Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Inspirasi Pendidikan

Universitas Kanjuruhan Malang

KAJIAN TEKS BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) GEOGRAFI


KELAS XII SMA/MA PADA KOMPETENSI DASAR MENJELASKAN
PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH

Oleh: Purwanto

Abstrak: Pentingnya buku dalam pembelajaran sehingga menuntut


buku yang berkulitas dan layak digunakan. Buku yang banyak
digunakan di SMA/MA saat ini adalah B u k u S e k o l a h
E l e k t r o n i k ( BSE) Geografi. Dominasi tersebut belum
mencerminkan kualitas buku yang baik. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisis yang meliputi kesesuaian isi dengan
kurikulum, kebenaran konsep, kebenaran bahasa, dan fungsi
media. Tujuan dalam penelitian ini yaitu mengkaji kesesuaian isi buku
teks dengan kurikulum, kebenaran konsep, bahasa, dan fungsi media.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi kesesuaian
buku dengan BNSP. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan
bahwa sebagian materi dalam BSE tidak sesuai dengan indikator,
kebenaran konsep dan bahasa masih rendah, tetapi media yang
digunakan dalam buku ajar sudah cukup bagus.

Kata kunci: Analisis teks, BSE, penginderaan jauh

Buku teks merupakan salah satu bahan ajar yang penting dalam kegiatan
pembelajaran, terlebih lagi bagi guru yang tidak mampu atau tidak siap membuat
bahan ajar sendiri berdasarkan standar kompetensi dalam kurikulum yang berlaku.
Buku teks juga perlu mengalami pengembangan baik dari segi kurikuler, isi,
maupun bahasa yang digunakan baik berupa analisis bahan ajar maupun validasi
bahan ajar.
Badan Standar Nasional Pendidikan memiliki instrumen penilaian buku
teks pelajaran Geografi SMA/MA yang meliputi komponen kelayakan isi,
komponen kebahasaan dan komponen penyajian. Buku teks pelajaran yang baik
harus memiliki kebenaran isi, penyajian yang sistematis dan penggunaan bahasa
dan keterbacaan yang baik. Kelayakan ini ditentukan oleh penilaian yang
dilakukan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan ditetapkan
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 2
Tahun 2008.
Banyaknya buku yang beredar termasuk buku Geografi memberikan
banyak pilihan bagi para pengguna buku dalam menentukan buku yang
digunakan. Selain menguntungkan juga menimbulkan permasalahan baru

Purwanto , Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Kanjuruhan Malang 64


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

bagidunia pendidikan. Permasalahan tersebut adalah guru maupun siswa sering


dibuat bingung untuk menentukan buku mana yang sesuai digunakan dalam
proses pembelajaran, karena sering dijumpai konsep dalam buku teks satu berbeda
dengan buku teks yang lain.
Berdasarkan hal tersebut maka buku ajar seharusnya benar-benar memiliki
kualitas isi sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik dari segi kurikulum, isi,
maupun dari segi mudah atau tidaknya dipahami oleh guru dan siswa. Pemilihan
buku dilakukan untuk mengetahui apakah buku tersebut telah memenuhi Standar
Nasional Pendidikan atau belum, sehingga siswa mendapatkan input pelajaran
yang tepat dan menghasilkan output yang berkualitas.
Mendiknas (2008:5) menjelaskan tentang prinsip yang digunakan dalam
pengurutan materi pokok, yaitu (1) prinsip relevansi merupakan prinsip
kesesuaian materi pokok dengan KD yang akan dicapai, (2) prinsip konsistensi
merupakan prinsip keajegan antara KD dan SK, dan (3) prinsip edukasi
merupakan adanya kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai
KD yang telah ditentukan.
Buku teks haruslah memiliki konsep yang tergolong sudah mapan dengan
susunan yang teratur, sistematis, dan disajikan secara mendalam. Hal ini berguna
bagi penyelesaian tugas dan latihan yang dituntut dari siswa. Menurut Gagne
(dalam Dahar, 1988:105-106) konsep dibagi dalam dua kategori, yaitu konsep
konkrit dan konsep terdefinisi (konsep abstrak).
Konsep konkrit (concrete concept) merupakan abstraksi atau gagasan yang
diturunkan dari objek konkrit tentang benda atau peristiwa-peristiwa (fenomena)
yang konkrit. Siswa telah belajar konsep konkrit apabila ia telah dapat
mengidentifikasi contoh-contoh baru (atau yang belum dipelajari) dan sekelompok
objek atau kelompok-kelompok objek. Konsep konkrit diidentifikasi dengan
menunjuk ke atau menandai pada, contoh-contoh dan biasanya tidak dapat
diidentifikasi dengan definisi. Contoh dari konsep konkrit antara lain: sungai, laut,
samudera, dan lain sebagainya.
Suatu buku teks akan tergolong berkualitas apabila memenuhi
persyaratan yang salah satunya adalah bahasa. Menurut Moeliono (1984:25)
bahasa pada dasarnya merupakan sistem lambang lisan dan tulisan suatu
kebudayaan. Menurut Suryaman (1998:34) yang dimaksud dengan bahasa benar

