Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan ialah sebuah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan

seorang perempuan untuk menjadi suami dan istri dengan membentuk keluarga

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sulaiman

Rasyid menuturkan perkawinan adalah suatu akad yang dapat memberi kehalalan

pergaulan dan memberikan hak dan kewajiban serta tolong menolong antara

makhluk lainnya seperti seorang pria dan seorang wanita yang antara keduanya

itu.2

Pernikahan menurut hukum Islam adalah suatu akad yang menghalalkan

hubungan antara laki-laki dan perempuan untuk mewujudkan kebahagiaan dalam

keluarganya dengan diberikan rasa tentram dan kasih sayang dengan ridha Allah

SWT. Hukumnya wajib bagi orang yang mampu menikah menurut pendapat yang

paling kuat.3

Pernikahan adalah ikatan yang dilakukan antara laki-laki dan wanita

dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, dan

warahmah. Pernikahan merupakan sunnatullah yang berlaku untuk semua

mahkluk-Nya. Pernikahan merupakan cara yang ditentukan oleh Allah SWT.

sebagai jalan untuk meneruskan keturunan.4 Makna nikah adalah akad atau ikatan

1
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 Tentang Dasar-Dasar Perkawinan
2
M. Hasballah Thaib, Hukum Keluarga dalam Syariat Islam (Medan: Fakultas Hukum
Universitas Dhamawangsa, 1993), hlm 3.
3
At-Tahir al-Hadad, Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1993), hlm 59.
4
Slamet Abidin dan Aminudin, Fiqih Munakahat (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 9

1
2

karena dalam proses pernikahan adanya ijab dan kabul. Berdasarkan Undang-

undang No. 1 tahun 1974 dinyatakan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.5

Berdasarkan pengertian pernikahan di atas dapat dipahami bahwa

pernikahan merupakan ikatan atau perjanjian yang menghalakan hubungan laki-

laki dan perempuan, dengan tujuan untuk meneruskan keturunan dan hubungan

yang menjadikan cinta kasih dan sayang, sehingga membentuk keluarga yang

bahagia, dan kekal. Sebagaimana firman Allah Q.S Ar-Rum (30): 21

‫َو ِم ْن آَياِتِه َأْن َخ َلَق َلُك ْم ِم ْن َأْنُفِس ُك ْم َأْز َو اًجا ِلَتْس ُكُنوا ِإَلْيَها َو َجَعَل َبْيَنُك ْم َم َو َّد ًة‬

‫َو َر ْح َم ًةۚ ِإَّن ِفي َٰذ ِلَك آَل َياٍت ِلَقْو ٍم َيَتَفَّك ُروَن‬

Artinya: Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia


menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir. (Q.S. Ar- Rum (30): 21).6

Menurut tafsi r jalalain dijelaskan bahwa (Dan di antara tanda-tanda

kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian

sendiri) Siti Hawa tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam sedangkan manusia yang

5
Kompilasi Hukum Islam (Hukum Perkawinan, Kewarisan, dan Perwakafan), Pasal 1
(Bandung: Nuansa Aulia, 2015), h. 73
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan Untuk Wanita (Jakarta: Wali,
2010), h.406.
3

lainnya tercipta dari air mani laki-laki dan perempuan (supaya kalian cenderung

dan merasa tenteram kepadanya) supaya kalian merasa betah dengannya (dan

dijadikan-Nya di antara kamu sekalian) semuanya (rasa kasih sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu (benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir) yakni yang memikirkan tentang

ciptaan Allah swt.7

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menciptakan untuk kalian wanita-

wanita yang akan menjadi isteri kalian dari jenis kalian sendiri, di antara rahmat-

Nya kepada manusia adalah menjadikan pasangan-pasangan mereka dari jenis-

jenis mereka sendiri serta menjadikan perasaan cinta dan kasih sayang di antara

mereka. Di mana seorang laki-laki mengikat seorang wanita adakalanya

dikarenakan rasa cinta atau rasa kasih sayang dengan lahirnya seorang anak,

saling membutuhkan nafkah dan kasih sayang di antara keduanya. 8 Dapat peneliti

pahami bahwa pernikahan yang dimaksud dalam Islam yaitu untuk membentuk

hubungan dan meneruskan keturunan, saling mencintai dan menyayangi antara

suami dan istri dalam suatu ikatan yaitu perkawinan.

Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2019 tentang

Pencatatan Nikah dilakukan oleh Pegawai Pencacat Nikah yang tugasnya yaitu

melakukan pencatatan nikah masyarakat beragama Islam. Sebagaimana tertera

dalam Pasal 1 ayat (3) Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2019 tentang

Pencatatan Pernikahan yang berbunyi: “Pegawai Pencatat Nikah yang selanjutnya

7
Jalaluddin As-Suyuthi & Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahally, Tafsir
Jalalain, h. 257.
8
Abdul Ghoffar, Terjemahan Tafsir Ibnu Khatshir Jilid 6 (Bogor: Pustaka Imam Asy-
Syafi’i, 2004), h. 364.
4

disingkat PPN adalah pegawai negeri sipil yang ditugaskan oleh Menteri Agama

atau pegawai yang ditunjuk untuk melakukan pencatatan nikah masyarakat

Islam.” 9

Masyarakat khususnya beragama Islam pencatatan perkawinan dilakukan

oleh pejabat Kantor Urusan Agama (KUA) yaitu PPN atas dasar PMA No. 20

tahun 2019 tentang pencatatan pernikahan yang berlaku untuk masyarakat

beragama Islam, apabila ada pencatatan nikah yang dilakukan selain dari pejabat

KUA dan tidak berkekuatan hukum tetap maka dianggap tidak sah dimata negara

Indonesia. Namun, menurut Hukum Islam pernikahan sah jika adanya akad antara

wali dari calon isteri dengan laki-laki calon suaminya, yang dimana akad nikah itu

harus diucapkan oleh wali wanita dengan jelas (ijab) dan diterima oleh calon

suami (kabul) yang dilaksanakan di hadapan dua orang saksi yang memenuhi

syarat.10

Dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) dijelaskan setiap orang yang

akan menikah dapat dilakukan di Kantor Urusan Agama atau di luar Kantor

Urusan Agama, ketentuan ini ditentukan di dalam pasal 16 Peraturan Menteri

Agama Nomor 20 tahun 2019 tentang pencatatan pernikahan:

(1) Akad nikah dilaksanakan di KUA Kecamatan atau Kantor Perwakilan

Republik Indonesia di luar negeri pada hari dan jam kerja.

(2) Atas permintaan calon pengantin dan persetujuan Kepala KUA

Kecamatan/Penghulu/PPN LN, akad nikah dapat dilaksanakan di luar

9
Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2019 Tentang Pencatatan Pernikahan, Pasal
1 Ayat 3.
10
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia menurut: perundangan, Hukum
Adat, Hukum Agama (Bandung: Mandar Maju, 2007), h. 11.
5

KUA Kecamatan atau Kantor perwakilan Republik Indonesia di luar

negeri.11

Masyarakat Indonesia mengalami kesulitan di awal tahun 2020 dengan

dikejutkannya kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Coronavirus

merupakan suatu pandemi baru dengan penyebaran antar manusia yang sangat

cepat. Penyebaran Coronavirus Disease-19 yang berawal dari China menyebar

cepat hampir ke seluruh penjuru dunia dan menyebabkan angka kematian yang

tinggi. Derajat penyakit dapat bervariasi dari infeksi saluran napas atas hingga

ARDS.12 Klasifikasi infeksi Covid-19 di Indonesia saat ini didasarkan pada buku

panduan tata laksana pneumonia Covid-19 Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia (Kemenkes RI). Coronavirus merupakan wabah yang sangat

mematikan. Penyebaran Covid-19 berdampak pada aspek kehidupan sosial

khususnya pelaksanaan pernikahan pada masa pandemi Covid-19.

Diantara petunjuk al-Quran yang sangat agung yaitu seorang hamba tidak

akan ditimpa suatu musibah kecuali atas kehendak Allah swt yang menuliskan dan

mentakdirkan musibah tersebut .

