Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“KARAKTERISTIK PENGEMBANGAN KURIKULUM MADRASAH ALIYAH


(ANALISA PENERAPAN BERDASARKAN KM NOMOR 183 DAN 184
TAHUN 2019)”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata


Kuliah Pendidikan Agama Islam
Perkembangan kurikulum dan Bahan Ajar PAI

Dosen Mata Kuliah :

Prof. DR. H. Kasim Yahiji, M. Ag

Disusun Oleh:
Megawati
NIM : 231011018

PROGRAM MAGISTER
PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
IAIN SULTAN AMAI
GORONTALO 2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan suatu alat yang menjadi sarana tercapainya tujuan
pendidikan, mencakup segala aspek pembelajaran yang memengaruhi peserta
didik, di mulai dari semua kegiatan di internal hingga eksternal sekolah, serta
pengalaman potensial yang telah disusun secara ilmiah. Oleh karena itu,
kurikulum sebagai jantungnya pendidikan, Urgensi kurikulum dalam dunia
pendidikan dianggap sangat penting mengingat kurikulum merupakan pengarah
atau pedoman tujuan pendidikan kedepannya agar pendidikan yang ingin dituju
berjalan dengan baik dan maksimal.1
Madrasah aliyah merupakan suatu lembaga pendidikan islam di tingkat
menengah yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan keilmuan
peserta didik. Awal mula berdirinya madrasah di Indonesia yaitu didirikan oleh
kalangan modernis yaitu Jami Al khair dan Al irsyad tujuannya adalah
menanggapi sekolah-sekolah belanda dan juga sekolah-sekolah Muhammadiyah
yang bermodelkan sekolah Belanda. Namun seiring berjalannya waktu madrasah
banyak dikembangkan di pondok pesantren seperti Pesantren Darul Umum dan
Tebuireng Jombang , Lirboyo Kediri, juga madrasah Muallimin dan Muallimat di
Yogyakarta yang didirikan oleh persyerikatan Muhammadiyah Tahun 1923.2
Pada era sekarang banyak masyarakat yang memandang Marasah sebagai
suatu lembaga pendidikan yang unik, Saat teknologi, ilmu pengetahuan, filsafat
hidup manusia yang berkembang pesat dibarengi dengan krisis moral dan
keagamaan, nampaknya orang-orang masa kini lebih memperhatikan dan tertarik
pada madrasah.3
Kemudian terdapat Peraturan yang mengatur penyelenggaraan Madrasah
di Indonesia yaitu “Madrasah adalah satuan pendidikan formal dalam binaan

1
Hari Prabowo, “Pentingnya Peranan Kurikulum Yang Sesuai Dalam Pendidikan,” Jurnal
Universitas Negeri Padang 3, no. 1 (2019): 1–10, file:///E:/File Ridho/File Kuliah/File Semester 6/Kajian
Kurikulum/Artikel Peranan Kurikulum.pdf.
2
Sutrisno & Muhyidin Albarabis, Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial,(Yogyakarta;Ar Ruzz
Media, 2012) hal 52
3
Haedar Nshir, Agama dan krisis kemanusian modern,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,1999).
ii
Menteri Agama yang menyelenggarakan Pendidikan Umum dan kejuruan dengan
Kekhasan Agama Islam yang mencangkup Raudhatul Athfal, Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Masrasah Aliyah dan Madrasah Aliyah
Kejuruan”.4
Fungsi kurikulum bagi pendidikan ibarat fungsi rel bagi kereta, yaitu
sama-sama mengantarkan ke tempat tujuan. Karena memang secara etimologi
kata kurikulum diartikan sebagai sebuah lintasan yang perlu ditempuh oleh
seorang pelari.5
Dalam dunia pendidikan, kurikulum menjadi hal yang sangat penting,
tanpa adanya kurikulum yang tepat, para peserta didik tak akan memperoleh
capaian pembelajaran yang sesuai (Hamid et al., 2022). Seiring berkembangnya
zaman kurikulum dalam dunia pendidikan terus mengalami perubahan dengan
tujuan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan perkembangan dunia pendidikan
(Nengrum et al., 2021).
Pada pembahasan mengenai kurikulum Pendidikan Agama Islam di
madrasah diatur pada Keputusan Menteri Agama No 165 Tahun 2014 berubah
menjadi Keputusan Mentri Agama No 183 Tahun 2019. Mengenai pengembangan
kurikulum Pendidikan Agama Islam 2013, diantaranya pengembangan pola fikir
Pendidikan berpusat pada peserta didik, guru hanya memfasilitasi dan peserta
didik dapat menyesuaikan dengan karakteristik masing-masing, Penguatan sumber
belajar interaktif, Pola belajar jejaring, Pembelajaran aktif mencari, pentingnya
belajar sendiri untuk melatih kemandirian dan kelompok untuk melatih kolaborasi
dengan baik dalam tim, pola belajar berbasis media.6
Perubahan kurikulum tersebut sejalan dengan KMA No. 183 dan KMA
No.184 tahun 2019 tentang pedoman implementasi kurikulum pada madrasah
diterbitkan Kementerian Agama Republik Indonesia untuk mendorong dan
memberi aturan dalam implementasi kurikulum madrasah serta memberikan
legalitas hukum dalam pengembangan madrasah untuk pengembangan penguatan
karakter, pendidikan anti korupsi dan pengembangan moderasi beragama pada
madrasah (Surur & Roziqin, 2021). Dalam melaksanakan pendidikan ada tiga
kegiatan pokok yang menjadi kunci dalam keberhasilan proses pendidikan siswa

