengeksplorasi dan memahami konsep. Sejalan dengan itu, bahwa
Discovery Learning adalah metode yang mendorong peserta didik untuk sampai pada
kesimpulan berdasarkan aktivitas dan pengamatan mereka sendiri. Sejalan dengan
itu, bahwa Discovery Learning adalah proses pembelajaran yang mendorong peserta
didik untuk sampai pada suatu kesimpulan berdasarkan aktivitas dan pengamatan
mereka sendiri. Discovery Learning merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan
peserta didik dalam pemecahan masalah untuk pengembangan pengetahuan dan
keterampilan. Sejalan dengan itu, Discovery Learning mengacu pada penguasaan
pengetahuan untuk diri sendiri.
Dari sejumlah pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa proses Discovery
Learning melibatkan arahan guru untuk mengatur aktivitas- aktivitas yang dilakukan
peserta didik seperti menemukan, mengolah, menelusuri dan menyelidiki. Peserta
didik mempelajari pengetahuan baru yang relevan dengan materi atau konten tertentu
dan keterampilan- keterampilan umum seperti memformulasikan aturan, menguji
hipotesis dan mengumpulkan informasi. Khasinah (2021)
2. Sintaks atau Langkah Pembelajaran
Setiap metode tentulah memiliki prosedur pelaksanaan yang harus diikuti bila
ingin mengunakannya, termasuk metode Discovery Learning. Menurut Hanafiah,
Discovery Learning adalah suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang berstruktur
yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik secara maksimal untuk mencari,
menemukan dan secara sistematis menyelidiki, mengkritisi, melogikakan, dan
menyimpulkan pengetahuan yang mereka temukan sendiri, serta perubahan pada
17

sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku. Langkah atau
sintaksis pembelajaran Discovery Learning menurut Ahmad Rohani (2004) ada lima
meliputi :
a) Perumusan masalah untuk diselesaikan peserta didik,
b) Pemberian jawaban sementara atau pengajuan hipotesis,
c) Pencarian informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis,
pemecahan masalah dan pengujian hipotesis,
d) Penarikan kesimpulan dari jawaban atau generalisasi,
e) Penarikan kesimpulan dari jawaban atau generalisasi.
Sejalan dengan Ahmad Rohani, Anitah (2009), juga menyampaikan lima
langkah penerapan metode ini yaitu:
a) Identifikasi masalah,
b) Mengembangkan kemungkinan solusi (hipotesis),
c) Pengumpulan data,
d) Analisis dan interpretasi data,
e) Uji kesimpulan
Sedikit berbeda dengan ulasan di atas, Kemendikbud (2013) dan juga
Sinambela (2017) menetapkan enam tahapan dalam pembelajaran Discovery
learning yang harus diterpkan secara sistematis. Keenam langkah tersebut adalah:
a) Stimulation atau pemberian rangsangan,
b) Problem Statement atau identifikasi masalah,
c) Data Collection atau pengumpulan data dan informasi,
d) Data Processing atau pengolahan data,
e) Verification atau analisis dan interpretasi data atau disebut juga pembuktian,
f) Generalization atau penarikan kesimpulan.
Kalau ke dua kelompok pendapat di atas dilihat secara lebih mendalam lagi,
maka akan terlihat bahwa pada pendapat pertama hanya ada lima tahapan
pelaksanaan Discovery Learning, sementara pada pendapat kedua ada enam tahapan.
Ternyata pada pendapat pertama langkah kesatu yaitu stimulation atau pemberian
rangsangan tidak ada. Artinya proses penemuan atau discovery langsung dimulai
dengan kegiatan identifikasi masalah.
18

Dengan demikian, bukanlah sebuah kesalahan bila ada guru yang mengadopsi
lima atau enamlangkah dalam rencana dan pelaksanaan pembelajaran yang mereka
jalankan. 2 tahapan umum dalam pelaksanaan Discovery learning. Pertama,
persiapan. Tahapan ini dilaksanakan sebelum pembelajaran berlangsung, yaitu pada
saat merencanakan pembelajaran meliputi kegiatan:
a) Menentukan tujuan pembelajaran
b) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik
c) Memilih materi pelajaran
d) Menentukan topik yang harus dipelajari
e) Mengembangkan bahan ajar
f) Mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke yang sulit, dari yang
konkrit ke yang abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik, ke simbolik
g) Menyiapkan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik
Kedua, pelaksanaan. Tahapan ini dilakukan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran dengan mengikuti lima atau enam langkah penerapan Discovery
Learning sebagaimana dijelaskan di atas.Untuk lebih jelas lagi tentang sintak dalam
penerapan Discovery Learning, maka dapat dilihat pada tabel berikut (Kemendikbud
2013):
19

Tabel 2.1 Langkah dan Kegiatan Pembelajaran Metode Discovery Learning


No Sintak Kegiatan Pembelajaran
1. Stimulation Pemberian Pada tahap ini peserta didik diberikan permasalahan yang
rangsangan belum ada solusinya sehingga memotivasi mereka untuk
menyelidiki dan menyelesaikan masalah tersebut. Pada
tahap ini, guru memfasilitasi mereka dengan memberikan
pertanyaan, arahan untuk membaca buku atau teks, dan
kegiatan belajar yang mengarah pada kegiatan discovery
sebagai persiapan identifikasi masalah.

2. Problem statement Peserta didik diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi


Identifikasi masalah sebanyak mungkin masalah yang berkaitan dengan bahan
ajar, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis atau jawaban sementara untuk masalah
yang ditetapkan.
3. Data collection Selanjutnya, peserta didik melakukan eksplorasi untuk
Pengumpulan Data mengumpulkan data atau informasi yang relevan dengan
cara membaca literatur, mengamati objek, mewawancarai
nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan lainnya.
Peserta didik juga berusaha menjawab pertanyaan atau
membuktikan kebenaran hipotesis.
4. Data Processing Peserta didik melakukan kegiatan mengolah data atau
Pengolahan Data informasi yang mereka peroleh pada tahap sebelumnya lalu
dianalisis dan diinterpretasi.
Semua informasi baik dari hasil bacaan, wawancara, dan
observasi, diolah, diklasifikasi, ditabulasi, bahkan jika
dibutuhkan dapat dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verification Pembuktian Peserta didik melakukan verifikasi secara cermat untuk
menguji hipotesis yang ditetapkan dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.
Tahapan ini bertujuan agar proses belajar berjalan dengan
baik dan peserta didik menjadi aktif dan kreatif dalam
memecahkan masalah.
20

3. Kelebihan Discovery Learning


Metode Discovery Learning memiliki beberapa kelebihan yang menyebabkan
metode ini dianggap unggul. Di antara keunggulan pembelajaran Discovery adalah:
a. Peserta didik terlibat dalam proses pembelajaran secara aktif dan topik
pembelajaran biasanya meningkatkan motivasi instrinsik.
b. Aktivitas belajar dalam pembelajaran Discovery biasanya lebih bermakna
daripada latihan kelas dan mempelajari buku teks saja.
c. Peserta didik memperoleh keterampilan investigastif dan reflektif yang dapat
digeneralisasikan dan diterapkan dalam konteks lain.
d. Peserta didik mempelajari keterampilan dan strategi baru
e. Pendekatan dari metode ini dibangun diatas pengetahuan dan pengalaman awal
peserta didik
f. Metode ini mendorong kemandirian peserta didik dalam belajar
g. Metode ini diyakini mampu membuat peserta didik mungkin untuk mengingat
konsep, data atau informasi jika mereka temukan sendiri
h. metode ini mendukung peningkatan kerja kelompok
Sementara itu, Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa kekuatan
pembelajaran discovery adalah seperti berikut:
a) Metode ini dapat membantu peserta didik memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan dan proses kognitif mereka.
b) Metode ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kemampuan mereka sendiri.
c) Karena adanya kegiatan diskusi, siswa jadi lebih saling menghargai.
d) Memberikan rasa senang dan bahagia bila peserta didik berhasil melakukan
penelitian, dan
e) Kegiatan pembelajaran menumbuhkan optimisme karena hasil belajar atau
temuan mengarah pada kebenaran yang final dan lebih pasti.
Selain itu, Thorset (2021) juga mendukung adanya keunggulan dari metode
ini, yang di antaranya adalah:
a) Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
b) Menumbuhkan dan meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik
21

c) Memungkinkan pengembangan keterampilan belajar sepanjang hayat


d) Mempersonalisasi pengalaman belajar
e) Memberikan motivasi tinggi kepada peserta didik karena mereka memiliki
kesempatan untuk bereksperimen.
f) Metode ini dikembangkan di atas pengetahuan dan pemahaman awal siswa
4. Kelemahan Discovery Learning
“No single method is considered perfect”, pernyataan seperti ini sering
terdengar bila ada pembicaraan tentang strategi ataupun metode mengajar, termasuk
juga Discovery Learning. Meskipun mempunyai banyak keunggulan, tetap saja
terdapat beberapa kelemahan dalam penerapan metode ini. Westwood (2008),
mengemukakan beberapa kekurangan metode ini yang antara lain:
a) Penggunaan metode ini menghabiskan banyak waktu
b) Penerapan metode ini membutuhkan lingkungan belajar yang kaya sumber daya
c) Kualitas dan keterampilan peserta didik menentukan hasil atau efektifitas metode
ini
d) Kemampuan memahami dan mengenali konsep tidak bisa diukur hanya dari
keaktifan siswa di kelas
e) Peserta didik sering mengalami kesulitan dalam membentuk opini, membuat
prediksi, atau menarik kesimpulan
f) Sebagian guru belum tentu mahir mengelola pembelajaran Discovery
g) Tidak semua guru mampu memantau kegiatan belajar secara efektif
Sementara itu, Kemendikbud (2013) menambah beberapa kelemahan lainnya
seperti:
a) Metode ini mengharuskan peserta didik memiliki pemahaman awal terhadap
konsep yang dibelajarkan, bila tidak maka mereka akan mengalami kesulitan
dalam belajar penemuan, bahkan bisa menyebabkan mereka merasa kecewa.
b) Penerapan metode ini membutuhkan waktu yang lama, sehingga kurang sesuai
untuk pembelajaran dengan durasi waktu pendek dan juga kelas dengan peserta
didik yang besar
c) Guru dan peserta didik harus terbiasa dengan metode ini dan harus konsisten
dalam pelaksanaannya
22

d) Metode ini lebih sesuai digunakan untuk membelajarkan konsep dan pemahaman
(kognitif), dibandingkan aspek lainnya
Selanjutnya. Thorset (2021) juga menjelaskan berapa kekurangan metode ini
yang meliputi:
a) Bila guru tidak menyiapkan kerangka kerja yang jelas, maka peserta didik akan
kesulitan menyelesaikan proses belajar
b) Kurang efisien karena membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan proses
penemuan
c) Bila tidak dikelola dan berhasil dengan baik akan membuat peserta didik
frustasi.
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsumsi waktu yang
banyak menjadi kelemahan utama metode ini. Untuk menyelesaikan proses
penemuan melalui lima atau enam langkah pembelajaran memang menghabiskan
waktu yang banyak, apalagi bila jumlah peserta didik besar. Kemendikbud sepakat
dengan Westwood bahwa kualitas, kemampuan, dan pengalaman awal peseta didik
menentukan keberhasilan pembelajaran penemuan ini. Artinya, bila peserta didik
belum punya pengetahuan dasar tentang konteks yang dibelajarkan maka akan sulit
bagi mereka untuk mengikuti prosedur pembelajaran ini.
Selain peserta didik, menurut pendapat di atas, guru yang tidak cerdas dalam
mendesain kerangka kerja penemuan, tidak mahir dan tidak terbiasa dalam
menerapkan metode ini, serta tidakmelakukan monitoring dan memfasilitasi
pembelajaran dengan baik akan menjadi faktor lemahnya metode penemuan ini. Bisa
disimpulkan bahwa kelemahan metode ini bisa disebabkan oleh proses dari metode
itu sendiri, guru, dan juga peserta didik.

2.1.4 Media Pembelajaran Video Animasi

1. Pengertian Media Video Animasi


Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar antara guru dengan siswa,
maka diperlukannya suatu pendukung untuk terlaksananya proses pembelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu pendukungnya
yaitu media pembelajaran. Media pembelajaran penting untuk digunakan, karena
23

media pembelajaran dapat membantu proses belajar mengajar menjadi lebih aktif,
kreatif, menarik, dan memberi suasans belajar yang baru. Banyak sekali media
pembelajaran yang bisa dipakai untuk mendukung proses belajar, tetapi disini
peneliti akan membahas tentang media pembelajaran berbasis video animasi.
Media video animasi merupakan media pembelajaran yang menggunakan
unsur gambar yang bergerak diiringi dengan suara yang melengkapi seperti sebuah
video atau film. Pengertian media video animasi mengemukakan bahwa “Media
video animasi adalah media audio visual dengan menggabungkan gambar animasi
yang dapat bergerak dengan diikuti audio sesuai dengan karakter animasi. (Laily
Rahmayanti 2016).
Pendapat lainnya yang menjelaskan pengertian media video animasi yaitu
menurut menjelaskan bahwa “Media video animasi merupakan bentuk dari
pengembangan yang terdiri dari beberapa gambar yang menceritakan suatu
kejadian/peristiwa dari potongan- potongan gambar yang dijadikan menjadi satu dan
dijadikan gambar bergerak yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Media Animasi
Pembelajaran adalah alat yang dapat dijadikan pembantu proses belajar mengajar,
dapat merangsang pikiran, perasaan, motivasi peserta didik melalui ilustrasi gambar
yang bergerak disertai suara narasi dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan
yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik
dan sempurna.” (Dina Fitriana 2014)
Pendapat diatas sejalan dengan pendapat lainnya yang menjelaskan
pengertian video animasi dengan berbantuan aplikasi atau metode lain. Menjelaskan
bahwa “Video animasi pembelajaran berbasis powtoon merupakan video animasi
kartun yang dapat diisi oleh materi-materi pelajaran dan dapat dijadikan media
pembelajaran untuk sekolah dasar karena sifatnya yang menarik dan terkesan lucu,
dan cocok untuk sekolah dasar”. Selanjutnya menjelaskan bahwa “Media video
animasi berbantuan scratch adalah sarana berupa gambar yang berkesan hidup
(bergerak) dilengkapi audio yang dibuat menggunakan aplikasi pemograman
sederhana di komputer sehingga dapat menyimpan pesan pembelajaran.” Sementara
menjelaskan bahwa “Video animasi pembelajaran berbasispowtoon merupakan video
animasi kartun yang diisi oleh materi-materi pelajaran dan dapat dijadikan media
24

pembelajaran untuk sekolah dasar karena sifatnya yang menarik dan terkesan lucu
dan cocok untuk anak sekolah dasar”(Wicaksono 2019). Persamaan pengertian
media video animasi dari analisis beberapa teori diatas, maka penulis menemukaan
bahwa ada beberapa pengertian teori yang sama.
Pengertian teori tentang media video animasi yang sama yaitu dijelaskan
bahwa Video animasi yaitu bahwa media video animasi adalah media pembelajaran
yang berupa media audio visual dengan dlengkapi gambar atau frame yang bergerak
secara bergantian dan dilengkapi dengan audio sebagai pelengkapnya. Media video
animasi ini menjadi alat pendukung atau perangkat pembelajaran bagi guru dalam
membantu proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
(Husni 2021)
Selain itu, penulis juga menemukan perbedaan penjelasan video animasi dari
tiga belas teori diatas. Perbedaan pengertian media video animasi menurut ketiga
teori diatas, dapat dilihat pada aplikasi atau hal lain yang membantu mewujudkan
terciptanya suatu video. Seperti media video animasi dengan berbantuan powtoon,
scratch, adobe flash dan lain sebagainya pengertiannya pun akan diawali atau
diakhiri dengan media yang dipakainya. Misalnya video animasi dengan berbantuan
powton maka pengertiannya akan menjadi pengertian media video animasi berbasis
powton. Karena, untuk membuat video diperlukan beberapa apliksi pendukung agar
hasil dari video yang dibuat bagus dan menarik perhatian yang menontonnya.
(Roqoyyah 2021)
Dari beberapa teori diatas yang menjelaskan tentang pengertian media video
animasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa media video animasi adalah media
pembelajaran berupa video yang dilengkapi dengan audio dan gambar yang bergerak
hal ini didukung oleh jurnal dari Zanaefis (2012). Media video animasi ini sangat
beraneka ragam Media video animasi ini dapat dibuat dengan menggunakan aplikasi
pendukung lainnya. Walaupun terdapat beberapa pengertian media video animasi
yang sama dan berbeda, namun hal tersebut dapat membantu peneliti menambah
wawasan yang luas tentang media pengertian video animasi. Media video animasi
dapat dijadikan salah satu media pembelajaran yang membantu siswa untuk
25

menambah semangat dalam belajar, mempermudah memahami materi ajar dan


memotivasi siswa untuk belajar.
2. Karakteristik Media Video Animasi
Medіa vіdeo anіmasі yang digunakan sebagai medіa pembelajaran tentunya
memiliki beberapa karakteristik yang berbeda. Karakteristik medіa anіmasі yaitu
“medіa vіdeo anіmasі ini dinilai sesuai kompetensi pembelajaran, sesuai tujuan
pembelajaran, materi sesuai dengan kompetensi dasar, sesuai karakteristik sіswa SD,
konsep yang benar, disajikan dengan bahasa yang sesuai”. (Wuryanti and Badrun
Kartowagiran 2016:241). Dan pendapat lain (Laily Rahmayanti 2016) juga
mengatakan bahwa Vіdeo anіmasі yang akan dijadikan medіa pembelajaran memiliki
karakteristik yang beda dari medіa lainnya yaitu medіa vіdeo yang menampilkan
gambar dapat bergerak sesuai dengan pembuatan yang disertai dengan suara yang
mengiringi.
Sedangkan karakteristik medіa vіdeo anіmasі menurut (Widyawardani, et al.
2021:6) mengatakan bahwa karakteristik medіa vіdeo anіmasі yaitu “Medіa yang
dibuat disesuaikan dengan komposisi tampilan yang seimbang agar menarik bagi
sіswa secara visual, penggunan medіa gambar, audio dan vіdeo anіmasі untuk
mempermudah visualisasi dan penyampaian materi, penjelasan materi disajikan
dalam bentuk cerita yang didalamnya terdapat tokoh-tokoh anіmasі yang sesuai
dengan karakteristik anak sekolah dasar. Adapun karakteristik medіa vіdeo anіmasі
yaitu “Vіdeo anіmasі pembelajaran hasil pengembangan di desain sedemikian rupa
agar dapat menampilkan tulisan (teks), gambar-gambar berwarna, audio (suara), dan
anіmasі dalam satu kesatuan sehingga mampu memberikan daya tarik tersendiri
kepada sіswa untuk belajar lewat sajian materi audio visual”. (Jerry et al. 2018:16)
Selain itu, (Husni 2021) menyatakan bahwa karakteristik vіdeo anіmasі yaitu:
a) Medіa vіdeo anіmasі ini dapat ditayangkan dengan bantuan layar LCD
proyektor di depan kelas dan dapat terlihat seisi kelas
b) Pergerakan satu frame dengan frame lainnya
Selain itu, Daryanto (dalam Dina Fitriana. 2014), menjelaskan bahwa
karakteristik medіa vіdeo anіmasі yaitu sebagai berikut:
26

1) Memiliki lebih dari satu medіa yang konvergen misalnya menggabungkan


unsur audio visual
2) Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk
mengkomodasi respon pengguna
3) Bersifat mandiri dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi
sedemikian rupa sehingga pengguna dapat menggunakan tanpa bimbingan
orang lain.
Sebagaimana menurut Sharon (dalam Hendra Eka 2017:28) menjelaskan
bahwa karakteristik medіa vіdeo anіmasі sebagai berikut:
1) Autentik yaitu gambar harus menunjukkan situasi yang sebenarnya seperti
yang dilihat orang.
2) Sederhana yaitu komposisi gambar harus jelas menunjukkan poin pokok
dalam vіdeo anіmasі.
3) Gambar hendaklah bagus dari segi seni dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
4) Memiliki pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
Adapun pendapat lain mengemukakan karakteristik (Nursalam and Fallis
2013:27) menjelaskan bahwa:
1) Dapat menyampaikan pesan dan ide tertentu.
2) Menarik perhatian, sederhana namun memberi kesan yang kuat
3) Berani dan dinamis, gambar dalam vіdeo anіmasі hendaknya menunjukkan
gerak dan perbuatan.
4) Bentuk gambar dalam cerita vіdeo anіmasі hendaknya bagus, menarik dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
5) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan; mampu
menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang
diharapkan sіswa.
Senada dengan yang dikemukakan diatas menurut oleh Munadi : 2010
menjelaskan tentang karakteristik medіa pembelajaran vіdeo anіmasі, maka Munadi
(2010) menjelaskan bahwa:
a) Mengatasi jarak dan waktu
27

b) Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam


waktu yang singkat.
c) Dapat membawa sіswa berpetualang dari negara satu ke negara lainnya, dan
dari masa yang satu ke masa yang lain.
d) Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan.
e) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
f) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
g) Mengembangkan imajinasi.
h) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih
realistik.
i) Mampu berperan sebagai medіa utama untuk mendokumentasikan realitas
sosial yang akan dibedah di dalam kelas.
j) Mampu berperan sebagai storyteller yang dapat memancing kreativitas sіswa
dalam mengekspresikan gagasannya.
Sedangkan pendapat lainnya tentang karakteristiik menurut, karakteristik
medіa vіdeo yang digunakan sebagai medіa pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Televisi/vіdeo mampu memperbesar obyek yang kecil, terlalu kecil bahkan
tidak dapat dilihat secara kasat mata/mata telanjang.
2) Dengan teknik edіtіng obyek yang dihasilkan dengan pengambilan gambar
oleh kamera dapat diperbanyak (cloning).
3) Televisi/vіdeo juga mampu memanipulasi tampilan gambar, sesekali obyek
perlu diberikan manipulasi tertentu sesuai dengan tuntutan pesan yang ingin
disampaikan sebagai contoh obyek-obyek yang terjadi pada masa lampau
dapat dimanipulasi digabungkan dengan masa sekarang.
4) Televisi/vіdeo mampu membuat obyek menjadi still picture artinya daya
tariknya yang luar biasa televise/vіdeo mampu mempertahankan perhatian
sіswa/audien yang melihat televise/vіdeo tersebut.
5) Televisi/vіdeo mampu menampilkan obyek gambar dan informasi yang
paling baru, hangat dan aktual atau kekinian. (Riyana 2007)
Berdasarkan uraian karakteristik medіa vіdeo anіmasі menurut beberapa
pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pendapat diatas memiliki persamaan dan
28

perbedaan. Untuk persamaan pendapat tentang karakteristik medіa vіdeo anіmasі iut
yaitu menyatakan bahwa karakteristik medіa vіdeo yaitu dalam pembuatan vіdeo
materi harus sesuai dengan silabus, kompetensi dasar, dan kompetensi inti. Selain itu
pada tayangan vіdeo tujuan pembelajaran harus ditampilkan.
Adapun persamaan lainnya yang menjelaskan bahwa medіa vіdeo dibuat
harus bisa semenarik mungkin agar sіswa merasa tertarik untuk belajar. Sharon dan
Nursalam memiliki persamaan bahwa vіdeo dapat memperjelas sesuatu hal dan vіdeo
harus dapat memberikan pesan kepada yang melihatnya. (Husnan 2020)
Kemudian,memperjelas bahwa vіdeo dapat menampilkan yang lalu, yang
abstrak menjadi jelas dan dapat dijadikan imajinasi untuk mengembangkan fikiran.
Adapun Daryanto menjelaskan bahwa medіa vіdeo memiliki kelebihan dari satu
medіa. Hal diatas dapat didukung oleh jurnal (Yusuf 2017) yang menyatakan bahwa
dalam medіa pembelajaran peran alat atau medіa pembelajaran juga memberikan
pengaruh yang besar terhadap minat belajar sіswa. Alat atau medіa pelajaran yang
tepat akan membantu memperlancar penerimaan bahan ajar kepada sіswa. Maka
dapat disimpulkan bahwa karakteristik medіa vіdeo anіmasі yaitu:
1) Medіa vіdeo anіmasі memiliki audio dan vіdeo yang tayang secara
bersamaan.
2) Medіa vіdeo anіmasі dapat ditayangkan pada gadget, bantuan proyektor, dan
laptop. Medіa vіdeo dapat ditayangkan berulang kali.
3) Isi dalam vіdeo sesuai dengan materi dan karakter sіswa.
4) Medіa vіdeo harus menarik penonton sehingga dapat meningkatkan
motivasі belajar sіswa
3. Kelebihan Media Video Animasi
Semua jenіs metode belajaer terdapat kekurangan dan kelebihan, tak
terkecuali medіa vіdeo anіmasі. Medіa vіdeo anіmasі memiliki kelebihan tersendiri
dan tidak dapat diragukan lagi dalam meingkatkan motivasі belajar sіswa, medіa ini
memiliki kelebihan yang dapat membuat motivasі belajar meningkat.
Kelebihan medіa vіdeo anіmasі yaitu seperti yang dijelaskan oleh (Johari,
Andriana. et al. 2014:11) bahwa kelebihan medіa anіmasі yaitu sebagai berikut:
a) Objek yang berukuran besar dapat terlihat kecil, begitu pula sebaliknya,
29

b) Penyajian informasi yang rumit dapat lebih mudah, dan


c) Dapat menggabungkan lebih dari satu medіa dalam belajar.
Sedangkan kelebihan medіa anіmasі menurut (Sobron et al. 2019)
menyatakan bahwa “Penggunaan medіa komunikasi yang lebih dari satu dapat
memudahkan guru dalam pemberian materia secara langsung kepada sіswa melalui
vіdeo ataupun rekaman. Sehingga apabila ada materi yang sulit dipahami oleh
seorang sіswa, maka ia dapat membuka kembali rekaman vіdeo yang telah dibagikan
oleh gurunya.”
Selanjutnya menjelaskan bahwa “Dengan materi pembelajaran yang dibuat
semenarik mungkin, berwarna, dan bergerak, dіharapkan hal tersebut dapat membuat
ketertarikan sіswa akan belajar lebih besar lagi. Sehingga keinginan sіswa untuk
belajar dengan serius ke depannya akan jauh lebih meningkat lagi.” Sehingga pada
akhirnya sіswa akan tertarik dan senang dalam belajar. Kemudian, kelebihan yang
dimiliki oleh medіa vіdeo anіmasі menjelaskan bahwa “Dari tampilan vіdeo- vіdeo
tokoh pahlawan, dapat dijadikan sebagai oleh sіswa. Sehingga vіdeo anіmasі ini juga
berfungsi sebagai medіa dalam pembentukan karakter sіswa. Hal ini dikarenakan saat
menonton vіdeo animasі tersebut, sіswa akan memahami pesan yang terkandung
dalam vіdeo, dan secara tidak langsung sіswa telah berperan secara aktif dalam
proses belajar mengajar.”
Sebagaimana yang dijelaskan oleh (menyatakan bahwa “Kelebіhan darі
medіa vіdeo anіmasі ini yaitu file berbentuk mp4. sehingga hal tersebut dapat
mempermudah penggunanya karena dapat ditonton di laptop maupun komputer.
Untuk proses penyebarannya sendiri justru lebih mudah yaitu menggunakan
smartphone. Tentunya hal ini sangat memudahkan penggunanya karena dapat
dengan mudah dibawa kemana pun dan untuk pengunduhannya juga dimudahkan
sebab telah disediakan link youtubenya.” Sejalan dengan itu, Jadi, medіa vіdeo
anіmasі ini sangat mendukung untuk bisa dipakai menjadi medіa pendukung
pembelajaran daring untuk meningkatkan motivasі belajar sіswa.“ adapun
menyatakan bahwa “Vіdeo anіmasі merupakan medіa terbaru dalam proses
mempelajari bahasa asing dalam kelas. Dari vіdeo animasі ini, semangat sіswa dalam
proses belajar menjadi lebih meningkat sebab tampilan yang disajikan. Istilah yang
30

digunakan untuk menyebutkan medіa pembelajaran ini yaitu edutainment (belajar


dengan cara yang menyenangkan) (Kurniawan 2015)
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, kesimpulan yang diperoleh dari
medіa pembelajaran vіdeo anіmasі yaitu mempunyai kelebihan, kelebihan medіa ini
antara lain:
1) Dapat menarik perhatian peserta didik ketika belajar.
2) Guru dapat menghemat energi karena penjelasannya dituangkan pada
tayangan vіdeo.
3) Peserta didik mudah memahami materi pelajaran yang sulit dipahami.
4) Terdapat 2 medіa, yaitu medіa vіdeo dan medіa audio.
4. Kekurangan Media Video Animasi
Selain kelebihan, medіa pembelajaran memiliki kekurangan. Kekurangan
medіa pembelajaran vіdeo anіmasі berdasarkan (Nuswantoro and dan Vicky Dwi
Wicaksono 2019) menjelaskan bahwa “Medіa vіdeo anіmasі juga terdapat
kekurangan yaitu penggunanya harus mempunyai laptop, komputer dan proyektor.
Selain itu juga, dalam pembuatan vіdeo animasі membutuhkan waktu yang
cukup lama dikarenakan pengerjaannya yang cukup rumit sehingga banyak
menghabiskan waktu. Dalam proses pembuatannya biasanya membutuhkan bantuan
dari aplikasi adobe premiere pro dan audacity guna memperoleh hasil dubbing yang
sempurna.
Sehingga pada akhirnya, hasil akhir dari vіdeo akan jauh lebih maksimal.
Kemudian bahwa kekurangan medіa vіdeo anіmasі memiliki kendala dalam proses
pembelajaran nya, yaitu sebagai berikut:” 1). Guru belum memiliki pengetahuan
yang cukup dalam hal vіdeo animasі sehingga masih perlu pelatihan, dan 2). Muatan
film yang terbatas sehingga tidak semua materi bisa disampaikan pada vіdeo
animasі.” Sebagaimana yang dilakukan pada saat penelitiannya mengemukakan
bahwa salah satu kekurangan pada medіa vіdeo anіmasі yaitu “dalam pengoperasian
medіa animasі, masih banyak guru yang belum mengerti sehingga mereka kesulitan
dalam pengoperasiannya.” (Alannasir, 2016). Sedangkan (Johari et al. 2014)
mengemukakan bahwa kekurangan medіa vіdeo anіmasі adalah:
1) Penggunaannya memerlukan bantuan laptop atau komputer, dan proyektor.
31

2) Dalam pembuatan vіdeo menghabiskan waktu yang cukup banyak.


