Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

1.1. Deskripsi Objek Penelitian

1.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Sejarah PT. Kalbe Farma, Tbk

Kalbe Farma didirikan pada 10 September 1966, oleh 6

bersaudara, yaitu Khouw Lip Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw

Lip Swan, Boenjamin Setiawan, Maria Karmila, F. Bing Aryanto.

Kalbe Farma telah jauh berkembang dari awal mulanya sebagai

usaha farmasi yang dikelola di garasi rumah pendirinya di

wilayah Jakarta Utara. Selama lebih dari 40 tahun sejarah Kalbe,

pengembangan usaha telah gencar dilakukan melalui akuisisi

strategis terhadap perusahaan-perusahaan farmasi lainnya. Merek-

merek Kalbe Farma juga dikenal sebagai barang rumah tangga.

Melalui proses pertumbuhan organik dan penggabungan usaha

& akuisisi, Kalbe telah tumbuh dan bertransformasi menjadi

penyedia solusi kesehatan terintegrasi melalui 4 kelompok divisi

usahanya: Divisi Obat Resep (kontribusi 23%), Divisi Produk

Kesehatan (kontribusi 17%), Divisi Nutrisi (kontribusi 30%), serta

Divisi Distribusi and Logistik (kontribusi 30%). Keempat divisi

usaha ini mengelola portofolio obat resep dan obat bebas yang

komprehensif, produk-produk minuman energi dan nutrisi, serta

54
55

usaha distribusi yang menjangkau lebih dari satu juta outlet di

seluruh kepulauan Indonesia.

Di pasar internasional, Perseroan telah hadir di negara-negara

ASEAN, Nigeria, dan Afrika Selatan, dan menjadi perusahaan

produk kesehatan nasional yang dapat bersaing di pasar ekspor.

Sejak pendiriannya, Perseroan menyadari pentingnya inovasi untuk

mendukung pertumbuhan usaha. Kalbe telah membangun kekuatan

riset dan pengembangan dalam bidang formulasi obat generik dan

mendukung peluncuran produk konsumen dan nutrisi yang

inovatif. Melalui aliansi strategis dengan mitra-mitra internasional,

Kalbe telah merintis beberapa inisiatif riset dan pengembangan

yang banyak terlibat dalam kegiatan riset mutakhir di bidang

sistem penghantaran obat, obat kanker, sel punca dan bioteknologi.

Pelaksanaan konsolidasi Kalbe Group pada tahun 2005 telah

memperkuat kemampuan produksi, pemasaran dan keuangan

Kalbe sehingga meningkatkan kapabilitas dalam rangka

memperluas usaha Kalbe baik di tingkat lokal maupun

internasional. Saat ini, Kalbe adalah salah satu perusahaan farmasi

terbesar di Asia Tenggara yang sahamnya telah dicatat di bursa

efek dengan nilai kapitalisasi pasar sekitar US$5 miliar dan

penjualan melebihi Rp15 triliun. Posisi kas yang sangat baik saat

ini juga memberikan fleksibilitas yang luas dalam pengembangan

usaha Kalbe pada masa mendatang. Pada tahun 1992,


56

melalui Yayasan Pendidikan Kalbe, Kalbe Farma mendirikan STIE

(Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) Kalbe, yang akhirnya pada

tahun 2009 berubah nama menjadi Institut Teknologi dan Bisnis

Kalbe. Tahun 2011, STIE Supra, STMIK Supra dan ITBK melebur

menjadi satu dan berubah nama menjadi Kalbis Institute. Dalam

operasionalnya Kalbis Institute bekerja sama dengan Bina

Nusantara.

Perusahaan yang saat ini beralamat di Jl. Let. Jend Suprapto

Kav 4, Cempaka Putih Timur, RT.9/RW.7, RT.9/RW.7, Cemp.