Allah swt berfirman: (QS.At-Tagabun/64:11)

‫َم ٓا َاَص اَب ِم ْن ُّمِص ْيَبٍة ِااَّل ِبِاْذ ِن ِهّٰللاۗ َو َم ْن ُّيْؤ ِم ْۢن ِباِهّٰلل َيْهِد َقْلَبٗه ۗ َو ُهّٰللا‬
‫ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِلْيٌم‬

11
Peraturan Menteri Agama Nomor 20 Tahun 2019 Tentang Pencatatan Pernikahan, Pasal
16.
12
Diah Handayani, dkk, “Penyakit Virus Corona 2019”, Jurnal Respirologi Indonesia 40,
No. 2 (2020), h. 120. http://www.jurnalrespirologi.ssorg.
6

Artinya: Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali atas
izin Allah; dan barang siapa yang beriman kepada Allah akan memberi
petunjuk kepada hatinya. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.13

Tafsir Al-Mukhtasar menjelaskan seseorang tidaklah ditimpa sesuatu yang

tidak diinginkannya kecuali dengan izin Allah, ketetapan, dan takdirnya.

Barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah membimbing hatinya untuk

menerima perintahnya dan rela kepada keputusannya, Allah swt membimbing

pada keadaan, perkataan dan perbuatan terbaik, sebab dasar hidayah adalah hati,

sementara anggota badan adalah pengikut.14

Makna kandungan ayat di atas yakni, tidaklah seorang hamba ditimpa

suatu musibah kecuali apa yang telah Allah kehendaki. Sungguh seorang hamba

butuh kondisi untuk selalu memperbaharui keimanannya, memperbaharui

keyakinannya terhadap Allah swt, dan semua yang dikehendakinya pasti akan

terjadi. Apa yang menimpa hambanya tidak terlepas darinya dan apa yang Allah

swt inginkan dan pasti terjadi. Pandemi Covid-19 merupakan musibah yang

terjadi atas kehendak Allah swt yang harus diterima oleh hamba-Nya. Di tengah

pandemi Covid-19 masyarakat tetap menjalankan aktivitas khusunya pernikahan

pada masa pandemi Covid-19.

Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab 1 pasal

1, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang wanita dan seorang pria

sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Manusia tidak akan berkembang tanpa

13
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya Al-Jumanatul ‘Ali (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2004).
14
https://tirtakusuma2.wordpress.com/2021/12/01/tafsir-qs-ath-taghabun-ayat-11
7

adanya pernikahan. Pernikahan atau perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin

antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk suatu

keluarga yang kekal dan bahagia di dunia dan akhirat.15

Semua pihak yang hadir harus menerapkan protokol kesehatan agar

pelaksanaan akad nikah berjalan dengan baik dan lancar. Dengan hal ini pihak

yang hadir terhindar dari virus covid 19 dan juga mencegahnya sebelum covid 19

datang. Dalam praktek ijab kabul pada masa covid 19 tidak diperkenankan untuk

berjabat tabat karena untuk mengurangi penularan virus covid 19.

Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam mengeluarkan kebijakan baru terkait pelayanan nikah, yakni

Surat Edaran Nomor P-006/DJ.III/HK.00.7/06/2020 tentang Pelayanan Nikah

Menuju Masyarakat Produktif Aman Covid. Surat Edaran yang diterbitkan 10

Juni 2020, itu menyebutkan masyarakat diperkenankan untuk melaksanakan akad

nikah di luar KUA.16

Adapun ketentuan dalam Surat Edaran ini, antara lain:

1. Layanan pencatatan nikah di Kantor Unasan Agama (KUA) Kecamatan

dilaksanakan setiap hari kerja dengan jadwal mengikuti ketentuan sistem

kerja yang telah ditetapkan;

2. Pendaftaran nikah dapat dilakukan secara online antara lain melalui

website simkah.kemenae.go.id. telepon, e-mail atau secara langsung ke

KUA Kecamatan;

15
Ahmad Atabik, Koridatul Mudhiiah, “Pernikahan Dan Hikmahnya Perspektif Hukum
Islam”, Jurnal Crepido (2014): h. 293-294.
16
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5ee861e478909/kini--pelaksanaan-akad-
nikah-saat-pandemi-bisa-di-luar-kua/
8

3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 dan/atau

terkait proses pendaftaran nikah, pemerlksaan nikah dan pelaksanaan akad

nikah dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan dan

semaksimal mungkin mengurangi kontak fisik dengan petugas KUA

Kecamatan;