3) Kreatifitas sangat diperlukan dalam proses pembuatannya agar vіdeo yang
dibuat menjadi lebih menarik.
Adapun menurut (Kurniawan 2015) mengemukakan bahwa kekurangan
medіa vіdeo anіmasі, yaitu:
1) Membutuhkan biaya yang cukup mahal dalam proses pengadaan film dan
vіdeo.
2) Pada saat proses pembelajaran menggunakan vіdeo, keadaan gambar
tentunya terus mengalami pergerakan dengan cepat, sehingga hal tersebut
dapat membuat sіswa kurang fokus terhadap informasi yang disampaikan.
3) Ketersediaan vіdeo tidak selalu selaras dengan kebutuhan belajar sіswa,
terkecuali apabila vіdeo tersebut memang dibuatkan secara khusus untuk
proses pembelajaran
Selain itu, (Husni 2021) mengenukakan bahwa kekurangan yang dimiliki
oleh medіa pembelajaran vіdeo anіmasі yaitu, sebagai berikut :
1) Bersifat interaktif, yang artinya mempunyai kemampuan untuk
mengkomodasi respon dari pengguna,
2) Bersifat mandiri, yang artinya materi yang diberikan dapat secara lengkap
sehingga dalam proses pembelajaran selanjutnya tidak membutuhkan
bimbingan siapapun.
Adapun pendapat lain tentang kekurangan medіa vіdeo anіmasі yaitu menurut
(Husni 2021) menjelaskan bahwa:
1) Memerlukan software khusus untuk membukanya
2) Memerlukan kreatifitas dan keterampilan yang cukup memadai untuk
mendesain anіmasі yang dapat secara efektif digunakan sebagai medіa
pembelajaran
Sama hal nya dengan yang dikemukakan oleh (Johari et al. 2014) bahwa
kekurangan medіa vіdeo anіmasі adalah:
1) Hanya dapat dipergunakan dengan bantuan medіa computer dan memerlukan
bantuan proyektor dan speaker saat digunakan pada proses pembelajaran di
kelas.
32

2) Memerlukan waktu yang cukup panjang pada proses pembuatan sampai


terciptanya vіdeo pembelajaran.
3) Mememerlukan kreatifitas dan keterampilan yang cukup memadai untuk
mendesain anіmasі yang dapat secara efektif digunakan sebagai medіa
pembelajaran.
Selain itu, menjelaskan bahwa “Medіa vіdeo anіmasі dirancang dengan
mempertimbangkan banyak hal, di antaranya:
a) Materi (materi yang dipilih sesuai kompetensi dasar)
b) biaya,
c) waktu,
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan tentang kekurangan medіa
vіdeo anіmasі, bahwa persamaan pendapat Mereka menjelaskan bahwa penggunaan
medіa vіdeo anіmasі ini memerlukan biaya dan waktu yang cukup lama untuk
membuat vіdeo nya. Sedangkan tidak semua guru dapat melakukan dan membuat
suatu vіdeo dengan waktu yang lama. Diperlukannya medіa untuk membantu
meringankan guru ketika belajar, namun tidak semua guru dapat dengan mudah
membuat vіdeo.
Apalagi dengan biaya yang mahal, harus dengan satuan pendidikan dan
kualitas guru yang bagus. Sedangkan, persamaan lain mengemukakan bahwa medіa
vіdeo anіmasі ini dibuat harus dengan kreatifitas guru yang mendukung,
pembelajaran hanya terjadi satu arah saja karena sіswa kebanyakan memperhatikan
vіdeo, dan medіa ini membutuhkan bantuan medіa atau aplikasi lain untuk membuat
vіdeo nya. Maka, dapat dikatakan bahwa guru harus bisa lebih kreatif, pintar, dan
mengikuti perkembangan zaman tentang teknologi. (Kartowagiran 2016)
Adapun perbedaan pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan medіa
vіdeo memiliki keterbatasan, yakni jika medіa vіdeo digunakan dikelas dan ada
sіswa yang sangat aktif atau dapat dikatakan bandel maka pembelajaran ini akan
tidak fokus dikarenakan sіswa bukan memperhatikan materi melainkan hanya main-
main dan pembelajaran yang terjadi akan kebanyakan menjadi pembelajaran yang
bersifat satu arah.
33

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa medіa


pembelajaran vіdeo anіmasі memiliki kekurangan, diantaranya yaitu:
1) Medіa vіdeo anіmasі memerlukan waktu yang lama untuk terciptanya suatu
vіdeo.
2) Belum semua guru bisa menggunakan medіa vіdeo anіmasі ini
3) Memerlukan software untuk membuat vіdeonya agar hasilnya bagus dan
laptop
4) Pembuatan medіa vіdeo membutuhkan biaya yang mahal
5) Medіa vіdeo anіmasі membutuhkan bantuan medіa lainnya untuk menambah
hasil yang bagus agar motivasі belajar sіswa meningkat. (Yuanta, 2019).

2.1.5 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai setelah siswa selesai


melakukan materi pembelajaran dan hasil belajar juga merupakan suatu hasil dari
penugasan ilmu pengetahuan dalam bentuk perilaku yang harus dicapai oleh siswa
selama belajar di sekolah. Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan
kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses. Hasil belajar terdiri dari
segenap ranah psikologis. Hal itu terjadi sebagai akibat atau dampak dari
pengalaman dan proses belajar siswa dalam ruang kelas disekolah. (Panggabean
2020).
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah
menerima pengalaman pembelajaran. Sejumlah pengalaman yang diperoleh peserta
didik mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Hasil belajar
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran karena akan memberikan
sebuah informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai
tujuan-tujuan belajarnya melalui proses kegiatan belajar mengajar selanjutnya.
Indikator hasil belajar Menurut Benjamin S.Bloom dengan Taxonomi of
education objectives yang membagi tujuan pendidikan dalam 3 macam yaitu menurut
teori yang disampaikan oleh Benjamin S.Bloom terdiri atas ranah kognitif, afektif,
psikomotorik. Adapun penjelasan terkait indikator hasil belajar yaitu :
34

1) Ranah kognitif adalah suatu perubahan perilaku yang terjadi pada kognisi.
Proses belajar terdiri atas kegiatan sejak dari penerimaan stimulus,
penyimpanan dan pengolahan otak. Menurut Bloom bahwa tingkatan hasil
belajar kognitif dimulai dari terendah dan sederhana yakni hafalan hingga
paling tinggi dan komleks yaitu evaluasi.
2) Ranah afektif, diketahui dalam ranah afektif ini bahwa hasill belajar disusun
secara mulai dari yang paling rendah hingga tertinggi. Dengan demikian yang
dimaksud dengan ranah afektif adalah yang berhubungan dengan nilainilai
yang pada selanjutnya dihubungkan dengan sikap dan perilaku.
3) Ranah psikomotorik, hasil belajar disusun menurut urutan mulai paling
rendah dan sederhana hingga paling tinggi hanya dapat tercapai ketika siswa
telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah. (Abadi,2019)
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut diuraikan dalam dua
bagian, yaitu :
1) Faktor internal, Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri siswa. Yang
termasuk kedalam faktor ini adalah :
a) Faktor kesehatan, Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan
beserta bagian - bagiannya/ bebas dari penyakit.Kesehatan adalah
keadaan atau hal sehat.Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap
belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan
seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah dan kurang
bersemangat.
b) Minat, Minat adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Minat besar berpengaruh terhadap belajar,
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat
siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik- baiknya, karena tidak ada
daya tarik baginya.
c) Bakat, Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru
akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesuai belajar dan berlatih.
Jadi jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran
yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih
35

baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya lebih giat lagi
dalam belajarnya
d) Motivasi, Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan
tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat adalah motivasi itu sendri sebagai daya pendorongnya.
2) Faktor Eksternal, Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri
siswa yang termasuk kedalam faktor eksternal adalah :
a) Faktor keluarga, Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga brupa : cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
b) Faktor sekolah, Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini
mencangkup metode mengajar, kurikulum, relai guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah pelajar dan waktu sekolah, standar
pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat, Masyarakat sangatlah penting berpengaruh terhadap
belajar siswa karena keberadaan siswa dalam masyarakat.Seperti kegiatan
siswa dalam masyarakat, pengaruh dari teman bergaul siswa dan
kehidupan masayarakat disekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar
siswa. (Abadi 2019).

2.1.6 Motivasi Belajar

]Dalam literatur, motivasi diidentifikasi sebagai kekuatan yang merangsang,


mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Di sisi lain, motivasi siswa atau
motivasi belajar didefinisikan sebagai “kecenderungan seorang siswa untuk
menemukan kegiatan akademik yang bermakna dan bermanfaat serta berusaha
memperoleh manfaat akademik darinya”. Menurut Cavas ( 2011), motivasi adalah
variabel pendidikan yang mendasar karena membantu keterampilan, strategi, dan
perilaku yang dipelajari sebelumnya untuk mempromosikan pembelajaran dan
kinerja baru.Tanpa motivasi, kurikulum yang tepat dan pengajaran yang baik tidak
cukup untuk menjamin keberhasilan siswa.
36

Ada faktor-faktor yang sangat mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar


siswa yang menjadi dasar terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif dan
efisien dalam sistem pendidikan. Studi menunjukkan banyak faktor motivasi
(psikologis, sosial dan budaya): Arah intrinsik dan ekstrinsik, pengaruh dan
partisipasi orang tua, riwayat keluarga, tekanan teman sebaya, ekspektasi kemanjuran
diri, upaya, nilai yang dikaitkan dengan kerabat, kecemasan, pengaturan diri, dan
tekad. tujuan, persepsi bakat, strategi belajar, gaya mengajar dan lingkungan sekolah.
Misalnya, dinyatakan bahwa lingkungan sekolah mengoptimalkan motivasi dan
pembelajaran ketika dapat diakses, aman, positif, dipersonalisasi, dan
memberdayakan. Guru di sini tentunya memegang peranan yang sangat penting
karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sekolah.
Penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan guru, tingkat
motivasi, kualifikasi, bentuk evaluasi, gaya mengajar, kualitas semangat dan
antusiasme dapat berkontribusi pada motivasi peserta didik. Semakin antusias,
termotivasi dan berkualitas guru dalam mengajar dan mengevaluasi, semakin besar
kapasitas untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik (Williams, 2011).
Selain itu, kurangnya partisipasi orang tua dalam pendidikan siswa dapat berdampak
negatif pada rasa ketidaklengkapan dan kurangnya nilai materi yang dibaca anak
karena penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
keterlibatan orang tua dan motivasi akademik dan pendidikan anak. pengembangan .
Motivasi menetapkan tujuan spesifik yang diperjuangkan orang dan, dengan
demikian, memengaruhi pilihan siswa. Motivasi juga meningkatkan usaha dan tenaga
untuk menentukan apakah seorang siswa akan mengerjakan tugas yang sulit dengan
semangat atau sikap mati.
Motivasi akan menjadi faktor penting yang mempengaruhi belajar dan
keberhasilan siswa dengan mempengaruhi inisiasi dan kelangsungan kegiatan,
meningkatkan waktu tugas siswa. Motivasi mempengaruhi bagaimana informasi
diproses dan bagaimana itu diproses karena meningkatkan proses pemrosesan
kognitif dan, dengan demikian, siswa yang termotivasi lebih cenderung untuk
memahami dan memeriksa materi daripada mengamati gerakan bel
37

Menurut Palmer, motivasi siswa merupakan elemen penting untuk pendidikan


berkualitas tinggi, dan pembelajaran tidak benar-benar terjadi kecuali motivasi
konstan diberikan kepada siswa. Motivasi internal dan motivasi eksternal merupakan
jenis motivasi yang umum digunakan dalam penelitian motivasi intrinsik tergantung
pada perasaan individu, insting dan keinginan internal, tetapi motivasi eksternal
tergantung pada insentif peristiwa eksternal, tujuan mereka, dan rangsangan eksternal
mereka. Motivasi intrinsik muncul dari dalam diri individu, dan dipandu oleh
kesenangan dan kepuasan yang dilakukan atas tantangan. Motivasi internal
memiliki kemungkinan unik untuk mengeluarkan potensi manusia
mengklasifikasikan motivasi belajar sebagai proses lima langkah: Keinginan untuk
mengetahui, kemauan untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, keinginan untuk
mematuhi persyaratan resmi, dan keinginan untuk mencapai tujuan sosial dan
keinginan untuk melarikan diri. Motivasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran.
Motivasi eksternal sangat penting untuk mendorong motivasi yang ada, yaitu
motivasi internal siswa, yang terdiri dari keinginan dan kemauan untuk sukses dan
kebutuhan untuk belajar, harapan, dan aspirasi. Dengan motivasi, siswa akan
memiliki semangat dan arah belajar, memungkinkan mereka untuk memperoleh hasil
belajar yang lebih baik dan semangat berpartisipasi dalam proses belajarmengajar
(Megawarni, 2023). Indikator motivasi belajar meliputi :
1) adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) adanya harapan dan cita-cita masa depan
4) adanya penghargaan dalam belajar
5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6) adanya situasi belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan peserta didik
dapat belajar dengan baik (Sardiman 2012)
Indikator motivasi belajar meliputi:
1) tekun menghadapi tugas
2) ulet menghadapi kesulitan
3) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa
38

4) lebih senang bekerja mandiri


5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
6) dapat mempertahankan pendapatnya
7) tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini itu
8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
Dengan motivasi belajar yang tinggi diharapkan mahasiswa memperoleh
hasil belajar yang baik. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal
dan puncak proses belajar. Hasil belajar merupakan kemampuan seseorang yang
dimiliki setelah menempuh pembelajaran. Dengan kata lain hasil belajar merupakan
pencapaian yang dimiliki oleh seseorang setelah melakukan proses pembelajaran
(Nasrah, 2020).

2.1.7 Hakikat Materi Laju Reaksi

1. Pengertian
Laju atau kecepatan didefinisikan sebagai jumlah suatu perubahan tiap satuan
waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun. Sebagai contoh,
seseorang lari dengan kecepatan 10 km/jam. Artinya orang tersebut telah berpindah
tempat sejauh 10 km dalam waktu satu jam.
Bagaimanakah cara menyatakan laju dari suatu reaksi? Dalam reaksi kimia,
perubahan yang dimaksud adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau produk.
Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi akan makin
sedikit, sedangkan produk makin banyak. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju
berkurangnya pereaksi atau laju bertambahnya produk. Satuan konsentrasi yang
digunakan adalah molaritas (M) atau mol per liter (mol. L -1)
39

Gambar 2.1. Laju Reaksi

Ket : Laju reaksi A B, ditunjukkan dengan berkurangnya molekul A dan bertambah


nya molekul B dalam satu satuan waktu.
Satuan waktu yang digunakan biasanya detik (dt). Sehingga laju reaksi
mempunyai satuan mol per liter per detik (mol. L -1. dt-1 atau M.dt-1). Laju reaksi
A→B, ditunjukkan dengan berkurangnya molekul A dan bertambahnya molekul B
dalam satu satuan waktu. Dari diagram tersebut, kita dapat melihat bahwa reaksi
kimia yang terjadi dapat dituliskan sebagai A B, dimana laju perubahan dari A
menjadi B ini akan ditentukan dengan jumlah dari zat A yang bereaksi serta jumlah
dari zat B yang akan terbentuk dalam setiap satuan waktu. Seperti penjelasan
sebelumnya dimana laju reaksi merupakan berkurangnya jumlah pereaksi dalam
satuan waktu atau sebaliknya yaitu bertambahnya jumlah produk dalam setiap satuan
waktu. Maka pada reaksi A B, kita dapat mengetahui bahwa pada saat jumlah zat A
berkurang maka jumlah dari zat B akan bertambah.
Disini kinetika merujuk pada laju reaksi (reactionrate), yaitu perubahan
konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu (M/s). Laju atau kecepatan
menunjukkan sesuatu yang terjadi per satuan waktu, misalnyaper detik, permenit.
Apa yang terjadi dalam reaksi kimia adalah perubahan jumlah pereaksi dan hasil
reaksi.Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun
produk dalam suatu satuan waktu.
40

Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi


suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi
biasanya dinyatakan dalam mol per liter tetapi untuk reaksi fase gas, satuan tekanan
atmosfer, millimeter merkurium, atau pascal, dapat digunakan sebagai
konsentrasi.Satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, atau bahkan tahun,
bergantung apakah reaksi itu cepat ataukah lambat. Bahwa dalam setiap reaksi dapat
dinyatakan dengan persamaan umum diantaranya:
A→B
A diumpamakan sebagai reaktan dan B sebagai produk. Persamaan ini
memberitahukan bahwa, selama berlangsungnya suatu reaksi, molekul reaktan
bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk. Sebagai hasilnya dapat diamati
hasilnya dengan cara memantau menurunnya konsentrasi reaktan
atau meningkatnya konsentrasi produk. Menurunnya jumlah molekul A dan
meningkatnya jumlah molekul B seiring dengan waktu.
2. Hukum Laju Reaksi
Hukum laju reaksi adalah hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi
awal zat- zat pereaksi. Hukum laju reaksi dinyatakan persamaan laju reaksi sebagai
berikut.
v = k [A]x [B]y
Keterangan :
v = laju reaksi (Ms-1 )
k = konstanta laju reaksi
[A]= konsentrasi zat A (M)
[B]= konsentrasi zat B (M)
x = orde (tingkat) reaksi terhadap pereaksi A
y = orde (tingkat) reaksi terhadap pereaksi B
Jumlah dari pangkat-pangkat setiap konsentrasi dalam persamaan laju reaksi
dinamakan orde reaksi keseluruhan. Dalam persamaan hukum laju reaksi tersebut,
orde reaksi keseluruhannya adalah x + y. Bila x=1, reaksi tersebut merupakan reaksi
orde pertama terhadap A. Bila y= 2, reaksi merupakan reaksi orde kedua terhadap B,
dan seterusnya, total jumlah pangkat x+y +... merupakan orde reaksi total. Nilai k
41

bergantung pada jenis reaksi dan suhu, artinya bila suhu berubah maka nilainya juga
berubah.
Begitu juga dengan persamaan laju reaksi bergantung pada konsentrasi
pereaksi, dimana laju reaksi selalu berkurang berkurang, karena konsentrasi pereaksi
makin mengecil. Orde reaksi selalu ditentukan oleh konsentrasi reaktan dan tidak
pernah oleh konsentrasi produk. Orde reaksi biasanya merupakan bilangan bulat
positif, namun ada juga yang bernilai nol, bilangan pecahan, atau bilangan negatif.
Adapun beberapa orde reaksi diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Reaksi Orde Nol
Reaksi dikatakan memiliki orde nol terhadap salah satu reaktannya jika
perubahan konsentrasi reaktan tersebut tidakberpengaruh terhadap laju reaksi.
Adapun persamaan laju reaksi dan grafiknya adalah sebagai berikut:
v = k [A]o v = k
2) Reaksi Orde Satu
Reaksi dikatakan memiliki orde satu terhadap salah satureaktannya apabila
laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi reaktan tersebut.
v = [A]1 = k [A]
3) Reaksi Orde Dua
Reaksi dikatakan memiliki orde dua terhadap salah satureaktannya apabila
laju reaksi berbanding dengan pangkat dua dari konsentrasi reaktan tersebut. Atau
dapat pula dinyatakan dengan hasil kali konsentrasi yang meningkat sampai pangkat
satu atau dua dari reaktan-reaktan tersebut.
Adapun reaksi laju reaksi dan grafiknya adalah sebagai berikut: 2A → produk
Dengan hukum laju.
v = k [A]2 atau v = k [A] [B]
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
a. Konsentrasi, Salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah konsentrasi.
Reaksi zat yang konsentrasinya lebih tinggi berlangsung lebih cepat dari pada reaksi
zat yang konsentrasi yang lebih rendah. Konsentrasi zat berhubungan dengan jumlah
partikel zat. Semakin besar konsentrasi suatu zat maka jumlah partikel akan semakin
banyak sehingga tumbukan akan semakin sering terjadi karena ruang geraknya
semakin sempit. Dengan hal tersebut semakin cepat suatu reaksi menghasilkan zat
42

baru yang artinya laju reaksinya pun semakin cepat. Dengan demikian, menunjukkan
bahwa leaju reaksi sebanding dengan konsentrasi.
b. Suhu, Peningkatan suhu mempengaruhi laju reaksi. Saat terjadi peningkatan suhu,
molekul- molekul akan bergerak lebih cepat sehingga menyebabkan tumbukan
semakin sering terjadi. Dalam haltersebut, molekul memiliki cukup energi untuk
bereaksi sehingga tumbukan pun akan terjadi secara lebih efektif. Pada umumnya,
semakin tinggi suhu suatu sistem, semakin cepat reaksi kimia akan berlangsung.
Aturan umumnya adalah bahwa kenaikan suhu 10°C akan meningkat laju reaksi
sekitar dua kali lipat. Begitu juga sebaliknya, penurunan suhu memperlambat reaksi.
Kita berpengalaman dalam memasak nasi dengan api besar lebih cepat dibandingkan
dengan api kecil. Kemudian makanan seperti ikan lebih awet dalam lemari es, karena
penurunan suhu memperlambat pembusukan. Perubahan suhu mempengaruhi
k, karena nilainya bergantung pada suhu dan jenis reaksi. Jika suhu dinaikkan, maka
jumlah dan energi tumbukan antara moleku pereaksi bertambah.
c. Luas Permukaan, Semakin luas permukaan bidang sentuh maka semakin besar laju
reaksi dan semakin cepat reaksinya. Suatu syarat agar reaksi dapatberlangsung
adalah zat-zat pereaksi harus bercampur atau bersentuhan pereaski yang heterogen.
Reaski hanya berlangsung pada bidang batas campuran. Batas bidang campuran
inilah yang disebut bidang sentuh. Dengan temperatur luas bidang sentuh, reaksi
akan berlangsung cepat.
d. Katalis, Katalis adalah zat yang meningkatkan laju reaksi kimia tanpa ikut
terpakai. Katalis dapat bereaksi membentuk zat antara, tetapi akan diperoleh kembali
dalam tahap reaksi berikutnya. Contoh dalam pembuatan molekul oksigen di
laboratorium, sampel kalium klorat dipanaskan; reaksinya adalah :
2KClO3(s) → 2KCl(s) + 3O2(g)
Namun, penguraian ternal ini sangat lambat tanpa adanya katalis. Laju
penguraian dapat ditingkatkan secara drastis dengan menambahkan sedikit katalis
mangan dioksida (MnO2), yaitu suatu zat berwujud serbuk hitam. Semua MnO 2
dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi. Sifat dari katalis sebagai berikut :
1) Katalis tidak bereaksi secara permanen, karena terbukti tidak mengalami
perubahan kimia selama reaksi.
43

2) Jumlah katalis yang diperlukan dalam reaksi sangat sedikit


3) Katalis tidak mempengaruhi hasil akhir reaksi
4) Katalis tidak memulai suatu suatu reaksi tetapi hanya mempengaruhi lajunya
5) Katalis bekerja efektif pada suhu optimum. Artinya di atas atau dibawah suhu
tersebut kerja katalis berkurang
6) Suatu katalis hanya mempengaruhi laju reaksi secara spesifik. Berarti, suatu
katalis mempengaruhi laju reaksi satu atau sejenis reaksi, dan tidak dapat
untuk reaksi jenis lain.
7) Keaktifan katalis dapat diperbesar oleh zaat lain yang disebut promotor
(mempercepat katalis)
8) Hasil suatu reaksi kadang-kadang dapat bertindak sebagai katalis dan zat itu
disebut otokatalis
9) Katalis dapat diracuni oleh zat lain sehingga sifat katalisnya hilang
10) Katalis yang memperlambat reaksi disebut katalis negatif atau inhibitor 11)
Katalis untuk reaksi senyawa organik dalam organisme disebut enzim, yang
dapat mempercepat reaski 10-5 – 10-20.
e. Teori tumbukan, Teori tumbukan dari laju reaksi adalah suatu model yang
mengasumsikan bahwa agar reaksi terjadi, molekul pereaksi harus bertumbukan
dengan energi yang lebih besar daripada nilai minimum yang ada, dan dengan
orientasi yang tepat (searah sumbu utama).
1) Tumbukan Efektif, Tumbukan efektif merupakan tumbukan yang dapat
menghasilkan reaksi kimia. Syarat terjadinya tumbukan efektif adalah orientasi
tumbukan molekul harus tepat. Orientasi merupakan arah atau posisi antar
molekul yangbertumbukan. Makin banyak tumbukan yang terjadi akan makin
cepat reaksi berlangsung, namun demikian hanya fraksi tumbukan yang efektif
yang memungkinkan reaksi cepat berlangsung, yang dimaksud dengan tumbukan
yang efektif, adalah tumbukan antar molekul yang orientasinya sesuai dan
memungkinkan untuk menghasilkan produk. Dengan perkataan lain, hanya bila
tumbukan menghasilkan energi yang dapat melampaui energi pengaktifan maka
reaksi akan dapat berlangsung
44

2) Energi Aktivasi, Energi kinetik minimum yang diperlukan oleh


partikelpartikel pereaksi agar dapat bereaksi membentuk kompleks teraktivasi
dinamakan energi aktivasi (Ea). Kita postulatkan bahwa, untuk bereaksi molekul
yang bertumbukan harus memiliki energi kinetik total sama dengan atau lebih
besar daripada energi aktivasi (activation energy) atau Ea, yaitu jumlah minimum
energi yang diperlukan untuk mengawali reaksi kimia.
Apabila energinya lebih kecil daripada energi aktivasi, molekul tetap utuh
dan tidak ada perubahan akibat tumbukan. Spesi yang terbentuk sementara oleh
molekul reaktan sebagai akibat tumbukan sebelum membentuk produk dinamakan
kompleks teraktifkan. Jika tumbukan molekul tidak cukup energetik, molekul akan
turun kembali ke tingkat dasar dan mungkin mengalami dalam kurun waktu yang
singkat tersebut Kompleks teraktivasi adalah keadaan antara (intermediate), yang
rnempunyai energi tinggi sehingga tak stabil, dan akan cepat berubah menjadi
produk

2.2 Kerangka Berpikir

Kimia merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari kajian tentang


struktur, komposisi, sifat, dan perubahan zat/materi. Laju reaksi merupakan salah
satu materi yang ada pada mata pelajaran kimia. Model pembelajaran yang dapat
diterapkan diterapkan pada pembelajaran kimia sangatlah banyak dan beragam.
Salah satu model yang dapat diterapkan pada materi laju reaksi ini adalah model
pembelajaran Discovery Learning.
Model pembelajaran penyingkapan/penemuan (Discovery/Inquiry Learning)
adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan. Proses Discovery terjadi bila individu terlibat
terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep
dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan, dan inferensi. Proses di atas disebut cognitive process.
Selain model pembelajaran, media pembelajaran juga harus diperhatikan
untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Salah satu media
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan penggunaan
45

media video animasi. Video animasi adalah objek diam yang diproyeksikan menjadi
bergerak yang seolah – olah hidup sesuai dengan karate yang dibuat dari beberapa
kumpulan gambar yang berubah beraturan dan bergantian sesuai dengan rancangan,
sehingga video yang ditampilkan lebih variatif dengan gambar – gambar menarik dan
berwarna yang mampu meningkatkan daya tarik belajar peserta didik.
Untuk memperjelas uraian diatas, bahwa keberhasilan siswa tergantung
bagaimana model pembelajaran yang diterapkan dan diterima oleh siswa. Jika model
pembelajaran yang digunakan untuk lebih mengaktifkan siswa dalam belajar serta
media yang digunakan tepat, maka akan membuat hasil belajar dan prestasi siswa
menjadi meningkat.

2.3 Hipotesis

1) Hipotesis 1
Ha1 = Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran
discovery learning berbantuan media video animasi terhadap hasil belajar siswa.
H01 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model
pembelajaran discovery learning berbantuan media video animasi terhadap hasil
belajar siswa. Hipotesis Statistik
𝐻𝑎 = µ1 ≠ µ2 , µ1 > µ2
𝐻𝑜 = µ1 = µ2
2) Hipotesis 2
Ha2 = Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran
discovery learning berbantuan media video animasi terhadap motivasi belajar siswa.
H02 = Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model
pembelajaran discovery learning berbantuan media video animasi terhadap motivasi
belajar siswa Hipotesis Statistik
𝐻𝑎 = µ1 ≠ µ2 , µ1 > µ2
𝐻𝑜 = µ1 = µ2
46

3) Hipotesis 3
Hipotesis Verbal :
Ha3 : Terdapat pengaruh motivasi siswa terhadap hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan media
video animasi pada materi Laju Reaksi.
H03 : Tidak terdapat pengaruh motivasi siswa terhadap hasil belajar siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran Discovery Learning berbantuan media
video animasi pada materi Laju Reaksi.
Hipotesis Statistik
Ha : R ≠ 0 Ho : R = 0
Keterangan:
R : Koefisien korelasi motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bahorok yang beralamat di


Jalan Pekan Bahorok, Bahorok, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat Provinsi
Sumatera Utara, pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024. Penelitian akan
dilaksanakan dari bulan Juni 2023 sampai dengan Januari 2024.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIPA SMA
Negeri 1 Bahorok tahun ajaran 2023/2024 yang terdiri dari 4 kelas, setiap kelasnya
masing-masing berjumlah 34 orang siswa. Pengambilan sampel penelitian dilakukan
dua tahap yaitu sampel kelas diambil sebanyak 2 kelas secara random sampling.
Selanjutnya sampel siswa diambil secara purposif dari setiap kelas yang relatif
homogen statusnya. Adapun sampel yang diambil ada 2 kelas yaitu kelas eksperimen
dan kelas Kontrol.

3.3 Variabel dan Desain Penelitian

Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :


1) Variabel Bebas : Model discovery learning (DL)
2) Variabel Terikat: Hasil belajar dan aktivitas siswa
3) Variabel Kontrol: Guru yang mengajar, buku yang digunakan, materi yang
diajarkan dan soal-soal
Dalam penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest control group
design. Silitonga (2011), menyatakan bahwa dalam rancangan pretest-posttest
control group digunakan dua kelompok sampel yang diambil secara acak dari
populasi.