4
Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 Pasal 1.
5
Chendra Makalalag & Muh Arif, “Pengembangan Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Arab di
Madrasah Aliyah”, Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Keislaman. Vol. 2, No. 3, Desember, 2022 hal. 121-180
6
Keputusan Menteri Agama Nomor 183 Tahun 2019 hlm 6-7.
iii
di sekolah yaitu ekstrakurikuler, intrakurikuler dan kokurikuler yang dimana
ketiga kegiatan pokok ini merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam
proses pendidikan serta memiliki tujuan dan manfaat yang berbeda (September et
al., 2022)
Secara realitas terjadinya pengembangan kurikulum dari waktu ke waktu
ini merupakan tradisi yang dilakukan ketika terjadi pergantian pemimpin di
Indonesia dalam rangka membuat sejarah tersendiri di masa periode
kepemimpinannya. Sehingga tradisinya setiap terjadi pergantian menteri, maka
secara otomatis kurikulum pun akan mengalami pengembangan atau perubahan.
Namun, hal ini sebenarnya menimbulkan berbagai persoalan seperti adanya
perbedaan pandangan atau pemahaman mengenai kurikulum yang ditawarkan,
kesulitan guru dalam menghadapi
Madrasah Aliyah sebagai bagian integral dari sistem pendidikan islam di
Indonesia memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter serta
keilmuan peserta didiknya. Dalam mencapai hal tersebut , pengembangan
kurikulum menjadi landasan penting. Karakteristik unik dari Madrasah Aliyah
adalah pengintegrasian nilai-nilai islam dalam setiap aspek pembelajaran. Namun,
hal ini sebenarnya menimbulkan beberapa persoalan. Seperti adanya perbedaan
pandangan, atau pemahaman mengenai kurikulum, dan kesulitan guru dalam
menyesuaikan dengan kurikulum baru yang dirasa sangat cepat, karena kurikulum
sebelumnya belum sepenuhnya mereka pahami akan tetapi sudah hadir sosialisasi
kurikulum baru. Sehingga kurang maksimal dalam mengimplementasikan
kurikulum tersebut. Dari permasalahan tersebut penulis menganggap perlunya
mengkaji mengenai karakteristik pengembangan kurikulum di Madrasah Aliyah
(Analisa Penerapan Berdasarkan KMA Nomor 183 dan 184 Tahun 2019).
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Karakteristik Pengembangan Kurikulum Madrasah Aliyah 2019?