4. Pelaksanaan akad nikah dapat diselenggarakan di KUA atau di luar KUA;

5. Peserta prosesi akad nikah yang dilaksanakan di KUA atau di rumah

diikuti sebanyak-banyaknya 10 (sepuluh) orang;

6. Peserta prosesi akad nikah yang dilaksanakan di Masjid atau gedung

pertemuan diikuti sebanyak-banyaknya 20% dari kapasitas ruangan dan

tidak boleh lebih dari 30 (tiga puluh) orang;

7. KUA Kecamatan wajib mengatur hal-hal yang berhubungan dengan

petugas, pihak Catin, waktu dan tempat agar pelaksanaan akad nikah dan

protokol kesehatan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya;

8. Dalam hal pelaksanaan akad nikah di luar KUA, Kepala KUA Kecamatan

dapat berkoordinasi dan bekerja sama dengan pihak terkait dan/atau aparat

keamanan untuk pengendalian pelaksanaan pelayanan akad nikah

dilaksanakan sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat;

9. Dalam hal protokol kesehatan dan/atau ketentuan pada angka 5 dan angka

6 tidak dapat terpenuhi, Penghulu wajib menolak pelayanan nikah disertai

alasan penolakannya secara tertulis yang diketahui oleh aparat keamanan

sebagaimana form terlampir;


9

10. Kepala KUA Kecamatan melakukan koordinasi tentang rencana penerapan

tatanan normal baru pelayanan nikah kepada Ketua Gugus Tugas

Kecamatan;

11. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota melakukan

pemantauan dan pengendalian pelaksanaan tatanan normal baru pelayanan

nikah di wilayahnya masing-masing.17

Pelaksanaan pernikahan di tengah pandemi Covid-19 berlangsung di

Bulan April tahun 2020 sampai saat ini, khususnya di KUA Kecamatan Pabuaran

Kabupaten Sukabumi. Pelaksanaan akad nikah berlangsung di Kantor KUA yang

diberi otoritas mengatur dan mengendalikan pelaksanaan akad nikah sesuai

dengan kebijakan pemerintah di masa darurat pandemi Covid-19, yakni

pembatasan sosial, larangan menghadirkan hiburan atau pertunjukan yang

menimbulkan perkumpulan massa, larangan bersalaman dan tetap mematuhi

protokol kesehatan Covid-19.

Kementerian agama (Kemenag) melalui Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam mengeluarkan kebijakan terbaru terkait pelayanan nikah pada

masa pandemi Covid-19 yaitu pelayanan nikah di Kantor Urusan Agama (KUA)

dan diikuti sebanyak-banyaknya 10 (sepuluh) orang dengan catatan mematuhi

protokol kesehatan Covid-19.18

Berdasarkan fenomena yang ditemukan oleh peneliti pada saat observasi

awal, terjadi perubahan pernikahan pada masa pandemi Covid-19. Oleh karena

17

?
Surat Edaran Nomor: P-006/Dj.Iii/Hk.00.7/06/2020 Tentang Pelayanan Nikah Menuju
Masyarakat Produktif Aman Covid
18
https://setkab.go.id/pelaksanaan-akad-nikah-saat-pandemi.
10

itu, peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang : PROSES

PERNIKAHAN PADA MASA PANDEMI COVID-19 (Penelitian di KUA

Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi) ".

B. Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami pembahasan, maka

peneliti mendeskripsikan Batasan Masalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pernikahan

Peneliti memfokuskan pelaksanaan pernikahan pada masa pandemi

Covid-19 pada tahun 2020 yakni pelaksanaan akad nikah di Kantor KUA

dengan memaksimalkan 10 orang dalam ruangan. Memasuki tahun 2021.

pelaksanaan akad nikah kembali dilaksanakan di rumah dengan tetap

menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

2. Hamabatan dalam proses pelaksanaan pernikahan

Hamabatan yang dimaksud oleh peneliti yaitu dalam pelaksaaan

pernikahan pada masa pandemi Covid-19 di KUA Kecamatan Pabuaran

Kabupaten Sukabumi.