48
49

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest


Eksperimen T1 X T2

Kontrol T3 Y T4

Keterangan:
X = Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu menggunakan model
Discovery Learning (DL) dengan menggunakan media video animasi.
Y = Perlakuan yang diberikan pada kelas Kontrol yaitu menggunakan model
Discovery Learning (DL) dengan menggunakan media power point .
T1 = Nilai awal kelompok kelas eksperimen yang yang dibelajarkan dengan model
Discovery Learning (DL) dengan menggunakan media video animasi .
T2 = Nilai akhir kelompok kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model
Discovery Learning (DL) dengan menggunakan media video animasi .
T3 = Nilai awal kelompok kelas Kontrol yang dibelajarkan dengan model Discovery
Learning (DL) .
T4 = Nilai akhir kelompok kelas Kontrol yang dibelajarkan dengan model Discovery
Learning (DL)

3.4 Definisi Operasional

1) Model pembelajaran Discovery learning adalah serangakaian kegiatan belajar


yang menekankan pada proses berpikir kritis dan mencari tahu sendiri
jawabannya untuk masalah yang diajukan. Discovery learning adalah suatu
proses pembelajaran yang terjadi apabila siswa tidak disajikan dengan
pelajaran dalam bentuk finalnya.
2) Hasil belajar kognitif siswa adalah pencapaian tujuan pembelajaran yang
berada pada domain pengetahuan (kognitif) meliputi kemampuan memahami,
mengetahui, menghafal, menfasirkan, menerjemahkan, membedakan,
menyusun serta memberi penilaian (evaluasi) yang dapat diukur melalui
tingkatan Taksonomi Bloom.
50

3) Motivasi adalah variabel pendidikan yang mendasar karena membantu


keterampilan, strategi, dan perilaku yang dipelajari sebelumnya untuk
mempromosikan pembelajaran dan kinerja baru. Tanpa motivasi, kurikulum
yang tepat dan pengajaran yang baik tidak cukup untuk menjamin
keberhasilan siswa. Ada faktor-faktor yang sangat mempengaruhi motivasi
dan prestasi belajar siswa yang menjadi dasar terciptanya proses
belajarmengajar yang efektif dan efisien dalam sistem pendidikan.
4) Media video animasi merupakan media pembelajaran yang menggunakan
unsur gambar yang bergerak diiringi dengan suara yang melengkapi seperti
sebuah video atau film.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif (soal
pilihan berganda laju reaksi). Tes objektif diberikan sebelum melakukan proses
pembelajaran (pre-test) dan setelah proses pembelajaran selesai (post- test). Pretest
diberikan kepada sampel sebelum perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui
homogenitas dan kenormalan ataupun kesamaan karakteristik kemampuan awal
siswa. Post-test diberikan setelah selesai perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui
hasil belajar siswa. Jumlahsoal sebelum divalidasi sebanyak 40 soal.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis instrumen tes secara
kualitatif dan kuantitatif. Untuk analisis kualitatif yaitu validitas isi instrumen tes
hasil belajar. Sedangkan analisis kuantitatif yaitu melakukan seleksi item soal yang
layak digunakan sebagai instrumen tes dengan pertimbangan analisis tingkat
kesukaran, daya pembeda, distruktor (pengecoh), uji validitas dan reliabilitas kepada
validator ahli.
a. Uji Validitas
Dalam melakukan uji validitas butir soal menggunakan Microsoft excel. Guna
melakukan penentuan atas validitas butir tes dilaksanakan dengan mengkalkulasikan
koefisien correlation atas score butir item dengan score total dengan memanfaatkan
rumus Product Moment:
51

rxy = 𝑵 𝜮𝑿𝒀−(𝜮𝑿) (𝜮𝒀)

Dimana:
N = Jumlah sampel
rxy = Koefisien validitas tes
𝛴X = Skor butir tes yang mana akan dikalkulasikan validitasnya
𝛴Y = Skor total
Koefisien validitas yang diperoleh (rxy) dibandingkan dengan nilai-nilai r.
Jika rxy hit ≥ rxy tabel maka item yang berkaitan akan diklaim sah atau valid
(Silitonga, 2011).
b. Uji Reliabilitas
Dalam melakukan uji reliabilitas menggunakan Microsoft excel. Reliabilitas
dalam hal ini ialah suatu kemantapan atau keandalan suatu alat ukur sehingga jika
alat tersebut digunakan selalu memberikan hasil yang konsisten. Reliabilitas dapat
dicari dengan Rumus Kuder & Richardson (K-R.20). Dimana:

q = 1- p
K = Seberapa banyak butir tes
S2 = Standarisasi Deviasi
P = Proporsi subjek yang memberikan jawaban benar
r11 = Koefisien reliabilitas tes
Guna memberikan penafsiran terkait harga reabilitas dari soal yang ada maka
r11hitung > r11tabel untuk taraf = 0,05 maka soal dinyatakan reliabel (Silitonga,
2011).
c. Tingkat Kesukaran Soal
Dalam melakukan uji tingkat kesukaran soal menggunakan Microsoft excel.
Taraf kesukaran soal ditunjukan oleh seberapa sulit soal, yakni oleh bilangan yang
dapat memperlihatkan susah atau tidaknya soal terkait. Indeks sukar atau tidaknya
52

soal dalam hal ini diberi lambang P, yang mana guna mencari tahu besaran P
rumusnya adalah :

P=
Dimana:
P = Indeks Kesukaran Item
B = Banyaknya peserta tes yang memberikan jawaban item dengan benar
T = Banyaknya peserta tes
Mengacu pada hasil kalkulasi yang ada, maka level kesukarannya bisa
diberikan kategori sebagaimana berikut ini: P<0,3 diberikan kategori sebagai soal
yang sulit/sukar 0,3<P<0,7 dalam kategori sedang dan P>0,8 dikategorikan sebagai
soal mudah (Silitonga, 2011).
d. Daya Pembeda Soal
Dalam melakukan uji daya beda soal menggunakan Microsoft excel. Daya
beda terhadap item bertujuan untuk membedakan siswa yang memiliki kemampuan
tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Angka menunjukkan besarnya
daya pembeda soal yang dikenal dengan indeks diskriminasi yang dilambangkan
dengan D. Dimana D berkisar dari -1 hingga +1.
Jika:
a) D +1 memiliki makna bahwasannya keseluruhan kelompok atas (JA) mampu
memberikan jawaban atas item dengan baik, sementara itu, keseluruhan
kelompok bawah (JB) memberikan jawaban yang salah. .
b) D-1 menunjukkan bahwa seluruh subkelompok atas memberikan jawaban yang
salah, sedangkan kelompok bawah memberikan jawaban yang benar. Soal yang
diberikan berkualitas buruk sehingga harus dibuang.
c) D-0 menunjukkan fakta bahwa kelompok atas & bawah menjawab item dengan
benar atau salah, menunjukkan bahwa pertanyaan tersebut tidak memiliki daya
beda.
Adapun, Kategori dalam penentuan daya beda soal adalah sebagai berikut :
53

Tabel 3. 1. Kriteria Nilai Daya Beda


Nilai Daya Beda Kriteria
0,00-0,20 Jelek
0,20-0,40 Cukup
0,40-0,70 Baik
0,70-1,00 Baik Sekali
Negatif Soal dibuang
Dimana rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana:
JA = jumlah peserta Kelompok Atas
JB = jumlah peserta Kelompok bawah
BA = jumlah kelompok atas yang menjawab benar
BB = jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
e. Distruktor (Pengecoh)
Dalam melakukan uji distruktor menggunakan Microsoft excel. Distruktor
atau pengecoh ialah keseluruhan alternatif jawaban yang bukan kunci jawaban
sesungguhnya. Suatu pengecoh ini bisa dibilang memiliki fungsi yang baik jikalau
dalam hal ini punya daya tarik yang tinggi bagi siswa yang dalam konteks ini tidak
menguasai materi. Mengacu pada analisis distruktor bisa diambil tiga keputusan,
yang antara lain adalah diterima, direvisi, atau ditolak. Suatu butir atau item
dianggap sebagai memenuhi syarat jikalau dalam hal ini:
a) Distruktor yang berkaitan sekurang-kurangnya dipilih oleh 5% peserta tes
b) Untuk kunci jawaban kelompok atas lebih kecil dari kelompok bawah
c) Tidak lebih dari 5% peserta blanko
Apabila dalam hal ini peserta blanko mencakup 5% lebih atau pemilih
kelompok atas lebih bervarisi dari pemilih kelompok bawah, maka dapat dikatakan
ada hal yang bermasalah di item tersebut. Dengan demikia dibutuhkan suatu revisi.
Efektifitas atasnya ditentukan dengan perumusan yakni:

Distruktor X =
54

Dimana :
JPA = jumlah kelompok atas yang menjawab benar
JPB = jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
JA = jumlah peserta tes kelompok atas
JB = jumlah peserta tes kelompok bawah

3.5.2 Instrumen Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
untuk mengetahui motivasi belajar siswa ketika mengikuti pembelajaran
menggunakan model pembelajar Discovery Learning (DL). Data aktivitas peserta
didik diperoleh dari observasi selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan
dilakukan dengan cara mengamati motivasi yang dilakukan peserta didik sesuai
dengan indikator yang terdapat dalam lembar observasi. Untuk menghitung nilai
motivasi siswa digunakan persamaan berikut.
Menyusun tabel interval Skor tertinggi = 5
Skor terendah = 1
Jarak kelas = 5 (dari skor tertinggi sampai skor terendah)
Jarak interval = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 −𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙

= 5 – 4/5 = 0,8
Maka diperoleh kriteria penafsiran sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Motivasi Belajar

Skor Kriteria
4,21 – 5,00 Sangat Tinggi
3,41 – 4,20 Tinggi
2,61 – 3,40 Sedang
1,81 – 2,60 Rendah
1,00 – 1,80 Sangat Rendah

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperoleh data berupa hasil belajar siswa serta aktivitas
siswa. Data hasil belajar diperoleh dengan memberikan tes berupa pretest dan
posttest pada materi Laju Reaksi. Sedangkan aktivitas siswa diperoleh dengan
55

melakukan observasi secara langsung terhadap aktivitas siswa selama proses


pembelajaran pada setiap kali pertemuan dengan memberikan skor pada angket
untuk setiap indikator yang diukur pada setiap pertemuan.

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Tahap Persiapan

1) Melakukan observasi terhadap sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian


dan mendiskusikan kegiatan penelitian yang dilakukan secara daring.
2) Menentukan materi pokok yang akan diteliti serta media yang akan
digunakan untuk penelitian.
3) Pengumpulan data dengan menganalisis konsep, kompetensi inti dan materi
yang memperkuat model pembelajaran yang akan dikembangkan yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran
4) Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), instrument test hasil
belajar serta instrument angket aktivitas belajar siswa
3.7.2 Tahap Pelaksanaan
1) Menentukan dua kelas secara acak dari beberapa kelas paralel yang ada
sebagai sampel kelas. Kelas pertama dijadikan kelas eksperimen dan kelas
kedua sebagai kelas kontrol .
2) Sebelum pembelajaran dimulai, lebih dahulu dilakukan pendataan siswa-
siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol .
3) Dilaksanakan pre-tes untuk mengukur prestasi belajar sebelum perlakuan,
sekaligus untuk menentukan sampel siswa ditinjau dari kehomogenan
kemampuan awal (hasil pre-test).
4) Ditetapkan yang menjadi sampel siswa yaitu siswa yang relatif homogen
statusnya.
5) Diberikan perlakuan X (menggunakan model Discovery Learning (DL) dan
menggunakan media video animasi di kelas kontrol dan Y (menggunakan
model Discovery Leaning (DL) di kelas kontrol .
56

6) Selama proses penelitian, pertahankan agar kondisi kedua kelompok tetap


sama misalnya guru yang mengajar, buku yang digunakan, lamanya waktu
mengajar dan lain-lain.
7) Selama proses penelitian berlangsung, masing-masing kelas eksperimen dan
kelas kontrol diamati motivasi siswa melalui lembar observasi penilaian
motivasi yang diamati oleh observer pada saat pembelajaran sedang
berlangsung yaitu dari awal sampai akhir pembelajaran.
8) Setelah proses pembelajaran/pemberian perlakuan di kelas eksperimen dan
kelas kontrol selesai, tahap selanjutnya dilakukan postest untuk mengukur
prestasi belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3.7.3 Tahap Akhir
1) Data skor/nilai pretest dan postest setiap siswa ditabulasi, kemudian
menghitung selisih nilai hasil belajar yang diperoleh di kelas eksperimen dan
kelas kontrol sebelum dan sesudah perlakuan (pre-tes – post- test).
2) Melakukan uji persyaratan analisis statistik terutama uji normalitas dan uji
homogenitas data.
3) Menghitung rata-rata (mean) nilai hasil belajar yang diperoleh di setiap kelas.
Menerapkan uji statistik yang cocok (Uji-t) untuk menguji apakah ada
perbedaaan hasil belajar serta aktivitas siswa di kelas eksperimen dengan
kelas kontrol dan uji kolerasi untuk mengetahui apakah terdapat kolerasi
hasil belajar siswa terhadap motivasi siswa di kelas eksperimen dengan kelas
kontrol .
4) Menarik kesimpulan penelitian.
57

Gambar 3.1 Desain Penelitian

3.8 Analisis Data

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan uji normalitas data, uji
homogenitas data, uji hipotesis dan uji korelasi.

3.8.1. Uji N- Gain

Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dihitung menggunakan rumus


N-Gain sebagai berikut :
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
N-Gain = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑥 100

Kriteria perolehan skor N-Gain adalah sebagai berikut :


58

Tabel 3. 2 Kriteria Skor N-Gain (Silitonga, 2014)


Indeks Gain Skor
G > 0,7 Tinggi
0,3< g ≤ 0,7 Sedang
G ≤ 0,3 Rendah
3.8.2. Uji Normalitas

Prosedur yang disebut uji normalitas digunakan untuk memastikan adanya


distribusi normal pada data yang diperoleh. Uji Chi-kuadrat digunakan untuk
melakukan pemeriksaan ini. Evaluasi chi-kuadrat dilakukan dengan membandingkan
distribusi yang diamati (A) dengan distribusi yang diharapkan, sering kali
dimodelkan dengan kurva normal, yang diperoleh dari apa yang dikumpulkan (B).
Jika B tidak dapat dibedakan secara statistik dengan A, maka dapat disimpulkan
bahwa B distribusi yang normal (Silitonga, 2014).
3.8.3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimanfaatkan guna mencari tahu terkait tingkat
kehomogenan data dalam satu populasi bersifat homogen ataukah tidak. Pelaksanaan
uji ini ialah dengan implementasi uji F. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

F=
Jika Fhitung < Ftabel sehingga dengan demikian data yang digunakan adalah
data yang homogen (Silitonga, 2014).

3.8.4 Uji Hipotesis

Hipotesis diuji dengan uji t dua pihak. Karena digunakan dua kelompok
sampel yang independen (tidak saling berhubungan) dan jumlah sampel pada
masing-masing kelas berjumlah sama, maka hipotesis tentang perbedaan hasil belajar
kimia siswa dan aktivitas siswa yang dihitung dengan rumus uji-t dua pihak sebagai
berikut:

Thit =
59

Dengan kriteria diterima atau ditolaknya adalah nilai t berada di daerah kritis,
sehingga Ho ditolak (Ha diterima). Sementara itu jika t dikalkulasikan ada di daerah
penerimaan Ho maka Ha ditolak dan Ho diterima. Jika Ho ditolak pada a = 0,05
maka disebut "nyata" (Silitonga, 2014).

3.8.5 Uji Korelasi

Guna mencari tahu korelasi aktivitas belajar siswa dengan hasil belajar siswa,
maka digunakan analisis uji korelasi. Uji korelasi yang dilakukan menggunakan
software Spss dan menggunakan uji korelasi Pearson. Analisis korelasi dimanfaatkan
guna melakukan pengukuran terkait tingkat keeratan korelasi atau hubungan diantara
dua variabel. Derajat hubungan yang ada antar variabel diukur dengan Koefisien
Korelasi (“r”) atau dalam hal ini diberikan simbol p (rho). Besaran koefisien korelasi
ada diantara -1 serta +1 atau bisa dilambangkan dengan: -1<r<+1
Jika: r = +1 dimana dalam hal ini memiliki makna bahwasannya terdapat
suatu korelasi positif antara variable X dan Y, r = -1 dan hal ini maknanya ada
korelasi negatif diantara variable X dan Y, r = 0 maknanya dalam hal ini tak ada
korelasi diantara variable X dan Y
Secara terperinci, makna dari koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 3. 3. Makna Koefisien Korelasi (Silitonga, 2014)


Koefisien Korelasi (r) Makna
0,00 Tidak ada korelasi
0,01 – 0,20 Korelasi sangat rendah
0,21 – 0,40 Korelasi rendah
0,41 – 0,60 Korelasi cukup
0,61 – 0,80 Korelasi tinggi
0,81 – 1,00 Korelasi sangat tinggi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian

Data yang dapat diperoleh dari Penelitian ini adalah dari pretest sebagaimana
dalam hal ini disediakan sebelum diaksanakannya proses belajar di dua grup sampel
dan juga posttest dilakukan pengujian sesudah dilaksanakannya proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran DL ( Discovery Learning) dan
menggunakan media Video Pembelajaran di kelas eksperimen dan tidak
menggunakan model di kelas kontrol hanya menggunakan media Video
Pembelajaran . Pendapatan nilai rata – rata pretest di kelas eksperimen adalah 52,79
sementara itu perolehan nilai rata – rata pretest di kelas kontrol adalah 38,38
sementara itu rata – rata posttest di kelas eksperimen adalah 85,58 . sementara itu ,
nilai rata – rata posttest kelas kontrol ialah 67,79.
Untuk data pretest dan posttest dan motivasi belajar siswa kelas eksperimen
terdapat pada lampiran 15 dan kelas kontrol terdapat pada lampiran 16.

4.1.1. Analisis Data Instrumen Penelitian

Sebelum dilakukan penelitian peneliti terlebih dahulu mempersiapkan


instrument penelitian berupa soal pilihan berganda yang berjumlah 40 soal dengan
lima pilihan jawaban yaitu a, b, c, d dan e . Sebelum digunakan instrument soal
terlebih dahulu divalidasi oleh validator ahli. Setelah instrument dinyatakan valid
dengan beberapa poin perbaikkan, selanjutnya instrument test diuji coba kepada
siswa kelas XII IPA 2 di SMAN 1 Bahorok dengan jumlah siswa yaitu 34 siswa.
Kemudian instrument tes dianalisis menggunakan metode statistika untuk
memperoleh informasi tentang butir tes. Dengan demikian, peneliti menetukan butir-
butir tes yang baik untuk digunakan pada penelitian ini yaitu berjumlah 20 butir tes
dengan rincian butir tes nomor . Terdapat beberapa komponen yang dianalisis dalam
menentukan baik tidaknya instrument tes yang telah disusun yaitu tingkat kesukaran,
daya pembeda, validitas, dan realibilitas dan distruktor. Kemudian data hasil uji

60
61

instrument soal ditabulasi dan ditentukan mana soal yang digunakan dan soal yang
tidak digunakan. Untuk data hasil tabulasi instrument soal terdapat pada lampiran 19.
a. Uji Validitas Tes
Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan dengan menggunakan uji
korelasi product moment pada Microsoft excel dengan taraf signifikan 5% (α=0,05)
diperoleh 22 soal yang memenuhi kriteria uji validitas, yaitu rhitung > rtabel.
Adapun 22 soal tersebut meliputi nomor soal 1,2,3,4,5,6,8,9,10,13,14, 16, 17, 18, 19,
27, 30, 31, 33, 34, 36, 37. Data hasil uji validasi menggunakan Microsoft excel
terdapat pada lampiran 20.
b. Tingkat Kesukaran Soal
Dari 40 butir pertanyaan yang diajukan pada peserta didik, terdapat 8 soal
yang dikategorikan mudah yaitu pada butir soal nomor 3, 6, 7, 9, 23, 24, 32, 35.
Sebanyak 27 soal dikategorikan sedang yaitu pada butir soal nomor 1, 2 ,4, 5, 8,
10,13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 27, 28, 30, 31, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 40.
Sebanyak 3 soal yang dikategorikan sukar yaitu nomor 25, 26, 29. Sedangkan
sebanyak 2 soal yang dikategorikan sangat sukar yaitu pada butir 11 dan 12. Data
hasil uji tingkat kesukaran soal dengan memanfaatkan Ms.Excel terdapat pada
lampiran 21.
c. Daya Beda Soal
Berdasarkan hasil uji daya beda didapat dari 40 pertanyaan sebagaimana
dilakukan uji pada siswa, diperoleh 14 soal dengan kategori daya beda jelek yaitu
soal nomor 8, 11, 12, 15, 21, 23, 24, 29, 32, 35, 36, 38, 39, 40. Sebanyak 20 soal
dengan kategori daya beda cukup yaitu soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 13, 17, 18,
20, 22, 25, 26, 27, 28, 30, 33, 37. Kemudian terdapat 6 soal dengan kategori daya
beda baik yaitu soal nomor 3, 14, 16, 19, 31, 34. Data hasil uji daya beda
menggunakan Microsoft excel terdapat pada lampiran 22.
d. Realibitas Tes
Hasil uji realibilitas instrument tes menggunakan rumus Kuder & Richardson
(KR-20) pada Microsoft excel diperoleh rhitung sebesar 1,0303 dimana harga rtabel
dengan α = 0,05 adalah 0.339. Karena harga r hitung > rtabel maka dapat dinyatakan
bahwa secara keseluruhan butir tes dalam penelitian ini reliabel.
62

Data hasil perhitungan realibilitas soal terdapat pada lampiran 23.


e. Distruktor
Uji distruktor (pengecoh) dilakukan untuk mengetahui apakah pengecoh yang
digunakan layak atau tidak digunakan dengan mempertimbangan syarat-syarat
tertentu. Data hasil uji distruktor terdapat pada lampiran 24.

4.1.2. Deskriptif Data Hasil Penelitian

Sebelum kedua sampel ini diberi suatu perlakuan yang telah


didiferensiasikan maka terlebih dahulu diimplementasikan tes awal yang dalam hal
ini disebutkan sebagai pretest yang misinya adalah untuk mencari tahu kapaabilitas
atau kemampuan awal pada tiap peserta didik dari du akelas berdistribusi normal
serta homogen . Berikutnya dilaksanakan pembelajaran yang dibedakan diantara
kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan implementasi menggunakan DL dan
tanpa DL. Di akhir proses pembelajaran akan dijalankan tes akhir atau post test yang
fungsinya adalah untuk mengetahui hasil akhir belajar sesudah dilaksanakan
perlakuan.

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian

Berdasarkan data nilai hasil belajar siswa yang diperoleh pada penelitian ini
dan setelah data pretest dan data postest di uji menggunakan uji N-Gain pada
Microsoft excel maka diperoleh rata – rata, standar deviasi dan varians dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol seperti pada tabel 4.1 dibawah ini :
Tabel 4.1. Rata – Rata , Standar Deviasi dan Varians Data Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen

Sumer Data Jumlah data Nilai rata Standar Varians


rata deviasi

Pretest (1) 34 52,79 13,35 178,22

Posttest (1) 34 85,58 4,69 21,71

Berikut merupakan diagram nilai rata-rata pretest dan posttest kelas


eksperimen
63

Rata- Rata Hasil Belajar Kelas Eksperimen


90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Pretest Posttest

Gambar 4.1 Rata – Rata , Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen

Tabel 4. 2. Rata – Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data Pretest dan Postest
Kelas Kontrol

Sumber Data Jumlah Nilai rata Standar Varians


data rata deviasi

Pretest (2) 34 38,38 8,37 70,17

Posttest (2) 34 67,79 4,72 22,33

Rata- Rata Hasil Belajar Kelas Kontrol


80
70
60
50
40
30
20
10
0
pretest posttest

Gambar 4.2 Rata – rata pretest dan posttest kelas kontrol


64

Tabel 4. 3. Rata – Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data motivasi Siswa Kelas
Eksperimen dan kontrol

Sumber Data Jumlah Nilai rata- Standar Varians


data rata deviasi

Eksperimen 34 81,79 5,03 25,39

Kontrol 34 57,5 4,98 24,89

Motivas
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
eksperim kontr

Gambar 4.3 Rata – Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data motivasi Siswa
Kelas Eksperimen dan control

4.2.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan menggunakan uji Chi-Kuadrat,


diperoleh bahwa nilai hasil belajar kedua kelompok sample yang berdatakan normal
(X2) hitung < (X2) tabel pada taraf signifikan 0,05 untuk kelas eksperimen dan kontrol
maka sehingga dengan demikian bisa diklaim bahwasannya data yang berkaitan
memiliki distribusi normal sebagaimana diperlihatkan di tabel 4.2
Tabel 4. 4. Uji Normalitas Data Hasil Pretest dan Posttest kelas eksperimen

No Data X2 X2 Tabel Keterangan


Hitung

1 Pretest 8,34 11,07 Normal

2 Posttest 9,28 11,07 Normal


65

Berdasarkan tabel hasil uji normalitas tersebut diketahui bahwa data pretest
memiliki kriteria X2 hitung < X2 tabel (8,34<11,07) dan data posttest memiliki
kriteria X2 hitung < X2 tabel (9,28<11,07). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
pretest dan posttest pada penelitian ini berdistribusi normal pada taraf signifikansi
0,05. Hasil data uji normalitas data pretest dan posttest kelas eksperimen terdapat
pada lampiran 25.
Tabel 4. 5. Uji Normalitas Data Hasil Pretest dan Posttest kelas Kontrol

No Data X2 X2 Tabel Keterangan


Hitung
1 Pretest 5,85 11,07 Normal

2 Posttest 1,92 11,07 Normal

Berdasarkan tabel hasil uji normalitas tersebut diketahui bahwa data pretest
memiliki kriteria X2 hitung < X2 tabel (5,85<11,07) dan data posttest memiliki
kriteria X2 hitung < X2 tabel (1,92<11,07). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
pretest dan posttest pada penelitian ini berdistribusi normal pada taraf signifikansi
0,05.Data uji normalitas nilai pretest dan posttest siswa kelas kontrol terdapat pada
lampiran 26.

4.2.2 Hasil Uji N-Gain data Hasil Belajar Siswa


Dalam penelitian ini dilakukan pengujian n-gain untuk mengukur
peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan nilai pretestt dan posttest siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan n-gain diperoleh bahwa
terdapat peningkatan hasil belajar siswa baik dikelas eksperimen dan kelas kontrol .
untuk kelas eksperimen terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebesar 0,92 (92%) .
sedangkan pada kelas kontrol terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebesar
0,88(88%). Data hasi uji n-gain hasil belajar siswa kelas eksperimen terdapat pada
lampiran 25. Sedangkan data hasil uji n-gain kelas kontrol terdapat pada lampiran 26.
66

Tabel 4.6 Perhitungan N-Gain kelas eksperimen

Pretest Posttest N N-Gain Interpretasi N-Gain

52,79 85,58 34 0,77 Tinggi

Tabel 4. 7. Perhitungan N-Gain kelas kontrol

Pretest Posttest N N-Gain Interpretasi N-Gain

38,38 67,79 34 0,71 Sedang

Tabel 4. 8. Uji Normalitas Data Hasil Uji N-gain

No Data X2 Hitung X2 Tabel Keterangan


1 Eksperimen 2,14 11,07 Normal

2 Kontrol 8,81 11,07 Normal

Berdasarkan tebel hasil uji normalitas tersebut diketahui bahwa data hasil uji
n-gain kelas eksperimen memiliki kriteria X2 hitung < X2 tabel (2,14<11,07) dan data
hasil uji n-gain kelas kontrol memiliki kriteria X2 hitung < X2 tabel (8,81<11,07).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data hasil uji n-gain kelas eksperimen dan
kontrol pada penelitian ini berdistribusi normal pada taraf signifikansi 0,05.
Data uji normalitas hasil uji n-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat pada
lampiran 24 dan 25.

Normalitas Non-Test tabel

Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Motivasi Belajar Siswa

No Data X2 Hitung X2 Tabel Keterangan

1 Kelas Eksperimen 7,97 11,07 Normal

2 Kelas Kontrol 4,30 11,07 Normal


67

Berdasarkan tabel hasil uji normalitas tersebut diketahui bahwa data aktivitas
belajar siswa memiliki kriteria X2 hitung < X2 tabel (7,97<11,07) pada kelas
eksperimen dan dikelas kontrol (4,30<11,07). Sehingga dapat disismpulkan bahwa
data motivasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada penelitian ini
berdistribusi normal pada taraf signifikansi 0,05.
Data uji normalitas nilai motivasi belajar siswa kelas eksperimen terdapat
pada lampiran 26 Sedangkan data uji normalitas nilai motivasi belajar siswa kelas
kontrol terdapat pada lampiran 27 dan 28.

Uji Homogenitas

1. Uji Homogenitas Test


Hasil perhitungan untukuji homogenitas untuk data hasil belajar kedua kelas
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan membandingkan Fhitung F<tabel pada
taraf signifikansi α = 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.10 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen
Sumber Data Data S2 F Hitung F Tabel Keterangan

Nilai pretest dan Pretest 21,71 1,02 1,78 Homogen


posttest siswa 1,02 1,78
kelas Posttest 178,22 Homogen
eksperimen

S2 = Varians Sampel; FTabel = db (n1 – 1), (n2 – 1) (α = 0,05)


Untuk data pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan mengacu pada
tabel nilai untuk distribusi F dengan taraf nyata α = 0,05 dan db pembilang 34 serta
db penyebut 34 sehingga Ftabel F0,05 (35,35) = 1,78. Karena harga Fhitung<Ftabel, sehingga
dengan demikian bisa ditarik suatu konklusi bahwasannya data pretest dan post-test
dikelas eksperimen berdistribusi secara homogen.
Data hasil uji homogenitas nilai pretest dan posttest siswa kelas eksperimen
terdapat pada lampiran 20.
68

Tabel 4.11 Uji Homogenitas Kelas Kontrol


Data S2 F Hitung F Tabel Keterangan
Sumber Data
Nilai pretest dan Pretest 21,71 1,02 1,78 Homogen
posttest siswa 1,02 1,78
kelas kontrol Posttest 4,65 Homogen

S2 = Varians Sampel; FTabel = db (n1 – 1), (n2 – 1) (α = 0,05)


Untuk data pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan mengacu pada
tabel nilai untuk distribusi F dengan taraf nyata α = 0,05 dan db pembilang 34 serta
db penyebut 34 sehingga Ftabel F0,05 (34,34) = 1,78. Karena harga Fhitung<Ftabel, sehingga
dengan demikian bisa ditarik suatu konklusi bahwasannya data pretest dan post-test
dikelas control berdistribusi secara homogen.
Untuk data hasil uji homogenitas pretest dan posttest siswa kelas eskperimen
terdapat pada lampiran 32. Sedangkan, data hasil uji homogenitas pretest dan posttest
siswa kelas kontrol terdapat pada lampiran 33.

4.2.3. Uji Hipotesis I

Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji hipotesis (uji t) dua kelompok


sampel untuk mengetahui apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau ditolak.
Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian hipotesis adalah jika t hitung > t
tabel maka hipotesis alternative (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak, dengan
derajat kebebasan (db) = n-1 dan α = 0,05. Dalam hal ini diperoleh daerah kritis pada
t > t (0,05)(34), yaitu t > 2,035. Hasil analisis uji hipotesis terdapat pada tabel 4.6
dibawah ini
69

Tabel 4. 12. Hasil Uji Hipotesis Data Posttest

Data Kelas thitung ttabel Keterangan

Eksperimen Ha diterima,
Posttest Ho ditolak
x = 85,58
S = 4,72
S2 = 22,27

15,401 2,036
Kontrol
Posttest
x = 67,79
S = 4,79
S2 = 22,94

Dari data distribusi t diperoleh t tabel = 2,036 sedangkan berdasarkan


perhitungan diperoleh harga t hitung = 15,401, artinya Ho ditolak dan Ha diterima,
berdasarkan analisis tersebut berarti ada perbedaan hasil belajar kimia siswa yang
diajarkan memanfaatkan model DL pada materi Laju Reaksi .
Untuk data hasil uji hipotesis 1 menggunakan uji t dua pihak terdapat pada
lampiran –

4.2.4 Uji Hipotesis II

Sesudah diketahui bahwasanya data mampu didistribusikan secara


normal dan juga homogen, sehingga dengan demikian bisa dilaksanakan uji hipotesis
dengan memanfaatkan uji statistik yakni uji t dua pihak. Uji ini digunakan untuk
mencari tahu apakah hipotesis yang ada dalam riset ini diterima atau mungkin
ditolak. Kriteria uji dalam hal ini apabila t hitung<ttabel maka Ho diterima , dengan
derajat bebas (db) = (n1+n2) – 2 dan α = 0,05. Data uji hipotesis bisa diperhatikan
sebagaimana tabel 4.7 , dibawah ini :
70

Tabel 4. 13. Hasil Uji Hipotesis Data Motivasi Belajar Siswa

Data Kelas thitung ttabel Keterangan

Eksperimen Ha diterima,
x = 81,79 Ho ditolak
S = 5,11
S2 = 26,11
Kontrol x
= 57,50
19,679 2,036
S = 5,06
S2 = 25,60

Dari data distribusi t diperoleh t tabel = 2,036 sedangkan berdasarkan


perhitungan diperoleh harga t hitung = 19,679, artinya Ho ditolak dan Ha diterima,
berdasarkan analisis tersebut berarti terdapat perbedaan motivasi belajar siswa yang
diajarkan dengan memanfaatkan DL pada materi laju reaksi.
Data hasil uji hipotesis 2 menggunakan uji t dua pihak terdapat pada lampiran
35.

4.2.5 Uji Korelasi

Analisis korelasi dimanfaatkan guna melakukan pengukuran terkait seberapa


eratnya korelasi antara motivasi dengan hasil belajar siswa dengan memanfaatkan uji
korelasi Pearson dan Spss. Uji ini dilaksanakan guna mencari tahu terkait hasil
hipotesis dalam studi ini diterima ataukah mengalami penolakan.
Tabel 4. 14. Korelasi motivasi siswa terhadap hasil belajar

Kelas Sig-2tailed rhitung rtabel Keterangan


Eksperimen 0,000 0,681 0, 338 Ha diterima,
Ho ditolak

Kelas Data Kelas rhitung rtabel Keterangan


Kontrol 0,000 0,627 0, 338 Ha diterima,
Ho ditolak

Berdasarkan tabel 4.14 di kelas eksperimen diperoleh rhitung = 0,681 sementara


rtabel pada α = 0,05 (N=34) adalah sebesar 0,338. Karena rhitung > rtabel maka Ho ditolak
dimana ini maknanya ialah Ha diterima, berarti teerdapat korelasi yang positif dan
71

signifikan antara motivasi belajar kimia siswa dengan pembelajaran model DL.
Berdasarkan koefisien rhitung yang diperoleh 0,681, jadi makna korelasi sangat tinggi.
Sedangkan pada kelas kontrol 2 diperoleh r hitung = 0,627 sedangkan rtabel pada
α = 0,05 (N=34) adalah sebesar 0,338. Karena rhitung > rtabel maka Ho ditolak yang
artinya Ha diteruma berarti terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara
motivasi belajar kimia siswa dengan hasil belajar dengan menggunakan model
Discovery Learning. Berdasarkan koefisien rhitung yang diperoleh 0,627, jadi makna
korelasi tinggi.
Hasil uji korelasi motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa kelas
eksperimen terdapat pada lampiran .sedangkan data hasil uji korelasi motivasi belajar
siswa terhadap hasil belajar siswa kelas kontrol terdapat pada lampiran .

