4. Recruiting Tools
Sebelum memulai perbincangan, alangkah pentingnya jika memiliki strategi seputar
dengan siapakah kita akan berbicara, pertanyaan apa saja yang akan kita berikan
untuk mengumpulkan informasi yang kita butuhkan. Metode ini dapat dilakukan
dengan survey online, wawancara, observasi ke lokasi tujuan dan diskusi bersama.
5. Interview
Pada tahapan ini, kita akan melakukan interaksi langsung dengan responden, dengan
tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan,
persyaratan, preferensi, atau masalah yang harus dipecahkan. Interview merupakan
salah satu metode utama untuk mengumpulkan informasi yang relevan dan mendalam
yang akan membantu dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek dengan lebih
efektif.
6. Expert Interview
Dengan metode ini, desainer memperoleh perspektif berharga dengan
berbicara dengan para ahli. Para ahli dapat memberikan pandangannya dari
proyek yang kita desain, memberi inovasi terbaru—baik keberhasilan maupun
kegagalan—dan dapat memberikan nasihat teknis khusus dari para ahli.
7. Secondary Research
Setelah mewawancarai orang untuk mengumpulkan informasi, jawaban yang akan
diberikan akan lebih subjektif karena mereka sebagai responden akan menjawab
dengan sudut pandang dan pengalam diri sendiri. Secondary research merupakan
metode agar kita sebagai desainer lebih mengetahui konteksnya secara lebih luas.
Untuk menggunakan metode ini kita perlu untuk menjelajahi internet, buku, jurnal,
dan juga berita.
‘
II. Penyusunan Metode Desain
4. Recruiting Tools
Setelah menentukan siapa yang akan diajak untuk wawancara, maka desainer harus
mempertimbangkan factor usia, jenis kelamin, Tingkat Pendidikan, dan lainnya.
Sisi Demografis
o Umur
Target audiens ang dituju menurut sisi demografis adalah remaja
berusia 15-23 tahun yang sulit untuk mengekspresikan emosi yang
telah lama dipendam. Desainer memilih target umur 15-23 tahun
dikarenakan pada usia inilah seorang remaja sudah harus berkembang
dan berpikir lebih dewasa untuk membangun masa depannya.
o Gender
Perempuan dan laki-laki, desainer memilih gender Perempuan dan
laki-laki dikarenakan desainer ingin hasil dari proyek ini dapat
bermanfaat untuk kedua pihak Perempuan dan laki-laki yang saat ini
sedang merasakan dampak sibling rivalry
o Tingkat Pendidikan
SMA – S1/sederajat,
Dikutip dari (Catherine, 2023) banyak remaja pada Tingkat Pendidikan
SMA-S1/sederajat mengalami dan terkena dampak dari sibling rivalry,
data yang didapatkan mencapai 46.1% dari Tingkat Pendidikan SMA
dan 52.7% dari Tingkat Pendidikan S1/D3
Sisi Geografis
Target audiens berada di Kota Tangerang
Desainer memilih sisi geografis ada kota Tangerang dikarenakan untuk
menyesuaikan dengan penulis yang telah bersangkutan data mengumpulkan
data.
Sisi Psikografis
Untuk sisi psikografis, desainer menargetkan kepada remaja yang sedang dalam usia
untuk berkembang tetapi selalu terlihat pendiam, cenderung menyendiri dan tidak
pernah terbuka untuk menuangkan isi pikiran yang telah membebaninya.
6. Expert Interview
Pada tahapan ini, desainer akan mencari informasi yang lebih mendalam untuk
mendapatkan wawasan dan perspektif dari ahli, dalam metodi desain ini, desainer
akan memberikan pertanyaan yang lebih komplikasi sehingga dibutuhkan seseorang
yang ahli dalam bidang ini.
Pertanyaan:
1. Apa definisi sibling rivalry menurut Psikolog?
2. Pada usia berapa biasanya terjadi kasus sibling rivalry?
3. Dampak apa yang akan dialami oleh seseorang yang mengalami sibling
rivalry?
4. Bagaimana cara untuk seseorang yang mengalami sibling rivalry agar sembuh
dari luka batinnya?
5. Apakah ada dampak yang sangat bahaya disaat seseorang mengalami sibling
rivalry?