2. Bagaimana Konsep Pengembangan Kurikulum?

1.3. Tujuan Masalah

1. Mengetahui Karakteristik Pengembangan Kurikulum Madrasah Aliyah

2. Mengetahui Konsep Pengembangan Kurikulum


iv
BAB II
PEMBAHASA
N
2.1 Karakteristik Pengembangan Kurikulum Madrasah Aliyah berdasarkan
KMA 183 dan 184 tahun 2019
Karakteristik merupakan ciri-ciri atau sifat khas yang dimiliki oleh setiap
individu, dapat mencakup berbagai aspek seperti Akhlak, karakter, kepribadian,
perilaku, watak, sifat, maupun tabiat seseorang. Sehingga dalam dunia pendidikan
tidak akan lepas dari yang namanya pengembangan kurikulum. Pengembangan
kurikulum melibatkan pemahaman mendalam terkait kebutuhan peserta didik,
metode pengajaran yang efektif, tujuan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
integritas nilai maupun keterampilan yang relevan. Ini dapat melibatkan proses
berkelanjutan dalam dunia pendidikan maupun masyarakat.
Kurikulum Madrasah aliyah didasarkan pada kurikulum yang telah
disesuaikan dengan konteks pendidikan agama islam. Hal tersebut mencakup
struktur dan komponen yang sama dengan kurikulum 2013. Namun disesuaikan
dengan kebutuhan dan karakteristik pendidikan islam
Berkenaan dengan kurikulum 2013 Pendidikan Agama Islam di madrasah
terdapat beberapa perubahan kebijakan yang dilakukan oleh Kementrian Agama,
diantaranya KMA no 2 Tahun 2004 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi PAI dan Bahasa Arab. Kemudian peraturan ini dicabut dan diganti
dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 165 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab. Pada
perkembangan waktu Kemetrian Agama mengubah kebijakannya lagi dan
mengubah peraturan tersebut menjadi Keputusan Menteri Agama Nomor 183
Tahun 2019 Tentang Kurikulum PAI da Bahasa Arab pada Madrasah dan juga
KMA Nomor 184 Tahun 2019 Tentang Implementasi dari peraturan KMA Nomor
183 Tahun 2019.
Adapun karakteristik pengembangan kurikulum Madrasah Aliyah
berdasarkan KMA 183 dan 184 tahun 2019 sebagai berikut :
1. Meningkatkan penanaman nilai-nilai karakter, etika, serta moral dalam
seluruh aspek pembelajaran.
2. Meningkatkan keterampilan seperti kreativitas, keterampilan berpikir kritis,
5
kolaborasi, dan komunikasi
3. Penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan keterlibatan
siswa pada penerapan konsep-konsep pembelajaran secara praktis.
4. Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan efisiensi serta efektivitas dalam pembelajaran.
5. Memperkuat muatan lokal yang relevan dengan konteks siswa dan lingkungan
mereka untuk meningkatkan daya tarik dan relevansi pembelajaran
6. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pelatihan guru, pengembangan
materi belajar yang inovatif, serta evaluasi secara berkala.
Dalam meningkatkan keterampilan menulis yang merupakan kemampuan
untuk mengungkapkan suatu gagasan, guru dapat berinovasi dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif dan independen yang dapat mendorong orisinalitas
berpikir dan kreativitas peserta didik selama belajar, terutama dalam kemampuan
menulis dengan pemanfaatan teknologi. Peserta didik dapat mengambil manfaat
dari pengalaman ini karena mereka mengeksplorasi materi pengajaran terkait.7
Di Indonesia, kurikulum sendiri sudah mengalami perubahan dan
pengembangan yang didasarkan pada konsekuensi logis atas tuntutan
perkembangan zaman yang ditandai dengan adanya perubahan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sistem politik, sosial budaya dan ekonomi dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara.8 Sebagaimana menurut Tyler, Taba dan Tanner bahwa
salah satu dasar terjadinya pengembangan kurikulum adalah karena adanya
tuntutan masyarakat. Hal ini terjadi karena kurikulum pendidikan tidak boleh
statis tetapi harus bersifat dinamis, mampu beradaptasi dengan keadaan supaya
dapat mengoptimalkan proses belajar dan hasil belajar peserta didik.
Pengembangan dan perbaikan kurikulum sendiri tidak lain dilakukan sebagai
upaya terciptanya kurikulum yang bermutu dan aspek-aspek pembelajaran yang
berkualitas sehingga dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman yang
dinamis.9 Dalam pelaksanaannya, perubahan terhadap kurikulum dalam
pengembangan kurikulum tidak mengubah dengan menghapus secara keseluruhan
7
Suci Ramadhanti Febriani and Arifka Mahmudi, “Implementasi Pembelajaran Kooperatif Dan
Independen Di Era Revolusi Industri 4.0,” Al Mi’yar: Jurnal Ilmiah Pembelajaran Bahasa Arab Dan
Kebahasaaraban 4, no. 1 (2021): 59, https://doi.org/10.35931/am.v4i1.371
