Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MEMAHAMI PROSES SUPERVISI PENDIDIKAN

Dosen Pengajar
...............................

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
DARUL ULUM KANDANGAN
TAHUN 2024 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Memahami
Proses Supervisi Pendidikan" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang beberapa proses yang ada dalam
supervisi pendidikan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen dan semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini

Kandangan, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................i


KATA PENGANTAR .................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................
2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Proses supervisi pendidikan .............................................................................................................
3
B. Teknik-Teknik dalam Proses supervisi pendidikan Pendidikan …………………………………
11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................................................. 19
B. Saran-Saran ..............................................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA 20

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Supervisi pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran di sekolah. Supervisi pendidikan dapat dilakukan oleh
kepala sekolah, supervisor pendidikan, atau oleh guru senior yang memiliki
kualifikasi khusus dalam melaksanakan supervisi pendidikan. Tujuan dari
supervisi pendidikan adalah untuk membantu guru dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran, serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran
di kelas.
Proses supervisi merupakan rangkaian kagiatan yang dilaksanakan ketika
melakukan supervisi. Prosedur pelaksanaan supervisi secara umum menempuh
beberapa tahapan, yaitu pertemuan pendahuluan, observasi pendidik yang sedang
mengajar, dan pertemuan balikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 mengatur
tentang pengawasan proses pembelajaran yang meliputi pemantauan dan
supervisi. Berdasarkan peraturan tersebut kegiatan tindak lanjut supervisi
akademik dapat dilakukan kepala sekolah dengan pemberian contoh, diskusi,
pelatihan, dan konsultasi.
Kepala sekolah dapat memilih alternatif kegiatan tindak lanjut tersebut
di atas sesuai dengan analisis hasil supervisi akademik terhadap komponen-
komponen tersebut.
Makalah ini akan membahas secara tuntas mengenai beberapa proses yang
ada pada supervisi pendidikan beserta ruang lingkupnya.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan proses supervisi pendidikan?
2. Apa saja tahapan dalam proses supervisi pendidikan?
3. Apa saja teknik yang ada dalam proses supervisi pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam
penulisan makalah ini adalah:
1. Pengertian proses supervisi pendidikan
2. Beberapa tahapan dalam proses supervisi pendidikan
3. Beberapa teknik yang ada dalam proses supervisi pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Supervisi
Secara etimologi, supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu
super yang berarti diatas dan vision yang berarti melihat, masih serumpun dengan
inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang
dilakukan oleh atasan, orang yang berposisi diatas atau pimpinan terhadap hal-hal
yang ada dibawahnya.
Supervisi merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human,
manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak
mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi
bisa diketahui kekurangannya untuk bisa diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.
Menurut Rifai supervisi merupakan suatu proses, yaitu serangkaian
kegiatan yang teratur dan beraturan serta berhubungan satu sama lain dan
diarahkan kepada suatu tujuan.1 Secara garis besar kegiatan dalam proses
supervisi dapat dibagi atas 4, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan
tindak lanjut.
1. Perencanaan Supervisi Pendidikan
Perencanaan supervisi perlu disusun oleh supervisor dalam hal ini
kepala sekolah agar pelaksanaan supervisi dapat terarah.2 Mengingat
perencanaan merupakan pedoman dan arah dalam pelaksanaan, maka ada
beberapa hal yang harus dicantumkan dalam perencanaan supervisi, yaitu :
 Tujuan supervisi
 Alasan mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan
 Bagaimana (metode/teknik) mencapai tujuan yang telah dirumuskan
 Siapa yang akan dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan-kegaitan
yang akan dilakukan

1
Sri Banun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesional Guru,
(Bandung:Alfabeta, 2009), h. 76.
2
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003), h. 12.