Sibling rivalry adalah fenomena di mana saudara kandung bersaing satu sama lain,
baik mereka memiliki jenis kelamin yang sama maupun berbeda. Persaingan ini
sering kali dipicu oleh perasaan iri, cemburu, dan dorongan untuk bersaing. Dikutip
dari (BINUS, 2016) Jika persaingan di antara saudara-saudara tidak ditangani dengan
baik, akan anda damak pada anak itu sendiri, hubungan mereka dengan orang tua,
hubungan mereka dengan saudara-saudara, dan interaksi mereka dengan lingkungan
di luar keluarga.
Cemburu yang timbul karena persepsi bahwa orang tua membagi kasih sayang kepada
saudara kandung merupakan faktor utama yang memicu sibling rivalry. (Bella, 2023)
mengatakan ada beberapa tindakan dari orang tua yang sering kali dilakukan tanpa
disadari namun dapat memperburuk persaingan di antara saudara kandung, yaitu di
antaranya adalah :
o Memberikan pujian hanya pada satu anak, entah itu kakak atau adik saja
o membandingkan pencapaian masing-masing anak, mendorong anak-anak untuk
bersaing satu sama lain, dan
o hanya memperhatikan kebutuhan serta minat dari satu anak saja.
Sibling rivalry pada remaja dapat mengakibatkan dampak seperti kemampuan regulasi
emosi yang buruk, perilaku yang regresif, kurangnya toleransi, pandangan yang
kurang positif terhadap diri sendiri, kurangnya kehati-hatian dalam tindakan, dan
kesulitan dalam mengendalikan diri.
IV. Hasil dari Penerapan Metode (Kesimpulan)
Sibling rivalry dapat dimengerti sebagai persaingan antara saudara kandung, baik
mereka memiliki jenis kelamin yang sama maupun berbeda. Persaingan ini sering kali
dipicu oleh perasaan iri, cemburu, dan dorongan untuk bersaing. Kontes sering kali
terjadi untuk mendapatkan perhatian orang tua, mainan baru, atau hal-hal lainnya. Di
sini Desainer mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yang muncul akibat
dampak sibling rivalry, yaitu bagaimana cara membantu individu yang terkena
dampak untuk terbuka dan mengungkapkan kegelisahan mereka. Konteks utama
masalah melibatkan remaja usia 15-23 tahun yang kesulitan dalam mengekspresikan
emosi serta orang tua yang mungkin tidak menyadari dampak dari sibling rivalry pada
anak-anak mereka. Rumusan masalah yang diangkat oleh desainer adalah bagaimana
menciptakan komunikasi visual yang memungkinkan individu terbuka tentang
pengalaman mereka terkait sibling rivalry. Dampak yang diharapkan adalah
penyembuhan emosional bagi korban sibling rivalry dan kemampuan mereka untuk
mengungkapkan perasaan yang terpendam. Solusi yang memungkinkan termasuk
menyelenggarakan seminar untuk remaja dan membuat ruang terbuka bagi mereka
untuk berbicara tentang pengalaman mereka serta mengungkapkan isi hati dan pikiran
yang terpendam.
Selanjutnya ke tahap expert interview, jawaban yang didapat merupakan kutipan dari
jurnal berisi wawancara dengan ahli yaitu psikolog klinik Reynitta Poerwito selaku
ahli Sibling Rivalry, (Catherine, 2023) ahli mengatakan bahwa Sibling rivalry
merupakan bentuk persaingan antara kakak dan adik yang sering terjadi pada masa
kanak-kanak. Persaingan tersebut umumnya berpusat pada perhatian dan kasih sayang
dari orang tua, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadinya persaingan dalam
hal prestasi atau bidang lainnya. dampak negatif dari sibling rivalry perlu diatasi,
terutama jika telah mengganggu aktivitas dan fungsi peran individu dalam kehidupan
sehari-hari. Individu yang tidak dapat menjalankan peran atau fungsi mereka dengan
baik memiliki potensi untuk menghindari tanggung jawab atau mengalami
konsekuensi lainnya. Pengobatan dampak negatif yang disebabkan oleh sibling rivalry
dapat dilakukan melalui metode Cognitive Behavioural Therapy (CBT). Dalam
pendekatan ini, individu akan dibimbing untuk mengelola pola pikir dan keyakinan
mereka.