8
Muhammad Kristiawan, Analisis Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran, UPP FKIP Univ.
Bengkulu (Bengkulu: Unite Penerbitan dan Publikasi FKIP Univ. Bengkulu, 2019), 176
9
Edi Kurniawan Farid and Moch Yunus, “Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab (Studi Tentang
Manajemen Mutu Kurikulum Pembelajaran Bahasa Arab),” Jurnal Pendidikan Islam BAHTSUNA 3, no. 2
(2021): 309, https://doi.org/10.31857/s013116462104007x.
6
unsur-unsur penting di dalamnya, akan tetapi unsur-unsur tersebut dikuatkan dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan zaman.
Pengembangan kurikulum PAI bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki pola pikir dan sikap keagamaan yang moderat, inklusif,
berbudaya, religius serta memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, produktif, kreatif, inovatif, dan
kolaboratif serta mampu menjadi bagian dari solusi terhadap berbagai persoalan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.
Dengan demikian suatu upaya mendesak perlu dirumuskan sebagai tanggapan
atas penyempurnaan manusia Indonesia yang ideal. Yakni berdasarkan tipe insan
yang diidealkan oleh amanat regulasi KMA nomor 183 tahun 2019. Upaya yang
harus dilakukan adalah dapat ditempuh dengan pengembangan pola pikir.
Pengembangan kurikulum PAI dan Bahasa Arab di madrasah dapat dilakukan
dengan jalan merekayasa pengembangan pola pikir sebagai berikut :
a. Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik
harus difasilitasi untuk dapat belajar sesuai karakteristiknya sehingga memiliki
pilihan-pilihan terhadap materi, media, metode pembelajaran dan learning style
(gaya belajar) untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan;
b. Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik,
masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya), yang diikat dengan
hubungan simbiosis mutualisme, saling menyayangi dan tolong menolong
dalam kebaikan untuk menggapai ridha Allah SWT;
c. Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu
dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui
internet);
d. Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari
semakin diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik);
e. Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim) guna memperkuat
kemampuan kolaboratif peserta didik;
f. Penguatan pembelajaran berbasis multimedia, sebagai basis penguatan literasi
media peserta didik;
g. Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap
memperhatikan pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta
didik;
7
h. Penguatan pola pembelajaran multidiciplines (ilmu pengetahuan jamak);
i. Penguatan pola pembelajaran kritis dan solutif;
j. Penguatan pola pengkondisian suasana kebatinan peserta didik yang
memungkinkan peserta didik dapat menerima, merasa dan menghayati ajaran
agama sehingga memunculkan kemauan kuat untuk merubah diri sesuai ajaran
yang diterimanya. Pengkondisian dilakukan dengan upaya membersihkan diri
dari akhlak tercela dan menanamkan akhak mulia ke dalam jiwa peserta didik;
dan
k. Penguatan pola pembelajaran religius dengan menjadikan nilai-nilai akhlak dan
agama Islam yang moderat sebagai inspirasi cara berfikir, cara bersikap dan
bertindak pada proses pembelajaran.
2.2 Konsep Pengembangan Kurikulum
2.2.1 Konsep Dasar
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori
dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori
pendidikan yang dianutnya. Menurut pandangan lama, Robert S dalam
Sukmadinata, kurikulum merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus
disampaikan guru atau yang dipelajari oleh siswa. Pandangan ini telah ada sejak
zaman Yunani Kuno, dalam lingkungan atau hubungan tertentu pandangan ini
masih dipakai sampai sekarang. yaitu kurikulum sebagai "... a raccecourse of
subject matter to be mastered". (Sukmadinata, 1997)
Pada makna yang terkandung dari uraian diatas. kurikulum sebagai
program pendidikan harus mencakup:
1. sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengertahuan;
2. pengalaman belajar atau kegiatan belajar,
3. program belajar (plan for learning) untuk siswa;
4. hasil belajar yang diharapkan Dari rumusan tersebut.
kurikulum dapat diartikan sebagai program dan pengalaman belajar serta
hasil-hasil belajar yang diharapkan. Rumusan ini juga mengandaikan bahwa
kurikulum diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun
secara sistematis yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kompeten
