Anda di halaman 1dari 2

TERAPI MODALITAS

(TERAPI KOGNISI)

Terapi kognisi atau kognitif merupakan strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Terapi kognitif adalah terapi yang didasarkan pada
alasan teoritis dasar dimana efek dan perilaku individual adalah sangat ditentukan oleh cara
dimana dia menyusun dunia, penyusunan dunia seseorang didasarkan pada kognisi (ide verbal
atau gambaran yang ada bagi alam sadar) yang didasarkan pada asumsi (skema yang
dikembangkan dari pengalaman sebelumnya). Fokus asuhan adalah membantu klien untuk
reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan
menyusun perubahan kognitif.
Ada tiga tujuan terapi kognitif meliputi:
a. Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak rasional yang
sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta
dan informasi yang actual.
b. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam menanggapi setiap stimulus
sehingga terhindar dari distorsi pikiran.
c. Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih dahulu
mengubah pola berfikir.
Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk mensubstitusi
pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi percakapan diri negatif.

Adapun Pendekatan Proses Teknik Terapi Kognitif dapat dilakukan dengan:


1. Mendapatkan pikiran otomatis
Pikiran otomatis adalah kognisi yang menghalangi antara peristiwa eksternal dan reaksi
emosional orang terhadap peristiwa. Suatu contoh dari pikiran otomatis adalah keyakinan
bahwa “setiap orang akan menertawakan saya jika mereka mengetahui betapa buruknya
permainan” , suatu pikiran yang timbul pada seseorang yang diminta untuk bermain bowling
dan berespon secara negatif. Contoh lain adalah “ia tidak menyukai saya” jika seseorang
berjalan dihadapan orang tersebut tanpa menyapanya.
2. Menguji pikiran otomatis
Dengan berperan sebagai guru, ahli terapi membantu klien menguji keabsahan pikiran
otomatis. Tujuannya adalah untuk mendorong klien menolak pikiran otomatis yang tidak
akurat atau berlebih setelah pemeriksaan yang cermat. Kebanyakan klien sering menyalahkan
dirinya sendiri untuk hal - hal yang buruk yang mungkin memang ada diluar kendali mereka.
Ahli terapi bersama sama dengan klien meninjau situasi keseluruhan dan menciptakan
penjelasan alternatif untuk menghubungkan kembali penyebab masalah yang terjadi.
3. Mengidentifikasi asumsi maladaptif
Pola pikir klien akan tampak seiring dengan teridentifikasinya pola pikiran otomatis. Pola
mewakili aturan atau anggapan umum yang maladaptif yang mendukung kehidupan klien.
Contoh dari aturan tersebut adalah “Supaya gembira saya harus sempurna”, dan “jika setiap
orang tidak menyukai saya, maka saya tidak dicintai”.
4. Menguji keabsahan asumsi negatif
Mirip dengan pengujian keabsahan pikiran otomatis, tes yang cukup efektif yaitu dengan cara
meminta klien untuk mempertahankan keabsahannya. Sebagai contoh : jika klien
menyatakan bahwa ia harus selalu membangun kemampuannya, ahli terapis dapat bertanya
“mengapa hal tersebut sangat penting bagi anda?”

Anda mungkin juga menyukai