Anda di halaman 1dari 7

Kasus Obat Anestesi Tenggelamkan Harga Saham Kalbe Farma

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melemah dalam beberapa
hari ini, menyusul kasus meninggalnya dua pasien akibat tertukarnya isi obat anestesi injeksi.
Seperti yang terjadi hari ini, Rabu (18/2/2015), harga saham KLBF turun sebesar 0,28 persen di
posisi 1.805 di tengah penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sehari sebelumnya, saham perusahaan farmasi ini sempat menguat setelah pada awal pekan
ini, Senin tanggal (16/2/2015) turun tajam hingga 3 persen. Saat penutupan akhir pekan lalu,
saham KLBF ditutup di posisi Rp 1.850 per saham, dan saat perdagangan awal pekan ini, saham
emiten ini menyentuh level terendahnya di 1.795 per saham. Sebelumnya diberitakan, dua
pasien di Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang, meninggal dunia setelah pemberian obat
anastesi Buvanest Spinal. Obat produksi PT Kalbe Farma ini diduga bukan berisi bupivacaine
atau untuk pembiusan, melainkan asam traneksamat yang bekerja untuk mengurangi
pendarahan.

Menanggapi hal itu, Kalbe Farma mengklaim selama ini telah menerapkan Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) untuk produksi seluruh obat-obatan. Belum diketahui pasti bagaimana
isi obat anestesi Buvanest Spinal dapat tertukar dengan obat lain.

https://money.kompas.com/read/2015/02/18/150535926/
Kasus.Obat.Anestesi.Tenggelamkan.Harga.Saham.Kalbe.Farma

Kasus Salah Obat, Saham Kalbe Farma Merosot

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Harga Saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) terjun bebas setelah


produknya ditarik dari pasaran karena kasus salah obat jenis anastesi Bunavest Spinal. Namun,
sentimen negatif dari investor diprediksi hanya bersifat sementara.

Direktur PT Ciptadana Securities John Herry mengatakan, penurunan harga saham hanya
bersifat temporer. ''Kinerja fundamental Kalbe masih sangat baik,'' kata dia, Kamis (19/2) siang.

Akibat kasus salah obat di Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang, pada perdagangan saham
Rabu (18/2) harga saham Kalbe ditutup melemah 0,28 persen di level 1.805.

Sehari sebelumnya, harga saham Kalbe ditutup di level 1.810. Padahal, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) sedang menunjukkan tren positif.

Sebelumnya, dua pasien meninggal akibat salah obat di RS Siloam Karawaci, Tangerang. Kedua
korban itu menghembuskan nafas terakhir setelah diberikan obat anastesi produk Kalbe.

Obat tersebut diduga bukan berisi bupivacaine yang digunakan untuk membius. Akan tetapi,
berisi asam traneksamat yang dipakai untuk mengurangi pendarahan.
John tidak bisa memastikan waktu tepatnya harga saham Kalbe akan rebound. Dia
berpandangan, sektor farmasi menjanjikan dan emiten Kalbe dinilai prospektif. Artinya, setiap
harga saham Kalbe menurun merupakan kesempatan beli.

John menilai, tanda-tanda harga saham Kalbe akan rebound ketika penjual saham tersebut
sudah tidak melakukan aksi jual. Selain itu, saat investor melirik penurunan harga saham Kalbe
menjadi kesempatan untuk membeli. Alhasil, harga saham Kalbe akan terkerek naik.

Dia berpendapat, penurunan harga saham Kalbe sudah terbatas. ''Berita buruk sudah
terefleksi,'' jelas dia.

https://ekonomi.republika.co.id/berita/nk0a7l/kasus-salah-obat-saham-kalbe-farma-merosot

KASUS OBAT ANESTESI: Investor Buang Saham Kalbe Farma

Bisnis.com, JAKARTA - Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah mengatakan
kasus penarikan obat anestesi Buvanest Spinal dan Asam Tranexamat Generik, keluaran PT
Kalbe Farma Tbk (KLBF) memengaruhi minat investor pada saham emiten perusahaan farmasi
tersebut.