perkembangan pribadi dan kompetensi sosial siswa. (Kartikasari, 2010)
Pandangan lama, atau sering juga disebut pandangan tradisional, merumuskan
8
bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran pelajaran yang harus ditempuh
Siswa untuk memperoleh ijazah.
Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan
pengalaman potensial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang
terjadi di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar atas tanggung jawab
sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. (Arifin, 2011)
Konsep kurikulum dalam arti luas atau modern tidak hanya mencakup
tentang rencana pembelajaran saja. Akan tetapi juga mencakup tentang segala
sesuatu yang nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah, baik di
dalam ataupun di luar kelas. Maka kurikulum bisa diartikan juga sebagai entitas
pendidikan yang mengatur tentang kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler.
(Anam, 2009)
Secara konseptual kurikulum secara garis besar mempunyai tiga ranah,
yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum
sebagai bidang studi. (FIP-UPI, 2007 )
Pertama, kurikulum sebagai substansi, yaitu kurikulum dipandang sebagai
rencana pendidikan di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin
dicapai. Suatu kurikulum digambarkan sebagai dokumen tertulis yang berisi
rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan
evaluasi yang telah disepakati dan di setujui bersama oleh para penyusun
kurikulum dan pemangku kebijaksanaan dengan masyarakat.
Kedua, kurikulum sebagai sistem, yaitu kurikulum merupakan bagian dari
sistem sekolah, sistem pendidikan, dan sistem masyarakat. Hasil dari sistem
kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum. Kurikulum sebagai sistem
mempuyai fungsi bagaimana cara memelihara kurikulum agar tetap berjalan
dinamis.
Ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi, kurikulum disini berfungsi
sebagai suatu disiplin yang dikaji di lembaga pendidikan seperti perguruan
tinggi. Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang studi adalah untuk
mengembangkan ilmu kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang
mendalami bidang kurikulum mempelajari tentang konsep dasar kurikulum,
mereka juga melakukan kegiatan penilitian penilitian dan percobaan percobaan
guna menemukan hal- menemukan hal-hal baru yang dapat memperkuat
memperkuat dan memperkaya bidang studi kurikulum. (Arifin, 2011)
9
a. Kurikulum ideal dan kurikulum aktual
Suatu program atau perencanaan secara tertulis. Kurikulum merupakan
pedomana bagi guru dalam suatu proses pembelajaran. Oleh sebab itu
seharusnya bagi setiap guru dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan tuntutan
kurikulum. Inilah yang dinamakan kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang
diharapkan dapat dilaksanakan dan berfungsi sebagai acuan atau pedoman guru
dalam proses belajar dan mengajar. Oleh karena kurikulum ideal merupakan
pedoman bagi guru, maka kurikulum ini juga dinamakan kurikulum formal atau
kurikulum tertulis (written formal atau kurikulum tertulis (written curriculum)
Contoh dari kurikulum ini adalah kurikulum sebagai suatu dokumen seperti
kurikulum SMU 1989, kurikulum SD 1975 yang berlaku pada tahun itu, dan
1975 yang berlaku pada tahun itu, dan lain sebagainya. (Arifin, 2011)
Pengembangan kurikulum merupakan proses perencanaan dan
penyusunan kurikulum. Agar dapat menghasilkan kurikulum yang menjadi
bahan acuan menuju lebih baik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses
pengembangan kurikulum juga dikenal dengan kata implementasi, evaluasi, dan
penyempurnaan kurikulum. Kurikulum perlu dikembangkan karena tiga faktor
yaitu :
1. Merespon ITEKS
Ilmu teknologi dari waktu ke waktu pasti akan mengalami perkembangan
dan kemajuan, sehingga kurikulum juga harus mengikuti perkembangan
sesuai dengan perkembangan zaman.
2. Merespon perubahan sosial
Dalam kehidupan sehari-hari bahwa selain menjadi bagian dari
pendidikan sekolah juga menjadi bagian dari masyarakat. Sekolah yang dapat
memenuhi dan mewujudkan kebutuhan masyarakat akan mampu bertahan.
3. Memenuhi kebutuhan peserta didik
Kebutuhan dari masing-masing peserta didik tentu berbeda-beda dan
dinamik. Pengembangan kurikulum ini bertujuan untuk memahami dan
mewujudkan kebutuhan dari peserta didik. Seperti kebutuhan sarana,
prasarana, media.
Sebagai sebuah pedoman, kurikulum ideal memegang peran yang sangat
penting penting dalam merancang merancang pembelajaran pembelajaran yang