Purwanto , Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Kanjuruhan Malang 65


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

ialah bahasa yang penggunaannya sesuai dengan kaidah atau norma bahasa,
sedangkan bahasa yang baik adalah bahasa yang penggunaannya sesuai dengan
situasi, sesuai orang yang diajak bicara, dan sesuai pula dengan tempat bahasa itu
dipakai.
Bahasa dalam buku teks haruslah baku, bersih dari istilah asing yang
tidak diperlukan. Sebagai alat komunikasi maka bahasa dalam buku teks harus
baik dan benar. Bahasa buku harus menggunakan pilihan kata yang tepat
sehingga tidak berbelit-belit, penggunaan tanda baca yang baik sehingga mudah
dipahami dan dipelajari jadi sifatnya komunikatif. Bahasa buku juga harus sesuai
dengan tata bahasa yang benar, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah tata bahasa
Indonesia. Apabila bahasa buku teks telah sesuai dengan kaidah-kaidah dan aturan
bahasa Indonesia, maka pesan atau tujuan yang diinginkan akan tersampaikan
kepada siswa dengan mudah.
Penggunaan media sangat dibutuhkan dalam penyusunan buku ajar. Media
atau gambar berfungsi untuk memperjelas suatu konsep atau suatu ide yang
sifatnya abstrak sehingga siswa dengan cepat mamahami konsep tersebut.
Menurut Arsyad (2006:8), semakin banyak alat indra yang digunakan untuk
menerima dan mengolah informasi maka semakin besar kemungkinan informasi
tersebut dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan. Purwanto (1999:293)
mengemukakan tiga peran dari ilustrasi media, yaitu:
1. Peran atensional, yaitu untuk mempertahankan perhatian siswa terhadap
tugas-tugas membaca.
2. Peran aplikatif, yaitu peran untuk menjelaskan dalam pengertian visual apa
yang sulit dijelaskan dengan kata-kata saja.
3. Peran retensi, yaitu peran yang terfokus pada kekuatan yang lebih besar
untuk menghafal imajiasi sebagai lawan dari ide-ide verbal, seperti pada
kenyataan bahwa suatu topik atau domain dari percakapan memiliki
struktur internal yang dapat dieksploitasi dalam bentuk visual dengan tujuan
mengingat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan penting
yang dimiliki oleh ilustrasi media dapat membantu para pembaca untuk
memahami isi buku, khususnya bagi siswa dalam mempelajari buku teks. Media
gambar dapat menyampaikan imajinasi yang konkrit terhadap berbagai konsep

Purwanto , Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Kanjuruhan Malang 66