3. Solusi

Dalam pelaksaaan pernikahan pada masa pandemi Covid-19 di KUA

Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi pasti ada habatan yang terjadi.

C. Rumusan Masalah
11

Berdasarkan latar belakang masalah yang dideskripsikan, maka rumusan

masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Proses pelaksanaan pernikahan pada masa pandemi Covid-19

di KUA Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi?

2. Apakah terjadi perubahan pola penyelenggaraan dan pencatatan

perkawinan pada masa pandemi covid-19 di KUA Kecamatan Pabuaran

Kabupaten Sukabumi?

3. Bagaimana pelaksanaan akad Nikah di Luar kantor KUA Kecamatan

Pabuaran selama pandemi covid-19?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dilampirkan diatas maka

tujuan penelitian ini yaitu :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pernikahan pada masa pandemi Covid-19

di KUA Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi.

b. Mengetahui Apakah terjadi perubahan pola penyelenggaraan dan

pencatatan perkawinan pada masa pandemi covid-19

c. Bagaimana pelaksanaan akad Nikah di Luar kantor KUA di Kecamatan

Pabuaran selama pandemi covid-19.

2. Manfaat Penelitian
12

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1) Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi

pembaca dan menjadi bahan referensi bagi penulis yang lain.

2) Bagi peneliti diharapakan dapat menambah wawasan dalam ilmu

pengetahuan sosial, khususnya menyangkut tentang pernikahan pada

masa pandemi Covid-19 di KUA Kecamatan Pabuaran Kabupaten

Sukabumi.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis dapat memberikan pemahaman dan penjelasan kepada

masyarakat mengenai pernikahan pada masa pandemi Covid-19 di KUA

Kecamatan Pabuaran Kabupaten Sukabumi.

E. Kerangka Pemikiran

Perkawinan yang selanjutnya disebut dengan pernikahan, merupakan

sebuah lembaga yang memberikan legitimasi seorang pria dan wanita untuk bisa

hidup dan berkumpul bersama dalam sebuah keluarga. Ketenangan dan

ketentraman sebuah keluarga ditentukan salah satunya adalah bahwa perkawinan

itu sesuai dengan tuntutan masing-masing agama. Bagi yang beragama islam

pencatatan dilakukan oleh KUA Kecamatan dan yang beragama selain islam maka

pernikahannya dicatat dipencatatan sipil (KCS).19

19
Barzah Latupono, Pencatatan Perkawinan di Indonesia dikaitkan dengan Good
Governance, SASI, Vol 24 No. 2 (Juli-Desember 2018), hal. 155
13

Pencatatan perkawinan yang dimaksud adalah pencatatan atas perkawinan

yang sah menurut hukum islam, yaitu perkawinan yang memenuhi rukun dan

syarat perkawinan yang sesuai dengan syari’at islam yang dilakukan di hadapan

pegawai pencatat nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan setempat.20

Melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan dengan akta nikah,

apabila terjadi perselisihan atau salah satu diantaranya tidak bertanggung jawab,

maka diantara mereka bisa melakukan upaya hukum untuk mempertahankan dan

mendapatkan haknya masing-masing. Karena dengan akta nikah tersebut mereka

telah memiliki bukti autentik atas perkawinan yang telah mereka lakukan. 21

Apabila perkawinan tidak dicatat maka akan dapat menimbulkan masalah-

masalah seperti, apakah sebelum terjadinya perkawinan, kedua mempelai sudah

sah secara hukum atau ada halanganhalangan yang mengharamkan perkawinan itu

terjadi, dan juga apakah kedua mempelai sudah setuju dengan adanya perkawinan

tersebut atau tidak ada unsur paksaan dalam perkawinan tersebut, atau ada hal-hal

lain yang menyebabkan perkawinan itu tidak sah karena kesalahan tentang

penetapan wali nikah22.