4.3 Pembahasan

Riset ini diteliti di SMAN 1 Bahorok menggunakan du akelas yang berbeda


yitu kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran DL dalam
pembelajaran pada materi laju reaksi dan satu kelas yaitu sebagai kelas kontrol yang
diajarkan tanpa menggunakan model dalam pembelajran pada materi laju reaksi.
Sesaat sebelum diberi pembelajaran yang sudah didefrensiasikan di tiap kelas
pada awalnya diberikan tes awal atau dalam hal ini disebutkan sebagai pretest. Yang
memiliki fungsi ialah supaya mengetahui kemampuan awal dari siswa terkait pokok
bahasan dasar dari materi laju reaksi .Hasil riset memperlihatkan nilai rata – rata dari
pretest ini adalah 52,79 untuk kelas eksperimen. Sedangkan untuk nilai rata-rata
siswa kelas kontrol adalah 38,38. Sesudah diketahui terkait bagaimana kapabilitas
awal siswa dilaksanakan pembelajaran yang berbeda. Sementara itu, pada motivasi
siswa ini dilakukan pengukuran lembar observasi yang diisi oleh observer Ketika
kegiatan belajar berlangsung .
Data dari studi ini didapatkan rata -rata posttest siswa sebagiman diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran yaitu Discovery Learning ( kelas
eksperimen) adalah 85,58 sedangkan untuk kelas kontrol yang diajarkan tanpa
menggunakan model pembelajaran adalah 67,79 serta rata – rata nilai motivasi siswa
72

dalam pembelajaran kimia 81,79 untuk kelas eksperimen . sedangkan rata – rata nilai
motivasi belajar kimia siswa pada kelas kontrol yaitu 57,5
Selanjutnya sebelum dilakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui ada
ataupun tidak adanya difrensiasi dalam hasil belajar serta motivasi dalam belajar
dengan menggunakan permodelan Discovery Learning, awalnya dilaksanakan uji
prasyarat data. Dari hasil pengujian normalitas data dapat disimpulkan bahwa data
pretest dan posttest serta motivasi siswa dengan uji Chi-Kuadrat diperoleh
kesimpulan bahwa data normal. Sedangkan hasil pengujian homogenitas data antara
kelompok sampel tersebut dinyatakan homogen. Dengan demikian syarat pengujian
normalitas dan homogenitas data telah terpenuhi sehingga bisa diteruskan ke tahap
selanjutnya yaitu pada pengujian hipotesis.
Uji hipotesis dilaksanakn dengan tujuan untuk mengetahui terkait terdapat
atau tidaknya suatu perbedaan hasil belajar dan motivasi belajar siswa yang
diblajarkan dengan implementasi model belajar Discovery Learning pada materi laju
reaksi.Pengujian hipotesis dilaksanakan dengan uji t-t dua pihak kanan untuk data
posttest diperoleh t hitung = harga ttabel = 2,036 maka thitung>ttabel (12,47>2,036),maka
Ho ditolak Ha diterima.Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat
difrensiasi hasil belajar siswa sebagaimana diajarkan dengan memanfaatkan
permodelan Discovery Learning di materi Laju Reaksi. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Aprilia dan Joko (2019) yang berjudul Pengaruh
Model Pembelajaran Discovery Learning dengan Menggunakan Media Video
terhadap Hasil Belajar pada materi pembejaran siswa kelas IV SD hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model Discovery Learning dengan
menggunakan media video terhadap hasil belajar siswa kelas IV SDN Gemah. Hal
itu dapat dibuktikan dari perhitungan uji t diperoleh thitung = 23,81 dan ttabel0,226.
Karena thitung = 23,81 > ttabel = 0,226. Maka hal ini menunjukkan bahwa uji t hasil
belajar signifikan. Dapat disimpukan bahwa terdapat pengaruh model Discovery
Learning dengan menggunakan media video terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD
N Gemah.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya perbedaan hasil beelajar dan motivasi belajar siswa yang dibelajarkan
73

dengan menggunakan model DL pada materi laju reaksi. Pengujian hipotesis


dilakukan dengan uji-t dua pihak kanan untuk dat nilai motivasi belajar siswa
diperoleh thitung = 2,58 dan harga t tabel = 2,036, maka thitung>ttabel (2,58>2,036), maka
Ho ditolak Ha diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh
motivasi belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan DL pada materi laju
reaksi .
Hal ini serupa dengan studi yang dilaksanakan oleh Dewi dan Army (2020)
yang berjudul Pengaruh Praktikum Berbasis Bahan Alam melalui Model Discovery
Learning terhadap Motivasi kimia peserta didik bahwa nilai signifikansi untuk nilai
motivasi belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 0,000 dan lebih
kecil dari nilai signifikansi α = 0,05. Nilai thitung sebesar -10,224. Sehingga H1
diterima. Maka dari hasil analisis ini dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh
praktikum berbasis bahan alam melalui model discovery learning terhadap motivasi
belajar peserta didik di UPT SMA Negeri 9 Maros pada materi asam basa. Nilai
negatif pada thitung menunjukkan bahwa motivasi belajar kelas eksperimen lebih
besar dibandingkan motivasi belajar pada kelas kontrol.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya korelasi motivasi belajar kimia siswa dengan hasil belajar kimia siswa yang
dibelajarkan pengujian hipotesis dilakukan dengan uji korelasi. Untuk kelas
eksperimen diperoleh rxy = 0,681 dan rtabel = 0,338, maka rxy>rtabel (0,681>0,338),
maka Ho ditolak Ha diterima . Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa adanya
korelasi motivasi belajar kimia siswa dengan hasil belajar kimia siswa yaitu
0,681(kategori korelasi tinggi). Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh r xy = 0,627
dan rtabel = 0,338, maka rxy>rtabel (0,627>0,338), maka rxy>rtabel (0,627>0,338), maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa adanya
korelasi motivasi belajar kimia siswa dengan hasil belajar kimia siswa yaitu 0,627
(kategori korelasi tinggi).
Hal ini selinier dengan studi yang dijalankan oleh bahwa hasil belajar yang
menggunakan model Discovery Learning lebih tinggi dari kelas dengan pendekatan
konvensional, hal ini terlihat dari ratarata yang berhasil dicapai oleh kelas
eksperimen 79,38 sedangkan kelas kontrol 73,54. Pengujian hipotesis pada penelitian
74

ini dilakukan dengan Uji-t sampel bebas atau independent sampel t-test. Berdasarkan
uji t yang dilakukan terhadap nilai posttest kelas eksperimen dan posttest kelas
kontrol, maka diperoleh thitung sebesar 2,01208 dan ttabel pada taraf signifikasi α
atau 0,05 adalah sebesar 1,67866 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar peserta didik.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian sehingga bisa disimpulkan yaitu sebagai


berikut:
1. Terdapat pengaruh hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model
Discovery Learning pada materi Laju Reaksi.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar siswa dan motivasi siswa
menggunakan model Discovery Learning dengan berbantuan media video
animasi pada materi Laju Reaksi .
3. Terdapat korelasi yang signifikan antara motivasi belajar siswa dengan hasil
belajar siswa pada materi laju reaksi.

5.2. Saran

Mengacu hasil dan kesimpulan diatas, maka peneliti menyarankan beberapa


saran yakni :
1. Bagi guru bidang studi kimia agar dapat menerapkan model dan media
pembelajaran yang bervariasi dan sesuai dengan materi pembelajaran yang
diajarkan dikelas sehingga dapat meningkatkan mootivasi belajar peserta didik
pada pembelajaran Kimia sehingga dengan demikian pembelajaran yang
dilaksanakan menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
2. Bagi peneliti lain kajian ini perlu diteruskan di pokok pembahasan yang lain atau
dapat dikombinasikan lagi dengan metode lainnya .
3. Bagi Pihak sekolah agar dapat menyediakan atau memperbarui Kembali fasilitas
sarana prasarana yang mampu menunjang peningkatan terhadap motivasi belajar ,
dengan begitu misi pembelajaran bisa tercapai .

75
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, S., & Sukma, E. (2021). Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap

Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik Terpadu di Kelas V SDN 04


Cupak Kabupaten Solok. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(2), 4159-4165.

Ariani, O. :, Putri, K., Setiawan, B., & Mahdiannur, A. (n.d.). PENERAPAN


DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN VIDEO ANIMASI UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI SISTEM
PENCERNAAN MANUSIA.

AULADUNA: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 5 (1), 116–125. Nurwahidah, C. D.,


dkk. (2021). Media video pembelajaran dalam meningkatkan motivasi dan
prestasi mahasiswa. Rausyan Fikr: Jurnal Pemikiran Dan Pencerahan, 17(1).
Permatasari, N. A. (2021).

Gultom, E. H., & Amdayani, S. (2023). Pengembangan E-Modul Kimia Berbasis


STEM Pada Materi Laju Reaksi. Jurnal Teknologi Pendidikan : Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Pembelajaran, 8(2), 425.
https://doi.org/10.33394/jtp.v8i2.7081

Isnawati, L., & Iplementasi Model Pembelajaran Discovery Learning, . (2022).


Jurnal Mitra Indonesia : Jurnal Pendidikan. Humaniora, Dan Kesehatan, 1(2),
95–101.

Jurnal Penelitian Pendidikan ; Siregar, E. R., Asyhar, R., & Zurweni, Z. (2023).
Pengaruh Model Discovery Learning dan Efikasi Diri Terhadap Ketermpilan
Literasi Sains Siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi Dan Kesehatan
(J-P3K, 4(1), 10– 16. https://doi.org/10.51849/j-p3k.v4i1.196

Karlina, V., & Asma, R. (2022). Efektivitas Penggunaan Model Guided Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Laju Reaksi Di Kelas XI.
Integrated Science Education Journal, 3(3), 72–
77. https://doi.org/10.37251/isej.v3i3.274

76
Khasinah, S. (2021). Discovery Learning: Definisi, Sintaksis, Keunggulan dan
Kelemahan. Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama
Islam, 11(3), 402. https://doi.org/10.22373/jm.v11i3.5821

Kinerja Kependidikan, J., Sri Herita Maya Sri Herita adalah Guru SMA Negeri, M.,
& Aceh, B. (n.d.). Facilities of Educator Career and Educational Scientific
Information Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Pada
Materi Laju Reaksi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik (Vol. 4,
Issue 1).

Kirani, P., & Azhar, M. (n.d.). Pengembangan Sistem Pembelajaran Flipped


Classroom Berbasis Inkuiri Terstruktur Menggunakan Lms Moodle Pada
Materi Laju Reaksi Kelas XI SMA/MA.

Lase, D. Y., & Andromeda, A. (2023). Pengaruh Model Guided Discovery Learning
Berbasis LSLC pada Materi Kesetimbangan Kimia terhadap Hasil Belajar
Siswa di SMA Negeri 14 Padang. Jurnal Pendidikan Kimia Undiksha, 7(1),
29–32. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPK

LUDFIRA EKAPUTRI_190384204011_Pendidikan Kimia_Daftar Pustaka. (n.d.).

Marisya, A., & Sukma, E. (n.d.). Konsep Model Discovery Learning pada

PembelajaranTematik Terpadu di Sekolah Dasar Menurut Pandangan Para


Ahli.

Matematika Dan, F. (2022). PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS


DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LAJU REAKSI DILENGKAPI
VIRTUAL LABORATORY UNTUK KELAS XI SMA/MA BUNDANI SAKINAH
ALORA NIM.17035086/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA.

Mayu, F. P. (2021). Guided Discovery Learning: Kreativitas Siswa pada Materi Laju
Reaksi. Journal Evaluation in Education (JEE), 2(4), 140–143.
https://doi.org/10.37251/jee.v2i4.223

Maulida, L., Melati, H. A., & Hadi, L. (2016). Pengaruh Discovery Learning

77
terhadap Keterampilan Proses Sains dan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI
IPA. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 5(9).

Munirah, M. (2018). PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

(Perhatian dan Motivasi, Keaktifan, Keterlibatan Langsung, Pengulangan,


Tantangan dan Perbedaan Individu).Murdiandari, W., Fadiawati, N., FKIP
Universitas Lampung, L., & Soemantri Brojonegoro No, J. (n.d.).
PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI
LAJU REAKSI.

Nursyahrobby, M., Rusdi, M., Riski Gusti, D., Lestari, I., Pendidikan Kimia, M.,
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, F., Jambi, U., Raden Mattaher No, J., Jambi,
P., Jambi Timur, K., & Jambi, K. (n.d.). Pengembangan Scaffolding pada
Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah.
Journal on Education, 06(01).

Nugrahaeni, A., Wayan Redhana, I., & Made Arya Kartawan, I. (2017). Pendidikan
Kimia Indonesia 23 Amallia Nugrahaeni, I Wayan Redhana, I Made Arya
Kartawan. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kimia. In Jurnal
Pendidikan Kimia Indonesia (Vol. 1, Issue 1).

Nursyahrobby, M., Rusdi, M., Riski Gusti, D., Lestari, I., Pendidikan Kimia, M.,
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, F., Jambi, U., Raden Mattaher No, J., Jambi,
P., Jambi Timur, K., & Jambi, K. (n.d.). Pengembangan Scaffolding pada
Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah.
Journal on Education, 06(01).

Pendidikan, J., Undiksha, K., Made, N., Suparwati, A., Suja, W., & Tika, N. (2023).
E- LKPD Kimia Berbasis STEM dengan Muatan Etnosains untuk
Meningkatkan Model Mental Kimia pada Materi Laju Reaksi A R T I C L E I
N F O Kata Kunci: E-LKPD Kimia STEM etnosains model mental kimia.
7(1), 1–10. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPK

78
Putri, R. H., Albertus, ), Lesmono, D., Pramudya, ), & Aristya, D. (n.d.).
PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MAN BONDOWOSO 1).

Rahmayani, A., Siswanto, J., & Budiman, M. A. (2019). Pengaruh Model


Pembelajaran Discovery Learning dengan Menggunakan Mediavideo
Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 3(2), 246-253.

Rumahorbo, S., & Nurfajriani, N. (2022). Pengembangan Media E-Learning


Berbasis Weblog dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) pada Materi Laju Reaksi. Jurnal Indonesia Sosial Sains, 3(4), 615–
624. https://doi.org/10.36418/jiss.v3i4.566

Salsabila, M. (2023). Pengaruh Model Problem Based Learning dan Discovery


Learning Berbantuan Media ISpring Presenter terhadap Hasil Belajar. Jurnal
Insan Pendidikan Dan Sosial Humaniora, 1(3),26–33.
https://doi.org/10.59581/jipsoshum-widyakarya.v1i3.753

Saragi, L., & Dalimunthe, M. (2022). Pengaruh model pembelajaran problem based
learning dengan menggunakan powerpoint terhadap hasil dan minat belajar
siswa pada materi laju reaksi di kelas XI SMA. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 1.

Shabrona Putri, I., Juliani, R., & Nia Lestari, I. (2017). PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA DAN AKTIVITAS SISWA (Vol. 6, Issue
2).http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/

Syafirah, S., Darmana, A., & Artikel, I. (2022). Perbedaan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa Menggunakan Problem Based Learning dan Discovery
Learning pada Bahan Ajar Laju Reaksi Terintegrasi Nilai Spiritual. 1.
https://jurnal.arkainstitute.co.id/index.php/educenter/index

Wulandari, A. T. (2023). PENGARUH METODE READING TO LEARN DAN


RANGKUMAN TERHADAP HOTS-LITERACY SAINS SISWA PADA

79
MATERI LAJU REAKSI. Jurnal Pendidikan Sosial Dan Humaniora, 2(1).
https://publisherqu.com/index.php/pediaqu

Yuliana, N. (2018). PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY


LEARNING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DI

SEKOLAH DASAR. PPs Universitas Pendidikan Ganesha JIPP, 2..

Yuliana, V., Copriady, J., & Erna, M. (2023). Pengembangan E-Modul Kimia
Interaktif Berbasis Pendekatan Saintifik Menggunakan Liveworksheets pada
Materi Laju Reaksi. In JIPK (Vol. 17, Issue 1).
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JIPK

Z Pasaribu, M., & Nainggolan, B. (2022). Pengaruh Penerapan Model Inkuiri


Terbimbing Berbasis Video Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas
XI Sma pada Materi Laju Reaksi. Jurnal Indonesia Sosial Sains, 3(3), 378–
388. https://doi.org/10.36418/jiss.v3i3.561

80
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Wawancara

No Aspek Indikator No. Jumlah


1. Kurikulum Sekolah Kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran Kimia di SMAN 1 Bahorok. 1 2
Penerapan kurikulum yang digunakan. 2
2. Pengalaman Lama pengalaman mengajar. 3
Mengajar 3
Pengalaman mengajar kimia di kelas (Pernah mengajar di kelas X. XI atau XII). 4
Saat ini mengajar Kimia di kelas berapa. 5
3. Profil Peserta Didik Model dan metode pembelajaran yang digunakan. 6
dalam Menghadapi Motivasi peserta didik dalam belajar kimia. 3
7
Pembelajaran Hasil belajar peserta didik. 8
4. Pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan evaluasi pembelajaran kimia. 9
di Sekolah Evaluasi dilakukan disetiap K.D. 10 3
Metode evaluasi yang dilakukan. 11
5. Instrumen Tes Pengetahuan dasar pendidik mengenai instrumen tes. 12
Instrumen tes yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar peserta didik. 13
Aspek penting dalam instrumen tes. 14 4
Kriteria instrumen tes yang baik digunakan utnuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik.
15,16
17

81
6. Laju Reaksi Kesulitan atau kendala proses pembelajaran dan evaluasi untuk materi Laju Reaksi. 18.
Pendapat pendidik mengenai perlunya pengembangan instrumen tes berbasis pendekatan 18. 2
kontekstual dalam materi Laju Reaksi untuk mengukur kemampuan Literasi sains peserta
didik.

82
Lampiran 2 Lembar Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban


1. Kurikulum apa yang digunakan dalam pembelajaran
Kimia di SMAN 1 Bahorok?

2. Bagaimana penerapan kurikulum yang digunakan?

3. Sudah berapa lama bapak/ibu mengajar kimia?

4. Pernah mengajar kimia dikelas berapa saja?

5. Sekarang mengajar kimia dikelas berapa saja?

6. Bagaimana model dan metode pembelajaran yang


bapak/ibu gunakan? Apakah model dan metode tersebut
berjalan dengan baik?
7. Bagaimana motivasi peserta didik dalam belajar kimia?

8. Bagaimana hasil belajar dari peserta didik?

83
9. Bagaimana pelaksanaan evaluasi dalam proses
pembelajaran kimia yang selama ini bapak/ibu lakukan?

10. Apakah setiap KD dilakukan evaluasi dalam


pembelajaran?

11. Evaluasi seperti apa yang biasa bapak/ibu lakukan dalam


proses pembelajaran?

12. Apakah yang bapak/ibu ketahui tentang instrument tes?

13. Menurut bapak/ibu, apakah aspek penting yang harus ada


disetiap instrument tes?

14. Menurut bapak/ibu, instrument tes seperti apa yang baik


digunakan sehingga bias mengukur keberhasilan belajar
peserta didik?
15. Apakah selama ini instrument tes yang bapak/ibu berikan
sudah memenuhi aspek pengetahuan, keterampilan,
konteks dan afektif?
16. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang pendekatan
kontekstual?

17. Apakah selama ini instrument tes yang bapak/ibu berikan


menggunakan pendekatan konstekstual?

84
18.Apakah bapak/ibu mengalami kendala dalam proses
pembelajarn materi Laju Reaksi ?
Lampiran 3 Table Kisi Kisi Soal

Petunjuk
 Berdasarkan pendapat Bapak/Ibu, berilah tanda “” pada kolom jika pertanyaan dalam butir soal sesuai dengan kriteria dan
tanda “X” pada kolom jika pernyataan dalam butir soal tidak sesuai dengan kriteria .
 Berikut kriteria validasi instrument tes:

1. Kesesuaian soal dengan tujuan pembelajaran

2. Kesesuaian tingkat kognitif dengan soal

 Jika ada saran dan komentar maka Bapak/Ibu dapat menuliskannya pada kolom komentar/saran yang telah disediakan.
Capaian Pembelajaran:
1. Peserta didik mampu memahami pengertian laju reaksi dan faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan teori
tumbukan.
2. Peserta didik mampu menentukan hukum dan persamaan laju reaksi .

3. Peserta didik dapat menghitung laju reaksi dan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan laju reaksi

4. Peserta didik dapat menetukan konstanta/tetapan laju reaksi berdasarkan data hasil percobaan laju reaksi.

85
Kelayakan

Tingkat Tidak
Tujuan Pembelajaran No Soal Jawaban Keterangan Layak
Kognitif Layak
()
(X)

Siswa dapat menentukan 1 Untuk membuat 500 mL larutan H2SO4 C3 B


volume yang dibutuhkan 0,05 M dibutuhkan larutan H2SO4 5 M
suatu zat untuk bereaksi sebanyak…mL.
dengan benar
a. 2,5 mL

b. 5 mL

c. 5,5 mL

d. 10 mL

e. 15 mL
2 Konsentrasi larutan yang dibuat dari 25 g C3 C
padatan CaCO3 dan dilarutkan dalam air
hingga volume larutan menjadi 500 mL

86
adalah….M.
Ar Ca = 40
Ar C = 12
Ar O = 16

a. 0,025 M

b. 0,005 M

c. 0,05 M

d. 0,5 M

e. 0,25 M
Siswa dapat mengetahui 3 Laju reaksi adalah… C1 B
pengertian laju reaksi a. perubahan suhu per satuanwaktu
dengan tepat b. perubahan konsentrasi persatuan waktu
c. perubahan jarak per satuan waktu
d. perubahan produk persatuan waktu
e. perubahan dikarenakan suhu
4 Data percobaan reaksi berikut: A + B C2 A
Siswa dapat memahami
hasil

87
konsep faktor – faktor
yangmempengaruhi laju
reaksi dengan tepat

Pada percobaan 2 dan 4, laju reaksi


dipengaruhi oleh faktor ….
a. konsentrasi

b. suhu

c. luas permukaan

d. katalis

e. tekanan
5 C2 C
Kenaikan suhu menyebabkan reaksi
berlangsung dengan cepat, hal itu karena…
a. memperbesar luas permukaan

88
b. menaikkan suhu larutan
c. memperbesar energi kinetik
molekul pereaksi
d. memperbesar tekanan
e. menaikkan energi pengaktifan zat yang
bereaksi
Siswa dapat 6 Perhatikan data table percobaandari reaksi C3 C
menerapkan konsep berikut:
laju reaksi berdasarkan Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)
data hasil percobaan Laju reaksi pembentukan gas
dengan teliti hidrogen dari reaksi tersebut adalah
….
a. 0,20 mL.det-1

b. 0,50 mL.det-1

c. 0,75 mL.det-1

d. 0,85 mL.det-1

e. 0,90 mL.det-1

89
7 Perhatikan data tabel percobaan dari reaksi C3 B
berikut:

Mg(s) + 2HCl(aq) →MgCl2(aq) + H2(g)


Berlangsung pada suhu suhu 27ºC sebagai
berikut :

Laju reaksi rata – rata pembentukangas H2


adalah ….
a. 2 cm3/detik
b. 3 cm3/ detik
c. 4 cm3/ detik
d. 6 cm3/ detik
e. 9 cm3/ detik

90
No Suhu Volume Waktu
(°C) H2 (mL) (det)

1 25 15 20

2 25 22,5 30
3 25 30 40

8 Pada percobaan reaksi antar logam C3 C


aluminium dan asam sulfat sesuai
persamaan reaksi:
2Al(s) + 3H2SO4(aq) → Al2(SO4)3(aq) + 3H2(g)
Gas hidrogen ditampung dan diukur
volumenya pada temperatur yang tetap.
Data pengukuran tiap waktu sesuai tabel
berikut:

Laju reaksi pembentukan gas hidrogen

91
setelah 30 detik sebesar ….
a. 0,83 mL/detik
b. 1,33 mL/detik
c. 2,67 mL/detik
d. 2,50 mL/detik
e. 7,50 mL/detik .
9 Berikut tabel hasil percobaan reaksi antara C3 E
logam Q dengan larutan HCl 2M
H2(g) + Cl2(g) → 2HCl(g)

Laju reaksi pembentukan gas H2 pada suhu


tersebut adalah ….
a. 0,7 mL/det
b. 1,0 mL/det
c. 1,4 mL/det

92
d. 2,0 mL/det
e. 2,8 mL/det
10 Berikut ini diberikan data percobaanlaju C3 E
reaksi

Q (g) + 2T (g) → T2Q (g) pada


beberapa kondisi :

Jika [Q] dan [T] masing-masingdiubah


menjadi 0,5 M, maka harga laju (V)
reaksi saat itu adalah …. M/det

a. 5,0

b. 7,5

c. 10,5

d. 12,5

93
e. 39,0
11 Data percobaan laju reaksi C3 B
2CO(g) + O2(g) → 2CO2(g) sebagai berikut :

Laju reaksi bila [CO] = 0,3 M dan [O2] =0,2 M


adalah ….
a. k[0,3] [0,2]2
b. k[0,3]2 [0,2]
c. k[0,3] [0,2]
d. k[0,3]
e. k[0,2]
12 Pada percobaan logam magnesium yang C3
direaksikan dengan larutan asam klorida Mg(s) +
2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g) Diperoleh data
sebagai berikut :

94
Laju reaksi pada pembentukan gas H2 adalah ….
mL/detik
a. 25/10
b. 50/5
c. 75/10
d. 10/5
e. 25/5
13 Kedalam ruang yang volumenya 2 liter, C4 B
dimasukkan 4 mol gas HI yang kemudian
terurai menjadi gas H2 dan I2.Setelah 5 detik,
dalam ruang tersebut terdapat 1 mol gas H2.
Tentukan laju reaksi pembentukan gas H2
dan laju reaksi peruraian gas HI berturut-
turut adalah …

95
a. 0,1 M/detik dan 0,2
M/detik
b. 0,2 M/detik dan 0,1
M/detik
c. 0,1 M/detik dan 0,5
M/detik
d. 0,5 M/detik dan 0,1
M/detik
e. 0,2 M/detik dan 0,2
M/detik
14 C3 E
Sekeping logam seng direaksikan dengan
larutan asam sulfat 4 M danbereaksi
menurut reaksi :
Zn(s) + H2SO4(aq) → ZnSO4(aq) + H2(aq) Data
yang diperoleh setelah beberapa menit
sebagai berikut :

96
Laju reaksi seng tersebut sebesar ….
a. 0,05 cm3. det-1
b. 0,10 cm3 . det-1
c. 0,15 cm3 . det-1
d. 0,20 cm3 . det-1
e. 0,25 cm3 . det-1
15 Data laju awal untuk reaksi: C4 B
(CH3)3CBR + OH- → (CH3)3COH + Br-

Pada 55ºC diberikan pada tabel berikut :

97
Hukum laju reaksi ini adalah …..

a. v = k [(CH3)3CBr] [OH-]

b. v = k [(CH3)3CBr]

c. v = k [OH-]

d. v = k [(CH3)3CBr]2 [OH-]

e. v = k [(CH3)3CBr] [OH-]2

16 Berikut tabel hasil percobaan reaksi antara C3 6


logam Q dengan larutan HCl 2 M
H2(g) + Cl2(g) → 2HCl(g)

Laju reaksi pembentukan gas H2 pada suhu


tersebut adalah ….

98
a. 0,7 mL.det-1
b. 1,0 mL.det-1
c. 1,4 mL.det-1
d. 2,0 mL.det-1
e. 2,8 mL.det-1
17 Dari hasil percobaan reaksi C4 E
2NO(g) + 2H2(g) → N2(g) + 2H2O(g)

Diperoleh data sebagai berikut:

Orde total untuk reaksi diatas adalah ….

a. 0
b. 1,0
c. 1,5
d. 2,0

99
e. 3,0
18 Perhatikan data percobaan reaksi berikut : C3 E
Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)

Jika reaksi berlangsung pada suhu 25°C,


maka laju reaksi pembentukangas H2 rata-rata
10 detik pertama adalah ….
a. 2,20 mL.detik-1

b. 2,40 mL.detik-1

c. 2,50 mL.detik-1

d. 2,80 mL.detik-1

e. 3,40 mL.detik-1
19 C3 D
Data laju awal reaksi oksidasi 𝐹𝑒2+ oleh H2O2
dalam suasana asam ditunjukkan pada tabel

100
berikut :

Orde reaksi terhadap 𝐹𝑒2+ adalah ….

a. – 1

b. 0
c. 1

d. 2

e. 3
20 C3 E
Setiap kenaikan 10ºC laju reaksi menjadi 2 kali
lebih cepat. Suatu reaksi pada suhu 30ºC . bila
suhu dinaikkan menjadi 100 ºC maka laju
reaksinya adalah ….
a. 14 a
b. 28 a

101
c. 32 a
d. 64 a
e. 128 a
21 Perhatikan bagan reaksi 4 gram pualam CaCO3 C2 E
dengan larutan HCl pada masing-masing
wadah berikut!

Laju reaksi yang hanya dipengaruhioleh


suhu terdapat pada gambar nomor…..
a. (1) terhadap (2)

b. (1) terhadap (3)

c. (2) terhadap (4)

d. (3) terhadap (4)

102
e. (4) terhadap (5)
22 Laju suatu reaksi menjadi dua kali lebih C3 A
cepat pada setiap kenaikan suhu 10°C. Bila
pada suhu 20°C reaksi berlangsung dengan
laju reaksi 2 x 103 mol L-1s-1, berapa laju
reaksi yang terjadi pada suhu 50°C ?

a. 1,6 x 10-2 mol L-1 s-1

b. 1,6 x 10-3 mol L-1 s-1

c. 1,6 x 10-4 mol L-1 s-1

d. 1,7 x 10-3 mol L-1 s-1

e. 1,7 x 10-4 mol L-1 s-1


23 Berikut ini tabel hasil percobaan reaksi C3 B
logam X dengan HCl 1 M :
H2(g) + Cl(g) → 2HCl(g)

103
Laju reaksi pembentukan gas H2 tersebut
adalah…..
a. 0,4 mL.det-1
b. 0,5 mL.det-1
c. 1,0 mL.det-1
d. 2,0 mL.det-1
e. 3,0 mL.det-1
Siswa dapat 24 Ketika memasak bubur kacang hijau C2 B
mengetahui faktor - biasanya gula merah diiris terlebih dahulu
faktor yang sebelum dimasukkan kedalambubur . hal ini
mempengaruhi laju dilakukan karena dapat mempercepat
reaksi dengan tepat leburnya gula.
Mengiris gula merah berhubungandengan
faktor ….