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

yang ada sehingga konsep tersebut menjadi lebih nyata dan bersifat visual karena
siswa dapat membayangkan maksud dari konsep yang dimaksud. Ilustrasi media
yang berbentuk diagram atau tabel sangat baik untuk menyampaikan ide-ide
secara singkat dan jelas
Namun, ternyata masih ada buku yang memiliki kekurangan yaitu banyak
mengandung kesalahan, baik kesalahan konsep maupun bahasa. Sebagai contoh
buku ajar Geografi di SMA yang disusun berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), terutama yang banyak digunakan di SMA/MA di Kota
Malang. Hasil survei, diperoleh bahwa Buku Sekolah Elektronik (BSE) karangan
Eni Anjayani dan Tri Haryanto merupakan buku yang banyak dipakai di
SMA/MA di Kota Malang. Buku Sekolah Elektronik masih memiliki kekurangan
khususnya dari segi isinya.
Materi yang terdapat dalam Buku Sekolah Elektronik tersebut, khususnya
pada materi Penginderaan Jauh masih terdapat kesalahan. Sebagai contohnya,
kesalahan tersebut dapat ditunjukkan pada kesalahan konsep dan kesalahan dalam
penggunaan kata dalam Bahasa Indonesia. Salah satu kesalahan konsep yang
terdapat dalam buku teks tersebut adalah ”situs adalah suatu kenampakan yang
disimpulkan karena adanya indikator yang menunjukkan letak” (Anjayani &
Haryanto, 2008:122). Seharusnya konsep mengenai situs yang benar adalah letak
objek terhadap bentang darat atau letak objek terhadap objek lain di sekitarnya.
Demikian juga untuk kesalahan dalam penggunaan Bahasa Indonesia adalah
”sehingga ciri temporal merupakan ciri objek yang terkait dengan unsur maupun
saat perekaman” (Anjayani & Haryanto, 2008:121). Kesalahan penggunaan
Bahasa Indonesia tersebut termasuk dalam kesalahan penggunaan kata sambung
”sehingga” yang seharusnya tidak boleh diletakkan di awal kalimat.
Masalah tersebut dikhawatirkan akan menghambat siswa dalam mencapai
standar kompetensi yang telah ditetapkan, khususnya yang menggunakan buku
BSE sebagai acuan belajar mereka. Oleh karena itu, perlu adanya suatu analisis
yang mendalam untuk mengkaji kekurangan dan kelebihan dari Buku Sekolah
Elektronik yang telah beredar, agar nantinya dapat menjadi pertimbangan apakah
materi yang disajikan dalam buku tersebut layak untuk digunakan atau masih
perlu adanya perbaikan khususnya dari segi isi yaitu kesesuaian dengan
kurikulum, kebenaran konsep, dan media yang terdapat dalam buku tersebut.

Purwanto , Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Kanjuruhan Malang 67


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

Tujuan dalam Penelitian ini yaitu: 1) Mengkaji kesesuaian isi Buku


Sekolah Elektronik Geografi Kelas XII SMA/MA dengan kurikulum berdasarkan
standar isi 2006 yang tercantum dalam BSNP pada materi penginderaan jauh, 2)
Untuk mengkaji kebenaran konsep, bahasa, dan fungsi media dalam Buku Sekolah
Elektronik Geografi Kelas XII SMA/MA pada materi penginderaan jauh.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan
gambaran keadaan sebenarnya dari objek penelitian. Penelitian deskriptif
bertujuan untuk menggambarkan keadaan sebagaimana adanya, sesuai fakta, hasil
penelitiannya diutamakan memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek
penelitian (Tika, 2005:4). Rancangan penelitian menggunakan teknik analisis isi
(content analysis) untuk mendiskripsikan dan menyimpulkan sebuah buku atau
dokumen secara objektif, sistematis, dan komunikatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua buku ajar Geografi Kelas XII
SMA/MA yang beredar. Penentuan sampel melalui hasil survei yang didasarkan
dengan mempertimbangkan buku ajar yang banyak dipakai di SMA Negeri di
Kota Malang. Dari hasil survei didapatkan bahwa BSE dengan pengarang Eni
Anjayani dan Tri Haryanto tahun terbit 2009 sebagai sumber data. Data penelitian
dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa pedoman analisis. Pedoman
akan digunakan oleh peneliti untuk menganalisis teks yang terdapat dalam buku
teks pelajaran Geografi Kelas XII SMA/MA pada materi penginderaan jauh. Hasil
yang telah didapatkan, kemudian dianalisis dengan menggunakan rubrik penilaian
buku ajar. Hasil analisis tersebut kemudian dideskripsikan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan ditarik sebuah kesimpulan secara umum yang menunjukkan
adanya tingkat kebenaran teks yang terdapat dalam BSE Geografi Kelas XII
SMA/MA pada materi penginderaan jauh.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebagian materi pada BSE Geografi penginderaan jauh tidak sesuai
dengan indikator.