3
 Waktu pelaksanaan
 Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksaannya serta cara memperoleh
hal-hal tersebut.3

Tahapan perencanaan terdiri dari: tahap penyusunan dan tahap persiapan:


a. Tahap penyusunan
 Penyusunan Program Tahunan
Penyusunan program tahunan adalah bersifat penugasan yang
diberikan kepada pengawas sekolah yang bersangkutan sesuai dengan
kewenangannya oleh koordinator pengawas sekolah. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam kegiatan penyusunan program tahunan adalah:
1) Mengidentifikasi hasil pengawasan sebelumnya dan kebijakan
bidang pendidikan.
Mengidentifikasi hasil pengawasan sebelumnya adalah
mendata atau menandai keberhasilan dan ketidakberhasilan
program pengawas sebelumnya.4 Keberhasilan akan ditandai
dengan pencapaian tujuan atau terpenuhinya kriteria
keberhasilan yang ditetapkan di dalam program. Keberhasilan
dalam pelaksanaan program tahun lalu tentu didukung oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor pendukung itu juga dicatat atau
diidentifikasi. Keberhasilan pelaksaan program dengan faktor
pendukungnya itu menjadi modal untuk mengembangkan
program tahun ini.
Faktor-faktor yang berpengaruh (yang mendukung
keberhasilan dan ketidakberhasilan) terhadap pelaksanan
program kepengawasan tersebut biasanya meliputi: (a)
sumberdaya pendidikan seperti sarana/ prasarana, manusia, dana,
dan lingkungan; (b) program sekolah seperti program kepala

3
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007),
h. 11.
4
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2003), h. 15.

4
sekolah, program tatausaha, program kurikuler, dan program
ekstrakurikuler; (c) proses pembelajaran yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian; dan (d) hasil belajar
seperti hasil ulangan harian, hasil ulangan umum, hasil ujian
akhir sekolah dan hasil ujian akhir nasional, dan hasil kegiatan
pengembangan diri atau ekstrakurikuler.5

2) Mengolah dan menganalisis hasil pengawasan sebelumnya


Mengolah dan menganalisis hasil pengawasan tahun lalu
meliputi beberapa kegiatan. Kegiatan-kegiatan itu antara lain: (a)
mengelompokkan masalah berdasarkan ruang lingkupnya; (b)
menganalisis (menguraikan) masalah menjadi lebih rinci; (c)
menempatkan atau mencari faktor penyebab setiap masalah yang
dianalisis; (d) mencari alternatif saran atau pemecahan masalah.
Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan format
tertentu. Kriteria untuk pengolahan dan analisis ini adalah
ketepatan metodologi dan kelengkapan seluruh komponen yang
diolah dan dianalisis.

3) Merumuskan Rancangan Program Tahunan


Rancangan program tahunan pengawasan sekolah disusun
dengan isi (komponen atau unsur-unsur) yang lengkap.
Rancangan ini disusun dengan sistematika yang logis dan dapat
diukur keberhasilan dan ketidakberhasilannya. Dengan
demikian, untuk penganalisisan dalam rangka penyususnan
program tahun berikut akan dapat dilaksanakan dengan mudah.
Kriteria yang digunakan untuk penyusunan rancangan ini adalah
kelengkapan komponen atau isi dan ketepatan perumsuannya.

5
Cicih Sutarsih, Supervisi Pendidikan Sebagai Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di
Sekolah, Studi terhadap Upaya Penguatan Akuntabilitas Profesional Guru Peningkatan Mutu
Manajemen Sekolah dan Penciptaan Sekolah sebagai Organisasi Belajar di SMAN 3, SMA Plus
Muthahari, dan SMA Santa Angela Kota Bandung, Desertasi, Bandung PPS UPI, tidak diterbitkan,
2010, h. 3

5
4) Mengkoordinasikan Rancangan Program
Rancangan program tahunan ini perlu dikoordinasikan
dengan atasan pengawas seperti Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota. Pengkoordinasian ini diperlukan untuk
mendapat masukan dan dukungan dari atasan. Dengan dukungan
dan masukan itu, program akan mendapat legalisasi secara
administratif.

5) Memantapkan dan Menyempurnakan Rancangan Program


Memantapkan dan menyempurnakan rancangan program
tahunan adalah pekerjaan yang terakhir dalam menyusun
program tahunan kepengawasan. Kegiatan pada tahap ini adalah
merevisi program. Hal-hal yang perlu diperbaiki, ditambah,
dkurangi, dan disempurnakan akan berlangsung pada fase ini.
Semua masukan, terutama yang datang dari atasan dijadikan
bahan untuk merevisi program. Masukan atau informasi dari
satuan pendidikan yang akan menjadi sasaran pengawasan,
ditampung dan diakomodasi pada fase ini. Selain itu, berbagai
kemungkinan seperti perkembangan baru, informasi baru,
teknologi, dan sejenisnya yang juga pantas dijadikan
pertimbangan untuk memperbaiki program. Artinya, fase ini
adalah fase final dalam penyusunan program tahunan sehingga
program itu benar-benar bedaya guna dan berhasil guna.6

 Penyusunan Program Semesteran


Program semester pengawasan sekolah disusun oleh masing-
masing pengawas sekolah. Program ini berisi pengawasan seluruh
sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.