104
a. suhu
b. luas permukaan
c. tekanan
d. konsentrasi
e. volume
25 Fungsi katalis adalah untuk …. C1 D
a. menaikkan energi aktivitas danenergi
kinetic molekul yang bereaksi
b. menaikkan energi kinetik
molekul pereaksi
c. menurunkan energi kinetik
molekul pereaksi
d. mengubah jalannya reaksi sehingga
energi aktivasinyaturun
e. meningkatkan frekuensitumbukan
antar partikel
26 Dalam suatu pabrik, proses pembuatan SO3 C2 C
menggunakan suatukatalis yaitu Vanadium

105
pentaoksida menurut persamaan reaksi :
SO2(g) + O2(g) →2SO3(g)

Fungsi katalis dalam reaksi tersebut


adalah...
a. meningkatkan hasil reaksi

b. meningkatkan jumlah tumbukan


partikel- partikelpereaksi
c. menurunkan energi aktivasi

d. meningkatkan energi kinetik


pereaksi

e. memperbesar luas
permukaan pereaksi
27 Perhatikan gambar reaksi CaCO3 dalam C2 A
larutan HCl encer

106
Laju reaksi yang hanya dipengaruhi luas
permukaan terdapat pada gambar nomor
….
a. 1 terhadap (2)

b. 2 terhadap (3)

c. 2 terhadap (4)

d. 3 terhadap (5)

e. 4 terhadap (5)
28 Bubuk detergen yang digunakan untuk C2 D
mencuci pakaian mengandung zat-zat noda-
noda pada pakaian. Zat zat ini akan bereaksi
dengan nodanoda tersebut. Dua pakaian
seragam dengan noda yang sangat kotor

107
dicuci dengan bubuk detergen yang sama.
Pakaian pertama dicuci dengan 1 takaran
detergen, sedangkan pakaian kedua dicuci
dengan 2 takaran detergen. Takaran manakah
yang dapat membersihkan pakaian lebih
cepat? Mengapa…

a. pakaian dngan 1 takaran


detergen,karena dengan detergen yang
sedikit sudah dapat membersihkan
noda

b. pakaian dengan 1 takaran detergen,


karena setelah dicuci pakaian
menjadi bersih

c. pakaian dengan 2 takaran detergen,


karena dapat menghilangkan noda
lebih baik

d. pakaian dengan 2 takaran detergen,

108
karena jumlah partikeldetergen lebih
banyak

e. pakaian dengan 1 takaran dan


dengan 2 takaran detergen sama –
sama lebih ceoat membersihkan
pakaian, karena konsentrasi detergen
sama
29 C2 A
Penyimpanan gula merupakan cara
mengendalikan laju reaksi pada faktor ….

a. suhu

b. konsentrasi

c. katalis

d. luas permukaan

e. jumlah zat pereaksi


Siswa dapat 30 Dari reaksi Br2(g) + 2NO(g) → 2NOBr(g), C4 C
menghitung orde diperoleh data eksperimen sebagai berikut
reaksi berdasarkan data

109
hasil percobaandengan
benar

Orde reaksi total dari reaksi tersebut adalah


….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Siswa dapat 31 Data percobaan untuk reaksi A + C3 D
menghitung orde reaksi B → AB adalah :
berdasarkan data hasil
percobaandengan benar

110
Orde reaksi terhadap A dan B berturut turut adalah
….

a. 2 dan 4

b. 2 dan 2

c. 2 dan 1

d. 1 dan 2

e. 1 dan 1
32 Data percobaan penentuan laju reaksi C3 B
P+Q→R

111
Orde reaksi terhadap P adalah ….
a. 0
b. ½
c. 1
d. 2
e. 3
Siswa dapat 33 Reaksi akan berlangsung 3 kali lebih cepat dari C3 A
memahami konsep semula setiap kenaikkan 20ºC . jika pada suatu
hukum laju reaksi dan 30ºC suatu reaksi berlangsung 3 menit , maka
persamaan lajudengan pada suhu 70 ºC reaksi akan berlangsung
baik selama ….

a. 1/3 menit

112
b. 2/3 menit
c. 1 menit
d. 4 menit
e. 12 menit
34 C3 E
Suatu reaksi A + B hasil reaksi,
persamaan laju reaksinya

V= k[A][B]. bila pada suhu tetap


konsentrasi A dan B masing – masing
dinaikkan duakali dari semula, laju
reaksinyaadalah ….

a. tidak berubah

b. dua kali lebih besar

c. empat kali lebih besar

d. enam kali lebih besar

e. delapan kali lebih besar


35 Perhatikan data percobaan penentuan laju C4 D
reaksi berikut .

113
P+Q→Z

1. Jika konsentrasi zat P tetap dan


konsentrasi zat Q dinaikkan dua kali
dari semula, laju reaksi menjadi empat
kali lebih cepat darisemula
2. jika konsentrasi zat P dan Q
dinaikkan dua kali , makalaju
reaksinya menjadi 8 kali semula

berdasarkan data tersebut, persamaan laju


reaksinya adalah ….

a. V = k [P]

b. V = k[Q]2

c. V=k[P][Q]

d. V = k[P][Q]2

e. V = k[P]2[Q]2
36 Untuk reaksi berikut ini : C2 D
2NO(g) + Br2(g) → 2NOBr(g)

114
Laju reaksi ini dapat dinytakan sebagai ….

37 Setiap kenaikan 10°C laju reaksi menjadi 2 C3 E


kali lebih cepat. Suatu reaksi pada suhu
30°C laju = a. Bila suhu dinaikkan menjadi
100°C maka laju reaksinya adalah…
a. 14a
b. 28a
c. 32a
d. 64a
e. 128a
Siswa dapat 38 Grafik yang menyatakan reaksi orde satu C2 B
menganalisis grafik adalah ….
orde suatu reaksi
dengan tepat

115
39 Dalam satu bejana terdapat reaksiA + C2 B
B→C
Jika diketahui persamaan laju reaksiV =
[A]1 [B]0
Maka kurva yang tepat untuk
menggambarkan orde reaksi tersebut
terhadap A adalah ….

116
Siswa dapat 40 Pada reaksi A + B → C. diketahui C3
menetukan konstanta [A] = 0,1 M dan [B] = 0,4 M . Orde terhadap
/tetapanlaju reaksi A dan B masing – masing 1 dan
berdasarkan data 3. Laju reaksi nya adalah 4,0 M/det . Harga

117
hasil percobaan tetapan laju reaksi k adalah ….
dengan cermat
a. 0,4 M-2 .det-1
b. 2,5 M-2 .det-1
c. 4 x 10-3 M-2. det-1
d. 25 M-2 .det-1
e. 250 M-2 .det-1

118
Lampiran 4 Instrument Soal Sebelum Divalidasi

1. Untuk membuat 500 mL larutan H2SO4 0,05 M dibutuhkan larutan H2SO4 5 M sebanyak…mL.
a. 2,5 mL
b. 5 mL
c. 5,5 mL
d. 10 mL
e. 15 Ml

2. Konsentrasi larutan yang dibuat dari 25 g padatan CaCO3 dan dilarutkan dalam air hingga volume larutan menjadi 500 mL
adalah….M. Ar Ca = 40 , Ar C = 12 ,
Ar O = 16

a. 0,025 M

b. 0,005 M

c. 0,05 M

d. 0,5 M

e. 0,25 M
3. Laju reaksi adalah…
a. perubahan suhu per satuanwaktu

119
b. perubahan konsentrasi persatuan waktu
c. perubahan jarak per satuan waktu
d. perubahan produk persatuan waktu
e. perubahan dikarenakan suhu

4. Data percobaan reaksi berikut: A + B hasil

Pada percobaan 2 dan 4, laju reaksi dipengaruhi oleh faktor ….


a. Konsentrasi
b. Suhu
c. luas permukaan
d. katalis
e. tekanan

120
5. Kenaikan suhu menyebabkan reaksi berlangsung dengan cepat, hal itu karena….
a. memperbesar luas permukaan
b. menaikkan suhu larutan
c. memperbesar energi kinetik molekul pereaksi
d. memperbesar tekanan
e. menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi
6. Perhatikan data tabel percobaan dari reaksi berikut:
Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g)
Laju reaksi pembentukan gas hidrogen dari reaksi tersebut adalah ….
a. 0,20 mL.det-1

b. 0,50 mL.det-1

c. 0,75 mL.det-1

d. 0,85 mL.det-1

e. 0,90 mL.det-1
7. Perhatikan data tabel percobaan dari reaksi berikut:

Mg(s) + 2HCl(aq) →MgCl2(aq) + H2(g) Berlangsung pada suhu suhu 27ºC sebagai berikut :

121
Laju reaksi rata – rata pembentukan gas H2 adalah ….
a. 2 cm3/detik
b. 3 cm3/ detik
c. 4 cm3/ detik
d. 6 cm3/ detik
e. 9 cm3/ detik
8. Pada percobaan reaksi antar logam aluminium dan asam sulfat sesuai persamaan reaksi:
2Al(s) + 3H2SO4(aq) → Al2(SO4)3(aq) + 3H2(g)
Gas hidrogen ditampung dan diukur volumenya pada temperatur yang tetap. Data pengukuran tiap waktu sesuai tabel
berikut:

122
Laju reaksi pembentukan gas hidrogen setelah 30 detik sebesar ….
a. 0,83 mL/detik
b. 1,33 mL/detik
c. 2,67 mL/detik
d. 2,50 mL/detik
e. 7,50 mL/detik .

9. Berikut tabel hasil percobaan reaksi antara logam Q dengan larutan HCl 2M
H2(g) + Cl2(g) → 2HCl(g)

Laju reaksi pembentukan gas H2 pada suhu tersebut adalah ….


a. 0,7 mL/det
b. 1,0 mL/det
c. 1,4 mL/det
d. 2,0 mL/det
e. 2,8 mL/det

123
10. Berikut ini diberikan data percobaanlaju reaksi
Q (g) + 2T (g) → T2Q (g) pada beberapa kondisi :

Jika [Q] dan [T] masing-masingdiubah menjadi 0,5 M, maka harga laju (V) reaksi saat itu adalah …. M/det
a. 5,0
b. 7,5
c. 10,5
d. 12,5
e. 39,0

11. Data percobaan laju reaksi :


2CO(g) + O2(g) → 2CO2(g) sebagai berikut :

124
Laju reaksi bila [CO] = 0,3 M dan [O2] = 0,2 M adalah ….
a. k[0,3] [0,2]2
b. k[0,3]2 [0,2]
c. k[0,3] [0,2]
d. k[0,3]
e. k[0,2]
12. Pada percobaan logam magnesium yang direaksikan dengan larutan asam klorida
Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g) Diperoleh data sebagai berikut :

Laju reaksi pada pembentukan gas H2 adalah ….


a. 25/10 mL/detik
b. 50/5 mL/detik
c. 75/10 mL/detik
d. 10/5 mL/detik
e. 25/5 mL/detik
13. Kedalam ruang yang volumenya 2 liter, dimasukkan 4 mol gas HI yang kemudian terurai menjadi gas H2 dan I2.Setelah 5

125
detik, dalam ruang tersebut terdapat 1 mol gas H2. Tentukan laju reaksi pembentukan gas H2 dan laju reaksi peruraian gas
HI berturut- turut adalah …
a. 0,1 M/detik dan 0,2 M/detik
b. 0,2 M/detik dan 0,1 M/detik
c. 0,1 M/detik dan 0,5 M/detik
d. 0,5 M/detik dan 0,1 M/detik
e. 0,2 M/detik dan 0,2 M/detik

14. Sekeping logam seng direaksikan dengan larutan asam sulfat 4 M danbereaksi menurut reaksi :
Zn(s) + H2SO4(aq) → ZnSO4(aq) + H2(aq)Data yang diperoleh setelah beberapa menit sebagai berikut :

Laju reaksi seng tersebut sebesar ….


a. 0,05 cm3. det-1
b. 0,10 cm3 . det-1
c. 0,15 cm3 . det-1

126
d. 0,20 cm3 . det-1
e. 0,25 cm3 . det-1
15. Data laju awal untuk reaksi:
(CH3)3CBR + OH- → (CH3)3COH + Br-
Pada 55ºC diberikan pada tabel berikut :

Hukum laju reaksi ini adalah …..

a. v = k [(CH3)3CBr] [OH-]

b. v = k [(CH3)3CBr]
c. v = k [OH-]

d. v = k [(CH3)3CBr]2 [OH-]

e. v = k [(CH3)3CBr] [OH-]2

127
16. Berikut tabel hasil percobaan reaksi antara logam Q dengan larutan HCl 2 M
H2(g) + Cl2(g) → 2HCl(g)

Laju reaksi pembentukan gas H2 pada suhu tersebut adalah ….


a. 0,7 mL.det-1
b. 1,0 mL.det-1
c. 1,4 mL.det-1
d. 2,0 mL.det-1
e. 2,8 mL.det-1

17. Dari hasil percobaan reaksi


2NO(g) + 2H2(g) → N2(g) + 2H2O(g)
Diperoleh data sebagai berikut:

128
Orde total untuk reaksi diatas adalah ….

a. 0
b. 1,0
c. 1,5
d. 2,0
e. 3,0

18. Perhatikan data percobaan reaksi berikut : Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)

Jika reaksi berlangsung pada suhu 25°C, maka laju reaksi pembentukangas H2 rata-rata 10 detik pertama adalah ….
a. 2,20 mL.detik-1

b. 2,40 mL.detik-1

129
c. 2,50 mL.detik-1

d. 2,80 mL.detik-1

e. 3,40 mL.detik-1

19. Data laju awal reaksi oksidasi 𝐹𝑒2+ oleh H2O2 dalam suasana asam ditunjukkan pada tabel berikut :

Orde reaksi terhadap 𝐹𝑒2+ adalah ….

a. -1
b. 0
c. 1
d. 2
e. 3

20. Setiap kenaikan 10ºC laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat. Suatu reaksi pada suhu 30ºC . bila suhu dinaikkan menjadi 100 ºC
maka laju reaksinya adalah ….
a. 14 a
b. 28 a

130
c. 32 a
d. 64 a
e. 128 a

21. Perhatikan bagan reaksi 4 gram pualam CaCO3 dengan larutan HCl pada masing-masing wadah berikut!

Laju reaksi yang hanya dipengaruhioleh suhu terdapat pada gambar nomor…..
a. terhadap (2)
b. (1) terhadap (3)
c. (2) terhadap (4)
d. (3) terhadap (4)
e. (4) terhadap (5)

22. Laju suatu reaksi menjadi dua kali lebih cepat pada setiap kenaikan suhu 10°C. Bila pada suhu 20°C reaksi berlangsung

131
dengan laju reaksi 2 x 103 mol L-1s-1, berapa lajureaksi yang terjadi pada suhu 50°C ….?

a. 1,6 x 10-2 mol L-1 s-1

b. 1,6 x 10-3 mol L-1 s-1

c. 1,6 x 10-4 mol L-1 s-1

d. 1,7 x 10-3 mol L-1 s-1

e. 1,7 x 10-4 mol L-1 s-1

23. Berikut ini tabel hasil percobaan reaksilogam X dengan HCl 1 M :


H2(g) + Cl(g) → 2HCl(g)

Laju reaksi pembentukan gas H2 tersebut adalah…..


a. 0,4 mL.det-1
b. 0,5 mL.det-1
c. 1,0 mL.det-1
d. 2,0 mL.det-1

132
e. 3,0 mL.det-1

24. Ketika memasak bubur kacang hijau biasanya gula merah diiris terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam bubur . hal ini
dilakukan karena dapat mempercepat leburnya gula. Mengiris gula merah berhubungandengan faktor ….
a. Suhu
b. luas permukaan
c. tekanan
d. konsentrasi
e. volume

25. Fungsi katalis adalah untuk ….


a. menaikkan energi aktivitas danenergi kinetic molekul yang bereaksi
b. menaikkan energi kinetik molekul pereaksi
c. menurunkan energi kinetik molekul pereaksi
d. mengubah jalannya reaksi sehingga energi aktivasinyaturun
e. meningkatkan frekuensitumbukan antar partikel

26. Dalam suatu pabrik, proses pembuatan SO3 menggunakan suatukatalis yaitu Vanadium pentaoksida menurut persamaan
reaksi :

133
SO2(g) + O2(g) →2SO3(g)
Fungsi katalis dalam reaksi tersebut adalah...
a. meningkatkan hasil reaksi
b. meningkatkan jumlah tumbukan partikel- partikel pereaksi
c. menurunkan energi aktivasi
d. meningkatkan energi kinetik pereaksi
e. memperbesar luas permukaan pereaksi

27. Perhatikan gambar reaksi CaCO3 dalam larutan HCl encer

Laju reaksi yang hanya dipengaruhi luas permukaan terdapat pada gambar nomor ….
a. 1 terhadap (2)
b. 2 terhadap (3)
c. 2 terhadap (4)
d. 3 terhadap (5)

134
e. 4 terhadap (5)
28. Bubuk detergen yang digunakan untuk mencuci pakaian mengandung zat-zat noda-noda pada pakaian. Zat zat ini akan
bereaksi dengan nodanoda tersebut. Dua pakaian seragam dengan noda yang sangat kotor dicuci dengan bubuk detergen yang
sama. Pakaian pertama dicuci dengan 1 takaran detergen, sedangkan pakaian kedua dicuci dengan 2 takaran detergen.
Takaran manakah yang dapat membersihkan pakaian lebih cepat? Mengapa…
a. pakaian dngan 1 takaran detergen,karena dengan detergen yang sedikit sudah dapat membersihkan noda
b. pakaian dengan 1 takaran detergen, karena setelah dicuci pakaian menjadi bersih
c. pakaian dengan 2 takaran detergen, karena dapat menghilangkan noda lebih baik
d. pakaian dengan 2 takaran detergen, karena jumlah partikeldetergen lebih banya
e. pakaian dengan 1 takaran dan dengan 2 takaran detergen sama – sama lebih ceoat membersihkan pakaian, karena
konsentrasi detergen sama

29. Penyimpanan gula merupakan cara mengendalikan laju reaksi pada faktor ….

a. Suhu
b. Konsentrasi
c. Katalis

d. luas permukaan
e. jumlah zat pereaksi

135
30. Dari reaksi Br2(g) + 2NO(g) → 2NOBr(g), diperoleh data eksperimen sebagai berikut

Orde reaksi total dari reaksi tersebut adalah ….


a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5

136
31. Data percobaan untuk reaksi A + B → AB adalah :

Orde reaksi terhadap A dan B berturut turut adalah ….

a. 2 dan 4

b. 2 dan 2
c. 2 dan 1
d. 1 dan 2
e. 1 dan 1

32. Data percobaan penentuan laju reaksi


P+Q→R

137
Orde reaksi terhadap P adalah ….
a. 0
b. ½
c. 1
d. 2
e. 3

33. Reaksi akan berlangsung 3 kali lebih cepat dari semula setiap kenaikkan 20ºC . jika pada suatu 30ºC suatu reaksi berlangsung
3 menit , maka pada suhu 70 ºC reaksi akan berlangsung selama ….
a. 1/3 menit
b. 2/3 menit
c. 1 menit
d. 4 menit
e. 12 menit

138
34. Suatu reaksi A + B hasil reaksi, persamaan laju reaksinya V= k[A][B]. bila pada suhu tetap konsentrasi A dan B
masing – masing dinaikkan dua kali dari semula, laju reaksinya adalah ….

a. tidak berubah
b. dua kali lebih besar
c. empat kali lebih besar
d. enam kali lebih besar
e. delapan kali lebih besar

35. Perhatikan data percobaan penentuan laju reaksi berikut . P + Q → Z


1. Jika konsentrasi zat P tetap dan konsentrasi zat Q dinaikkan dua kali dari semula, laju reaksi menjadi empat kali lebih
cepat darisemula
2. jika konsentrasi zat P dan Q dinaikkan dua kali , makalaju reaksinya menjadi 8 kali semula
berdasarkan data tersebut, persamaan laju reaksinya adalah ….

a. V = k [P]

b. V = k[Q]2

c. V=k[P][Q]

d. V = k[P][Q]2

139
e. V = k[P]2[Q]2

36. Untuk reaksi berikut ini : 2NO(g) + Br2(g) → 2NOBr(g)


Laju reaksi ini dapat dinytakan sebagai ….

37. Setiap kenaikan 10°C laju reaksi menjadi 2 kali lebih cepat. Suatu reaksi pada suhu 30°C laju = a. Bila suhu dinaikkan
menjadi 100°C maka laju reaksinya adalah…
a. 14a
b. 28a
c. 32a
d. 64a
e. 128a
38. Grafik yang menyatakan reaksi orde satu adalah ….

140
39. Dalam satu bejana terdapat reaksiA + B → C Jika diketahui persamaan laju reaksiV = [A]1 [B]0 Maka kurva yang
tepat untuk menggambarkan orde reaksi tersebut terhadap A adalah ….

141
40. Pada reaksi A + B → C. Diketahui [A] = 0,1 M dan [B] = 0,4 M . Orde terhadap A dan B masing – masing 1 dan Laju reaksi
nya adalah 4,0 M/det . Hargatetapan laju reaksi k adalah ….
a. 0,4 M-2 .det-1
b. 2,5 M-2 .det-1
c. 4 x 10-3 M-2. det-1
d. 25 M-2 .det-1
e. 250 M-2 .det-1

142
Lampiran 5 Kunci Jawaban Instrument Tes Sebelum Divalidasi

1. B 21. E
2. C 22. A
3. B 23. B
4. A 24. B
5. C 25. D
6. C 26. C
7. B 27. A
8. C 28. D
9. E 29. A
10. E 30. C
11. B 31. D
12. E 32. B
13. B 33. A
14. E 34. E
15. D 35. D
16. E 36. D
17. E 37. E
18. E 38. B
19. D 39. B
20. E 40. B

143
Lampiran 6 Instrument Tes Setelah Validasi

1. Untuk membuat 500 ml larutan H2SO4 0,05 M dibutuhkan larutan H2SO4 5 M sebanyak…ml.
a. 2,5 ml
b. 5 ml
c. 5,5 ml
d. 10 ml
e. 15 ml
2. Data percobaan untuk reaksi A + B  hasil

Perco Zat yang Suhu Wak


baan bereaksi (°C) tu
(s)
A B
1 1 gr serbuk 0,1 M 25 4
2 1 gr 0,1 M 25 6
butiran
3 1 gr 0,1 M 25 10
padatan
4 1 gr 0,2 M 25 3

144
butiran
5 1 gr 0,1 M 25 3
butiran
Pada percobaan 2 dan 4, laju reaksi dipengaruhi oleh faktor…
a. Konsentrasi
b. Suhu
c. Luas permukaan
d. Katalis
e. Tekanan
3. Reaksi akan berlangsung 3 kali lebih cepat dari semula setiap kenaikan 20°C. Jika pada suhu 30°C suatu reaksi berlangsung 3
menit, maka pada suhu 70°C reaksi akan berlangsung selama…
a. 1/3 menit
b. 2/3 menit
c. 1 menit
d. 4 menit
e. 12 menit
4. Pada reaksi A + B  C, diketahui [A] = 0,1 M dan [B] = 0,4 M. Orde terhadap A dan B masing-masing 1 dan 2. Laju reaksi
nya adalah 4,0 M/det. Harga tetapan laju reaksi k adalah…
a. 4 x 10-3 M-2 det-1

145
b. 0,4M-2 det-1
c. 2,5 M-2 det-1
d. 25 M-2 det-1
e. 250 M-2 det-1
5. Suatu reaksi A + B hasil reaksi, persamaan laju reaksinya V = k[A] [B] 2. Bila pada suhu tetap konsentrasi A dan B masing-
masing dinaikkan dua kali dari semula, laju reaksinya adalah…
a. Tidak berubah
b. Dua kali lebih besar
c. Empat kali lebih besar
d. Enam kali lebih besar
e. Delapan kali lebih besar
6. Data percobaan laju reaksi
2CO (g) + O2 (g)  2CO2 (g) Sebagai berikut :
[CO] [O2] Laju Reaksi
0,2 0,1 X
0,2 0,3 3x
0,4 0,1 4x

Laju reaksi bila [CO] = 0,3 M dan [O2] = 0,2 M adalah…

146
a. K[0,3] [0,2]2
b. K[0,3]2 [0,2]
c. K[0,3] [0,2]
d. K[0,3]
e. K[0,2]
7. Pada percobaan logam magnesium yang direaksikan dengan larutan asam klorida.
Mg (s) + 2HCl (aq)  MgCl2 (aq) + H2 (g)
Diperoleh data sebagai berikut :
Suhu (°C) Volume H2 Waktu (detik)
25 25 ml 5
25 50 ml 10
45 75 ml 10
Laju reaksi pada pembentukan gas H2 adalah …ml/detik
a. 10/5
b. 50/25
c. 25/10
d. 25/5
e. 75/10

147
8. Sekeping logam seng direaksikan dengan larutan asam sulfat 4 M dan bereaksi menurut reaksi : Zn (s) + H 2SO4(aq)
ZnSO4(aq) + H2 (g)
Data yang diperoleh setelah beberapa menit sebagai berikut :
No. Suhu Waktu Volume
(°C) (detik Gas H2
) (cm3)
1. 27 0 0
2. 27 20 5
3. 27 40 10
Laju reaksi seng tersebut sebesar…
a. 0,05 cm3.det-1
b. 0,10 cm3.det-1
c. 0,15 cm3.det-1
d. 0,20 cm3.det-1
e. 0,25 cm3.det-1
9. Berikut tabel hasil percobaan reaksi antara logam Q dengan larutan HCI 2M

No. Suhu Volume Waktu


(°C) H2 (ml) (detik)

148
1. 25 0 0
2. 25 14 10
3. 25 28 20
Laju reaksi pembentukan gas H2 pada suhu tersebut adalah
a. 0,7 ml det-1
b. 1,0 ml det-1
c. 1,4 ml det-1
d. 2,0 ml det-1
e. 2,8 ml det-1
10. Perhatikan data percobaan reaksi berikut!
Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)
Waktu (detik) 0 5 1
0
Volume gas H2 0 1 3
(cm) 7 4
Jika reaksi berlangsung pada suhu 25°C, maka laju reaksi pembentukan gas H 2 rata-rata 10 detik pertama adalah
a. 2,20 ml detik-1
b. 2,40 ml detik-1
c. 2,50 ml detik-1

149
d. 2,80 ml detik-1
e. 3,40 ml detik-1
11. Diberikan data hasil reaksi logam X dengan HCI 1M sebagai berikut:

No. Suhu Volume Waktu


(°C) H2 (ml) (detik)
1. 27 0 0
2. 27 15 12
3. 27 30 24
Laju reaksi pembentukan gas H2 suhu 27°C adalah
a. 1,20 ml det-1
b. 1,25 ml det-1
c. 1,50 ml det-1
d. 1,40 ml det-1
e. 3,00 ml det-1

12. Laju suatu reaksi menjadi dua kali lebih cepat pada setiap kenaikan suhu 10°C. Bila pada suhu 20°C reaksi berlangsung
dengan laju reaksi 2 x 10-3 mol L-1s-1, berapa laju reaksi yang terjadi pada suhu 50°C…

a. 1,6 x 10-4 mol L‾¹ s‾¹

150
b. 1,7 x 10-4 mol L‾¹ s‾¹
c. 1,6 x 10-3 mol L‾¹ s‾¹
d. 1,7 x 10-3 mol L‾¹ s‾¹
e. 1,6 x 10-2 mol L-1 s-1
13. Perhatikan bagan reaksi 4 gram pualam CaCO3 dengan larutan HCl pada masing-masing wadah berikut!

Laju reaksi yang hanya dipengaruhi oleh suhu terdapat pada gambar nomor…..

a. (1) terhadap (2)


b. (1) terhadap (3)
c. (2) terhadap (4)
d. (3) terhadap (4)
e. (4) terhadap (5)

151
14. Penyimpanan gula merupakan cara mengendalikan laju reaksi pada factor…
a. Suhu
b. Konsentrasi
c. Katalis
d. Luas permukaan
e. Jumlah zat pereaksi
15. Data percobaan untuk reaksi : A + B ==> AB adalah :

No. [A] M [B] M Lajuu reaksi


(M/det)
1. 0,1 0,05 2
2. 0,3 0,05 18
3. 0,1 0,20 32
Orde reaksi terhadap A dan B berturut turut adalah .. .
a. 2 dan 4
b. 2 dan 2
c. 2 dan 1
d. 1 dan 2
e. 1 dan 1

152
16. Dalam suatu bejana terdapat reaksi sebagai berikut .
A + B ==> C
Jika diketahui persamaan laju reaksi
V = [A]1[B]0
Maka kurva yang tepat menggambarkan orde reaksi tersebut terhadap A adalah . . . .

17. Bubuk detergen yang digunakan untuk mencuci pakaian mengandung zat-zat noda-noda pada pakaian. Zat-zat ini akan
bereaksi dengan noda-noda tersebut. Dua pakaian seragam dengan noda yang sangat kotor dicuci dengan bubuk detergen yang
sama. Pakaian pertama dicuci dengan 1 takaran detergen, sedangkan pakaian kedua dicuci dengan 2 takaran detergen. Takaran
manakah yang dapat membersihkan pakaian lebih cepat? Mengapa…

153
a. Pakaian dengan 1 takaran detergen, karena dengan detergen yang sedikit sudah dapat membersihkan noda
b. Pakaian dengan 1 takaran detergen, karena setelah dicuci pakaian menjadi bersih
c. Pakaian dengan 2 takaran detergen, karena dapat menghilangkan noda lebih baik
d. Pakaian dengan 2 takaran detergen, karena jumlah partikel detergen lebih banyak
e. Pakaian dengan 1 takaran dan pakaian dengan 2 takaran detergen sama-sama lebih cepat membersihkan pakaian,
karena konsentrasi detergen sama
18. Untuk reaksi berikut ini : 2NO + Br2  2NOBr
Laju reaksi ini dapat dinyatakan sebagai…
2∆[𝑁𝑂𝐵𝑟]
a. − ∆𝑡
∆[𝑁𝑂𝐵𝑟]
b. − 2∆𝑡
∆[𝑁𝑂𝐵𝑟]
c. + 2∆𝑡
∆[𝑁𝑂𝐵𝑟]
d. + ∆𝑡
2∆[𝑁𝑂𝐵𝑟]
e. + ∆𝑡

19. Mg(s) + 2HCl(aq)MgCl2(aq) + H2(g) berlangsung pada suhu 27°C sebagai berikut:
Waktu (detik) 5 1 1
0 5
Volume gas H2 2 3 5

154
(cm3) 0 5 0
Laju reaksi rata-rata pembentukan gas H2 adalah
a. 2 cm3/detik.
b. 3 cm3/detik.
c. 4 cm3/detik.
d. 6 cm3/detik.
e. 9 cm3/detik.
20. Konsentrasi larutan yang dibuat dari 25 gr padatan CaCO3 dan dilarutkan dalam air hingga volume larutan menjadi 500 ml
adalah…M. (Ar Ca = 40, C = 12, O = 16)
a. 0,005 M
b. 0,025 M
c. 0,05 M
d. 0,25 M
e. 0,5 M

155
Lampiran 7 Kunci Jawaban Instrument Tes Setelah Divalidasi

1. B
2. A
3. A
4. E
5. E
6. B
7. D
8. E
9. C
10. E
11. B
12. E
13. E
14. A
15. B
16. B
17. D
18. D
19. B
20. E

156
Lampiran 8 LKPD

Model Discovery Learning

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas / Semester : X I / Ganjil

Materi Pembelajaran : Laju Reaksi

Sub Materi Pokok : Konsep Laju Reaksi

Pertemuan : I

K :
……………………………………………….…

…………………………………………….……

………………………………………….………

……………………………………….…………

…………………………………….……………

……………………………….………………

j j r
S i i i LK i i
i i i l l
LK i i l

157
A. Capaian Pembelajaran

Peserta didik mampu mengamati, menyelidiki dan menjelaskan fenomena sehari-hari sesuai
kaidah kerja ilmiah dalam menjelaskan konsep kimia dalam keseharian.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat:


1. Peserta didik dapat memahami konsep laju reaksi.
2. Peserta didik mampu mempresentasikan hasil pemahaman tentang konsep laju reaksi.

C. Teori

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali terjadi proses perubahan kimiawi seperti
perkaratan pada besi atau yang dikenal dengan korosi dan pembusukan pada buah. Nah, hal
apa si yang menyebabkan perubahan tersebut dapat terjadi. Lalu apakah perubahan-
perubahan tersebut selalu berlangsung dalam waktu yang sama? Dalam kehidupan sehari-
hari kita sering menjumpai reaksi kimia yang berlangsung dengan cepat maupun lambat.
Apakah kalian suka melihat nyala kembang api? Kalian juga dapat melakukan sendiri reaksi
yang berjalan dengan cepat misalnya dengan membakar selembar kertas. Selain reaksi yang
berjalan dengan cepat, pernahkah melihat besi yang berkarat? Perkaratan yang terjadi pada
logam tidak secepat laju reaksi pada nyala kembang api tentunya.

158
Dengan demikian laju reaksi akan berbeda-beda, ada yang berjalan sangat cepat, ada
pula yang lambat. Pada reaksi kimia, pereaksi akan bereaksi untuk membentuk hasil reaksi
atau produk, dengan demikian maka peraksi akan berkurang, sedangkan hasil reaksi atau
produk akan bertambah. Apabila perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
dibandingkan dengan banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi, maka itulah yang
dimaksud dengan laju reaksi. Jadi laju reaksi merupakan pernyataan perubahan konsentrasi
pereaksi atau hasil reaksi dalam suatu satuan waktu.
Dari wacana tersebut, diskusikanlah dengan kelompok anda, masalah apa yang ada
berdasarkan uraian diatas !

