Anda di halaman 1dari 3

Kemuliaan Hasan Bin Ali

Hasan bin Ali bin Abi Thalib adalah cucu Rasulullah SAW yang sangat dicintai kaum
muslim. Dia layaknya permata pada masa hidupnya, karena memiliki budi pekerti yang
mulia dan terpuji.

Pada suatu hari Hasan sedang duduk di depan pintu rumahnya. Tiba-tiba datanglah
seorang pemuda Arab badui. Kemudian, pemuda yang tidak dikenal itu mencaci maki
Hasan Bin Ali dan juga ibu-bapaknya.

Anehnya, Hasan Bin Ali hanya mendengar tanpa sedikit pun membalas kata-kata
hinaan pemuda badui tersebut.

Setelah pemuda badui tersebut puas mencaci maki, Hasan berkata kepada pemuda
tersebut, "Wahai Badui, adakah engkau lapar atau dahaga?" Adakah sesuatu yang
memusingkan hatimu?" tanyanya ramah.

Tanpa mempedulikan kata-kata Hasan barusan, pemuda badui itu malah tambah keras
mencaci Hasan Bin Ali.

Kemudian, Hasan menyuruh pembantu rumahnya membawakan sejumlah uang perak.


Lalu dia memberikannya kepada pemuda pemuda badui tersebut. "Wahai Badui,
maafkanlah aku!" Inilah yang aku miliki." ucap Hasan lembut dan simpatik.

Akhirnya, sikap simpatik dan pelayanan lembut Hasan Bin Ali berhasil meluluhkan hati
pemuda badui tersebut. Dia menangis terisak-isak, lantas bersujud di kaki Hasan.

"Wahai cucu Rasulullah, maafkanlah aku karena berlaku kasar kepadamu. Sebenarnya,
aku sengaja melakukan hal ini untuk menguji kebaikan budi pekertimu sebagai cucu
Rasul yang aku kasihi. Sekarang yakinlah aku bahwa engkau mempunyai budi pekerti
yang mulia," kata pemuda badui tersebut sambil terus menangis.

Dari cerita tadi dapat kita ambil hikmahnya bahwa kita harus berbuak baik kepada
siapapun seperti mulianya akhlak Hasan cucu rasulullah SAW
GAGAK DAN SEPOTONG DAGING

Pagi ini sangat cerah. Rubah sedang berjalan-jalan menikmati udara yang segar. Tiba-
tiba ia mengendus bau yang sangat lezat. Rupanya itu adalah bau daging yang dibawa
Gagak.

"Aku akan mengejar gagak itu. Tapi bagaimana cara merebut daging yang ia bawa?"
gumam Rubah.

Gagak berada di salah satu ranting pohon. Ia berdiri dengan sombongnya. Rubah ingin
naik ke pohon itu. Tapi jika Gagak tahu, pasti Gagak akan langsung terbang
menghindarinya.

"Gagak kan burung yang sombong. Aku akan memujinya agar dia berbicara, sehingga
kemudian daging di paruhnya terjatuh," pikir Rubah

"Hai gagak yang cantik. Maukah kau menjadi temanku?" sapa Rubah.

Tapi gagak diam saja. Ia hanya melenggak-lenggokkan tubuhnya. Ia juga melebarkan


sayapnya.

"Kau memiliki mata yang sangat indah dan bulu yang istimewa," ucap Rubah.

Gagak menjadi semakin bangga. Ia memalingkan wajahnya dari Rubah. Gagak masih
tak mau berbicara kepada Rubah.

"Kakimu juga sungguh indah. Aku sangat ingin melihat kaki indahmu dari dekat," ujar
Rubah.

Tetapi lagi-lagi Gagak tak memedulikannya. Gagak tetap berlenggak-lenggok di atas


dahan pohon.

"Aku sudah memujinya, tetapi ia tetap tak mau bicara. Kali ini aku akan menghinanya,"
pikir Rubah.

"Hei gagak yang sombong. Kau memang memiliki mata dan kaki yang indah. Kau
pantas menjadi ratu burung. Tetapi sayang kau bisu dan tak bisa bicara," seru Rubah.
Mendengar hal itu, Gagak langsung marah. Ia langsung bersuara keras.

"Kaaak! Kaaak!" seru Gagak.

Daging yang berada di paruh Gagak otomatis jatuh. Dan... hap! Rubah dengan sigap
menangkap daging itu.

"Terima kasih Gagak, kau telah memberikan daging yang lezat ini untukku," ujar Rubah.

Rubah segera berlari meninggalkan Gagak. Gagak mencoba mengejarnya, tetapi tak
berhasil. Gagak menyesal telah terpengaruh ucapan Rubah hingga ia menjatuhkan
daging itu untuk Rubah.

"Ah, ini karena kebodohanku," sesal Gagak.

Gagak lalu pulang tanpa membawa sedikit pun daging. Ia menyesal karena sering
berlaku sombong selama ini.

Hikmah dari cerita Gagak Dan Sepotong Daging adalah jangan mudah terpengaruh
dengan orang yang berkata buruk tentang kita. Tetaplah menjadi diri kita sendiri dan
selalu menjadi anak yang baik.

Anda mungkin juga menyukai