6
Dedi Iskandar Dan Wibowo, Udik Budi, Peran Pengawas Pendidikan Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan SMP Di Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jurnal
Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 9, No 2, 2016, h. 42.

6
Langkah-langkah penyusunannya adalah seperti berikut ini.
1) Menjabarkan program tahunan dan dikaitkan dengan identifikasi
masalah dari sekolah binaan.
2) Mengolah dan menganalisis hasil identifikasi yang dikaitkan
dengan hasil penjabaran program tahunan. Pengolahannya
meliputi pengelompokan masalah ke dalam kelompok yang sama
di setiap sekolah. Kemudian juga dikelompokkan sesuai dengan
skala prioritas. Dengan demikian akan diperoleh masalah sejenis
dan masalah yang mendesak untuk dimasukkan ke dalam program
semesteran.
3) Mempelajari visi dan misi sekolah binaan yang menjadi tanggung
jawab pengawas. Setiap sekolah memiliki visi, misi, dan tujuan
yang berbeda. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam
terhadap visi, misi, dan tujuan setiap sekolah sangatlah diperlukan.
Dengan adanya variasi visi, misi, dan tujuan sekolah yang menjadi
binaan pengawas, maka program semester disusun secara spesifik
setiap sekolah.
4) Merumuskan rancangan program semester dengan kriteria antara
lain: (a) disusun berdasarkan ketentuan yang ada; (b) sekurang-
kurangnya berisi identitas sekolah yang akan dikunjungi; nama
pengawas, waktu atau jadwal kunjungan; visi dan misi sekolah;
identifikasi masalah; dan deskripsi kegiatan yang terdiri dari
tujuan, sasaran, indikator keberhasilan.
5) Menyampaikan dan mengkoordinasikan kepada koordinator
pengawas sehingga mendapat masukan dan dukungan. Bedasarkan
masukan itu dilakukan revisi program semester sehingga menjadi
program semester yang mantap dan siap untuk dilaksanakan.7

7
Muhammad Asdar Sasmito, konstribusi pengawas sekolah terhadap pemenuhan standar
nasional pendidikan. Journal of EST, Vol 1, No 2,2015, h. 8.

7
b. Tahap Persiapan. Dalam tahap ini yang perlu dipersiapkan:
a) Format/instrumen supervisi.
b) Materi pembinaan/supervisi.
c) Buku catatan .
d) Data supervisi/pembinaan sebelumnya.8

2. Pelaksanaan supervisi pendidikan


a. Pengumpulan data
Pelaksanaan supervisi diawali dengan pengumpulan data untuk
menemukan berbagai kekurangan dan kelemahan guru. Data yang
dikumpulkan adalah mengenai keseluruhan situasi belajar mengajar.
b. Penilaian
Data yang sudah dikumpulkan diolah, kemudian dinilai. Penilaian
ini dilakukan terhadap keberhasilan murid, keberhasilan guru, serta
faktor-faktor penunjang dan penghambat dalam proses belajar
mengajar.
c. Deteksi kelemahan
Pada tahap ini supervisor mendeteksi kelemahan atau kekurangan
guru dalam mengajar. Dalam rangka mendeteksi kelemahan,
supervisor memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas guru yaitu : penampilan guru di depan kelas,
penguasan materi, penggunaan metode, hubungan antar personil dan
administrasi kelas.
d. Memperbaiki kelemahan
Jika melalui deteksi ditemukan kelemahan dan kekurangan, maka
pada tahap ini dilakukan perbaikan atau peningkatan kemampuan.

8
Jaka Waluya, Supervisi Pendidikan Pada Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogik. Vol.1 No. 1.
2013, h. 75.