dapat dilakukan dilakukan oleh guru dan siswa. Sebab, melalui pedoman tersebut
10
guru minimal dapat menentukan hal-hal sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa. Dapat
kita bayangkan jika tanpa tujuan yang jelas sebagai rambu-rambu, maka guru
akan kesulitan menentukan dan merencanakan program pembelajaran.
2) Menentukan isi atau materi pelajaran yang harus dikuasai untuk mencapai
tujuan atau penguasaan kompetensi
3) Menyusun strategi pembelajaran untuk guru dan siswa sebagai upaya
pencapaian tujuan.
4) Menentukan keberhasilan pencapaian atau kompetensi Apakah setiap
kurikulum ideal dapat dilaksanakan sepenuhnya hnya oleh guru? Tentunya
tidak. Setiap sekolah tidak mungkin dapat melaksanakannya dengan
sempurna, karen berbagai alasan.
Pertama, bisa atau tidaknya kurikulum ideal diterapkan oleh guru, dapat
ditentukan oleh kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah.
Kedua, bisa atau tidaknya. kurikulum ideal dilaksanakan, akan ditentukan oleh
kemampuan guru. Karena, sarana yang diberikan sekolah walaupun sudah
lengkap belum menjamin kurikulum ideal dapat dilaksnakan manakala tidak
didukung oleh kemampuan guru. Ketiga, bisa atau tidaknya kurikulum ideal
dilaksanakan oleh setiap guru, juga tergantung pada kebijakan setiap sekolah
yang bersangkutan. hal tersebut, merupakan faktor yang dapat atau tidaknya
kurikulum ideal dilaksanakan oleh setiap guru. Oleh karena itu berbagai
keterbatasan, maka guru hanya mungkin dapat menerapkan kurikulum sesuai
dengan kondisi yang ada. Inilah yang kemudian dinakaman actual curriculum
atau kurikulum nyata, yakni kurikulum yang secara riil dapat dilaksanakan oleh
guru sesuai dengan keadaan dan kondisi yang ada.
Oleh karena itu kurikulum ideal merupakan pedoman bagi setiap guru
khususnya tentang tujuan dan kompetensi yang harus dicapai sedangkan
kurikulum aktual adalah kurikulum nyata yang dapat dilaksanakan oleh guru
sesuai dengan kondisi yang ada, dengan demikian dapat dipastikan bahwa
semakin semakin jauh jarak antara kurikulum ideal dengan kurikulum aktual,
artinya apa yang dikerjakan guru tidak sesuai atau jauh dari rambu-rambu
kurikulum ideal maka akan semakin rendah kualitas suatu sekolah. Sebaliknya,
semakin dekat jarak antara kurikulum ideal dengan kurikulum aktual, artinya apa
yang dilakukan guru dan siswa sesuai dengan rambu-rambu bahkan melebihi
11
kurikulum ideal sebagai pedoman, maka akan semakin bagus kualitas suatu
sekolah atau kualitas proses belajar mengajar. Suatu kurikulum di sekolah yang
memiliki sarana yang lengkap dan kreativitas gurunya bagus, tentu saja hasil
belajar siswa akan lebih baik. Sebaliknya, Suatu kurikulum di sekolah yang tidak
memiliki sarana yang lengkap dan kreativitas gurunya kurang bagus, maka jelas
hasil belajar siswa tidak akan optimal. Itulah sebabnya jarak antara kurikulum
ideal tidak boleh terlalu jauh dengan kurikulum aktual. (Arifin, 2011)
b. Kurikulum tersembunyi (Hidden Curriculum)
Kurikulum tersembunyi merupakan segala sesuatu yang dapat
memengaruhi peserta didik secara positif ketika mempelajari sesuatu. Pengaruh
itu bisa dari pribadi guru, peserta didik itu sendiri, karyawan sekolah, suasana
pembelajaran pembelajaran dan sebagainya. Kurikulum tersembunyi terjadi
ketika berlangsungnya kurikulum ideal atau kurikulum nyata.
2.2.2 Pengertian Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum Secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani,
yaitu curir yang artinya "pelari" dan curene yang berarti "tempat berpacu". Istilah
kurikulum berasal dan dunia olah raga. terutama dalam bidang atletik pada zaman
Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa Kuno di Yunani. Dalam bahasa Prancis,
istilah kurik istilah kurikulum berasal dari ulum berasal dari kata courier yang
berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh
seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh
medali atau penghargaan. Jarak yang harus tersebut kemudian diubah menjadi
program sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya.
Dengan demikian, secara terminologis istilah kurikulum (dalam pendidikan)
adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta
didik di sekolah untuk memperoleh ijazah. (Arifin, 2011) Menurut UU No. 2
tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan peraturan peraturan
mengenai mengenai isi dan bahan dan bahan pembalajaran pembalajaran serta
cara yang digunakannya yang digunakannya dalam menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar. Dalam dunia pendidikan modern, kurikulum diartikan lebih dari