Hasil pengamatan dapat diketahui bahwa dari 49 pokok pikiran yang ada
dalam bab materi Penginderaan Jauh terdapat 29 pokok pikiran yang sesuai

Purwanto , Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Kanjuruhan Malang 68


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

dengan jabaran indikator yang telah dijabarkan. Sedangkan yang tidak sesuai
dengan indikator berjumlah 20. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa secara keseluruhan kesesuaian isi dengan kurikulum dalam bahan ajar BSE
Geografi SMA Kelas XII tergolong tidak sesuai dengan kurikulum karena
memiliki lebih dari lima indikator yang tidak sesuai sehingga perlu diperbaiki dari
segi penyajian materinya.
Sebagian materi BSE Geografi tidak sesuai dengan indikator disebabkan
karena beberapa materi yang penjelasannya di luar dari tujuan yang dimaksud
indikator. Materi yang disajikan juga ada yang masih kurang lengkap bahkan ada
subbab yang tidak dijelaskan. Adapun materi yang masih belum dijelaskan
maupun materi yang penjelasannya kurang lengkap, antara lain sebagai berikut.
1. Menjelaskan interaksi tenaga dengan atmosfer.
2. Para pengguna data penginderaan jauh
3. Alat interpretasi penginderaan jauh

Bahan ajar BSE Geografi Kelas XII mengandung konsep yang salah.
Kebenaran konsep terdefinisi masih rendah yaitu sebesar 16 konsep salah
dari 45 konsep yang ada. Kesalahan konsep terdefinisi yang ada pada buku ajar
BSE Geografi SMA Kelas XII meliputi kesalahan definisi, definisi yang kurang
lengkap, pengelompokan atau penggolongan, dan ketidaksesuaian dengan fakta.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kebenaran konsep terdefinisi
dalam buku ajar BSE Geografi SMA Kelas XII tergolong salah karena memiliki
lebih dari lima konsep salah.
Contoh dari kesalahan konsep terdefinisi adalah ”foto udara inframerah
hitam putih sangat baik digunakan untuk membedakan jenis vegetasi sehat dan
tidak sehat (Anjayani & Haryanto, 2009:117)”. Seharusnya penjelasan tersebut
merupakan contoh dari kegunaan foto inframerah berwarna yang dapat dilihat
melalui tenaga pantulan dari tanaman sehat dan tidak sehat. Pada foto udara
inframerah berwarna terjadi peningkatan informasi spektral dari material warna.
Sedangkan foto inframerah hitam putih sangat baik digunakan dalam bidang
hidrologi. Hal ini dikarenakan daya serap yang lebih besar terhadap air sehingga
rekaman objek air pada foto inframerah hitam putih akan tampak gelap sekali.
Panjang gelombang foto udara inframerah hitam putih pada lapisan tipis beberapa

Purwanto , Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Kanjuruhan Malang 69


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

desimeter menghasilkan rona citra yang sangat gelap pada foto udara inframerah
meskipun yang dangkal.
Konsep kongkrit rendah yaitu berjumlah 7 konsep salah dari 18 konsep
konkrit yang ada. Kesalahan konsep konkrit yang terdapat dalam buku ajar BSE
Geografi SMA Kelas XII dikarenakan adanya pendefinisian terhadap konsep
tersebut. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kebenaran konsep
konkrit dalam buku ajar BSE Geografi SMA Kelas XII tergolong cukup karena
memiliki lima konsep salah.
Contoh dari kesalahan konsep konkrit adalah ”foto udara inframerah
berwarna. Panjang gelombang pada foto inframerah hitam putih adalah 0,7-0,9
mm dan menggunakan warna yang serupa dengan objek aslinya”. Seharusnya:

Satuan yang dipakai dalam menyebutkan panjang gelombang foto


inframerah hitam putih adalah “mm” seharusnya diganti dengan ”µm” karena
1µm= 1 x 10-6 m. Panjang gelombang yang digunakan seharusnya 0,9-1,2 µm.

Bahan ajar BSE Geografi terdapat beberapa kesalahan bahasa.


Kesalahan tersebut meliputi penggunaan dan penulisan tanda baca, kalimat,
kosakata, dan paragraf.

Tabel 1. Kesalahan Bahasa pada Kompetensi Dasar Menjelaskan Pemanfaatan


Citra Penginderaan Jauh
Bahasa Bentuk Kesalahan
Tanda Baca  Penulisan dan penggunaan tanda baca koma (,)
 Penggunaan tanda baca titik (.)
 Penggunaan tanda tanya (?)