Investor khawatir hal itu bakal berdampak negatif bagi kinerja keuangan perusahaan farmasi
tersebut. Mereka memilih melepas kepemilikan saham tersebut sementara waktu. “Dalam
kondisi tersebut, panic selling memang wajar terjadi,” katanya kepada TEMPO seperti dikutip
Rabu (18/2/2015).

Lanjar menjelaskan bagi setiap emiten sentimen negatif memang cenderung memicu aksi jual.
Alasannya, sentimen negatif akan mengancam penurunan kinerja keuangan di masa
mendatang, sehingga membuat investor khawatir potensi profit dari kepemilikan saham bakal
berkurang.

Namun demikian, menurut Lanjar, prospek saham KLBF tetap sangat menarik. Pasalnya, dengan
produk farmasi yang cukup variatif, penarikan dua obat tersebut dinilai takkan terlalu
menganggu prospek bisnis yang dimiliki KLBF. “Penarikan dua obat yang bukan produk umum,
tentu takkan menganggu bisnis KLBF,” sambungnya.

Secara teknikal, harga saham KLBF pada level Rp1.800-an per lembar juga dianggap Lanjar
sesuai dengan ekspektasi pasar. Alasannya, titik resisten KLBF dalam jangka pendek memang
berada pada kisaran level Rp1.870–Rp1.880 per lembar saham. “Secara teknikal, tak jauh dari
target price,” tuturnya.
Pada perdagangan hari ini, saham KLBF memang cenderung tertekan. Hingga pukul 15.30 WIB,
saham KLBF terkoreksi 5 poin (0,3%) ke level Rp1.805 per lembar saham. Dengan nilai
perdagangan sebesar Rp157 miliar, KLBF menjadi salah satu saham yang mencatatkan kerugian
terbesar (Top 10 losers).

Senin, 16 Februari 2015 lalu, seiring dengan koreksi IHSG sebesar 0,91 persen, saham KLBF juga
anjlok 70 poin (3,74%) menjadi Rp1.800 per lembar saham. Lanjar mensinyalir aksi jual tersebut
juga berkaitan dengan aktivitas penarikan obat yang dilakukan KLBF.

https://m.bisnis.com/amp/read/20150218/190/404260/kasus-obat-anestesi-investor-buang-
saham-kalbe-farma

Laba KLBF Stagnan, Gagal Serok Cuan Saat Pandemi

Jakarta, CNBC Indonesia-Berbeda dengan sesama emiten industri farmasi di Indonesia, PT Kalbe
Farma Tbk (KLBF) gagal mengambil kesempatan dalam kesempitan di tengah kemunculan
pandemi Covid-19.

Tercatat selama tahun 2020 laba bersih KLBF hanya mampu tumbuh 9% dibandingkan dengan
tahun 2019. Bahkan pertumbuhan Kalbe di kuartal pertama secara annualized hanya mampu
tumbuh lebih rendah lagi yakni di angka 5%.

Hal ini tentunya bak bumi dan langit dengan perusahaan-perusahaan lainya di sektor kesehatan
lain yang sukses mendulang pertumbuhan cuan yang gila-gilaan di masa pandemi.

Tengok saja PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang sebelumnya merugi di tahun 2019 langsung
berbalik untung di tahun 2020 dan mencatatkan pertumbuhan laba hingga sekitar 250%.
Bahkan pada kuartal pertama tahun ini, secara tahunan pertumbuhan KAEF kembali melesat
hingga sekitar 300%.

Selanjutnya emiten distributor alat kesehatan PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) juga mampu
membukukan pertumbuhan yang impresif di tahun pandemi. Tercatat laba

bersih IRRA sukses tumbuh 81% di tahun 2020. Untuk awal tahun 2021, secara tahunan laba
IRRA di Q1 kembali bertumbuh 37%.
Ruang pertumbuhan KLBF memang lebih sempit dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan
serupa di sektor farmasi karena status perseroan sebagai market leader.

Tercatat pada berberapa tahun terakhir KLBF hanya mampu tumbuh single digit atau
cenderung kenaikan seiring dengan pertumbuhan GDP dan tingkat inflasi Indonesia yang
menunjukkan pertumbuhan perusahaan yang stuck alias di situ-situ saja.