8
e. Bimbingan dan pengembangan
Supervisor perlu memberikan bimbingan kepada guru agar apa
yang diperolehnya dapat diterapkan / diaplikasikan dalam proses
belajar mengajar yang dilakukannya.9

3. Evaluasi
Pada akhir proses supervisi dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tujuan yang sudah dicapai, hal-hal yang sudah
dilakukan dan hal yang belum dilaksanakan. Evaluasi supervisi dilakukan
untuk semua aspek, meliputi evaluasi hasil, proses dan pelaksanaan.
Teknik evaluasi yang dilakukan : wawancara, angket, observasi
penampilan dan tingkah laku guru, kunjungan kelas, dan memperhatikan
reaksi dan pendapat pihak ketiga seperti sesama guru, pegawai, dan orang
tua.10

4. Tindak Lanjut
Tindak lanjut adalah bagian terakhir dari kegiatan pengawasan
proses pembelajaran. Tindak lanjut merupakan jastifikasi, rekomendasi,
dan eksekusi yang disampaikan oleh pengawas atau kepala satuan
pendidikan tentang pendidik yang menjadi sasaran kepengawasannya. Ada
tiga alternatif tindak lanjut yang diberikan terhadap pendidik. Ketiga
tindak lanjut itu adalah: (1) Penguatan dan penghargaan diberikan kepada
guru yang telah memenuhi standar; (2) Teguran yang bersifat mendidik
diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar; dan (3) Guru diberi
kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.

9
Mahlopi, Supervisi Pendidikan Era Teknologi 5.0. Adiba: Journal of Education, 2(1),
133–141. https://adisampublisher.org/index.php/a diba/article/view/79/2022, h. 2.
10
K, Saleh, Penerapan Teknik Pengawasan Akademik Di Sekolah Dasar Menghadapi Era
Digital. Pendekar: Jurnal Pendidikan Berkarakter, 3(1), 2010, h. 18–21.

9
Pendidik perlu penguatan atas kompetensi yang dicapainya.
Penguatan adalah bentuk pembenaran, bentuk legalisasi, dan bentuk
pengakuan atas kompetensi yang dicapainya. Pengakuan seperti ini
diperlukan oleh pendidik, bukan hanya sebagai motivasi atas
keberhasilannya, tetapi juga sebagai kepuasan indvidu dan kepuasan
profesional atas kerja kerasnya. Penguatan seperti ini jarang, bahkan
hampir tidak diterima oleh pendidik. Penghargaan bagi pendidik yang
telah memenuhi standar perlu diberikan. Hal itu akan membedakan antara
pendidik yang berkompetensi standar dengan yang belum standar. Bnetuk
penghargaan yang diberikan sesuai dengan kondisi pada satuan pendidikan
bersangkutan atau ditentukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas
sekolah yang menjadi pengawasnya. Hal ini pun jarang bahkan hampir
tidak diperoleh guru selama ini. Oleh Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 41/2007 tentang Standar Proses, hal ini sangat
ditekankan.
Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum
memenuhi standar. Teguran dapat dilakukan dengan cara lisan atau
tertulis. Idealnya, untuk memenuhi persyaratan administratif, teguran
syogiyanya disampaikan secara tertulis. Hal itu akan dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat pula terdokumentasi. Jika teguran itu
behasil memotivasi pendidik, dokumennya akan bermakna positif baik
bagi yang menegur maupun yang ditegur. Kalau teguran itu tidak berhasil
memotivasi agar pendidik berupaya mencapai standar dalam
kerjanya, tentu dapat dilanjutkan dengan teguran berikutnya. Intinya,
teguran yang bersifat mendidik adalah teguran yang diharapkan dapat
menimbulkan perubahan dan yang ditegur tidak merasa dilecehkan atau
tidak merasa tersinggung.