sekedar sekumpulan materi ulan materi pelajaran (subject matter) (Idris, 2013).
Kurikulum dipandang ulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi
uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksnakn dari tahun
ke tahun (Siregar, 2014). UUP No. 20/2003 menetapkan kurikulum adalah
12
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajara untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Islam, 2006).
Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
memberikan makna bahwa di dalam kurikulum terdapat interaksi antara guru dan
peserta didik (Muhaimin, 2012) Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan
bahwa kurikulum dalam arti sempit adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
dipelajari oleh peserta didik untuk menyelesaikan pendidikannya. Sedangkan
dalam arti luas kurikulum merupakan seperangkat pedoman tertulis yang berisi
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pengembangan kurikulum (Curriculum
development) sebagai tahap lanjutan dari pembinaan, yakni kegiatan yang
mengacu untuk menghasilkan suatu kurikulum baru. (Zein, 1991) atau sebuah
proses perencanaan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum
(curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan dilakukan agar kurikulum
yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pengembangan kurikulum juga merupakan suatu proses yang
merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada
hasil penelitian terhadap kurikulum yang tidak berlaku. Sehingga dapat
memberikan kondisi kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. (Subandjiah,
1996) Pengertian kurikulum yang semakin luas membuat para pelaksana
kurikulum memberikan batasan sendiri terhadap kurikulum. Namun perbedaan
atau batasan tersebut tidak menjadi masalah yang besar terhadap pencapaian
tujuan pendidikan, apabila pengembangan kurikulum didasarkan pada landasan
dan prinsip-prinsip yang mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan
kurikulum yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari
pendidikan nasional. Perwujudan prinsip, dan konsep kurikulum terletak pada
guru. Sehingga guru memiliki tanggung jawab terhadap tercapainya tujuan
kurikulum itu sendiri. Oleh karena itu, pelaksana kurikulum perlu mengetahui dan
melaksanakan beberapa landasan dan prinsip-prinsip yang menjadi pedoman
dalam pengembangan kurikulum.
2.2.3 Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum
a) Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan nasional.
b) Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan dengan pendekatan
13
kemampuan.
c) Kurikulum harus sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan masing-masing
jenjang pendidikan.
d) Kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi dikembangkan atas dasar
standar nasional pendidikan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan.
e) Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara
berdiversifikasi, sesuai dengan kebutuhan potensi, dan minat peserta didik dan
tuntutan pihak-pihak yang memerlukan serta berkepentingan.
f) Kurikulum diperhatikan dengan memperhatikan tuntutan pembangunan
daerah dan nasional, keanekaragaman potensi daerah dan lingkungan serta
kebutuhan pengembangan IPTEK dan seni.
g) Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara
berdiversifikasi, sesuai dengan tuntutan lingkungan dan budaya setempat.
h) Kurikulum pada semua jenjang pendidikan mencangkup aspek spiritual
keagamaan, intelektualitas, watak konsep diri keterampilan belajar.
kewirausahaan, keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, pola
hidup sehat, estetika dan rasa kebangsaan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kurikulum dimadrasah Aliyah sering mengalami perkembangan tujuannya
yaitu untuk melengkapi kekurangan dengan hadirnya KMA No. 183 dan 184 Tahun
2019 merupakan usaha dari kementrian agama dalam meningkatkan mutu
Pendidikan. Akan tetapi kurikulum ini hanyalah buatan manusia yang tidak
sempurna dan sering dianggap masih terdapat kekurangan baik dari pendidik
maupun Masyarakat. Namun dengan adanya perkembangan kurikulum madrasah
diberi kewenangan dalam memperbaiki serta melengkapi kekurangan dari
kurikulum sebelumnya. Sehinga para pihak madrasah terutama guru, tidak boleh
kaku dalam melaksanakan kurikulum, tetapi diharapkan dapat memiliki
kemamppuan serta keterbukaan dalam melakukan penyesuaian serta inovasi sesuai
dengan perkembangan zaman dalam dalam dunia Pendidikan dan kebutuhan para
siswa