Kosakata  Penggunaan kata depan yang tidak tepat


 Penggunaan kata sambung yang tidak tepat
 Penggunaan kata imbuhan yang tidak tepat
 Penulisan ejaan dan istilah asing
 Penggunaan kata ganti ”kamu”

Purwanto , Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Kanjuruhan Malang 70


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

Kalimat  Kalimat yang tidak efektif


 Pengulangan kata
 Penggunaan kata yang kurang tepat

Paragraf  Terdiri dari 1 kalimat


 Mempunyai pokok pikiran lebih dari satu
    Paragraf yang tidak efektif

Sebagian besar media dalam bahan ajar BSE Geografi berfungsi


sebagai pemantapan pemahaman.

Gambar dapat berfungsi sebagai penjelas untuk memantapkan pemahaman


karena dengan adanya gambar tersebut maka pemahaman siswa terhadap konsep
yang sulit dibayangkan akan lebih mudah dimengerti dibandingkan apabila konsep
tersebut dijelaskan dalam bentuk kata-kata. Mendiknas (2008:5) menyatakan
bahwa, ”Apabila materi pembelajaran yang akan disampaikan bersifat abstrak,
maka bahan ajar harus mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang
abstrak gersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dan
lain-lain”.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui media berfungsi sebagai
berikut: (1) penjelas untuk memantapkan pemahaman mengenai suatu konsep
yang berjumlah 14 dari jumlah gambar yang ada, (2) ilustrasi contoh nyata yang
ada di lapangan mencapai 13 media, (3) tambahan informasi yang sesuai dengan
materi hanya 7 media, dan (4) tidak berfungsi atau hanya sebagai hiasan ada 1
media saja.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan dan
penyajian media dalam buku ajar BSE Geografi SMA Kelas XII sudah termasuk
benar. Karena dari 35 media yang ada dalam materi Penginderaan jauh 34 media
bermanfaat membantu siswa atau pembaca untuk memahami konsep yang ada
dalam buku ajar.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa buku ajar BSE
Geografi Kelas XII SMA/MA pada kompetensi dasar menjelaskan pemanfaatan
citra penginderaan jauh, yaitu: 1) Kesesuaian isi dengan kompetensi dasar masih
kurang karena masih ada beberapa materi yang tidak sesuai dengan indikator, 2)
Kebenaran konsep dalam buku teks masih rendah baik konsep terdefinisi maupun
konsep konkrit sehingga penyajian buku teks BSE Geografi Kelas XII SMA/MA

Purwanto , Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Kanjuruhan Malang 71


Jurnal Inspirasi Pendidikan
Universitas Kanjuruhan Malang

dari segi konsep perlu diperbaiki lagi, 3) Kebenaran bahasa dalam buku ajar BSE
Geografi Kelas XII SMA/MA masih ditemukan kesalahan-kesalahan bahasa yang
dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: paragraf, kalimat, kosakata dan tanda
baca, dan 4) Media yang digunakan dalam buku ajar sudah cukup bagus dan
cukup inovatif yang dapat membantu pengguna buku teks tersebut dalam
memahami materi atau konsep yang ada. Walupun demikian, masih ada beberapa
media yang perlu diubah atau diganti karena tidak perlu dan tidak membatu siswa
dalam memahai konsep yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Anjayani, Eni & Haryanto, Tri. 2009. Geografi untuk Kelas XII SMA/MA.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Dahar, R. W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: P2LPTK
Lillesand & Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
MENDIKNAS. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 2008
tentang Buku. Salinan tidak diterbitkan. Jakarta: DEPDIKNAS.
MENDIKNAS.2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Salinan
tidak diterbitkan. Jakarta: DEPDIKNAS.
Moeliono, M. Anton. 1986. Santun Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia
Purwanto, Edy. 1999. Desain Teks untuk Belajar ”Problem Solving”. Ilmu
Pengetahuan Sosial, jurnal IPS dan pengajarannya. 33 (2): 285-297
Sudibyo, Bambang. 2008. Buku Teks Pelajaran Murah: Departemen Pendidikan
Nasional (Online), (http://bse.depdiknas.go.id/ diakses tanggal 16
September 2010)
Suryaman, Ukun. 1998. Dasar-dasar Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Alumni.
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Tika, Pabundu. 2005. Metodelogi Penelitian Geografi. Bandung: Bumi Aksa

Purwanto , Dosen Pendidikan Geografi FKIP Universitas Kanjuruhan Malang 72

Anda mungkin juga menyukai