10
Tindak lanjut yang terakhir adalah merekomendasikan agar pendidik
diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau penataran. Rekomendasi
itu bukan hanya bermakna bagi pendidik, tetapi juga bermakna bagi
institusi tempat pendidik bertugas untuk meningkatkan kinerjanya.11

B. Teknik-Teknik dalam Proses Supervisi


1. Individu
Menurut Sahertian yang dikutip oleh Sagala teknik individu adalah
teknik pelaksanaan supervisi yang digunakan supervisor kepada pribadi-
pribadi guru guna peningkatan kualitas pengajaran disekolah. 12 Teknik-
teknik individual dalam pelaksanaan supervisi antara lain:
a) Teknik Kunjungan kelas.
Teknik kunjungan kelas adalah suatu teknik kunjungan yang
dilakukan supervisor ke dalam satu kelas pada saat guru sedang
mengajar dengan tujuan untuk membantu guru menghadapi
masalah/kesulitan mengajar selama melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya supervisor
memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan
dan ketrampilan guru mengajar. Kemudian dengan yang ada kemudian
melakukan perbincangan untuk mencari pemecahan atas kesulitan-
kesulitan yang dihadapi oleh guru. Sehingga kegiatan pembelajaran
dapat ditingkatkan.

11
Nasution, I., Pramudya, A., Tanjung, A., Oktapia, D., Nisa, K., Azzahrah, N., &
Nurdahyanti, Supervisi Pendidikan Era Society 5 . 0. Jurnal Riset Pendidikan Dan Bahasa, 2023.
2(2), h. 3.
12
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2010), h. 221.

11
Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan 3 cara, yatiu :
 Kunjungan kelas tanpa diberitahu,
 Kunjungan kelas dengan pemberitahuan,
 Kunjungan kelas atas undangan guru,
 Saling mengunjungi kelas.13

b) Teknik Observasi Kelas


Teknik observasi kelas dilakukan pada saat guru mengajar.
Supervisor mengobservasi kelas dengan tujuan untuk memperoleh data
tentang segala sesuatu yang terjadi proses belajar mengajar. Data ini
sebagai dasar bagi supervisor melakukan pembinaan terhadap guru
yang diobservasi. Tentang waktu supervisor mengobservasi kelas ada
yang diberitahu dan ada juga tidak diberi tahu sebelumnya, tetapi
setelah melalui izin supaya tidak mengganggu proses belajar mengajar.
Selama berada dikelas supervisor melakukan pengamatan dengan teliti,
dan menggunakan instrumen yang ada terhada lingkungan kelas yang
diciptakan oleh guru selama jam pelajaran.

c) Percakapan Pribadi.
Percakapan pribadi merupakan dialog yang dilakukan oleh guru
dan supervisornya, yang membahas tentang keluhan-keluhan atau
kekurangan yang dikeluarkan oleh guru dalam bidang mengajar, di
mana di sini supervisor dapat memberikan jalan keluarnya. Dalam
percakapan ini supervisor berusaha menyadarkan guru akan kelebihan
dan kekurangannya. mendorong agar yang sudah baik lebih di
tingkatkan dan yang masih kurang atau keliru agar diupayakan untuk
memperbaikinya.

13
S. Ma’ayis, & Syahidul Haq, M, Implementasi model supervisi akademik berbasis digital.
Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, 10(1), 2022, h. 142–155.

12
d) Intervisitasi (mengunjungi sekolah lain)
Teknik ini dilakukan oleh sekolah-sekolah yang masih kurang
maju dengan menyuruh beberapa orang guru untuk mengunjungi
sekolah-sekolah yang ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk
mengetahui kiat-kiat yang telah diambil sampai seekolah tersebut
maju. Manfaat yang dapat diperoleh dari teknik supervisi ini adalah
dapat saling membandingkan dan belajar atas kelebihan dan
kekurangan berdasarkan pengalaman masing-masing. Sehingga
masing-masing guru dapat memperbaiki kualitasnya dalam memberi
layanan belajar kepada peserta didiknya.

e) Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar.


Teknik pelaksanaan supervisi ini berkaitan dengan aspek-aspek
belajar mengajar. Dalam usaha memberikan pelayanan profesional
kepada guru, supervisor pendidikan akan menaruh perhatian terhadap
aspek-aspek proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang
efektif. supervisor harus mempunyai kemampuan menyeleksi berbagai
sumber materi yang digunakan guru untuk mengajar. Adapun cara
untuk mengikuti perkembangan keguruan kita, ialah dengan berusaha
mengikuti perkembangan itu melalui kepustakaan profesional, dengan
mengadakan "profesional reading". Ini digunakan untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan situasi belajar mengajar yang lebih
baik. Hal ini menyatakan bahwa teknik penyeleksian berbagai suber
materi untuk mengajar memiliki arti bahwa Teknik ini yang menitik
beratkan kepada kemampuan Supervisor dalam menyeleksi buku-
buku yang dimiliki oleh guru pada saat mengajar yang sesuai dengan
kebutuhan kegiatan belajar mengajar.