14
DAFTAR PUSTAKA

Anam, C. (2009) Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Sidoarjo


Qitshoh Digital Press
Arifin, Z. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya offset.
Farid, Edi Kurniawan, and Moch Yunus. “Pengembangan Kurikulum Bahasa
Arab (Studi Tentang Manajemen Mutu Kurikulum Pembelajaran Bahasa
Arab).” Jurnal Pendidikan Islam BAHTSUNA 3, no. 2 (2021): 124–34.
https://doi.org/10.31857/s013116462104007x.
Febriani, Suci Ramadhanti, and Arifka Mahmudi. “Implementasi Pembelajaran
Kooperatif Dan Independen Di Era Revolusi Industri 4.0.” Al Mi’yar:
Jurnal Ilmiah Pembelajaran Bahasa Arab Dan Kebahasaaraban 4, No. 1
(2021) : 59. https://doi.org/10.35931/am.v4i1.37
Haedar Nahir, Agama dan krisis kemanusian modern,Yogyakarta:Pustaka
Pelajar,1999
Karikasari, L. M. Karikasari, L. M. (2010). Pengertian Perann dan Fun (2010).
Pengertian Perann dan Fungsi Kurikulum.
Keputusan Menteri Agama Nomor 183 Tahun 2019.
Keputusan Menteri Agama Nomor 184 Tahun 2019.
Kristiawan, Muhammad. Analisis Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran.
UPP FKIP Univ. Bengkulu. Bengkulu: Unite Penerbitan dan Publikasi
FKIP Univ. Bengkulu, 2019.
Makalalah, Chendra. & Arif, Muh. (2022). “Pengembangan Kurikulum 2013
Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah”. Jurnal Ilmiah Pendidikan
dan Keislaman, 2, 121-180.
Keputusan Menteri Agama Nomor 183 Tahun 2019 hlm 6-7.
Muhaimin. (2012). Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam.
Subandjiah (1996). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Sukmadinata. N. S. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek

15
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sutrisno & Muhyidin Albarabis, Pendidikan Islam Berbasis Problem
Sosial,Yogyakarta;Ar Ruzz Media, 2012
Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 Pasal 1
Prabowo, Hari. “Pentingnya Peranan Kurikulum Yang Sesuai Dalam
Pendidikan.” Jurnal Universitas Negeri Padang 3, no. 1 (2019): 1–10.
file:///E:/File Ridho/File Kuliah/File Semester 6/Kajian Kurikulum/Artikel
Peranan Kurikulum.pdf.
Zein, M. (1991). Asas dan Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Sumbangsih
offfset

16

Anda mungkin juga menyukai