Pelayanan perkawinan di KUA berpedoman pada Peraturan Menteri

Agama Republik Indonesia No 20 Tahun 2019 tentang pencatatan perakwinan, 23

20
Neng Djubaedah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan yang tidak dicatat. (Jakarta:
Sinar Grafika, 2010) hal. 153
21
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam, (Jakarta: Raja Wali Pres, 2013), hal. 91
22
Ahmad Yusron, “Prosedur Pencatatan Perkawinan” Menurut Undang-Undang No. 1
Tahun 1974 jo. Peraturan Mentri Agama No. 11 Tahun 2007 (Studi Kasus Kantor Urusan Agama
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon), (Skripsi S-1 Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri
Syekh Nurjati Cirebon, 2011), hal. 44
23
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 20 Tahun 2019 Tentang Pencatatan
Pernikahan, Berita Negara Republik Indonesia, Kemenang. Pencatatan Pernikahan. Pencabutan,
No. 1118, 2019
14

yang mana KUA Kecamatan adalah unit pelaksana teknis pada kementerian

agama berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan secara operasional dibina oleh Kepala Kantor

Kemenerian Agama Kabupaten atau Kota. Adapun prosedur pencatatan

perkawinan mulai dari pemberitahuan kehendak nikah hingga penyerahan buku

nikah sudah diatur dalam PMA No 20 Tahun 2019.

Selama masa pandemi covid-19 pendaftaran nikah dilaksanakan secara

online, seluruh calon pengantin bisa mendaftarakan nikah melalui website

simkah.kemenag.go.id, telepon, e-mail, atau secara langsung mendatangi KUA

Kecamatan. Waktu pendaftaran nikah tetap dilaksanakan 10 hari kerja sebelum

pelaksanaan akad nikah. Walapun pendaftaran nikah dilakukan secara online,

akan tetapi seluruh berkas fisik sesuai persyaratan yang telah ditetapkan harus

diantarkan langsung ke KUA Kecamatan. Sesuai dengan Surat Edaran No. P-

006/DJ.III/Hk.00.7/06/2020 Tentang Pelayanan Nikah Menuju Masyarakat

Produktif Aman Covid yang bertujuan untuk mencegah dan mengurangi resiko

penyebaran wabah covid-19 dan melindungi pegawai KUA Kecamata serta

masyarakat pada saat pelaksanaan akad nikah dengan tetap mematuhi protokol

kesehatan yang sangat ketat.24

Prosedur pencatatan perkawinan sebelum pandemi dan selama pandemi

covid-19 tetap sama tanpa ada perubahan, yang membedakan hanya pada proses

pelaksanaan. Seperti mulai dari pendaftaran kehendak nikah hingga penyerahan

buku nikah. Sebelum pandemi pendaftaran nikah calon pengantin harus

24
Surat Edaran Bimbingan Masyarakat Islam No. P-006/DJ.III/Hk.00.7/06/2020 Tentang
Pelayanan Nikah Menuju Masyarakat Produktif Aman Covid
15

mendatangi langsung KUA Kecamatan harus face to face, dan selama pandemi

pendaftaran nikah bisa dilakukan secara online melalui website

simkah.kemenag.go.id dan itu lebih inovatif, sebelum pandemi ketika nikah tidak

diharuskan menggunakan masker dan sampul tangan, sekarang ketika pandemi

harus menggunakan masker dan sampul tangan. Itu beberapa contoh perbedaan

proses pelaksanaan pencatatan perkawinan sebelum dan selama masa pandemi

covid-19. Adapun ketentuan-ketentuan untuk mematuhi protokol kesehatan

selama pelaksanaan perkawinan agar mencegah penyebaran virus covid-19

dilingkungan KUA atau di saat pelaksanaan perkawinan yaitu tertuang dalam

Surat Edaran Bimbingan Masyarakat Islam No. P006/DJ.III/Hk.00.7/06/2020

Tentang Pelayanan Nikah Menuju Masyarakat Produktif Aman Covid yaitu antara

lain:25

a. Pelaksanaan akad nikah dapat diselenggarakan di KUA atau di luar

KUA;

b. Peserta prosesi akad nikah yang dilaksanakan di KUA atau di rumah

diikuti sebanyak-banyaknya 10 orang;

c. Prosesi pelaksanaan akad nikah yang dilaksanakan di masjid atau

gedung pertemuan diikuti sebanyak-banyaknya 20% dari kapasitas

ruangan dan tidak boleh lebih dari 30 orang;

d. KUA Kecamatan wajib mengatur hal-hal yang berhubungan dengan

petugas, pihak catin, waktu dan tempat agar pelaksaan akad nikah dan

protokol kesehatan dapat berjalan dengan sebaikbaiknya;