Putih Tim., Kec. Cemp. Putih, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus

Ibukota Jakarta memiliki lebih dari 17.000 karyawan, kini Kalbe

telah tumbuh menjadi penyedia layanan kesehatan terbesar di

Indonesia, dengan keunggulan keahlian di bidang pemasaran,

branding, distribusi, keuangan serta riset dan pengembangan.

Kalbe Farma juga merupakan perusahaan produk kesehatan publik

terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai kapitalisasi pasar Rp79,2

triliun dan nilai penjualan Rp20,2 triliun di akhir 2017.

2. Visi, Mis Dan Moto PT. Kalbe Farma, Tbk

Visi : Menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik

dengan skala internasional yang didukung oleh inovasi,

merek yang kuat, dan manajemen yang prima.


57

Misi : Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih

baik.

Motto : The Scientific Pursuit of Health for a Better Life

3. Struktur Grup PT. Kalbe Farma, Tbk

Struktur organisasi merupakan pengelompokkan tugas yang

diperlukan untuk mencapai tujuan, menyerahkan kekuasaan kepada

seorang pemimpin kelompok untuk melaksanakn tugas tersebut

serta mengatur hubungan kekuasaan dan melengkapi dengan

koordinasi dalam satu struktur.

PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki beberapa anak perusahaan yang

memiliki tugas mereka masing masing. Setiap anak perusahaan

saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Hal ini dapat dilihat

pada gambar bagan struktur grup PT. Kalbe Farma di bawah ini.
58

Gambar 4.1

Bagan Struktur Grup Kalbe Farma, Tbk


59

Sumber : www.kalbe.co.id

1.1.1. Pembahasan Hasil Data Olahan

1. Analisis Struktur Modal (DER)


60

Struktur modal adalah sumber dana jangka panjang yang berasal

dari pihak internal maupun eksternal yang digunakan untuk

membelanjai aktiva-aktiva perusahaan. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan Rasio Utang Terhadap Ekuitas atau DER (Debt To

Equity Ratio) untuk mengukur variabel struktur modal. Adapun data

perkembangan struktur modal (DER) pada PT. Kalbe Farma, Tbk

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Struktur Modal (DER) Pada PT. Kalbe Farma, Tbk

Tahum 2013-2018

Hutang
No Tahun Total Hutang Total Ekuitas DER (%)
Hutang Jangka Pemdek Hutang Jangka Panjang
1 2013 Rp 2,640,590,023,748 Rp 174,513,285,703 Rp 2,815,103,309,451 Rp 8,499,957,965,575 0.33
2 2014 Rp 2,385,920,172,489 Rp 221,636,516,794 Rp 2,607,556,689,283 Rp 9,817,475,678,446 0.27
3 2015 Rp 2,365,880,490,863 Rp 392,250,905,307 Rp 2,758,131,396,170 Rp 10,938,285,985,269 0.25
4 2016 Rp 2,317,161,787,100 Rp 445,000,282,472 Rp 2,762,162,069,572 Rp 12,463,847,141,085 0.22
5 2017 Rp 2,227,336,011,715 Rp 494,871,621,931 Rp 2,722,207,633,646 Rp 13,894,031,782,689 0.20
6 2018 Rp 2,286,167,471,594 Rp 565,443,877,421 Rp 2,851,611,349,015 Rp 15,294,594,796,354 0.19
Rata-Rata Rp 2,370,509,326,252 Rp 382,286,081,605 Rp 2,752,795,407,856 Rp 11,818,032,224,903 0.24

Sumber : www.kalbe.co.id, Data diolah (2020)

2. Harga Saham

Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada

saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar.