f) Menilai diri sendiri


Guru dan supervisor melihat kekurangan masing-masing yang
mana ini dapat memberikan nilai tambah pada hubungan guru dan
supervisor tersebut, yang akhirnya akan memberikan nilai positif bagi

13
kegiatan belajar mengajar yang baik. Menilai diri sendiri merupakan
tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu pengukuran terbalik
karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya. Ada beberapa
cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara
lain membuat daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan
kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas guru
di muka kelas. Yaitu dengan menyususun pertanyaan yang tertutup
maupun terbuka, tanpa perlu menyebutkan nama siswa.14

2. Kelompok
Teknik Supervisi yang bersifat kelompok ialah teknik supervisi
yang dilaksanakan dalam pembinaan guru secara bersama-sama oleh
15
supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok. Teknik
Supervisi yang bersifat kelompok antara lain :
a) Pertemuan Orientasi bagi guru baru
Pertemuan orientasi adalah pertemuan antara supervisor dengan
supervisee (terutama guru baru) yang bertujuan menghantar supervisee
memasuki suasana kerja yang baru dikutip menurut pendapat Sagala
dan Sahertian. Pada pertemuan Orientasi supervisor diharapkan dapat
menyampaikan atau menguraikan kepada supervisee hal-hal sebagai
berikut:
 Sistem kerja yang berlaku di sekolah itu.
 Proses dan mekanisme administrasi dan organisasi sekolah.
 Biasanya diiringi dengan tanya jawab dan penyajian seluruh
kegiatan dan situasi sekolah.
 Sering juga pertemuan orientasi ini juga diikuti dengan tindak
lanjut dalam bentuk diskusi kelompok dan lokakarya.
 Ada juga melalui perkunjungan ke tempat – tempat tertentu yang
berkaitan atau berhubungan dengan sumber belajar.
14
M Rofiki, Urgensi Supervisi Akademik dalam Pengembangan Profesionalisme Guru di
Era Industri 4.0. Indonesian Journal Pf Basic Education, 2(3), 2020, h. 502–514.
15
A.P, Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta Rineka Cipta, 2008), h. 86.

14
 Salah satu ciri yang sangat berkesan bagi pembinaan segi sosial
dalam orientasi ini adalah makan bersama.
 Aspek lain yang membantu terciptanya suasana kerja ialah bahwa
guru baru tidak merasa asing tetapi guru baru merasa diterima
dalam kelompok guru lain.

b) Rapat guru
Rapat Guru adalah teknik supervisi kelompok melalui rapat guru
yang dilakukan untuk membicarakan proses pembelajaan, dan upaya
16
atau cara meningkatkan profesi guru. Tujuan teknik supervisi rapat
guru yang dikutip menurut pendapat Sagala dan Pidarta adalah sebagai
berikut :
 Menyatukan pandangan-pandangan guru tentang masalah-masalah
dalam mencapai makna dan tujuan pendidikan.
 Memberikan motivasi kepada guru untuk menerima dan
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik serta dapat
mengembangkan diri dan jabatan mereka secara maksimal.
 Menyatukan pendapat tentang metode kerja yang baik guna
pencapaian pengajaran yang maksimal.
 Membicarakan sesuatu melalui rapat guru yang bertalian dengan
proses pembelajaran.
 Menyampaikan informasi baru seputar belajar dan pembelajaran,
kesulitan-kesulitan mengajar, dan cara mengatasi kesulitan
mengajar secara bersama dengan semua guru disekolah.

c) Studi kelompok antar guru


Studi kelompok antara guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh sejumlah guru yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu,
seperti MIPA, Bahasa, IPS dan sebagainya, dan dikontrol oleh
supervisor agar kegiatan dimaksud tidak berubah menjadi ngobrol hal-
hal yang tidak ada kaitannya dengan materi. Topik yang akan dibahas

16
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1995), h. 71.