D. Rumusan Masalah

159
E. H i p ot esi s

F. M en gu mp u l kan D at a

G . Pe rt an y aan Di s ku si

160
1. Apa yang dimaksud dengan laju reaksi

………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

2. Dalam kehidupan sehari-hari , kejadian/fenomena apa yang dapat digolongkan sebagai


contoh laju reaksi ?

………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

H . Pen gu j i an H i p ot e si s

I. K esi mp u lan

161
Model Discovery Learning

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas / Semester : X I / Ganjil

Materi Pembelajaran : Laju Reaksi

Sub Materi Pokok : Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaki

Pertemuan :I I

K :
……………………………………………….…

…………………………………………….……

………………………………………….………

……………………………………….…………

…………………………………….……………

……………………………….………………
j j r
S i i i LK i i
i i i l l
LK i i l

162
A. Capaian Pembelajaran

Peserta didik mampu mengamati, menyelidiki dan menjelaskan fenomena sehari-hari


sesuai kaidah kerja ilmiah dalam menjelaskan konsep kimia dalam keseharian.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat:


1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan dan
secara praktikum.
2. Menjelaskan pengaruh suhu terhadap laju reaksi berdasarkam teori tumbukan.
3. Menjelaskan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan
dan secara praktikum
4. Menjelaskan pengaruh katalis terhadap laju reaksi berdasarkan teori tumbukan

C. Teori

Laju reaksi adalah laju berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya


konsentrasi hasil reaksi tiap satuan waktu.
Fenomena laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari dapat berlangsung secara cepat, sedang,
lambat, bahkan sangat lambat. Laju reaksi sendiri dipengaruhi oleh beberapa factor. Selain
memperlambat, ada pula factor-faktor yang dapat mempercepat laju reaksi.
Secara keseluruhan, factor-faktor yang memengaruhi laju reaksi, antara lain :
1. Konsentrasi
Jika konsentrasi pereaksi diperbesar, maka laju reaksinya akan semakin cepat. Zat dengan
konsentrasi tinggi mengandung jumlah partikel yang lebih banyak dan rapat, sehingga
partikel satu dengan lainnya akan sering mengalami tumbukan yang mengakibatkan
terjadinya reaksi kimia
2. Suhu

163
Reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat pada suhu yang tinggi. Kenaikan suhu akan
mempercepat laju reaksi karena meningkatnya energi kinetic molekul-molekul dalam
system reaksi. Ketika suhu meningkat, energi kinetic partikel juga semakin besar, yang

menyebabkan gerak partikel bertambah besar dan memungkinkan terjadinya tumbukan


efektif antar partikel.Sebaliknya, jika suhunya rendah, maka kecepatan reaksi kimia akan
lebih lambat.
3. Luas permukaan
Jika ada pencampuran reaktan yang terdiri dari dua fasa atau lebih, maka tumbukannya
terjadi di bagian permukaan zat. Padatan yang bentuknya serbuk halus, punya luas
permukaan bidang sentuh yang lebih besar kalau dibandingkan dengan padatan yang
berbentuk lempeng atau butiran. Maka, berlaku bahwa semakin besar luas permukaan
partiklenya, semkain tinggi frekuensi tmbukan. Inilah yang menyebabkan reaksi
berlangsung secara cepat.
4. Katalis
Katalis atau katalisator adalah zat yang ditambahkan untuk mempercepat laju reaksi
dengan cara menurunkan energi aktivasi tanpa mengalami perubahan hingga akhir
proses.
Praktikum 1: Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
 3 buah ballon karet (merah)
 1 bungkus soda kue
 2 botol kecil larutan CH3COOH (Asam asetat) atau cuka
 3 botol air mineral kosong

JUDUL PERCOBAAN: PENGARUH KO NSENTRASI TERHADAP LAJU


RE AKS I BE RD AS AR KAN TEORI TUMBUKAN

D. Alat Dan Bahan

164
1. Alat

No Alat Ukuran Warna Jumlah


1 Balon
2 Botol aqua gelas
3 Sendok
4
5
6
7
8

2. Bahan
No Bahan Warna Jumlah
1 Asam cuka
2 Soda kue
3
4

E. Prosedur K erja

PERCOBAAN 1
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi :
1. Masukkan soda kue kedalam 3 buah balon karet ,pada balon karet yang berwarna merah
yg pertama masukkan 1 sendok makan soda kue ke dalamnya sedangkan pada balon
karet yang berwarna merah yang kedua masukkan 2 sendok soda kue da pada balon yang
ketiga masukkan 3 sendok soda kue kedalamnya .
2. Masukkan larutan asam asetat ke dalam dua botol air mineral yang kosong, masing-
masing di isi 1 botol kecil larutan asam asetat.
3. Masukkan lubang pada balon karet.
4. Amati apa yang terjadi, balon mana yang cepat membesar

165
F. Hasil Pengamatan

PERCOBAAN 1
Balon Waktu

G. Pertanyaan Diskusi

1. Tuliskan reaksi yang terjadi antara asam cuka dengan baking soda!
…………………………………………………………………………………..….…...…
………………………………………………………………………….…………………
……………………………………………………………………………………………
2. Mengapa konsentrasi yang tinggi dapat mempercepat berlangsungnya reaksi?
…………………………………………………………………………………..….…...…
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
3. Apa hubungan antara luas permukaan dengan laju reaksi berdasarkan hasil praktikum
kelompok anda !
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

166
H. Kesimpulan

167
LEM B AR K E R J A PESERTA DIDIK

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas / Semester : X I / Ganjil

Materi Pembelajaran : laju reaksi

Sub Materi Pokok : Penentuan tetapan dan Orde reaksi

Pertemuan :I I I

K :
……………………………………………….…

…………………………………………….……

………………………………………….………

……………………………………….…………

…………………………………….……………

……………………………….………………
j j r
S i i i LK i i
i i i l l
LK i i l

168
A. Capaian Pembelajaran

Peserta didik mampu mengamati, menyelidiki dan menjelaskan fenomena


sehari-hari sesuai kaidah kerja ilmiah dalam menjelaskan konsep kimia dalam
keseharian.

B. Tujuan Pembelajaran

T.P 3.6 Melalui pembelajaran dan diskusi kelompok, peserta didik diharapkan dapat
menentukan orde reaksi dari suatu reaksi yang terjadi.

C. Pertanyaan Diskusi

2. Data percobaan penentuan laju reaksi P + Q  R


Percobaan [P] (M) [Q] (M) Laju reaksi (M/s)

1 0,40 0,20 0,096

2 0,80 0,20 0,384

3 0,20 0,40 0,048

4 0,40 0,80 0,192

5 0,20 0,20 0,024

169
Tentukan Orde reaksi terhadap P berdasarkan data hasil percobaan tersebut!

3. Perhatikan data percobaan reaksi berikut!


Mg(s) + 2HCl(aq) → MgCl2(aq) + H2(g)

Waktu (detik) 0 5 10

Volume gas H2 0 17 34

(cm)

Jika reaksi berlangsung pada suhu 25°C, maka tentukan laju reaksi pembentukan gas

H2 rata-rata 10 detik pertama berdasarkan data hasil percobaan tersebut !

170
Lampiran 9 Kunci Jawaban LKPD

Pertemuan 1

I. Konsep Dasar Laju Reaksi

Masalah berdasarkan uraian diatas adalah : Dalam pembusukan buah terjadi di Laju reaksi pembusukan berlangsung secara lambat.

Pada peristiwa ini dihasilkan beberapa perubahan, seperti bau, warna, dan rasa. Perubahan tersebut tentu tidak dapat dikembalikan ke

bentuk semula.

Dalam perkaratan besi Proses korosi pada logam besi disebabkan permukaan logam mempunyai kereaktifan yang berbeda-beda. Besi

yang lebih reaktif akan mengalami reaksi oksidasi menghasilkan ion Fe²⁺. Reaksi oksidasi terjadi di anode. Elektron yang dihasilkan

pada reaksi oksidasi akan bergerak menuju bagian logam yang kurang reaktif yaitu bagian katode. Sementara itu, ion yang terbentuk

akan bergerak melalui lapisan H₂O. Di katode, oksigen akan tereduksi. Reaksinya sebagai berikut :

Anode : 4Fe (s) → 4Fe²⁺ (aq) + 8e⁻

4Fe²⁺ (aq) → 4Fe³⁺ (aq) + 4e⁻

Katode : 3O₂ (g) + 6H₂O (l) + 12e⁻ → 12OH⁻ (aq)

Reaksi redoks : 4Fe (s) + 3O₂ (g) + 6H₂O (l) → 4Fe³⁺ (aq) + 12OH⁻ (aq) 4Fe³⁺ (aq) + 12OH⁻ (aq)

→ 4Fe(OH)₃ (s)

171
4Fe(OH)₃ (s) → 2Fe₂O₃ . xH₂O (s) [Karat besi]

Faktor yang berpengaruh terhadap korosi diantaranya adalah temperatur bahan, dan juga faktor yang mempengaruhi terbentuknya karat
pada logam adalah uap air atau air dan oksigen. Larutan elektrolit (Seperti asam HCl, dan garam seperti NaCl), kontak dengan logam
lain yang kurang aktif, serta zat terlarut yang dapat membentuk asam merupakan faktor-faktor yang mempercepat terjadinya korosi.
Proses korosi akan lebih cepat jika menggunakan air yang memiliki temperatur lebih panas.

Selain dapat dipercepat, korosi juga dapat diperlambat dengan berbagai perlakuan. Misalnya dengan memasukkan besi dalam minyak,
memasukkan besi dalam air yang telah dididihkan, dan pemberian kristal garam atau basa anhidrat. Minyak dapat memperlambat korosi
besi karena minyak dapat mencegah besi bereaksi dengan air atau uap air. Air yang telah didihkan dapat memperlambat korosi besi
karena air yang telah dididihkan memiliki kandungan oksigen yang lebih sedikit dibandingkan air yang tidak dididihkan. Kristal garam
atau basa anhidrat dapat digunakan untuk memperlambat korosi karena dapat mengikat uap air di udara sehingga udara menjadi kering
(udara tidak mengandung uap air).

Faktor yang berpengaruh terhadap korosi diantaranya adalah temperatur bahan. Semakin tinggi temperatur, reaksi kimia lebih cepat
terjadi dan naiknya temperatur air pada umumnya menambah kecepatan korosi. Dalam hal ini, proses korosi logam besi akan lebih
cepat terjadi jika dia bereaksi dengan uap air karena suhu dari uap air yang lebih tinggi dari air biasa maupun es. Proses perkaratan besi
merupakan reaksi antara logam besi dengan air. Proses perkaratan yang paling cepat terjadi antara logam besi dengan es.

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana proses pembusukan buah dan perkaratan besi dapat terjadi ?


2. Apa faktor – faktor yang mempengaruhi pembusukan buah dan perkaratan besi ?

172
Hipotesis :

1. Pembusukan buah yang membusuk dianggap sebagai perubahan kimia karena melibatkan serangkaian reaksi kimia yang
mengakibatkan penguraian senyawa organik buah. Perubahan kimia, juga dikenal sebagai reaksi kimia, melibatkan pemutusan
dan pembentukan ikatan kimia, yang menyebabkan perubahan komposisi kimia suatu zat Berikut penjelasan proses pembusukan
buah sebagai perubahan kimia:
Reaksi enzimatik: Buah-buahan mengandung enzim, seperti pektinase dan selulase, yang bertanggung jawab untuk memecah
molekul organik kompleks seperti karbohidrat, protein, dan lemak menjadi senyawa yang lebih sederhana. Reaksi enzimatik ini
merupakan proses kimia karena melibatkan penataan ulang atom dan pemutusan ikatan kimia di dalam sel buah.
Fermentasi: Dalam banyak kasus, buah yang membusuk mengalami fermentasi, sejenis reaksi kimia di mana gula dalam buah
diubah menjadi alkohol dan karbon dioksida oleh mikroorganisme seperti ragi dan bakteri. Proses ini mengakibatkan perubahan
komposisi kimia buah, karena gula diubah menjadi senyawa berbeda.Produksi senyawa baru: Saat buah membusuk, berbagai
senyawa kimia dihasilkan, termasuk asam organik, alkohol, dan senyawa organik yang mudah menguap, yang berkontribusi
terhadap bau dan rasa khas yang terkait dengan pembusukan buah. Senyawa baru ini merupakan hasil reaksi kimia yang terjadi
di dalam buah.
Perubahan penampakan dan tekstur: Buah yang membusuk seringkali mengalami perubahan penampakan dan tekstur, menjadi
lembek, berubah warna, dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Perubahan ini disebabkan oleh kerusakan struktur seluler dan
pembentukan senyawa kimia baru, yang selanjutnya menggambarkan sifat kimia dari proses tersebut.
Singkatnya, pembusukan buah melibatkan banyak reaksi kimia yang mengubah komposisi kimia buah, yang mengakibatkan
perubahan penampilan, tekstur, rasa, dan bau. Transformasi susunan kimiawi buah inilah yang menyebabkan pembusukan
dianggap sebagai perubahan kimia.

173
1. Dalam perkaratan besi Proses korosi pada logam besi disebabkan permukaan logam mempunyai kereaktifan yang berbeda-beda.
Besi yang lebih reaktif akan mengalami reaksi oksidasi menghasilkan ion Fe²⁺. Reaksi oksidasi terjadi di anode. Elektron yang
dihasilkan pada reaksi oksidasi akan bergerak menuju bagian logam yang kurang reaktif yaitu bagian katode. Sementara itu, ion
yang terbentuk akan bergerak melalui lapisan H₂O. Di katode, oksigen akan tereduksi. Reaksinya sebagai berikut :
Anode : 4Fe (s) → 4Fe²⁺ (aq) + 8e⁻ 4Fe²⁺ (aq) → 4Fe³⁺ (aq) + 4e⁻
Katode : 3O₂ (g) + 6H₂O (l) + 12e⁻ → 12OH⁻ (aq)
Reaksi redoks : 4Fe (s) + 3O₂ (g) + 6H₂O (l) → 4Fe³⁺ (aq) + 12OH⁻ (aq)
4Fe³⁺ (aq) + 12OH⁻ (aq) → 4Fe(OH)₃ (s) 4Fe(OH)₃ (s) → 2Fe₂O₃ . xH₂O (s) [Karat besi]

Faktor yang berpengaruh terhadap korosi diantaranya adalah temperatur bahan, dan juga faktor yang mempengaruhi terbentuknya
karat pada logam adalah uap air atau air dan oksigen. Larutan elektrolit (Seperti asam HCl, dan garam seperti NaCl), kontak
dengan logam lain yang kurang aktif, serta zat terlarut yang dapat membentuk asam merupakan faktor-faktor yang mempercepat
terjadinya korosi. Proses korosi akan lebih cepat jika menggunakan air yang memiliki temperatur lebih panas.Selain dapat
dipercepat, korosi juga dapat diperlambat dengan berbagai perlakuan. Misalnya dengan memasukkan besi dalam minyak,
memasukkan besi dalam air yang telah dididihkan, dan pemberian kristal garam atau basa anhidrat. Minyak dapat memperlambat
korosi besi karena minyak dapat mencegah besi bereaksi dengan air atau uap air. Air yang telah didihkan dapat memperlambat
korosi besi karena air yang telah dididihkan memiliki kandungan oksigen yang lebih sedikit dibandingkan air yang tidak
dididihkan. Kristal garam atau basa anhidrat dapat digunakan untuk memperlambat korosi karena dapat mengikat uap air di udara
sehingga udara menjadi kering (udara tidak mengandung uap air).Faktor yang berpengaruh terhadap korosi diantaranya adalah
temperatur bahan. Semakin tinggi temperatur, reaksi kimia lebih cepat terjadi dan naiknya temperatur air pada umumnya
menambah kecepatan korosi. Dalam hal ini, proses korosi logam besi akan lebih cepat terjadi jika dia bereaksi dengan uap air
karena suhu dari uap air yang lebih tinggi dari air biasa maupun es. Proses perkaratan besi merupakan reaksi antara logam besi
dengan air. Proses perkaratan yang paling cepat terjadi antara logam besi dengan es.

174
Mengumpulkan Data :

1. https://brainly.co.id/jawaban-buku/q-proses-perkaratan-besi-reaksi-logam-besi-air?source=qa-qp-match
2. https://roboguru.ruangguru.com/forum/jelaskan-reaksi-kimia-pada-pembusukan-buah_FRM-QPGEDAX6

Pembusukan buah yang membusuk dianggap sebagai perubahan kimia karena melibatkan serangkaian reaksi kimia yang mengakibatkan
penguraian senyawa organik buah. Perubahan kimia, juga dikenal sebagai reaksi kimia, melibatkan pemutusan dan pembentukan ikatan
kimia, yang menyebabkan perubahan komposisi kimia suatu zat Berikut penjelasan proses pembusukan buah sebagai perubahan kimia:

Reaksi enzimatik: Buah-buahan mengandung enzim, seperti pektinase dan selulase, yang bertanggung jawab untuk memecah molekul
organik kompleks seperti karbohidrat, protein, dan lemak menjadi senyawa yang lebih sederhana. Reaksi enzimatik ini merupakan
proses kimia karena melibatkan penataan ulang atom dan pemutusan ikatan kimia di dalam sel buah.

Fermentasi: Dalam banyak kasus, buah yang membusuk mengalami fermentasi, sejenis reaksi kimia di mana gula dalam buah diubah
menjadi alkohol dan karbon dioksida oleh mikroorganisme seperti ragi dan bakteri. Proses ini mengakibatkan perubahan komposisi
kimia buah, karena gula diubah menjadi senyawa berbeda.

Produksi senyawa baru: Saat buah membusuk, berbagai senyawa kimia dihasilkan, termasuk asam organik, alkohol, dan senyawa
organik yang mudah menguap, yang berkontribusi terhadap bau dan rasa khas yang terkait dengan pembusukan buah. Senyawa baru ini
merupakan hasil reaksi kimia yang terjadi di dalam buah.

Perubahan penampakan dan tekstur: Buah yang membusuk seringkali mengalami perubahan penampakan dan tekstur, menjadi lembek,
berubah warna, dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Perubahan ini disebabkan oleh kerusakan struktur seluler dan pembentukan
senyawa kimia baru, yang selanjutnya menggambarkan sifat kimia dari proses tersebut.

175
Singkatnya, pembusukan buah melibatkan banyak reaksi kimia yang mengubah komposisi kimia buah,yang mengakibatkan perubahan
penampilan, tekstur, rasa, dan bau. Transformasi susunan kimiawi buah inilah yang menyebabkan pembusukan dianggap sebagai
perubahan kimia.

Dalam perkaratan besi Proses korosi pada logam besi disebabkan permukaan logam mempunyai kereaktifan yang berbeda-beda. Besi
yang lebih reaktif akan mengalami reaksi oksidasi menghasilkan ion Fe²⁺. Reaksi oksidasi terjadi di anode. Elektron yang dihasilkan
pada reaksi oksidasi akan bergerak menuju bagian logam yang kurang reaktif yaitu bagian katode. Sementara itu, ion yang terbentuk
akan bergerak melalui lapisan H₂O. Di katode, oksigen akan tereduksi. Reaksinya sebagai berikut :

Anode : 4Fe (s) → 4Fe²⁺ (aq) + 8e⁻ 4Fe²⁺ (aq) → 4Fe³⁺ (aq) + 4e⁻

Katode : 3O₂ (g) + 6H₂O (l) + 12e⁻ → 12OH⁻ (aq)

Reaksi redoks : 4Fe (s) + 3O₂ (g) + 6H₂O (l) → 4Fe³⁺ (aq) + 12OH⁻ (aq)

4Fe³⁺ (aq) + 12OH⁻ (aq) → 4Fe(OH)₃ (s) 4Fe(OH)₃ (s) → 2Fe₂O₃ . xH₂O (s) [Karat besi]

Faktor yang berpengaruh terhadap korosi diantaranya adalah temperatur bahan, dan juga faktor yang mempengaruhi terbentuknya karat
pada logam adalah uap air atau air dan oksigen. Larutan elektrolit (Seperti asam HCl, dan garam seperti NaCl), kontak dengan logam
lain yang kurang aktif, serta zat terlarut yang dapat membentuk asam merupakan faktor-faktor yang mempercepat terjadinya korosi.
Proses korosi akan lebih cepat jika menggunakan air yang memiliki temperatur lebih panas.Selain dapat dipercepat, korosi juga dapat
diperlambat dengan berbagai perlakuan. Misalnya dengan memasukkan besi dalam minyak, memasukkan besi dalam air yang telah
dididihkan, dan pemberian kristal garam atau basa anhidrat. Minyak dapat memperlambat korosi besi karena minyak dapat mencegah

176
besi bereaksi dengan air atau uap air. Air yang telah didihkan dapat memperlambat korosi besi karena air yang telah dididihkan
memiliki kandungan oksigen yang lebih sedikit dibandingkan air yang tidak dididihkan. Kristal garam atau basa anhidrat dapat
digunakan untuk memperlambat korosi karena dapat mengikat uap air di udara sehingga udara menjadi kering (udara tidak mengandung
uap air).Faktor yang berpengaruh terhadap korosi diantaranya adalah temperatur bahan. Semakin tinggi temperatur, reaksi kimia lebih
cepat terjadi dan naiknya temperatur air pada umumnya menambah kecepatan korosi. Dalam hal ini, proses korosi logam besi akan
lebih cepat terjadi jika dia bereaksi dengan uap air karena suhu dari uap air yang lebih tinggi dari air biasa maupun es. Proses perkaratan
besi merupakan reaksi antara logam besi dengan air. Proses perkaratan yang paling cepat terjadi antara logam besi dengan es.

Pertanyaan Diskusi :

1. Laju Reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi (reaktan) atau konsentrasi hasil reaksi (produk) tiap satuan waktu. Katalis
adalah zat yang dapat mengubah laju reaksi tanpa dirinya mengalami perubahan kimia yang permanen. Katalisator adalah katalis
yang berfungsi untuk mempercepat laju reaksi.
2. Pertunjukan pesta kembang api, ledakan petasan, pembakaran gas LPG, pembakaran kayu serta proses perkaratan besi.

Menguji Hipotesis :

1. Laju Reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi (reaktan) atau konsentrasi hasil reaksi (produk) tiap satuan waktu. Katalis
adalah zat yang dapat mengubah laju reaksi tanpa dirinya mengalami perubahan kimia yang permanen. Katalisator adalah katalis
yang berfungsi untuk mempercepat laju reaksi.
2. Pertunjukan pesta kembang api, ledakan petasan, pembakaran gas LPG, pembakaran kayu serta proses perkaratan besi.

177
Pertemuan 2 :

Masalah dari uraian tersebut :

1. Mengapa buah utuh yang dijual di pasar tidak gampang busuk?


2. Mengapa buah yang sudah kita potong dirumah sangat cepat mengalami pembusukan?

Rumusan Masalah

1. Apa perbedaan pembusukan buah di pasar dan yang dipotong dirumah ?


2. Apakah Perbedaan suhu dapat memperceepat atau memperlambat pembusukan buah ?

Merumuskan Hipotesis :

1. Sistem FIFO juga meminimalisir jumlah buah yang busuk, dikarenakan buah yang awal masuk ke supermarket akan dijual
terlebih dahulu.Selain SOP dan penanganan yang tepat, pihak supermarket juga memiliki trik tersendiri seperti penggunaan mesin
penyemprot air pada produk sayur dan buah Jika Anda pergi ke barisan sayuran dan buah segar maka Anda patut teliti. Ada alat
penyemprot air otomatis yang akan mengeluarkan air untuk menyemprot buah dan sayuran. Mesin ini memiliki dua maksud yakni
membuat sayuran dan buah terlihat cantik sekaligus menambah bobot mereka karena akan berpengaruh saat proses penimbangan.
Perusahaan supermarket pastinya tidak ingin menelan kerugian. Salah satu cara untuk meminimalisir kerugian adalah dengan
mengolah ulang produk yang hampir rusak dengan cara mengolahnya menjadi produk lain. Misalnya buah yang hampir
kadaluarsa atau busuk diolah menjadi manisan atau olahan buah lainnya yang akan tampak sempurna tanpa cacat. Jadi bukan

178
seperti lama sekali busuknya, tapi kemungkinan buah yang hampir busuk sudah diolah menjadi produk lain. Selain itu SOP di
supermarket tentunya sudah secara rinci menjelaskan aturan penanganan terkait penjualan buah-buahan. Secara alami, buah-
buahan akan cepat sekali busuk, kecuali sudah dilapisi olah lapisan lilin atau senyawa kimia pengawet lainnya.
2. Proses pembusukan buah bahkan bisa terjadi segera setelah buah tersebut dipetik atau dicabut dari tanah. Dikutip dari Live
Strong, hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat umum terjadi. Buah-buahan mengandung 90% air di dalamnya dan ketika
mencabutnya sama saja kita menghentikan pasokan air dari tanaman ke buah tersebut. Hasilnya buah menjadi kering dan gak
segar lagi. Selain itu, pembusukan juga terjadi karena adanya organisme mikroskopis yang berpesta di dalam buah yang tanpa
pengawasan. Seperti yang sudah disebutkan, kandungan utama buah adalah air, dan air adalah medium utama perkembang-biakan
organisme bakteri dan jamur. Ketika bakteri sudah bertumbuh di dalam cairan buah, maka mereka akan menghasilkan enzim yang
mempercepat pembusukan. Penyimpanan di kulkas atau lemari pendingin sering dijadikan opsi untuk menghambat pembusukan
buah. Beberapa jenis bakteri memang terhambat perkembang-biakannya di lingkungan yang dingin. Akan tetapi, kulkas justru
membuat beberapa jenis buah mengalami percepatan pembusukan dan penurunan kualitas.

https://www.nibble.id/buah-gampang-busuk/

https://id.quora.com/Mengapa-buah-yang-dijual-di-supermarket-seperti-lama-sekali-busuknya

Ada 4 faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu, luas permukaan bidang sentuh, konsentrasi, suhu dan katalis.

cara kita menyimpan buah agar proses pembusukan tidak berlangsung cepat

Mengeluarkan Buah-buahan yang Terbungkus Plastik

179
Plastik pembungkus buah-buahan harus segera dibuka sesaat setelah dibeli. Jangan sampai Moms menyimpan buah dalam plastik selama

berjam-jam atau berhari-hari, karena buah juga membutuhkan sirkulasi udara. Buah yang terbungkus plastik dalam waktu lama, rentan

menghasilkan gas etilen yang memicu pembusukan secara cepat.

Menyortir Buah Terlebih Dahulu

Hal pertama yang patut Moms lakukan setelah membeli buah adalah menyortirnya dengan seksama. Buah yang mulai busuk harus lekas

dipisahkan dari buah yang masih segar. Sebab, buah yang sudah busuk dapat mengeluarkan gas yang memicu pembusukan pada buah-

buahan lainnya. Selain itu, Moms juga mesti memisahkan buah yang baru dibeli berdasarkan tingkat kematangannya.

Menghindari Proses Pencucian Buah

Buah-buahan yang akan disimpan selama beberapa hari sebaiknya tidak dicuci terlebih dahulu, karena air yang menempel pada buah justru

akan memicu perkembangbiakan bakteri penyebab pembusukan. Moms harus menyimpan buah dalam keadaan kering dan baru mencucinya,

sebelum buah tersebut disajikan atau diolah.

Mengenali Karakteristik Buah-buahan

Setiap jenis buah membutuhkan perlakuan yang berbeda supaya tidak mudah busuk sewaktu disimpan. Oleh sebab itu, Moms harus lebih

teliti mengenali karakteristik buah-buahan sebelum menyimpannya. Beberapa perbedaan karakteristik buah antara lain:

● Buah yang bertahan lama dalam suhu dingin: semangka dan anggur.

● Buah yang tak boleh disimpan di kulkas: pisang dan duku.

180
● Buah yang tak boleh ditumpuk ketika disimpan: jeruk.

● Buah yang harus segera disimpan di kulkas bila sudah matang: alpukat, kiwi, mangga, melon.

Membungkus Jenis Buah Tertentu dengan Kertas

Ada beberapa jenis buah yang dapat menghasilkan gas etilen hingga mempercepat proses pembusukan, contohnya apel, pisang, tomat, dan

mangga. Supaya tidak membuat buah-buahan lain jadi busuk, sebaiknya Moms membungkus buah-buahan tersebut dengan kertas sebelum

menyimpannya.

Melapisi Wadah Buah-buahan dengan Tisu

Kalau Moms ingin mencuci, memotong, dan menyimpan buah di kulkas, sebaiknya Moms melapisi wadah buah dengan lembaran tisu.

Gunakan food container berbahan kaca, lalu lapisi alasnya dengan tisu sebelum meletakkan potongan buah. Trik ini bermanfaat untuk

mengurangi kelembapan dalam food container, sehingga buah tetap segar dan tak mudah bonyok selama disimpan.

Menjauhkan Buah-Buahan dari Sinar Matahari

Tak banyak yang menyadari kalau paparan sinar matahari juga membuat buah-buahan cepat busuk. Jika tidak disimpan di kulkas, buah-

buahan harus diletakkan di tempat yang kering namun tidak terlalu panas. Jadi, Moms harus menjauhkan persediaan buah-buahan di dapur

dari sinar matahari ya, terutama ketika cuaca sedang panas.

181
Pertemuan 3

1. 2
2. 0,5

182
Lampiran 10 Lembar Observasi Motivasi Siswa

Identitas Diri :

Nama :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Umur :

A. PETUNJUK UMUM
1. Bacalah petunjuk dengan cermat
2. Dibawah ini terdapat beberapa pernyataan yang berhubungan dengan diri anda, Bacalah setiap pernyataan-pertanyaan tersebut
dengan seksama.
3. Kuesioner ini tidak ada hubungannya dengan nilai akademik anda, oleh karena itu, jawablah pernyataan-pernyataan dalam
kuesioner ini dengan sungguh-sungguh dan sejujur-jujurnya.
4. Plihlah jawaban yang tampaknya paling mungkin anda pilih jika anda mendapati diri anda dalam situasi seperti itu dengan
memberi tanda cek list (√) pada kolom yang telah disediakan.
Adapun pilihan jawaban yang tersedia sebagai berikut :

SS : jika keadaan anda saat ini SANGAT SETUJU dengan pernyataan yang ada.
S : jika keadaan anda saat ini SETUJU dengan pernyataan yang ada.
TS : jika keadaan anda saat ini TIDAK SETUJU dengan pernyataan yang ada.
STS : jika keadaan anda saat ini SANGAT TIDAK SETUJU dengan pernyataan yang ada.
5. Jawablah semua nomor dan pastikan jangan ada yang terlewati.
6. Tidak ada jawaban yang dianggap salah, semua jawaban yang anda berikan adalah benar, sehingga anda tidak perlu ragu untuk
menentukan jawaban yang paling sesuai dengan diri anda.

183
PERNYATAAN

Keterangan
No.
Pernyataan
SS S TS SS

1. Saya berusaha menyelesaikan PR


dengan sebaik-baiknya
2. Saya mengerjakan setiap tugas yang
diberikan kepada saya
3. Saya membahas kembali pelajaran
saat di rumah
4. Saya mempunyai harapan yang
tinggi untuk meraih prestasi i
sekolah
5. Saya belajar keras agar prestasi
belajar saya lebih baik daripada
teman-teman di kelas
6. Saya belajar tidak hanya karena
dorongan orang tua
7. Saya memperbaiki cara belajar
tanpa menunggu arahan guru
8. Saya tetap belajar di kelas sekalipun
guru tidak datang
9. Saya akan termotivasi dalam
belajar apabila guru menggunakan
sarana belajar yang lengkap
10. Saya dapat bertahan lama dalam
belajar
11. Saya sudah biasa membaca buku
pelajaran berulang-ulang
12. Saya belajar sesuai dengan jadwal
yang telah saya susun
13. Saya tidak putus asa apabila
mendapat kegagalan dalam
memperoleh prestasi yang tidak
sesuai dengan harapan

14. Saya mendiskusikan dengan teman


jika terdapat materi pelajaran yang
dianggap sulit

184
15. Saya tetap menyelesaikan pekerjaan
rumh meskipun sudah merasa lelah
16. Saya berusaha menghindari
berbagai kegiatan (seperti bermain)
yang dapat mengganggu belajar
17. Saya aktif belajar untuk meraih
citacita

Diadaptasi dari Wahyuni,2013

185
Lampiran 12 RPP

Sekolah : SMAN 1 Bahorok


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/ Semester : XI/Ganjil
Materi Pokok : Laju Reaksi
Alokasi Waktu : 6 x 45 menit ( 3 kali pertemuan)

A. KOMPETENSI INTI
KI 1 : Sikap spiritual
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Sikap sosial
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, responsive, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
KI 3 : Pengetahuan
Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadia, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Keterampilan
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
193
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Capaian Kompetensi
3.6. Menjelaskan konsep dan faktor-faktor yang 3.6.1. Menjelaskan pengertian laju reaksi dan faktor-
mempengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukan faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3.6.2. Menjelaskan raju reaksi menggunakan teori
tumbukan
3.6.3. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi berdasarkan teori tumbukan
3.6.4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi berdasarkan teori tumbukan
3.7. Menentukan orde reaksi dan tetapan laju reaksi 3.7.1. Memahami konsep hokum laju reaksi dan
berdasarkan data hasil percobaan persamaan laju reaksi
3.7.2. Menghitung orde reaksi berdasarkan data hasil
percobaan laju reaksi
3.7.3.Menganalisis persamaan laju reaksi berdasarkan
data hasil percobaan laju reaksi
3.7.4. Menentukan konstanta/tetapan laju reaksi
berdasarkan data hasil percobaan laju reaksi
3.7.5. Menentukan laju reaksi berdasarkan data hasil
percobaan yang diketahui
4.7. Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta 4.7.1. Membuat laporan hasil diskusi terkait penentuan
menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang orde reaksi dan rumus laju reaksi
mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi 4.7.2. Menyajikan hasil diskusi terkait penentuan orde
reaksi dan rumus laju reaksi

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berdasarkan teori tumbukan
dengan benar.
2. Peserta didik dapat memahami konsep hokum dan persamaan laju reaksi dengan tepat.

194
3. Peserta didik dapat menentukan persamaan laju reaksi berdasarkan data hasil percobaan laju reaksi dengan benar.
4. Peserta didik dapat terampil dalam membuat dan menyajikan hasil diskusi terkait orde dan persamaan laju reaksi dengan benar.
5. Peserta didik dapat menemukan konstanta/tetapan laju reaksi berdasarkan data hasil percobaan laju reaksi dengan benar.
6. Peserta didik dapat menentukan besar laju reaksi berdasarkan data hasil percobaan laju reaksi yang diketahui dengan teliti.
7. Peserta didik dapat terampil dalam membuat dan menyajikan hasil laporan diskusi menentukan konstanta reaksi dan laju reaksi dengan
komunikatif.

195
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1

Kelas Eksperimen
Waktu
Model Discovery Learning

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Kegiatan
Pendahuluan
Awal

Persiapan Peserta didik menjawab salam dan memimpin doa 2 menit

Guru mengucapkan salam pembuka kepada peserta sebelum memulai pembelajaran

didik dan mempersilahkan satu peserta didik untuk

memimpin doa sebelum memulai

Pembelajaran

Guru memeriksa Siswa menjawab 3 menit

kehadiran siswa absensi guru

Apersepsi Siswa merespon pertanyaan guru terkait materi yang akan 5 menit

Guru memberikan apersepsi dengan mengingatkan dibahas.

196
peserta didik tentang konsep yang sudah dipelajari

sebelumnya yaitu Termokimia dan menggambarkan

Proses dan contoh laju reaksi dan memberikan

pertanyaan terkait proses perkaratan besi dan

pembusukan buah

Motivasi Siswa mendengarkan motivasi dari guru 2 menit

Guru menyampaikan motivasi tentang materi laju

reaksi dalam kehidupan

sehari-hari

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin Siswa memperhatikan penjelasan guru. 3 menit

dicapai

Kegitan Inti

Stimulation Guru memberikan stimulus kepada peserta didik Siswa menjawab pertanyaan dari guru. 15

(Pemberian untuk memusatkan perhatian pada topik materi laju menit

Rangsangan) reaksi dengan cara menanyakan fenomena yang

terjadi.

197
“Pada proses pembusukan buah dan perkaratan besi,

bagaimana proses yang terjadi”

Guru menjelaskan sedikit tentang laju reaksi secara Siswa memperhatikan guru yang sedang menjelaskan 5 menit

sederhana. materi.

Problem Guru membagi peserta didik dalam kelompok yang Siswa membentuk kelompok terdiri dari 3-4 orang 3 menit

Statement terdiri dari 3-4 orang.

(Pernyataan atau

Identifikasi

Masalah)

Guru membagikan LKPD di setiap kelompok 2 menit

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik Siswa dan kelompoknya mengajukan pertanyaan dan 5 menit

untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait merumuskan hipotesis

wacana yang terdapat dalam LKPD dan merumuskan

hipotesis terhadap pertanyaan yang telah diajukan

Data Collection Guru membimbing setiap kelompok untuk Siswa mengumpulkan informasi untuk menjawab 20

(Pengumpulan mengumpulkan berbagai informasi yang relevan pertanyaan dan hipotesis yang telah dirumuskan menit

198
Data) untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan serta

membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan.

Processing Data Guru membimbing siswa untuk mengolah semua Siswa berdiskusi mengolah semua jawaban yang telah 15

(Pengolahan informasi/ jawaban yang diperoleh dan menit

Data) diperoleh dan menjawabnya pada LKPD

menjawabnya pada LKPD

Verification Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk Setiap kelompok memverivikasi hasil hasil diskusinya 15

(Pembuktian) mempesentasikan hasil diskusinya kepada teman- menit

teman

kelompok yang lain

Generalization Guru meminta setiap kelompok untuk menyimpulkan Setiap kelompok siswa menyimpulkan hasil diskusinya. 10

(Menarik hasil diskusinya. menit

Kesimpulan)

Penutup

Guru membimbing peserta didik untuk meriview, dan Peserta didik 5 menit

199
membuat kesimpulan dari hasil kegiatan meriview, dan membuat kesimpulan dari hasil kegiatan

pembelajaran pembelajaran

Guru memberikan refleksi dari hasil Peserta didik mendengarkan 3 menit

Pembelajaran refleksi dari guru

Guru memberikan informasi materi pembelajaran Siswa mendengarkan arahan guru 5 menit

yang dibahas pada pertemuan berikutnya

Guru mengakhiri pembelajaran dengan meminta Salah satu siswa memimpin doa. Siswa menjawab salam 2 menit

salah satu siswa memimpin doa. Guru mengucapkan dari guru

salam.

200
Pertemuan II

Kelas Eksperimen
Waktu
Model Discovery Learning

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Kegiatan
Pendahuluan
Awal

Persiapan Peserta didik menjawab salam dan memimpin doa 2 menit

Guru mengucapkan salam pembuka kepada peserta sebelum memulai pembelajaran

didik dan mempersilahkan satu peserta didik untuk

memimpin doa sebelum memulai

Pembelajaran

Guru memeriksa Siswa menjawab 3 menit

kehadiran siswa absensi guru

Apersepsi Siswa merespon pertanyaan guru terkait materi yang akan 5 menit

Guru memberikan apersepsi dengan mengingatkan dibahas.

peserta didik tentang konsep yang sudah dipelajari

201
sebelumnya yaitu konsep laju reaksi dan

mengarahkan peserta didik pada materi yang akan

dipelajari. Dan memberikan

pertanyaan pemantik tentang kehidupan sehari-hari.

Motivasi Siswa mendengarkan motivasi dari guru 2 menit

Guru menyampaikan motivasi tentang materi laju

reaksi dalam kehidupan

sehari-hari

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin Siswa memperhatikan penjelasan guru. 3 menit

dicapai

Kegitan Inti

Stimulation Guru memberikan stimulus kepada peserta didik Siswa menjawab pertanyaan dari guru. 15

(Pemberian untuk memusatkan perhatian pada topik materi laju menit

Rangsangan) reaksi dengan cara menanyakan fenomena yang

terjadi.

“Mengapa antara kedua buah apel bisa beda waktu

202
pembusukannya? Apa

penyebabnya?”

Guru menjelaskan sedikit tentang faktor-faktor yang Siswa memperhatikan guru yang sedang menjelaskan 5 menit

mempengaruhi laju reaksi materi.

Problem Guru membagi peserta didik dalam kelompok yang Siswa membentuk kelompok terdiri dari 3-4 orang 3 menit

Statement terdiri dari 3-4 orang.

(Pernyataan atau

Identifikasi

Masalah)

Guru membagikan LKPD di setiap kelompok 2 menit

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik Siswa dan kelompoknya mengajukan pertanyaan dan 5 menit

untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait merumuskan hipotesis

wacana yang terdapat dalam LKPD dan merumuskan

hipotesis terhadap pertanyaan yang telah diajukan

Data Collection Guru membimbing setiap kelompok untuk Siswa mengumpulkan informasi untuk menjawab 20

203
(Pengumpulan mengumpulkan berbagai informasi yang relevan pertanyaan dan hipotesis yang telah dirumuskan menit

Data) untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan serta

membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan.

Processing Data Guru membimbing siswa untuk mengolah semua Siswa berdiskusi mengolah semua jawaban yang telah 15

(Pengolahan informasi/ jawaban yang diperoleh dan menit

Data) diperoleh dan

Verification Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk Setiap kelompok memverivikasi hasil hasil diskusinya 15

(Pembuktian) mempesentasikan hasil diskusinya kepada teman- menit

teman

kelompok yang lain

Generalizatio n Guru meminta setiap kelompok untuk menyimpulkan Setiap kelompok siswa menyimpulkan hasil diskusinya. 10

(Menarik hasil diskusinya. menit

Kesimpulan)

Penutup

Guru membimbing peserta didik untuk meriview, dan Peserta didik 5 menit

204
membuat kesimpulan dari hasil kegiatan meriview, dan membuat kesimpulan dari hasil kegiatan

pembelajaran pembelajaran

Guru memberikan refleksi dari hasil Peserta didik mendengarkan 3 menit

Pembelajaran refleksi dari guru

Guru memberikan informasi materi pembelajaran Siswa mendengarkan arahan guru 5 menit

yang dibahas pada pertemuan berikutnya

Guru mengakhiri pembelajaran dengan meminta Salah satu siswa memimpin doa. Siswa menjawab salam 2 menit

salah satu siswa memimpin doa. Guru mengucapkan dari guru

salam.

205
Pertemuan III

Kelas Eksperimen
Waktu
Model Discovery Learning

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Kegiatan
Pendahuluan
Awal

Persiapan Peserta didik menjawab salam dan memimpin doa 2 menit

Guru mengucapkan salam pembuka kepada peserta sebelum memulai pembelajaran

didik dan mempersilahkan satu peserta didik untuk

memimpin doa sebelum memulai

Pembelajaran

Guru memeriksa Siswa menjawab 3 menit

kehadiran siswa absensi guru

Apersepsi Siswa merespon pertanyaan guru terkait materi yang akan 5 menit

Guru memberikan apersepsi dengan mengingatkan dibahas.

peserta didik tentang konsep yang sudah dipelajari

206
sebelumnya yaitu konsep laju reaksi dan

mengarahkan peserta didik pada materi yang akan

dipelajari. Dan memberikan pertanyaan pemantik

tentang kehidupan sehari-hari.

Motivasi Siswa mendengarkan motivasi dari guru 2 menit

Guru menyampaikan motivasi tentang materi laju

reaksi dalam kehidupan

sehari-hari

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin Siswa memperhatikan penjelasan guru. 3 menit

dicapai

Kegitan Inti

Stimulation Guru memberikan stimulus kepada peserta didik Siswa menjawab pertanyaan dari guru. 15

(Pemberian untuk memusatkan perhatian pada topik materi laju menit

Rangsangan) reaksi dengan cara menanyakan fenomena yang

terjadi.

207
“Bagaimana cara kita mengetahui buah mana yang

lebih cepat membusuk?”

Guru menjelaskan sedikit tentang cara menentukan Siswa memperhatikan guru yang sedang menjelaskan 5 menit

orde reaksi materi.

Problem Guru membagi peserta didik dalam kelompok yang Siswa membentuk kelompok terdiri dari 3-4 orang 3 menit

Statement terdiri dari 3-4 orang.

(Pernyataan atau

Identifikasi

Masalah)

Guru membagikan LKPD di setiap kelompok 2 menit

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik Siswa dan kelompoknya mengajukan pertanyaan dan 5 menit

untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait merumuskan hipotesis

wacana yang terdapat dalam LKPD dan merumuskan

hipotesis terhadap pertanyaan yang telah diajukan

Data Collection Guru membimbing setiap kelompok untuk Siswa mengumpulkan informasi untuk menjawab 20

(Pengumpulan mengumpulkan berbagai informasi yang relevan pertanyaan dan hipotesis yang telah dirumuskan menit

208
Data) untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan serta

membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan.

Processing Data Guru membimbing siswa untuk mengolah semua Siswa berdiskusi mengolah semua jawaban yang telah 15

(Pengolahan informasi/ jawaban yang diperoleh dan menit

Data) diperoleh dan

Verification Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk Setiap kelompok memverivikasi hasil hasil diskusinya 15

(Pembuktian) mempesentasikan hasil diskusinya kepada teman- menit

teman

kelompok yang lain

Generalizatio n Guru meminta setiap kelompok untuk menyimpulkan Setiap kelompok siswa menyimpulkan hasil diskusinya. 10

(Menarik hasil diskusinya. menit

Kesimpulan)

Penutup

Guru membimbing peserta didik untuk meriview, dan Peserta didik 5 menit

membuat kesimpulan dari hasil kegiatan meriview, dan membuat kesimpulan dari hasil kegiatan

209
pembelajaran pembelajaran

Guru memberikan refleksi dari hasil Peserta didik mendengarkan 3 menit

Pembelajaran refleksi dari guru

Guru memberikan informasi materi pembelajaran Siswa mendengarkan arahan guru 5 menit

yang dibahas pada pertemuan berikutnya

Guru mengakhiri pembelajaran dengan meminta Salah satu siswa memimpin doa. Siswa menjawab salam 2 menit

salah satu siswa memimpin doa. Guru mengucapkan dari guru

salam.

210
Lampiran 13 Bahan Ajar

211
Lampiran 14 Data Pretest, Postest dan Motivasi Kelas Eksperimen

Nama Nilai Pretest Nilai Posttest Nilai Motivasi


Araswara 40 80 75
Audrya 45 85 80
Davina 40 85 82
Defri 40 85 80
Delfika 55 85 80
Dimas 55 85 80
Erisya 65 85 85
Fadillah 55 90 85
Fajrul 55 85 80
Ghaisan 60 90 90
Hafizh 65 90 84
Humaira 60 85 85
Irgi 55 85 80
Jihan 55 90 88
Jonanda 30 85 80
Kamal 35 85 85
Khairul 55 80 78
Marshela 65 90 86
Mei 60 90 80
Muhammad 60 90 80
Natasya 55 85 82
Natasya M 60 75 70
Putri 55 90 82
Raden 30 80 70
Raihan 60 80 90
Raihanna 75 90 84
Rakha 20 80 75
Regina 70 85 80
RR Racha 50 95 90
Sahvira 40 80 80
Sarah 45 80 75
Shofina 85 95 90
Suci 40 90 85
Syahda 60 80 85

212
Lampiran 15 Data Pretest, Postest dan Motivasi Kelas Kontrol

Nama Nilai Pretest Nilai Posttest Nilai Motivasi


Amelya 15 55 45
Aulia 35 60 50
Azizah 35 70 55
Brama 35 65 57
Dafri 35 70 60
Dela 20 75 54
Deo 40 65 50
Dicky 45 60 54
Ema 35 70 61
Fadly 35 65 57
Fahri 50 75 62
Fikri 35 65 58
Gilang 35 70 54
Gisya 35 80 65
Hafis 35 70 61
Hendika 40 70 61
Ilhamta 50 70 60
Insan 45 70 60
Ion 40 65 57
Kabina 45 70 65
Khairunnisa 55 75 59
Kiki 45 70 70
Leon 25 65 63
Laisa 45 65 58
Marsa 40 65 51
Nanang 35 65 56
Nurul 35 70 54
Rendi 40 65 56
Rianda 35 65 56
Salsabila 55 65 55
Siti 40 70 61
Urmila 40 65 50
Wulan 45 70 62
Zumasrul 30 70 58

213
Lampiran 16 Hasil Tabulasi Instrument Soal

TINGKAT KESUKARAN DAYA BEDA VALIDITAS


Nomor
Valid/Tidak RELIABILITAS KESIMPULAN
Soal p Keterangan Kesimpualan D Keterangan Kesimpulan rhitung Keterangan
Valid
1 0,35 Sedang Memenuhi Syarat 0,35 Cukup Memenuhi Syarat 0,46 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
2 0,53 Sedang Memenuhi Syarat 0,35 Cukup Memenuhi Syarat 0,46 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
3 0,76 Mudah Memenuhi Syarat 0,47 Baik Memenuhi Syarat 0,53 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
4 0,7 Sedang Memenuhi Syarat 0,35 Cukup Memenuhi Syarat 0,46 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
5 0,7 Sedang Memenuhi Syarat 0,23 Cukup Memenuhi Syarat 0,37 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
6 0,73 Mudah Memenuhi Syarat 0,29 Cukup Memenuhi Syarat 0,44 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
7 0,76 Mudah Memenuhi Syarat 0,23 Cukup Memenuhi Syarat 0,32 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
8 0,65 Sedang Memenuhi Syarat 0,11 Jelek Tidak Memenuhi Syarat 0,35 Valid Memenuhi Syarat Soal dibuang
9 0,79 Mudah Memenuhi Syarat 0,29 Cukup Memenuhi Syarat 0,42 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
10 0,32 Sedang Memenuhi Syarat 0,29 Cukup Memenuhi Syarat 0,34 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
11 0,18 Sangat Sukar Tidak Memenuhi Syarat 0 Jelek Tidak Memenuhi Syarat 0,17 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
12 0,2 Sangat Sukar Tidak Memenuhi Syarat 0,05 Jelek Tidak Memenuhi Syarat 0,24 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
13 0,5 Sedang Memenuhi Syarat 0,29 Cukup Memenuhi Syarat 0,44 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
14 0,6 Sedang Memenuhi Syarat 0,41 Baik Memenuhi Syarat 0,42 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
15 0,47 Sedang Memenuhi Syarat 0,11 Jelek Tidak Memenuhi Syarat 0,07 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
16 0,74 Sedang Memenuhi Syarat 0,41 Baik Memenuhi Syarat 0,49 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
17 0,38 Sedang Memenuhi Syarat 0,29 Cukup Memenuhi Syarat 0,4 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
18 0,65 Sedang Memenuhi Syarat 0,35 Cukup Memenuhi Syarat 0,37 Valid Memenuhi Syarat rhitung > rtabel Soal digunakan
19 0,44 Sedang Memenuhi Syarat 0,52 Baik Memenuhi Syarat 0,53 Valid Memenuhi Syarat yaitu 1,03030252 > Soal digunakan
20 0,35 Sedang Memenuhi Syarat 0,35 Cukup Memenuhi Syarat 0,32 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat 0,339, maka dapat Soal dibuang
21 0,5 Sedang Memenuhi Syarat 0,05 Jelek Tidak Memenuhi Syarat 0,24 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat disimpulakan tes Soal dibuang
22 0,67 Sedang Memenuhi Syarat 0,29 Cukup Memenuhi Syarat 0,27 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat ini Reliabel. Soal dibuang
23 0,76 Mudah Memenuhi Syarat 0 Jelek Tidak Memenuhi Syarat 0,04 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
24 0,35 Mudah Memenuhi Syarat -0,11 Jelek Tidak Memenuhi Syarat -0,02 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
25 0,29 Sukar Memenuhi Syarat 0,35 Cukup Memenuhi Syarat 0,27 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
26 0,29 Sukar Memenuhi Syarat 0,23 Cukup Memenuhi Syarat 0,28 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
27 0,41 Sedang Memenuhi Syarat 0,35 Cukup Memenuhi Syarat 0,48 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
28 0,58 Sedang Memenuhi Syarat 0,35 Cukup Memenuhi Syarat 0,28 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
29 0,26 Sukar Memenuhi Syarat 0,05 Jelek Tidak Memenuhi Syarat 0,19 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
30 0,4 Sedang Memenuhi Syarat 0,35 Cukup Memenuhi Syarat 0,35 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
31 0,67 Sedang Memenuhi Syarat 0,52 Baik Memenuhi Syarat 0,56 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
32 0,73 Mudah Memenuhi Syarat -0,05 Jelek Tidak Memenuhi Syarat 0,17 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
33 0,35 Sedang Memenuhi Syarat 0,35 Cukup Memenuhi Syarat 0,49 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
34 0,67 Sedang Memenuhi Syarat 0,41 Baik Memenuhi Syarat 0,43 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
35 0,73 Mudah Memenuhi Syarat 0,05 Jelek Tidak Memenuhi Syarat 0,2 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
36 0,4 Sedang Memenuhi Syarat 0,11 Jelek Tidak Memenuhi Syarat 0,43 Valid Memenuhi Syarat Soal dibuang
37 0,53 Sedang Memenuhi Syarat 0,35 Cukup Memenuhi Syarat 0,49 Valid Memenuhi Syarat Soal digunakan
38 0,53 Sedang Memenuhi Syarat 0 Jelek Tidak Memenuhi Syarat -0,05 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
39 0,53 Sedang Memenuhi Syarat -0,11 Jelek Tidak Memenuhi Syarat 0,09 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang
40 0,53 Sedang Memenuhi Syarat -0,11 Jelek Tidak Memenuhi Syarat 0,02 Tidak Valid Tidak Memenuhi Syarat Soal dibuang

214
Lampiran 17 Data Hasil Uji Validitas
Soal_01 Soal_02 Soal_03 Soal_04 Soal_05 Soal_06 Soal_07 Soal_08 Soal_09 Soal_10 Soal_11 Soal_12 Soal_13 Soal_14 Soal_15 Soal_16 Soal_17 Soal_18 Soal_19 Soal_20 Soal_21 Soal_22 Soal_23 Soal_24 Soal_25 Soal_26 Soal_27 Soal_28 Soal_29 Soal_30 Soal_31 Soal_32 Soal_33 Soal_34 Soal_35 Soal_36 Soal_37 Soal_38 Soal_39 Soal_40 Y Y^2
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4 16
20 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 11 121
22 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 11 121
8 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 12 144
17 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 12 144
18 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 17 289
7 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 16 256
19 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 19 361
32 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 17 289
21 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 17 289
1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 19 361
2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 20 400
29 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 20 400
10 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 21 441
15 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 22 484
34 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 20 400
30 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 22 484
14 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 23 529
12 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 22 484
6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 24 576
11 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 26 676
13 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 26 676
4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 25 625
33 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 25 625
25 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 25 625
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 26 676
26 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 25 625
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 26 676
27 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 27 729
31 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 26 676
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 28 784
3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 29 841
24 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 27 729
28 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 28 784
∑x 12 18 26 24 24 25 26 22 27 11 6 7 17 21 16 25 13 22 15 12 17 23 26 12 10 10 14 20 9 14 23 25 12 23 25 14 18 18 18 18
∑Y 718
(∑X)^2 144 324 676 576 576 625 676 484 729 121 36 49 289 441 256 625 169 484 225 144 289 529 676 144 100 100 196 400 81 196 529 625 144 529 625 196 324 324 324 324
∑X∑Y 8616 12924 18668 17232 17232 17950 18668 15796 19386 7898 4308 5026 12206 15078 11488 17950 9334 15796 10770 8616 12206 16514 18668 8616 7180 7180 10052 14360 6462 10052 16514 17950 8616 16514 17950 10052 12924 12924 12924 12924
∑X^2 12 18 26 24 24 25 26 22 27 11 6 7 17 21 16 25 13 22 15 12 17 23 26 12 10 10 14 20 9 14 23 25 12 23 25 14 18 18 18 18
∑Y^2 16336
N 34
N∑X^2 408 612 884 816 816 850 884 748 918 374 204 238 578 714 544 850 442 748 510 408 578 782 884 408 340 340 476 680 306 476 782 850 408 782 850 476 612 612 612 612
N∑Y^2 555424
(∑Y)^2 515524
∑XY 297 426 594 549 541 567 577 498 604 264 140 167 403 484 345 571 314 500 369 284 383 511 553 251 236 237 343 450 207 331 538 543 300 526 546 338 429 375 389 382
N∑XY 10098 14484 20196 18666 18394 19278 19618 16932 20536 8976 4760 5678 13702 16456 11730 19414 10676 17000 12546 9656 13022 17374 18802 8534 8024 8058 11662 15300 7038 11254 18292 18462 10200 17884 18564 11492 14586 12750 13226 12988
N∑XY-∑X∑Y 1482 1560 1528 1434 1162 1328 950 1136 1150 1078 452 652 1496 1378 242 1464 1342 1204 1776 1040 816 860 134 -82 844 878 1610 940 576 1202 1778 512 1584 1370 614 1440 1662 -174 302 64
N∑X²-(∑X)² 264 288 208 240 240 225 208 264 189 253 168 189 289 273 288 225 273 264 285 264 289 253 208 264 240 240 280 280 225 280 253 225 264 253 225 280 288 288 288 288
N∑Y²-(∑Y)² 39900
rxy 0,456625 0,460195 0,530402 0,463401 0,375504 0,443221 0,329766 0,350018 0,418775 0,339291 0,174581 0,237427 0,440551 0,417524 0,071389 0,488611 0,406616 0,370969 0,526665 0,320439 0,240301 0,270677 0,046514 -0,02527 0,272741 0,283728 0,481682 0,28123 0,19224 0,359616 0,559609 0,17088 0,488053 0,431195 0,204923 0,430821 0,490285 -0,05133 0,089089 0,01888
Rtab 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339 0,339
Ket V V V V V V TV V V V TV TV V V TV V V V V TV TV TV TV TV TV TV V TV TV V V TV V V TV V V TV TV TV `

215
Lampiran 18 Data Hasil Tingkst Kesukaran

Soal_01 Soal_02 Soal_03 Soal_04 Soal_05 Soal_06 Soal_07 Soal_08 Soal_09 Soal_10 Soal_11 Soal_12 Soal_13 Soal_14 Soal_15 Soal_16 Soal_17 Soal_18 Soal_19 Soal_20 Soal_21 Soal_22 Soal_23 Soal_24 Soal_25 Soal_26 Soal_27 Soal_28 Soal_29 Soal_30 Soal_31 Soal_32 Soal_33 Soal_34 Soal_35 Soal_36 Soal_37 Soal_38 Soal_39 Soal_40 Y
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4
20 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 11
22 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 11
8 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 12
17 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 12
18 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 17
7 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 16
19 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 19
32 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 17
21 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 17
1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 19
2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 20
29 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 20
10 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 21
15 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 22
34 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 20
30 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 22
14 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 23
12 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 22
6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 24
11 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 26
13 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 26
4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 25
33 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 25
25 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 25
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 26
26 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 25
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 26
27 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 27
31 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 26
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 28
3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 29
24 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 27
28 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 28
Benar 12 18 26 24 24 25 26 22 27 11 6 7 17 21 16 25 13 22 15 12 17 23 26 12 10 10 14 20 9 14 23 25 12 23 25 14 18 18 18 18
Total Subjek 34
Indeks Kesukaran 0,352941 0,529412 0,764706 0,705882 0,705882 0,735294 0,764706 0,647059 0,794118 0,323529 0,176470588 0,205882353 0,5 0,617647 0,470588 0,735294118 0,382353 0,647059 0,441176 0,352941 0,5 0,676471 0,764706 0,352941 0,294118 0,294118 0,411765 0,588235 0,264706 0,411765 0,676471 0,735294 0,352941 0,676471 0,735294 0,411765 0,529412 0,529412 0,529412 0,529412
KET Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Mudah Mudah Sedang Mudah Sedang Sangat Sukar Sangat Sukar sedang Sedang Sedang Sangat Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sukar Sukar Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

216
Lampiran 19 Data Hasil Daya Beda

Soal_01 Soal_02 Soal_03 Soal_04 Soal_05 Soal_06 Soal_07 Soal_08 Soal_09 Soal_10 Soal_11 Soal_12 Soal_13 Soal_14 Soal_15 Soal_16 Soal_17 Soal_18 Soal_19 Soal_20 Soal_21 Soal_22 Soal_23 Soal_24 Soal_25 Soal_26 Soal_27 Soal_28 Soal_29 Soal_30 Soal_31 Soal_32 Soal_33 Soal_34 Soal_35 Soal_36 Soal_37 Soal_38 Soal_39 Soal_40 Y
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4
20 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 11
22 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 11
8 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 12
17 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 12
18 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 16
7 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 17
19 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 17
32 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 17
21 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 19
1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 19
2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 20
29 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 20
10 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 20
15 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 21
34 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 22
30 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 22
Batas bawah 3 6 9 9 10 10 11 10 11 3 3 3 6 7 7 9 4 8 3 3 8 9 13 7 2 3 4 7 4 4 7 13 3 8 12 6 6 9 10 10
14 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 22
12 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 23
6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 24
11 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 25
13 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 25
4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 25
33 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 25
25 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 26
16 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 26
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 26
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 26
27 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 26
31 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 27
23 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 27
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 28
24 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 28
28 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 29
Batas atas 9 12 17 15 14 15 15 12 16 8 3 4 11 14 9 16 9 14 12 9 9 14 13 5 8 7 10 13 5 10 16 12 9 15 13 8 12 9 8 8
Total 12 18 26 24 24 25 26 22 27 11 6 7 17 21 16 25 13 22 15 12 17 23 26 12 10 10 14 20 9 14 23 25 12 23 25 14 18 18 18 18
Daya Pembeda 0,352941 0,352941 0,470588 0,352941 0,235294 0,294118 0,235294 0,117647 0,294118 0,294118 0 0,058824 0,294118 0,411765 0,117647 0,411765 0,294118 0,352941 0,529412 0,352941 0,058824 0,294118 0 -0,117647059 0,352941 0,235294 0,352941 0,352941 0,058824 0,352941 0,529412 -0,05882353 0,352941 0,411765 0,058824 0,117647 0,352941 0 -0,117647059 -0,117647059
KET sedang sedang tinggi sedang sedang sedang sedang rendah sedang sedang sangat rendah rendah sedang tinggi rendah tinggi sedang sedang tinggi sedang rendah sedang sangat rendah soal dibuang sedang sedang sedang sedang rendah sedang tinggi soal dibuang sedang tinggi rendah rendah sedang sangat rendah soal dibuang soal dibuang