25
Surat Edaran Bimbingan Masyarakat Islam No. P-006/DJ.III/Hk.00.7/06/2020 Tentang
Pelayanan Nikah Menuju Masyarakat Produktif Aman Covid
16

e. Dalam pelaksanaan akad nikah di luar KUA, Kepala KUA Kecamatan

dapat berkoordinasi dan bekerja sama dengan pihak terkait dan/atau

aparat keamanan untuk pengendalian pelaksanaan pelayanan akad nikah

dilaksanakan sesuai dengan protokol kesehatan yang ketat;

f. Dalam hal protokol kesehatan dan/atau ketentuan pada huruf b dan c

tidak dapat terpenuhi, penghulu wajib menolak pelayanan nikah disertai

alasan penolakannya secara tertulis yang diketahui oleh aparat keamanan

sebagaimana form terlampir;

g. Kepala KUA Kecamatan melakukan koordinasi tentang rencana

penerapan tatanan normal baru pelayanan nikah kepada gugus tugas

kecamatan;

h. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota melakukan

pemantauan dan pengendalian pelaksanaan tatanan normal baru

pelayanan nikah di wilayahnya masing-masing.

F. Penelitian terdahulu

Penelitian pelaksanaan pernikahan pada masa pandemi Covid-19 Kantor

Urusan Agama (KUA) telah dilakukan, penelitian ini tentu tidak terlepas dari

penelitian terdahulu. Berdasarkan pengamatan dan penelusuran data-data yang

telah dilakukan peneliti ada beberapa penelitian yang berkaitan dan dapat

dijadikan bahan telaah dari penelitian ini yaitu:


17

1. Penelitian yang dilakukan oleh HERMA SARI NPM. 1602030008

Dengan Judul : “Pelaksanaan Akad Nikah Di Luar Kantor Urusan Agama

(Kua) Pada Masa Pandemi Covid-19 (Persepsi Pegawai Pencatat Nikah

Dan Masyarakat Labuhan Ratu)” Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui persepsi PPN dan masyarakat Labuhan Ratu tentang

pelaksanaan akad nikah di luar KUA pada masa Pandemi covid-19.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, sedangkan sifat penelitian

ini bersifatdeskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

teknik wawancara dan dokumentasi dan dianalisis menggunakan cara

berpikir induktif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi PPN yaitu berdasarkan

peraturannya akad nikah dapat dilaksanakan di KUA maupun di luar

KUA, disaksikan sebanyak-banyaknya 10 orang. Pelaksanaan akad nikah

di luar KUA berhubungan juga dengan tradisi atau budaya masyarakat.

Pelaksanaan akad nikah di luar KUA menimbulkan banyak kendala bagi

PPN yaitu berhubungan dengan ketepatan waktu pelaksanaan akad nikah,

serta masyarakat melakukan negosiasi mengenai orang yang menyaksikan

akad nikah. Sedangkan Persepsi masyarakat yaitu beberapa masyarakat

melakukan pelaksanaan akad nikah tidak mematuhi protokol kesehatan.

dipengaruhi beberapa faktor yaitu budaya, keluarga, pengalaman,

kenyamanan agar lebih sakral, dapat disaksikan banyak orang. perbedaan

dan persamaan persepsi PPN dan masyarakat Labuhan Ratu yaitu PPN

berkewajiban menjalani dan menerapkan peraturan mengenai pelaksanaan


18

pernikahan pada masa pandemi covid-19, beberapa masyarakat

mengabaikan peraturan tersebut tidak mematuhi protokol kesehatan.

Sedangkan persamaannya sama-sama menginginkan peraturan terkait

pelaksanaan akad nikah pada masa pandemi covid-19 diterapkan sesuai

surat edaran yang berlaku agar dapat mencegah resiko penyebaran covid-

19.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fithrotul Yusro NIM. C01213035 Dengan

Judul : “Analisis Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Akad Nikah Pada

Masa Covid 19 Di KUA Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto”

merupakan penelitian yang menjawab dua rumusan masalah; Bagaimana

pelaksanaan ijab kabul wali dan calon mempelai laki-laki pada masa covid

19 di KUA kecamatan Dlanggu kabupaten Mojokerto dan Bagaimana

Anaisis HukumIslam terhadap pelaksanaan ijab kabul pada masa covid 19

di KUA kecamatan Dlanggu kabupaten Mojokerto.

Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dimana penelitian

dengan cara menggambarkan keadaan lapangan, observasi, dokumentasi,

dan wawancara. Teknis analisis menggunakn metode deskriptif analitis

dengan pola pikir deduktif.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: Dalam praktik pelaksanaan akad

nikah pada masa covid 19 ini dapat dilaksanakan atau dilangsungkan

meskipun tanpa berjabat tangan, untuk mencegah tertularnya covid 19.

Sebelum melaksanakan ijab kabul calon mempelai laki-laki, calon

mempelai perempuan, wali nikah, dan yang lainnya harus memenuhi


19

protokol kesehatan dengan mencuci tangan memakai masker, dan sarung

tangan. Maka dengan kemadharatan ini pernikahannya tetap sah. Dan

dalam hukum Islam keabsahan nikah tetap sah. Dan dengan memenuhi

syarat dan rukun nikahnya seperti adanya calon mempelai laki- laki, calon

mempelai perempuan, dua orang saksi, wali, dan ijab kabul.

3. Skripsi yang ditulis oleh Kusa l Lana (2019) yang berjudul Tinjauan

Hukum Islam Tentang Pandangan Masyarakat Terhadap Perkawinan Di

Kantor Urusan Agama (Studi Pada Masyarakat Kecamatan Cukuh Balak

Kabupaten Tanggamus). Skirpsi ini membahas mengenai tinjauan Hukum

Islam tentang pandangan masyarakat Terhadap perkawinan di KUA.

Skripsi ini menggunakan jenis penelitian lapangan, metode pengumpulan

data berupa wawancara dengan 20 orang masyarakat Cukuh Balak, dan

dokumentasi yang berasa l dari dokumen-dokumen, literatur yang

berhubungan dengan penelitian.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu perkawinan di KUA menurut

pandangan masyarakat Cukuh Balak dapat membantu meringankan biaya

yang akan dikeluarkan karena tidak dipungut biaya. Namun masyarakat

lebih memilih menikah dirumah dengan alasan masyarakat disana

merupakan masyarakat adat yang kebiasaan mereka menikah dirumah,

mereka berpendapat yang menikah di KUA hanya yang berstatus janda/

duda. Sedangkan di dalam Hukum Islam tidak menjelaskan secara jelas

mengenai tempat akad nikah akan dilangsungkan, hanya menjelaskan akad


20

nikah tidak boleh diselingi perkataan atau perbuatan yang dapat

memisahkan antara ijab dan Kabul.

Berdasarkan penelitian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian yang

dilakukan memiliki kajian yang berbeda. Penelitian yang dilakukan membahas

tentang Proses Pernikahan Pada Masa Pandemi Covid-19 Kantor Urusan Agama.

Pembahasan penelitian ini difokuskan pada persepsi Pegawai Pencatat Nikah dan

masyarakat Pabuaran tentang pelaksanaan nikah (KUA) pada masa pandemi

covid-19.

G. Sistematika Penulisan

Penyusunan hasil penelitian yang akan penulis laksanakan terdiri atas dua

bagian dengan penjelasan sebagai berikut:

Bab pertama adalah Pendahuluan : yang memuat tentang latar belakang masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian

Kerangka pemikiran, Penelitian terdahulu, kemudian bab ini diakhiri dengan

sistematika penulisan.

Bab kedua adalah Kajian Puataka : membahas tentang tinjauan tentang Proses

Pernikahan pada masa covid 19.

Bab ketiga adalah Metode Penelitian : terdiri atas pendekatan penelitian,

penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Bab keempat, Tempat Penelitian dan Hasil dari Pembahasan penelitian.

Bab kelima adalah Penutup : merupakan bagian terakhir dari skripsi atau bab

penutup menyajikan kesimpulan yang dilengkapi dengan saran-saran. Selain itu


21

dalam bab terakhir ini akan dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-

lampiran yang dianggap perlu.

Anda mungkin juga menyukai