15
dalam kegiatan ini telah dirumuskan dan disepakati terlebih dahulu.
Tujuan pelaksanaan teknik supervisi ini adalah sebagai berikut:
 Meningkatkan kualitas penguasaan materi dan kualitas dalam
memberi layanan belajar.
 Memberi kemudahan bagi guru-guru untuk mendapatkan bantuan
pemecahan masalah pada materi pengajaran.
 Bertukar pikiran dan berbicara dengan sesama guru pada satu
bidang studi atau bidang-bidang studi yang serumpun.17

d) Diskusi
Diskusi merupakan salah satu teknik supervisi kelompok yang
digunakan supervisor untuk mengembangkan berbagai ketrampilan
pada diri para guru dalam mengatasi berbagai masalah atau kesulitan
dengan cara melakukan tukar pikiran antara satu dengan yang lain.
Melalui teknik ini supervisor dapat membantu para guru untuk saling
mengetahui, memahami, atau mendalami suatu permasalahan,
sehingga secara bersama-sama akan berusaha mencari alternatif
pemecahan masalah tersebut. Tujuan pelaksanaan supervisi diskusi
adalah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam
pekerjaannya sehari-hari dan upaya meningkatkan profesi melaluii
diskusi.

e) Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari
sejumlah pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui
percakapan dan bekerja secara kelompok.

17
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: Bina
Aksara, 2006), h. 53.

16
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu pelaksanaan workshop
antara lain :
 Masalah yang dibahas bersifat “Life centred” dan muncul dari
guru tersebut,
 Selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik
dalam kegiatan sehingga tercapai perubahan profesi yang lebih
tinggi dan lebih baik.

f) Tukar menukar pengalaman


Tukar menukar pengalaman “Sharing of Experince” adalah suatu
teknik perjumpaan dimana guru menyampaikan pengalaman masing-
masing dalam mengajar terhadap topik-topik yang sudah diajarkan,
saling memberi dan menerima tanggapan dan saling belajar satu
dengan yang lain. Langkah – langkah melakukang sharing antara lain:
 Menentukan tujuan yang akan dicapai.
 Menentukan pokok masalah yang akan dibahas.
 Memberikan kesempatan pada setiap peserta untuk
menyumbangkan pendapat pendapat mereka
 Merumuskan kesimpulan.18

3. Langsung
Adalah seorang supervisi secara pribadi dan langsung berhadapan
dengan orang yang disupervisi, baik secara individual maupun secara
kelompok. Contoh: Kunjungan kelas (classroom visitation), Observasi
kelas (classroom observation), Pertemuan atau rapat (meeting), Diskusi
kelompok (group discussion), dan lain-lain.

18
Sahid Ahmad, Sahil, Profesi Kependidikan, (Jakarta : PT. Imperial Bhakti Utama, 2010),
h. 65.

17
Teknik supervisi langsung menurut Glickman and Gordon
dipergunakan ketika:
 Ketika guru berada pada tingkat perkembangan yang sangat rendah
dalam melaksanakan tugasnya.
 Ketika guru tidak memiliki kesadaran, pengetahuan, atau ketika guru
cendrung mematuhi pengawas.
 Ketika guru tidak memiliki keterlibatan dalam pengambilan keputusan
dan pengawas dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
 Ketika supervisor memiliki waktu untuk mengadakan pertemuan
dengan guru-guru.
 Ketika supervisor memiliki komitmen memecahkan berbagai isu
sementara guru tidak. Dan ketika berbagai keputusan tidak menjadi
perhatian guru, sementara guru menyukai supervisor membuat
keputusan.19

4. Tidak Langsung
Adalah seorang supervisor tidak secara langsung (Indirect Method)
menghadapi atau berhadapan dengan orang-orang yang disupervisi tetapi
mempergunakan berbagai alat atau media komunikasi. Contohnya: melalui
radio, televisi, surat, papan pengumuman, dan lain-lain.