217
Lampiran 20 Data Hasil Realibilitas

Soal_01 Soal_02 Soal_03 Soal_04 Soal_05 Soal_06 Soal_07 Soal_08 Soal_09 Soal_10 Soal_11 Soal_12 Soal_13 Soal_14 Soal_15 Soal_16 Soal_17 Soal_18 Soal_19 Soal_20 Soal_21 Soal_22 Soal_23 Soal_24 Soal_25 Soal_26 Soal_27 Soal_28 Soal_29 Soal_30 Soal_31 Soal_32 Soal_33 Soal_34 Soal_35 Soal_36 Soal_37 Soal_38 Soal_39 Soal_40 Y Y^2
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4 16
20 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 11 121
22 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 11 121
8 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 12 144
17 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 12 144
18 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 17 289
7 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 16 256
19 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 19 361
32 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 17 289
21 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 17 289
1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 19 361
2 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 20 400
29 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 20 400
10 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 21 441
15 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 22 484
34 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 20 400
30 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 22 484
14 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 23 529
12 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 22 484
6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 24 576
11 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 26 676
13 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 26 676
4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 25 625
33 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 25 625
25 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 25 625
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 26 676
26 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 25 625
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 26 676
27 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 27 729
31 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 26 676
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 28 784
3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 29 841
24 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 27 729
28 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 28 784
B 12 18 26 24 24 25 26 22 27 11 6 7 17 21 16 25 13 22 15 12 17 23 26 12 10 10 14 20 9 14 23 25 12 23 25 14 18 18 18 18 718 515524
P 0,352941 0,529412 0,764706 0,705882 0,705882 0,735294 0,764706 0,647059 0,794118 0,323529 0,176471 0,205882 0,5 0,617647 0,470588 0,735294 0,382353 0,647059 0,441176 0,352941 0,5 0,676471 0,764706 0,352941 0,294118 0,294118 0,411765 0,588235 0,264706 0,411765 0,676471 0,735294 0,352941 0,676471 0,735294 0,411765 0,529412 0,529412 0,529412 0,529412
Q 0,647059 0,470588 0,235294 0,294118 0,294118 0,264706 0,235294 0,352941 0,205882 0,676471 0,823529 0,794118 0,5 0,382353 0,529412 0,264706 0,617647 0,352941 0,558824 0,647059 0,5 0,323529 0,235294 0,647059 0,705882 0,705882 0,588235 0,411765 0,735294 0,588235 0,323529 0,264706 0,647059 0,323529 0,264706 0,588235 0,470588 0,470588 0,470588 0,470588
PQ 0,228374 0,249135 0,179931 0,207612 0,207612 0,194637 0,179931 0,228374 0,163495 0,218858 0,145329 0,163495 0,25 0,236159 0,249135 0,194637 0,236159 0,228374 0,24654 0,228374 0,25 0,218858 0,179931 0,228374 0,207612 0,207612 0,242215 0,242215 0,194637 0,242215 0,218858 0,194637 0,228374 0,218858 0,194637 0,242215 0,249135 0,249135 0,249135 0,249135 8,743945
S^2 515078,045
X rata-rata 0,257174842
r11 1,03030252
r tabel 0,339

218
Lampiran 21 Data Hasil Distruktor
Nomor Pe nge coh
Ke lompok Siswa Blanko Kunci Jawaban
Ite m A B C D E
JPA 2 9 2 3 1
1 0 B
JPB 5 3 3 4 2
JPA 1 2 1 1 12
2 0 E
JPB 3 4 2 2 6
JPA 17 0 0 0 0
3 0 A
JPB 9 2 2 2 2
JPA 1 0 0 15 1
4 0 D
JPB 2 2 2 9 2
JPA 14 0 1 1 1
5 0 A
JPB 10 2 2 1 2
JPA 1 0 1 0 15
6 0 E
JPB 2 2 1 2 10
JPA 2 15 0 0 0
7 0 B
JPB 1 11 1 4 0
JPA 2 12 1 0 2
8 0 B
JPB 0 10 3 2 2
JPA 0 0 0 16 1
9 0 D
JPB 1 2 2 11 1
JPA 4 1 1 8 3
10 0 D
JPB 3 3 2 3 6
JPA 2 4 5 3 3
11 0 D
JPB 3 4 5 3 3
JPA 0 8 0 5 4
12 0 E
JPB 3 5 0 6 3
JPA 11 3 1 2 1
13 0 A
JPB 6 4 2 3 2
JPA 2 0 1 0 14
14 0 E
JPB 2 4 2 2 7
JPA 4 0 9 3 1
15 0 C
JPB 1 4 7 2 3
JPA 1 0 0 16 0
16 0 D
JPB 2 3 2 9 2
JPA 2 1 3 1 9
17 0 E
JPB 5 2 4 2 4
JPA 1 0 2 0 14
18 0 E
JPB 2 2 3 2 8
JPA 1 12 2 0 2
19 0 B
JPB 2 3 5 4 3
JPA 4 0 2 2 9
20 0 E
JPB 6 2 5 2 3
JPA 0 8 9 0 0
21 0 C
JPB 2 6 8 0 1
JPA 2 0 1 0 14
22 0 E
JPB 1 5 0 2 9
JPA 13 0 1 0 3
23 0 A
JPB 13 2 0 0 2
JPA 3 5 2 3 4
24 0 B
JPB 4 7 1 2 1
JPA 1 0 7 1 8
25 0 E
JPB 3 4 6 0 2
JPA 7 1 2 2 5
26 0 A
JPB 3 6 2 4 2
JPA 2 2 10 3 3
27 0 C
JPB 4 3 4 3 3
JPA 1 13 2 0 1
28 0 B
JPB 5 7 1 2 2
JPA 5 4 0 5 3
29 0 D
JPB 4 2 4 4 3
JPA 1 10 2 1 3
30 0 B
JPB 3 4 5 2 5
JPA 0 1 0 0 16
31 0 E
JPB 2 3 3 2 7
JPA 4 0 0 1 12
32 0 E
JPB 0 2 0 2 13
JPA 2 1 2 3 9
33 0 E
JPB 5 2 3 4 3
JPA 0 15 2 0 0
34 0 B
JPB 2 8 2 3 2
JPA 0 3 0 13 1
35 0 D
JPB 0 4 0 12 1
JPA 1 8 2 5 1
36 0 B
JPB 3 6 2 4 2
JPA 2 12 1 0 2
37 0 B
JPB 3 6 4 2 2
38 JPA 2 2 1 3 9 0
E
JPB 4 1 3 0 9
JPA 3 8 4 2 0
39 0 B
JPB 5 10 1 1 0
JPA 5 8 0 1 3
40 0 B
JPB 2 10 0 3 2

219
Nomor Pengecoh
Blanko Kunci Jawaban
Item A (%) B (%) C (%) D (%) E (%)

1 20,5882 35,2941 14,7059 20,5882 8,82353 0 B

2 11,7647 17,6471 8,82353 8,82353 52,9412 0 E

3 76,4706 5,88235 5,88235 5,88235 5,88235 0 A

4 8,82353 5,88235 5,88235 70,5882 8,82353 0 D

5 70,5882 5,88235 8,82353 5,88235 8,82353 0 A

6 8,82353 5,88235 5,88235 5,88235 73,5294 0 E

7 8,82353 76,4706 2,94118 11,7647 0 0 B

8 5,88235 64,7059 11,7647 5,88235 11,7647 0 B

9 2,94118 5,88235 5,88235 79,4118 5,88235 0 D

10 20,5882 11,7647 8,82353 32,3529 26,4706 0 D

11 14,7059 23,5294 29,4118 17,6471 17,6471 0 D

12 8,82353 38,2353 0 32,3529 20,5882 0 E

13 50 20,5882 8,82353 14,7059 8,82353 0 A

14 11,7647 11,7647 8,82353 5,88235 61,7647 0 E

220
15 14,7059 11,7647 47,0588 14,7059 11,7647 0 C

16 8,82353 8,82353 5,88235 73,5294 5,88235 0 D

17 20,5882 8,82353 20,5882 8,82353 38,2353 0 E

18 8,82353 5,88235 14,7059 5,88235 64,7059 0 E

19 8,82353 44,1176 20,5882 11,7647 14,7059 0 B

20 29,4118 5,88235 20,5882 11,7647 35,2941 0 E

21 5,88235 41,1765 50 0 2,94118 0 C

22 8,82353 14,7059 2,94118 5,88235 67,6471 0 E

23 76,4706 5,88235 2,94118 0 14,7059 0 A

24 20,5882 35,2941 8,82353 14,7059 14,7059 0 B

25 11,7647 11,7647 38,2353 2,94118 29,4118 0 E

26 29,4118 20,5882 11,7647 17,6471 20,5882 0 A

27 17,6471 14,7059 41,1765 17,6471 17,6471 0 C

28 17,6471 58,8235 8,82353 5,88235 8,82353 0 B

29 26,4706 17,6471 11,7647 26,4706 17,6471 0 D

221
30 11,7647 41,1765 20,5882 8,82353 23,5294 0 B

31 5,88235 11,7647 8,82353 5,88235 67,6471 0 E

32 11,7647 5,88235 0 8,82353 73,5294 0 E

33 20,5882 8,82353 14,7059 20,5882 35,2941 0 E

34 5,88235 67,6471 11,7647 8,82353 5,88235 0 B

35 0 20,5882 0 73,5294 5,88235 0 D

36 11,7647 41,1765 11,7647 26,4706 8,82353 0 B

37 14,7059 52,9412 14,7059 5,88235 11,7647 0 B

38 17,6471 8,82353 11,7647 8,82353 52,9412 0 E

39 23,5294 52,9412 14,7059 8,82353 0 0 B

40 20,5882 52,9412 0 11,7647 14,7059 0 B

222
Pengecoh
Nomor Item Syarat Jawaban
A B C D E
x MS MS MS MS
1 B
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
2 E
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
3 A
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
4 D
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
5 A
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
6 E
y MS MS MS MS
x MS TM S MS TM S
7 B
y TM S MS MS MS
x MS MS MS MS
8 B
y TM S MS MS MS
x TM S MS MS MS
9 D
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
10 D
y TM S MS MS MS
x MS MS MS MS
11 D
y MS MS MS MS
x MS MS TM S MS
12 E
y MS TM S MS TM S
x MS MS MS MS
13 A
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
14 E
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
15 C
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
16 D
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
17 E
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
18 E
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
19 B
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
20 E
y MS MS MS MS
x MS MS TM S TM S
21 C
y MS TM S MS MS
x MS MS TM S MS
22 E
y TM S MS TM S MS
x MS TM S TM S MS
23 A
y MS TM S MS TM S
x MS MS MS MS
24 B
y MS TM S TM S TM S
x MS MS MS TM S
25 E
y MS MS TM S TM S
x MS MS MS MS
26 A
y MS MS MS TM S
x MS MS MS MS
27 C
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
28 B
y MS TM S MS MS
x MS MS MS MS
29 D
y TM S TM S MS MS
x MS MS MS MS
30 B
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
31 E
y MS MS MS MS
x MS MS TM S MS
32 E
y TM S MS MS MS
x MS MS MS MS
33 E
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
34 B
y MS MS MS MS
x TM S MS TM S MS
35 D
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
36 B
y MS MS TM S MS
x MS MS MS MS
37 B
y MS MS MS MS
x MS MS MS MS
38 E
y MS TM S MS TM S
x MS MS MS TM S
39 B
y MS TM S TM S MS
x MS TM S MS MS
40 B
y TM S MS MS TM S

223
Syarat Distraktor :
1. Paling sedikit dipilih oleh 5% peserta tes
2. Pemilih kelompok atas ≤ pemilih kelompok bawah
3. Tidak lebih dari 5% peserta yang blanko

Keterangan :
x = Pemilih kelompok atas ≤ pemilih kelompok bawah
y = Paling sedikit dipilih oleh 5% peserta tes

Nomor Pengecoh
Kunci Jawaban
Item A B C D E

1 MS TMS TMS TMS C

2 MS TMS TMS TMS A

3 TMS MS MS TMS E

4 MS TMS TMS TMS B

5 MS TMS TMS TMS D

6 TMS TMS MS TMS D

7 TMS TMS TMS MS A

8 MS MS MS MS A

9 TMS MS MS MS D

10 MS MS MS TMS B

224
11 TMS MS MS MS C

12 MS MS MS MS E

13 TMS MS MS TMS A

14 MS MS MS MS A

15 MS TMS MS MS B

16 MS MS MS TMS C

17 MS TMS MS MS B

18 MS MS MS MS E

19 MS TMS MS MS D

20 TMS MS MS TMS B

21 TMS MS TMS MS C

22 MS MS TMS MS C

23 MS MS MS TMS B

24 MS MS MS MS D

25 TMS MS MS TMS C

225
26 MS TMS MS TMS B

27 MS MS MS TMS A

28 MS MS MS MS A

29 MS TMS MS MS A

30 MS TMS MS MS A

31 MS MS MS TMS A

32 MS MS MS MS C

33 MS MS MS TMS B

34 MS MS MS MS A

35 MS TMS MS MS E

36 MS MS MS MS D

37 MS MS MS MS C

38 MS MS MS MS D

39 TMS MS MS MS D

40 TMS MS TMS TMS A

226
227
Lampiran 22 Hasil Uji Normalitas Data Pretest Dan Post Test Siswa Kelas Eksperimen

HASIL UJI NORMALITAS PRETEST DAN POSTTEST SISWA

KELAS EKSPERIMEN

Interval
Batas Batas fo Fh (fo-fh) (fo-fh)^2 (fo-fh)^2/fh
Bawah Atas
20 31 3 0,7956 2,2 4,84 6,05
32 43 6 4,6002 1,3 1,69 0,36
11,604
44 55 12 2 0 0 0
11,604
58 68 10 2 -2 4 0,33
-
69 79 2 4,6002 2,7 7,29 1,55
80 90 1 0,7718 0,2 0,04 0,05
Jumlah 34 8,34

Interval
Batas Batas fo Fh (fo-fh) (fo-fh)^2 (fo-fh)^2/fh
Bawah Atas
75 78 1 0,7956 0,2 0,04 0,05
10,8
79 82 8 4,6002 3,3 9 2,32
11,604 0,0833333
83 86 13 2 1 1 3
11,604
87 90 10 2 -2 4 0,33
- 22,0
91 94 0 4,6002 4,7 9 4,70
95 98 2 0,7718 1,2 1,44 1,8
Jumlah 34 9,28

228
Lampiran 23Hasil Uji Normalitas Data Pretest Dan Posttest Siswa Kelas Kontrol

HASIL UJI NORMALITAS PRETEST DAN POSTTEST SISWA

KELAS KONTROL

Interval
Batas Batas fo Fh (fo-fh) (fo-fh)^2 (fo-fh)^2/fh
Bawah Atas
10 17 2 0,80 1,2 1,44 1,8
-
18 25 3 4,60 1,7 2,89 0,61
11,6
26 33 13 0 1 1 0,08333333
11,6
34 41 12 0 0 0 -
-
42 49 2 4,60 2,7 7,29 1,55
50 57 2 0,77 1,2 1,44 1,8
Jumlah 34 5,85

Interval
Batas Batas fo Fh (fo-fh) (fo-fh)^2 (fo-fh)^2/fh
Bawah Atas
55 59 1 0,7956 0,2 0,04 0,05
-
60 64 2 4,6002 2,7 7,29 1,55
11,604
65 69 13 2 1 1 0,08333333
11,604
70 74 13 2 1 1 0,08
-
75 79 4 4,6002 0,7 0,49 0,10
80 84 1 0,7718 0,2 0,04 0,05
Jumlah 34 1,92

229
Lampiran 24 Hasil Uji N-Gain Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

DATA HASIL UJI N-GAIN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS EKSPERIMEN

Posttest- Skor Maks-


Pretest Posttest Pretest Pretest Gain Kriteria
40 80 40 55 0,73 Tinggi
45 85 40 50 0,80 Tinggi
40 85 45 55 0,82 Tinggi
40 85 45 55 0,82 Tinggi
55 85 30 40 0,75 Tinggi
55 85 30 40 0,75 Tinggi
65 85 20 30 0,67 Sedang
55 90 35 40 0,88 Tinggi
55 85 30 40 0,75 Tinggi
60 90 30 35 0,86 Tinggi
65 90 25 30 0,83 Tinggi
60 85 25 35 0,71 Tinggi
55 85 30 40 0,75 Tinggi
55 90 35 40 0,88 Tinggi
30 85 55 65 0,85 Tinggi
35 85 50 60 0,83 Tinggi
55 80 25 40 0,63 Sedang
65 90 25 30 0,83 Tinggi
60 90 30 35 0,86 Tinggi
60 90 30 35 0,86 Tinggi
55 85 30 40 0,75 Tinggi
60 75 15 35 0,43 Sedang
55 90 35 40 0,88 Tinggi
30 80 50 65 0,77 Tinggi
60 80 20 35 0,57 Sedang
75 90 15 20 0,75 Tinggi
20 80 60 75 0,80 Tinggi
70 85 15 25 0,60 Sedang
50 95 45 45 1,00 Tinggi
40 80 40 55 0,73 Tinggi
45 80 35 50 0,70 Tinggi
85 95 10 10 1,00 Tinggi
40 90 50 55 0,91 Tinggi
60 80 20 35 0,57 Sedang

230
Lampiran 25 Hasil Uji N-Gain Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

DATA HASIL UJI N-GAIN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS KONTROL

Posttest - Skor Maks


Pretest Posttest Pretest Pretest Gain Kriteria
15 55 40 40 1,00 Tinggi
35 60 25 45 0,56 Sedang
35 70 35 45 0,78 Tinggi
35 65 30 45 0,67 Sedang
35 70 35 45 0,78 Tinggi
20 75 55 60 0,92 Tinggi
40 65 25 40 0,63 Sedang
45 60 15 35 0,43 Sedang
35 70 35 45 0,78 Tinggi
35 65 30 45 0,67 Sedang
50 75 25 30 0,83 Tinggi
35 65 30 45 0,67 Sedang
35 70 35 45 0,78 Tinggi
35 80 45 45 1,00 Tinggi
35 70 35 45 0,78 Tinggi
40 70 30 40 0,75 Tinggi
50 70 20 30 0,67 Sedang
45 70 25 35 0,71 Tinggi
40 65 25 40 0,63 Sedang
45 70 25 35 0,71 Tinggi
55 75 20 25 0,80 Tinggi
45 70 25 35 0,71 Tinggi
25 65 40 55 0,73 Tinggi
45 65 20 35 0,57 Sedang
40 65 25 40 0,63 Sedang
35 65 30 45 0,67 Sedang
35 70 35 45 0,78 Tinggi
40 65 25 40 0,63 Sedang
35 65 30 45 0,67 Sedang
55 65 10 25 0,40 Sedang
40 70 30 40 0,75 Tinggi
40 65 25 40 0,63 Sedang
45 70 25 35 0,71 Tinggi
30 70 40 50 0,80 Tinggi

231
Lampiran 26 Hasil Uji Normalitas Data N-Gain Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Dan Kelas
Kontrol

HASIL UJI NORMALITAS DATA HASIL N-GAIN SISWA

KELAS EKSPERIMEN DAN KONTROL

Interval
Batas Batas fo Fh (fo-fh) (fo-fh)^2 (fo-fh)^2/fh
Bawah Atas
0,43 0,53 1 0,7956 0,2 0,04 0,05
-
0,54 0,64 4 4,6002 0,7 0,49 0,10
11,604 0,0833333
0,65 0,75 11 2 -1 1 3
11,604
0,76 0,86 12 2 0 0 -
-
0,87 0,97 4 4,6002 0,7 0,49 0,10
0,98 1,08 2 0,7718 1,2 1,44 1,8
Jumlah 34 2,14

Interval
(fo-
Batas Batas fo fh (fo-fh) (fo-fh)^2
fh)^2/fh
Bawah Atas
0,4 0,5 2 0,7956 1,2 1,44 1,8
- 1,5
0,51 0,61 2 4,6002 2,7 7,29 5
11,604 0,7
0,62 0,72 15 2 3 9 5
11,604
0,73 0,83 12 2 0 0 -
- 2,9
0,84 0,94 1 4,6002 3,7 13,69 1
0,95 1,05 2 0,7718 1,2 1,44 1,8
8,8
Jumlah 34 1

232
Lampiran 27 Hasil Uji Normalitas Nilai Motivasi Siswa Kelas Eksperimen

HASIL UJI NORMALITAS NILAI MOTIVASI BELAJAR SISWA

KELAS EKSPERIMEN

Interval
Batas Batas fo Fh (fo-fh) (fo-fh)^2 (fo-fh)^2/fh
Bawah Atas
70 73 2 0,7956 1,2 1,44 1,8

74 77 7 4,6002 2,3 5,29 1,13


11,604 0,33333333
78 81 10 2 -2 4 3
11,604
82 85 12 2 0 0 -
- 13,6
86 89 1 4,6002 3,7 9 2,91
90 93 2 0,7718 1,2 1,44 1,8

Jumlah 34 7,97

233
Lampiran 28 Hasil Uji Normalitas Nilai Motivasi Siswa Kelas Kontrol

HASIL UJI NORMALITAS NILAI MOTIVASI BELAJAR SISWA

KELAS KONTROL

Interval
Batas Batas fo fh (fo-fh) (fo-fh)^2 (fo-fh)^2/fh
Bawah Atas
45 49 1 0,7956 0,2 0,04 0,05
10,8
50 54 8 4,6002 3,3 9 2,32
11,604
55 59 12 2 0 0 0
11,604
60 64 10 2 -2 4 0,33
-
65 69 2 4,6002 2,7 7,29 1,55
70 75 1 0,7718 0,2 0,04 0,05

Jumlah 34 4,30

234
Lampiran 29 Hasil Uji Homogenitas Pretest Dan Posttest Siswa Kelas Eksperimen

HASIL UJI HOMOGENITAS PRETEST DAN POSTTEST SISWA

KELAS EKSPERIMEN

Data Pretest

No Nama Nilai x̄ xi-x̄ (xi-x̄)^2


1 Araswara 40 52,79 -12,79 163,584
2 Audrya 45 52,79 -7,79 60,6841
3 Davina 40 52,79 -12,79 163,584
4 Defri 40 52,79 -12,79 163,584
5 Delfika 55 52,79 2,21 4,8841
6 Dimas 55 52,79 2,21 4,8841
7 Erisya 65 52,79 12,21 149,084
8 Fadillah 55 52,79 2,21 4,8841
9 Fajrul 55 52,79 2,21 4,8841
10 Ghaisan 60 52,79 7,21 51,9841
11 Hafizh 65 52,79 12,21 149,084
12 Humaira 60 52,79 7,21 51,9841
13 Irgi 55 52,79 2,21 4,8841
14 Jihan 55 52,79 2,21 4,8841
15 Jonanda 30 52,79 -22,79 519,384
16 Kamal 35 52,79 -17,79 316,484
17 Khairul 55 52,79 2,21 4,8841
18 Marshela 65 52,79 12,21 149,084
19 Mei 60 52,79 7,21 51,9841
20 Muhammad 60 52,79 7,21 51,9841
21 Natasya 55 52,79 2,21 4,8841
22 Natasya M 60 52,79 7,21 51,9841
23 Putri 55 52,79 2,21 4,8841
24 Raden 30 52,79 -22,79 519,384
25 Raihan 60 52,79 7,21 51,9841
26 Raihanna 75 52,79 22,21 493,284
27 Rakha 20 52,79 -32,79 1075,18
28 Regina 70 52,79 17,21 296,184
29 RR Racha 50 52,79 -2,79 7,7841
30 Sahvira 40 52,79 -12,79 163,584
31 Sarah 45 52,79 -7,79 60,6841
32 Shofina 85 52,79 32,21 1037,48
33 Suci 40 52,79 -12,79 163,584
34 Syahda 60 52,79 7,21 51,9841
Total 6059,56

235
Data Posttest

No Nama Nilai x̄ xi-x̄ (xi-x̄)^2


1 Araswara 80 85,58 -5,58 31,1364
2 Audrya 85 85,58 -0,58 0,3364
3 Davina 85 85,58 -0,58 0,3364
4 Defri 85 85,58 -0,58 0,3364
5 Delfika 85 85,58 -0,58 0,3364
6 Dimas 85 85,58 -0,58 0,3364
7 Erisya 85 85,58 -0,58 0,3364
8 Fadillah 90 85,58 4,42 19,5364
9 Fajrul 85 85,58 -0,58 0,3364
10 Ghaisan 90 85,58 4,42 19,5364
11 Hafizh 90 85,58 4,42 19,5364
12 Humaira 85 85,58 -0,58 0,3364
13 Irgi 85 85,58 -0,58 0,3364
14 Jihan 90 85,58 4,42 19,5364
15 Jonanda 85 85,58 -0,58 0,3364
16 Kamal 85 85,58 -0,58 0,3364
17 Khairul 80 85,58 -5,58 31,1364
18 Marshela 90 85,58 4,42 19,5364
19 Mei 90 85,58 4,42 19,5364
20 Muhammad 90 85,58 4,42 19,5364
21 Natasya 85 85,58 -0,58 0,3364
22 Natasya M 75 85,58 -10,58 111,9364
23 Putri 90 85,58 4,42 19,5364
24 Raden 80 85,58 -5,58 31,1364
25 Raihan 80 85,58 -5,58 31,1364
26 Raihanna 90 85,58 4,42 19,5364
27 Rakha 80 85,58 -5,58 31,1364
28 Regina 85 85,58 -0,58 0,3364
29 RR Racha 95 85,58 9,42 88,7364
30 Sahvira 80 85,58 -5,58 31,1364
31 Sarah 80 85,58 -5,58 31,1364
32 Shofina 95 85,58 9,42 88,7364
33 Suci 90 85,58 4,42 19,5364
34 Syahda 80 85,58 -5,58 31,1364
Total 738,2376

Hasil Uji Homogenitas Pretest

varians 178,2223
st. deviasi 13,34999

236
Hasil Uji Homogenitas Posttest

varians 21,71287
st. deviasi 4,659707

237
Lampiran 30 Hasil Uji Homogenitas Pretest Dan Posttest Siswa Kelas Kontrol

HASIL UJI HOMOGENITAS PRETEST SISWA

KELAS KONTROL

Data Pretest

No. Nama Nilai x̄ xi-x̄ (xi-x̄)^2


1 Amelya 15 38,38 -23,38 546,6244
2 Aulia 35 38,38 -3,38 11,4244
3 Azizah 35 38,38 -3,38 11,4244
4 Brama 35 38,38 -3,38 11,4244
5 Dafri 35 38,38 -3,38 11,4244
6 Dela 20 38,38 -18,38 337,8244
7 Deo 40 38,38 1,62 2,6244
8 Dicky 45 38,38 6,62 43,8244
9 Ema 35 38,38 -3,38 11,4244
10 Fadly 35 38,38 -3,38 11,4244
11 Fahri 50 38,38 11,62 135,0244
12 Fikri 35 38,38 -3,38 11,4244
13 Gilang 35 38,38 -3,38 11,4244
14 Gisya 35 38,38 -3,38 11,4244
15 Hafis 35 38,38 -3,38 11,4244
16 Hendika 40 38,38 1,62 2,6244
17 Ilhamta 50 38,38 11,62 135,0244
18 Insan 45 38,38 6,62 43,8244
19 Ion 40 38,38 1,62 2,6244
20 Kabina 45 38,38 6,62 43,8244
21 Khairunnisa 55 38,38 16,62 276,2244
22 Kiki 45 38,38 6,62 43,8244
23 Leon 25 38,38 -13,38 179,0244
24 Laisa 45 38,38 6,62 43,8244
25 Marsa 40 38,38 1,62 2,6244
26 Nanang 35 38,38 -3,38 11,4244
27 Nurul 35 38,38 -3,38 11,4244
28 Rendi 40 38,38 1,62 2,6244
29 Rianda 35 38,38 -3,38 11,4244
30 Salsabila 55 38,38 16,62 276,2244
31 Siti 40 38,38 1,62 2,6244
32 Urmila 40 38,38 1,62 2,6244
33 Wulan 45 38,38 6,62 43,8244
34 Zumasrul 30 38,38 -8,38 70,2244
Total 2386,03

238
Data Posttest

No Nama Nilai x̄ xi-x̄ (xi-x̄)^2


1 Amelya 55 67,79 -12,79 163,584
2 Aulia 60 67,79 -7,79 60,6841
3 Azizah 70 67,79 2,21 4,8841
4 Brama 65 67,79 -2,79 7,7841
5 Dafri 70 67,79 2,21 4,8841
6 Dela 75 67,79 7,21 51,9841
7 Deo 65 67,79 -2,79 7,7841
8 Dicky 60 67,79 -7,79 60,6841
9 Ema 70 67,79 2,21 4,8841
10 Fadly 65 67,79 -2,79 7,7841
11 Fahri 75 67,79 7,21 51,9841
12 Fikri 65 67,79 -2,79 7,7841
13 Gilang 70 67,79 2,21 4,8841
14 Gisya 80 67,79 12,21 149,084
15 Hafis 70 67,79 2,21 4,8841
16 Hendika 70 67,79 2,21 4,8841
17 Ilhamta 70 67,79 2,21 4,8841
18 Insan 70 67,79 2,21 4,8841
19 Ion 65 67,79 -2,79 7,7841
20 Kabina 70 67,79 2,21 4,8841
21 Khairunnisa 75 67,79 7,21 51,9841
22 Kiki 70 67,79 2,21 4,8841
23 Leon 65 67,79 -2,79 7,7841
24 Laisa 65 67,79 -2,79 7,7841
25 Marsa 65 67,79 -2,79 7,7841
26 Nanang 65 67,79 -2,79 7,7841
27 Nurul 70 67,79 2,21 4,8841
28 Rendi 65 67,79 -2,79 7,7841
29 Rianda 65 67,79 -2,79 7,7841
30 Salsabila 65 67,79 -2,79 7,7841
31 Siti 70 67,79 2,21 4,8841
32 Urmila 65 67,79 -2,79 7,7841
33 Wulan 70 67,79 2,21 4,8841
34 Zumasrul 70 67,79 2,21 4,8841
Total 759,559

Hasil Uji Homogenitas Data Pretest

varians 70,17734
st.deviasi 8,377192

239
Hasil Uji Homogenitas Data Posttest

Varians 22,33998
st.deviasi 4,726519

240
Lampiran 31 Data Hasil Uji T Dua Pihak Nilai Posttest Siswa ( Uji Hipotesis 1)

Data Hasil Uji T Dua Pihak Nilai Posttest Siswa ( Uji Hipotesis 1) Statistik

Grup

Rata- Std. Rata-rata


Kelas N rata Deviasi Std.Error
1 34 85,58 4,72 0,81
Posttest 2 34 67,79 4,79 0,82

Hasil Uji t Dua Pihak

Uji Levene untuk


kesetaraan
varians Uji t untuk kesetaraan rata-rata nilai
Interval
kepercayaan 95%
terhadap
sig.(2- Perbedaan perbedannya
F Sig T df tailed) rata-rata Perbedaan Std.Error Rendah Tinggi
varians yang sama
Posttest diasumsikan 15,4 66 0 17,79 1,15 15,48 20,1
Varians yang sama tidak
diasumsikan 0,22 0,8 15,4 65,98 0 17,79 1,15 15,48 20,1

241
Lampiran 32 Data Hasil Uji T Dua Pihak Nilai Aktivitas Siswa ( Uji Hipotesis 2)

Data Hasil Uji T Dua Pihak Nilai Motivasi Siswa (Uji Hipotesis 2)

Statistik Grup

Rata- Std. Rata-rata


Kelas N rata Deviasi Std.Error
1 34 81,79 5,11 0,87
Motivasi 2 34 57,5 5,06 0,86

Hasil Uji t Dua Pihak

Uji Levene
untuk
kesetaraan
varians Uji t untuk kesetaraan rata-rata nilai
Interval kepercayaan 95%
sig.(2- Perbedaan Perbedaan terhadap perbedannya
F Sig t df tailed) rata-rata Std.Error Rendah Tinggi
varians yang sama
Motivasi diasumsikan 19,67 66 0 24,29 1,23 21,82 26,75
Varians yang sama
tidak diasumsikan 0,6 0,9 19,67 65,99 0 24,29 1,23 21,82 26,75

242
Lampiran 33 Hasil Uji Korelasi Pearson Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas Eksperimen

HASIL UJI KORELASI MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA KELAS EKSPERIMEN

Korelasi kelas eksperimen


hasil motivasi
1 eks
Korelasi
Pearson 1 0,681
Sig. (2 tailed) 0
hasil eks N 34 34
Korelasi
Pearson 0,681 1
motivasi Sig. (2 tailed) 0
eks N 34 34

243
Lampiran 34 Hasil Uji Korelasi Pearson Aktivitas Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas Kontrol

HASIL UJI KORELASI MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA KELAS KONTROL

Korelasi kelas kontrol


hasil motivasi
kon kon
Korelasi
Pearson 1 0,627
Sig. (2
hasil tailed) 0
kontrol N 34 34
Korelasi
Pearson 0,627 1
Sig. (2
motivasi tailed) 0
kontrol N 34 34

244
Lampiran 35 Dokumentasi

Gambar 1: Wawancara Dengan Guru Gambar 2 : Proses Belajar Mengajar

Gambar 3 : Praktikum Faktor Laju Gambar 4 : Foto Bersama

Reaksi

245
Lampiran 36 Surat Surat

246
247
248
249
250

Anda mungkin juga menyukai