Pada tahun 2017 Kalbe Farma hanya mampu tumbuh 4,52%, selanjutnya pertumbuhan laba
bersih Kalbe kembali turun dua tahun beruntun di 2018 dan 2019 masing-masing sebesar 2,24%
dan 1,99% sebelum akhirnya naik tipis akibat pandemi Covid-19 di tahun 2020 sebesar 9,05%.

Gagalnya perseroan untuk membukukan pertumbuhan laba yang berarti dalam berberapa
tahun terakhir pada akhirnya menyebabkan harga saham KLBF hanya mampu jalan ditempat
atau cenderung stagnan.

Tercatat selama 5 tahun terakhir emiten farmasi ini hanya mampu membukukan kenaikan
4,26% Rp 1.410/unit sebagai perbandingan indeks acuan pasar modal IHSG berhasil melesat
kencang 26,99% pada periode yang sama.

Dividen yang dibagikan oleh perseroan juga tergolong kecil dan tentunya tidak dapat
menjustifikasi tipisnya cuan yang didapatkan dari memegang saham KLBF selama 5 tahun
terakhir.

Tercatat sejak 2016 perseroan sudah membagikan divedend sebesar Rp 118/unit atau sekitar
Rp 23,6/unit dalam setahun sehingga dividend yield KLBF per tahunya berada di kisaran 1,6%.

Apabila berinvestasi di saham Kalbe Farma 5 tahun lalu sebesar Rp 10 Juta maka cuan anda
selama 5 tahun sangatlah mini yakni hanya sebesar Rp 913 ribu atau 9,13% sudah termasuk
dividen.

https://www.cnbcindonesia.com/market/20210524085050-17-247744/laba-klbf-stagnan-gagal-
serok-cuan-saat-pandemi

Obat Sirup Dilarang, Saham Farmasi Malah Happy

Jakarta, CNBC Indonesia - Larangan penjualan obat bebas dalam bentuk cair atau sirup kepada
masyarakat yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tidak berpengaruh
terhadap pergerakan saham farmasi.

Hingga penutupan perdagangan Kamis, (20/10/2022),harga saham emiten farmasi malah terus
menunjukkan penguatan.
Saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) tercatat menguat 50 poin (2,53%) ke posisi Rp 4.060 per
lembar saham. Volume transaksi saham KLBF terbilang besar dan mencapai 117,92 juta lembar,
dengan nilai transaksi senilai Rp 238,01 miliar.

https://www.cnbcindonesia.com/market/20221020154430-17-381329/obat-sirup-dilarang-
saham-farmasi-malah-happy

Saham Kalbe Farma Tiba-Tiba Anjlok 5,68%, Ada Apa Nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) ditutup
longsor ke zona merah pada Rabu (22/2/2023). Investor tampaknya menyoroti turunnya margin
laba perusahaan selama 2022.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham KLBF turun 5,68% ke level Rp2.160/saham.
Penurunan hari ini dibarengi oleh volume yang tinggi, mencapai 59,83 juta saham atau lebih
tinggi dibandingkan pergerakan rerata 20 hari yang sebesar 24,05 juta saham.

Penurunan ini membuat kinerja sepekan KLBF menjadi minus 6,49%. Walaupun, dalam sebulan
belakangan, saham emiten produsen obat maag Promag dan obat batuk Komix ini masih
menguat 5,37%.

Sebelumnya, pada Selasa (21/2) kemarin, Kalbe Farma menggelar analyst gathering untuk
memaparkan kinerja indikatif selama 2022 dengan tema Riding the Recovery to Build a
Healthier Nation.

Dalam materi paparan tersebut, penjualan bersih konsolidasian Kalbe Farma naik 10,1% secara
tahunan (yoy) menjadi Rp28,91 triliun selama tahun penuh 2022. Laba per saham (EPS) tumbuh
7,1% seiring naiknya laba bersih sebesar 6,3% yoy menjadi Rp3,38 triliun.

Namun, margin laba kotor (GPM) perusahaan turun dari 43,0% pada 2021 menjadi 40,4% pada
2022 seiring dampak business mix dan naiknya harga bahan baku.

Margin laba bersih (NPM) Kalbe juga turun tipis dari 12,1% pada 2021 menjadi sebesar 11,7%
pada tahun lalu.

Namun, jelas perusahaan, rasio gearing (terkait kemampuan membayar utang) dan kas bersih
perusahaan bakal menopang ekpansi bisnis ke depan. Gearing ratio KLBF di angka 5,2%, dengan
kas bersih Rp2,77 triliun.

Untuk outlook 2023, pertumbuhan penjualan bersih KLBF diproyeksikan sebesar 13-15%, EPS
13-15%, dan dividend payout ratio 45-55%.
Ini dengan asumsi kurs rupiah terhadap dollar di angka Rp14.800/US$, pertumbuhan ekonomi
RI 5,0%-5,5%, dan anggaran belanja modal (capex) sebesar Rp1 triliun untuk peningkatan
kapasitas produksi, distribusi, dan jaringan.

https://www.cnbcindonesia.com/research/20230222155953-128-416077/saham-kalbe-farma-
tiba-tiba-anjlok-568-ada-apa-nih

Saham Masih Melorot 14%, Kalbe Farma Setor Dividen Rp 938 M

Jakarta, CNBC Indonesia - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) emiten farmasi PT
Kalbe Farma Tbk (KLBF) menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp 937,5 miliar atau
setara 37% dari laba bersih tahun buku 2019. Dengan demikian, dividen per saham KLBF
sebesar Rp 20/saham.

Presiden Direktur Kalbe Farma, Vidjongtius mengakui, ada penurunan dividen payout ratio dari
tahun sebelumnya di kisaran 45-55% dari laba bersih karena perseroan mengalokasikan dana
untuk belanja modal dan meningkatkan arus kas dan kebutuhan operasional sebagai mitigasi
keuangan dalam menghadapi pandemi virus Corona (Covid-19).

"Kita melakukan inisiatif meningkatkan cadangan cashflow 2020 agar bisa melewati dampak
Covid-19 dengan baik dengan asumsi semester kedua membaik," tutur Vidjongtius, dalam
konferensi pers virtual usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2019, Senin
(18/5/2020).

Selain membagikan dividen, rapat juga menyetujui perombakan anggota komisaris independen
perseroan dengan mengangkat Adi Harsono, menggantikan Hamdi Muluk yang sudah berakhir
masa jabatannya.

Sedangkan agenda lainnya adalah menyetujui dan mengesahkan laporan keuangan tahun buku
2019, penentuan gaji dan honorarium anggota dewan komisaris dan anggota direksi perseroan
serta penunjukan Kantor Akuntan Publik untuk laporan keuangan tahun buku 2020.

Sebagai informasi, pada tahun 2019, emiten dengan kode saham KBLF ini membukukan laba
bersih Rp 2,51 triliun pada tahun 2019, naik 2% dari tahun sebelumnya Rp 2,46 triliun.

Penjualan KLBF naik 7,4% menjadi Rp 22,63 triliun dari Rp 21,07 triliun pada tahun lalu.
Penjualan terbesar dari pasar domestik yakni bisnis distribusi dan logistik Rp 37,37 triliun, dari
Rp 6,37 triliun, penjualan produk nutrisi Rp 6,38 triliun dari Rp 6,02 triliun, dan penjualan obat
resep naik menjadi Rp 4,70 triliun dari Rp 4,38 triliun.
Pada perdagangan hari ini, Senin (14/5/2020), harga sagam KLBF sempat melemah ke posisi Rp
1.380/saham kemudian kembali stagnan di kisaran Rp 1.400/saham. Sejak awal tahun, saham
KLBF melemah 13,58% dan investor melakukan jual bersih Rp 988,71 miliar di seluruh pasar.

https://www.cnbcindonesia.com/market/20200518135355-17-159252/saham-masih-melorot-
14-kalbe-farma-setor-dividen-rp-938-m

Anda mungkin juga menyukai