19
C.D.Glickman, Supervision in Transition, (ASCD Yearbook, 1995), h. 43.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Supervisi merupakan suatu proses, yaitu serangkaian kegiatan yang teratur
dan beraturan serta berhubungan satu sama lain dan diarahkan kepada suatu
tujuan.
Secara garis besar kegiatan dalam proses supervisi dapat dibagi atas 4,
yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan tindak lanjut.
Tahapan perencanaan terdiri dari: tahap penyusunan dan tahap persiapan.
Dalam hal penyusunan terdiri dari penyusunan Program Tahunan dan program
semesteran.
Tahapan pelaksanaan supervisi pendidikan terdiri dari pengumpulan data,
penilaian, deteksi kelemahan, memperbaiki kelemahan, bimbingan dan
pengembangan.
Tahapan evaluasi untuk mengetahui hal-hal yang sudah dilakukan, terdiri
dari evalauasi hasil, evaluasi proses, dan evaluasi pelaksanaan.
Tahapan tindak lanjut ada 3 yakni: (1) Penguatan dan penghargaan
diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar; (2) Teguran yang bersifat
mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar; dan (3) Guru
diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.
Dalam proses supervisi pendidikan memerlukan 4 teknik yakni teknik
individu, teknik kelompok, teknik langsung dan teknik tidak langsung.

B. Saran
Sebaiknya pihak sekolah mengupayakan ketersediaan sarana dan prasarana
yang memadai untuk membantu guru kelas dalam pelaksanaan supervisi
di sekolah. Guru kelas juga sebaiknya menambah wawasan dan keterampilan
mengenai supervisi serta pelaksanaannya melalui buku, internet, dan mengikuti
seminar agar bisa membantu dalam proses supervisi pendidikan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Glickman, C.D. Supervision in Transition. ASCD Yearbook, 1995.

Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2003.

Muslim, Sri Banun. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesional


Guru. Bandung:Alfabeta, 2009.

Nawawi, Hadari. Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi. Yogyakarta: Gajah


Mada University Press, 2003.

Pidarta, Made. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara, 1995.

Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Jakarta:


Bina Aksara, 2006

Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung:


Alfabeta, 2010.

Sahertian, A.P. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta Rineka Cipta, 2008.

Sahid, Ahmad, Sahil. Profesi Kependidikan. Jakarta : PT. Imperial Bhakti Utama,
2010.

Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Refika Aditama,


2007.

Jurnal

Iskandar, Dedi Dan Wibowo, Udik Budi, Peran Pengawas Pendidikan Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan SMP Di Kabupaten Bima Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Vol 9, No 2, 2016.

Ma’ayis, S. & Syahidul Haq, M, Implementasi model supervisi akademik berbasis


digital. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, 10(1), 2022.

Mahlopi. Supervisi Pendidikan Era Teknologi 5.0. Adiba: Journal of Education,


2(1), 133–141. https://adisampublisher.org/index.php/a
diba/article/view/79/2022.

20
Nasution, I., Pramudya, A., Tanjung, A., Oktapia, D., Nisa, K., Azzahrah, N., &
Nurdahyanti, Supervisi Pendidikan Era Society 5 . 0. Jurnal Riset
Pendidikan Dan Bahasa, 2023.

Rofiki, M Urgensi Supervisi Akademik dalam Pengembangan Profesionalisme


Guru di Era Industri 4.0. Indonesian Journal Pf Basic Education, 2(3),
2020.

Saleh, K. Penerapan Teknik Pengawasan Akademik Di Sekolah Dasar


Menghadapi Era Digital. Pendekar: Jurnal Pendidikan Berkarakter, 3(1),
2010.

Sasmito, Muhammad Asdar. Konstribusi pengawas sekolah terhadap pemenuhan


standar nasional pendidikan. Journal of EST, Vol 1, No 2,2015.

Sutarsih, Cicih. Supervisi Pendidikan Sebagai Sistem Penjaminan Mutu


Pendidikan di Sekolah, Studi terhadap Upaya Penguatan Akuntabilitas
Profesional Guru Peningkatan Mutu Manajemen Sekolah dan Penciptaan
Sekolah sebagai Organisasi Belajar di SMAN 3, SMA Plus Muthahari, dan
SMA Santa Angela Kota Bandung, Desertasi, Bandung PPS UPI, tidak
diterbitkan, 2010.

Waluya, Jaka. Supervisi Pendidikan Pada Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogik.


Vol.1 No. 1. 2013.

21

Anda mungkin juga menyukai