Tinggi rendahnya harga saham ini ditentukan oleh permintaan dan

penawaran saham tersebut di pasar modal Adapun perkembangan

harga saham pada PT. Indofood Sukse Makmur, Tbk per 31

Desember tahun 2013 sampai dengan 31 Desember 2017 yang dinilai


61

berdasarkan rumus return price, yaitu closing price tahun ini

dikurangi closing price tahun kemarin dibagi dengan closing price

tahun kemarin atau tahun lalu adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2

Harga Saham PT. Kalbe Farma, Tbk

31 Desember 2013 sampai dengan 31 Desember 2018

Closing Price (Rp)


No Tahun Retrun Price
Tahun Ini Tahun Sebelumnya
1 2013 1,250 1,060 0.18
2 2014 1,830 1,250 0.46
3 2015 1,320 1,830 -0.28
4 2016 1,515 1,320 0.15
5 2017 1,690 1,515 0.12
6 2018 1,520 1,690 -0.10
Rata- Rata 1,521 1,444 0.09

Sumber : www.investing.com, Data diolah (2020)

3. Rekapitulasi Struktur Modal (DER) dan Harga Saham Pada PT. Kalbe

Farma, Tbk

Dari hasil analisis data masing-masing variabel Struktur Modal

(DER) dengan Variabel Harga Saham di atas, maka berikut ini

dibuatkan rekapitulasinya sebagai berikut :

Tabel 4.3

Rekapitulasi Struktur Modal (DER) dengan Variabel Harga Saham

PT. Kalbe Farma, Tbk Tahun 2013-2018


62

Rekapitulasi (%)
No Tahun
DER Retrun Price

1 2013 0.33 0.18

2 2014 0.27 0.46

3 2015 0.25 -0.28

4 2016 0.22 0.15

5 2017 0.20 0.12

6 2018 0.19 -0.10

Rata-Rata 0.24 0.09

Sumber : Data olahan (2020)

1.2. Hasil Analisa Data

1.2.1. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji

statistik one sample kolmogorov-smirnov. Model regresi

terdistribusi secara normal dapat dilihat dengan cara

melakukan pengujian tersebut. Adapun kriteria pengujian

angka signifikansi > 0.05 maka data berdistribusi normal, dan

jika angka signifikansi < 0.05 maka data tidak berdistribusi

normal (Ghozali, 2011).

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas


63

Sumber : Output SPSS

Adapun hasil uji normalitas data dalam penelitian ini pada data

diatas menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 200 lebih

besar dari angka signifikansi 0.05, yang mengindikasikan bahwa

data residual tersebut terdistribusi normal.

2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana factor

pengganggu (error term) pada periode tertentu berkorelasi

dengan faktor pengganggu pada periode lain. Faktor

pengganggu tidak random (unrandom). Autokorelasi

disebabkan oleh faktor-faktor kelembaman (inersial),

manipulasi data, kesalahan dalam menentukan model (bias

spesification), adanya fenomena sarang laba-laba, dan


64

penggunaan lagi dalam model. Pendeteksian asumsi

autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin

Watson menggunakan metode Cochrane Ocrutt.

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi

Sumber : Output SPSS

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai Durbin Watson nya

2,218, k=6 dapat diperoleh nilai du=1,400 dari table Durbin

Watson. Sehingga dapat disumpulkan bahwa nilai Durbin

Watsaon pada penelitian ini berta di antara du sampi (4-du).

Atau berada di rentang 1,400-2,600, maka pada penelitian ini

tidak ada autokorelasi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalm

sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lain teteap, maka disebut


65

homoskedastisitas. Namun jika varians dari residual satu

pengamtan ke pengamtan lain berbeda, maka disebut

heteroskedastisitas.

Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan

metode Glejser dan menggunakan metode Scatterplot sebagi

pendukung.

Gambar 4.2

Uji Heteroskedastisitas dengan metode Scatterplot

Sumber : Output SPSS

Pada gambar di atas titik menyebar secara acak dam

membentuk titik yang tidak jelas dan menyebar baik diasta

maupun di bawah sumbu Y. Yang berarti tidak terjadi

heteroskedisitas pada model regresi ini.


66

Tabel 4.6

Uji Heteroskedastisitas dengan metode Glajser

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan hasil ini dapat dilihat nilai signifikan Debt to

Equity Ratio yaitu 0,846 > 0,05 yang artinya dapat disimpulkan

tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini.

Berdasarkan dua hasil uji heteroskedastisitas di atas model

regresi ini layak untuk di predeksi pengaruh struktur modal (DER)

terhadap harga saham.

1.1.1. Uji Regresi Linear Sederhana

Persamaan regresi linier sederhana digunakan untuk

menggambarkan model hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikatnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Struktur Modal

yang diukur dengan Debt to Equity Ratio atau (DER) (X) dan harga

saham perusahaan sebagai varial teriktnya (Y).

Tabel 4.7
67

Uji Regresi Linear Sederhana

Sumber : Output SPSS

Variabel terikat pada regresi ini adalah Harga Saham sedangkan

variabel bebasnya adalah DER. Model regresi berdasarkan hasil analisis

di atas adalah:

Y = -0.319 + 1.672 X

1.1.2. Uji Hipotesi

Pengujian hipotesis dalam peneltian ini dilakukan dengan

menggunakan uji signifikasi t . Uji t dilakukan untuk menguji pengaruh

dari variable independen secara parsial atau secara masing masing

terhadap variabel independen.

1. Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinasi dilakukan dengan melihat nilai koefisien

regresi yaitu Adjusted R Square yang mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menjelaskan variabel terikat. Adapun hasil

perhitungan dengan menggunakan output SPSS terhadap analisa

koefisien determinasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8
68

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS, pada model

summury diperolehkan nilai R Square sebesar 0,459. Hal ini berarti

pengaruh struktur modal selaku variable bebas dapat menjelaskan

45,9% pengaruhnya terhadap harga saham selaku variable terikat

pada PT. Kalbe Farma, Tbk, sedangkan sisanya sebesar 54,1%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam pengujian.

2. Uji Pasrsial (Uji Statistik t)

Uji t digunakan untuk membuktikan pengaruh struktur modal

terhadap harga saham PT. Kalbe Farma, Tbk secara individual (Uji

t).

Tabel 4.9

Hasil Uji t
69

Sumber : Output SPSS

Berdasarkan pada hasil uji di atas variable struktur modal ( Debt

to Equty Ratio) diperoleh thitung sebesar 0,729 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,506. Nilai statistik uji |t hitung| tersebut

lebih kecil daripada t tabel (0,729 < 2,776) atau nilai signifikansi

lebih besar dari α = 0,05 maka disimpulkan variabel Debt to

Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel Harga Saham.

1.2. Interprestasi Hasil

Tingkat pengaruh variabel struktur modal (X) terhadap harga saham

(Y) hasil penelitian menunjukan bahwa Debt to Equity Ratio tidak

berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sehingga apabila Debt to

Equity Ratio semakin bagus tidak terlalu berpengaruh terhdap harga

saham.

1.3. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan uji t dapat diketahui nilai t-hitung Debt

to Equity Ratio (DER) sebesar 0,729 dengan nilai signifikansi sebesar

0,506. Nilai statistik uji t-hitung tersebut lebih kecil dari pada t tabel yaitu
70

2,776 atau signifikansi lebih besar dari nilai alpha yaitu 0,05, maka

disimpulkan variabel Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh

signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa variabel bebas yaitu struktur modal (Debt to Equity

Ratio) (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu

harga saham.

Pengaruh negatif Debt to Equity Ratio (DER) pada penelitian ini

didukung dalam penelitian Mukhlisin Setiawan (2016) yang

menyimpulkan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap

harga saham. Nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi

memperlihatkan dana perusahaan dalam menjalankan operasionalnya

lebih banyak berasal dari hutang. Pada dasarnya pemegang saham atau

calon pemegang saham akan menghindari risiko dan memilih perusahaan

dengan nilai Debt to Equity Ratio (DER) yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai