Dalam Hukum Perdata dikenal adanya hak kebendaan yang bersifat memberi kenikmatan
dan hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan. Hak kebendaan bersifat memberi
jaminan tertuju pada benda orang lain baik bergerak maupun tidak. Jika benda jaminan
tertuju pada benda bergerak maka hak kebendaan tersebut bersifat hipotik namun jika pada
benda tak bergerak maka berupa gadai. Dua macam hak kebendaan tersebut memberikan
kekuasaan langsung terhadap benda jaminan dan hak yang dapat dipertahankan terhadap
siapapun.
Karena itu, hipotik dan gadai merupakan hak kebendaan maka juga mempunyai sifat-sifat
dari hak kebendaan yaitu: selalu mengikuti bendanya (droit de suite), yang terjad yaitu
dahulu preference, azas prioriteit) dapat dipindahkan dan lain-lain Sifat-sifat itu baik hipotik
maupun gadai mempunyai kedudukan preferen yaitu didahulukan dalam pemenuhannya
melebihi kredit kreditur lainnya (pasal 1133 KUH Perdata).
Mengenai gadai ini diatur dalam buku II titel 20 KUHP data. Dimulai dengan pasal 1150 KUH
Perdata yang memberi definisi tentang gadai.
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diberikan
kepadanya oleh debitur uatu orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang, dan
yang memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapat pelunasan dari barang
tersebut lebih dahulu dari kreditur-endar innya, terkecuali biaya-biaya untuk melelang
barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda hu biaya-biaya
mana harus didahulukan.
1. Gadai itu adanya karena diperjanjikan sedang privilegi. timbul karena diberikan oleh
undang-undang
3. Gadai (juga hipotik) itu iebih didahulukan daripada privilegie, kecuali dalam hal-hal di
mana undang undang menentukan sebaliknya.
Gadai itu adalah bersifat accessoir, yaitu merupakan tambahan saja dari perjanjian yang
pokok yang berupa perjanjian pinjaman uang. Dan dimaksudkan untuk menjaga jangan
sampai si berhutang itu lalai membayar kembali hutangnya.
Hak gadai ini beda dengan hak-hak kebendaan yang lain merupakan hak yang bersifat
memberi jaminan, menjamin pem bayaran kembali dari uang pinjaman itu.
Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi, artinya sebagian hak gadai itu tidak menjadi hapus
dengan dibayarnya sebagian dari hutang. Gadai tetap meletak atas seluruh bendanya.
Hak gadai itu diadakan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berbeda-beda
menurut jenis barangnya.
Kalau yang digadaikan itu adalah benda bergerak yang berwujud dan surat piutang yang
aan toonder (kepada si pembawa) maka syarat-syaratnya:
1. Harus ada perjanjian untuk memberi hak gadai ini (pand- overeenkomst).
2. Syarat yang kedua, barangnya yang digadaikan itu harus dilepaskan/berada di luar
kekuasaan dari si pemberi gadai (inbezitstelling).
Syarat yang kedua inilah yang dalam praktek sering menimbulkan kesulitan untuk ditepati.
Yaitu jika kebetulan barang yang digadaikan itu justru barang yang sangat dibutuhkan oleh
si pemberi gadai, misalnya untuk mencari nafkah.
Selama gadai itu berlangsung si pemegang gadai mempunyai beberapa hak-hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi.
1. Pemegang gadai dalam hal si pemberi gadai (debitur) melakukan wanprestasi, yaitu
tidak memenuhi kewajibannya, maka setelah jangka waktu yang telah ditentukan itu
lampau, si pemegang gadai berhak untuk menjual benda yang digadaikan itu atas
kekuasaan sendiri (eigenmachtige verkoop).
2. Si pemegang gadai mempunyai hak untuk menahan barang itu (hak retentie)
Hapusnya gadai
1. Hak gadai itu hapus jika hutang piutang itu sudah dibayar.
2. Apabila barangnya gadai ke luar dari kekuasaan si penerima gadai.
1. Hak Hipotik
Mempunyai sifat zaaksgevolg yaitu hak Hipotik itu senantiasa mengikuti bendanya
dalam tangan siapa benda itu berada (droit de suite) pasal 1163 ayat 2 KUHPerdata.
Hipotik itu tak dapat dibagi-bagi dan meletak di atas seluruh benda yang menjadi
objeknya.
Lebih didahulukan pemenuhannya dari piutang yang lain (droit de preference) pasal
1133, 1134 ayat 2 KUH Perdata.
Objeknya adalah benda-benda tetap yaitu yang dapat dipakai sebagai jaminan
adalah benda-benda tetap baik yang berwujud maupun yang berupa hak-hak atas
tanah.
Dalam rangka Undang-Undang Pokok Agraria yang berlaku sekarang ini dapat disimpulkan
bahwa Hipotik tetap merupakan perjanjian pokok yang berwujud hutang uang, tetap bersifat
droit de suite dan mempunyai kedudukan preferensi, tetap mempunyai obyek benda-benda
tetap dan hanya mengandung hak untuk memperoleh pelunasan hutang saja.
2. Asas-asas Hipotik
1. Asas publiciteit
Yaitu asas yang mengharuskan bahwa Hipotik itu harus didaftarkan, supaya dapat
diketahui oleh umum. Mendaftarkannya ialah kepada pegawai pembalikan nama
yaitu kepada kantor kadaster. Yang didaftarkan ialah akte dari Hipotik itu.
2. Asas specialiteit
Yaitu asas yang menghendaki bahwa Hipotik hanya dapat diadakan atas benda-
benda yang ditunjukkan secara khusus. Misalnya: benda yang dipakai sebagai
tanggungan itu berwujud apa, di mana letaknya, berapa luas/besarnya
perbatasannya dan lain-lain.
3. Obyek Hipotik
Jadi yang dapat dibebani hipotik itu selain bende bergerak juga hak-hak atas benda tersebut
(benda tak bergerak yang tak berwujud).
Hak hak tanah yang dapat dibebani Credietverband adalah: hak milik, hak guna bangunan,
hak guna usaha yang berasal dari hak-hak Indonesia yaitu yang berasal dari hak-hak tanah
Adat.
4. Tingkatan-tingkatan Hipotik
Sebuah benda tak bergerak itu dapat dihipotikkan lebih dari satu kali. Atau dengan lain-lain
perkataan sebuah benda tak bergerak itu dapat menjadi tanggungan lagi lebih dari satu
hutang.
Isi daripada akte Hipotik itu dapat dibagi atas dua bagian:
ad 1. Isi yang wajib yaitu yang berisi hal-hal yang wajib dimuat. Yang memuat pertelaan
mengenai barang apa yang dibebani Hipotik itu (tanah rumah dan lain-lain),
luasnya/ukurannya berapa, letaknya di mana, berbatasan dengan milik siapa, jumlah barang
dan lain-lain.
ad 2. Isi yang facultatief yaitu yang berisi hal-hal yang secara facultatief dimuat. Yaitu yang
berisi janji-janji/beding yang diadakan antara pihak-pihak (debitur dan creditur).
Ini ialah janji yang diadakan antara para pihak yang maksud- nya bersifat membatasi dalam
hal menyewakan bendanya.
Sering juga pemegang hipotik itu mengadakan perjanj dengan pemberi hipotik yaitu jika
nanti terjadi kebakaran, banjir, dan lain-lain yang menimpa benda-benda yang dipakai
sebagai jaminan sedangkan benda -benda itu telah diasuransikan, maka pemegang hipotik
akan menerima pembayaran piutangnya dari uang asuransi tersebut.
Si pemegang hipotik dapat juga minta diperjanjikan agar hipotik itu tidak dibersihkan dalam
hal ada penjualan dari benda yang dipakai sebagai jaminan. Di samping itu undang-undang
juga memberikan kemungkinan bagi si pembeli untuk meminta dibersihkan benda itu
daripada hipotik-hipotik yang melebihi harga pembeliannya.
.
6. Kuasa memasang Hipotik
Menurut pasal 1171 ayat 1 KUH Perdata ditentukan balıwa kuasa untuk memasang Hipotik
harus dibuat dengan akta otentik . Adanya perjanjian pemberian kuasa untuk memasang
Hipotik yang demikian itu menurut ketentuan pasal 1171 ayat 2 harus dituangkan dalam akta
otentik. Yang dimaksudkan di sini ialah akte notaris, bukan akta yang harus dibuat oleh dan
di hadapan PPAT.
Di samping adanya persamaan-persamaan maka perbedaan antara gadai dan hipotik dapat
disimpulkan sebagai berikut
1. Pada gadai untuk jaminan adalah barang-barang bergerak, sedang pada hipotik ialah
barang-barang tak bergerak.
2. Pada gadai disyaratkan bahwa kekuasaan atas bendanya harus pindah dalam tangan si
pemegang gadai (syarat in- bezitstelling), sedang pada hipotik syarat yang demikian tidak
ada. Pemberian hipotik tetap dapat menguasai bendanya.
3. Perjanjian gadai dapat dibuat secara bebas, tak terikat pada bentuk tertentu, artinya
dapat dibuat secara tertulis (dengan akta otentik atau akte di bawah tangan) atau secara
lisan saja. Sedang perjanjian hipotik harus dibuat dengan akta otentik.
4. Pada gadai bendanya lazim hanya digadaikan satu kali, sedang pada hipotik benda yang
dipakai sebagai jaminan itu dapat dihipotikkan lebih dari satu kali (dapat menjadi
tanggungan lebih dari satu hutang)
5. Mengenai wewenang untuk menjual bendanya atas kekuasaan sendiri, hak yang
demikian pada gadai memang sudah diberikan oleh undang-undang, sedang pada hipotik
hak yang demikian harus diperjanjikan lebih dahulu.
6. Pada hipotik disyaratkan bahwa orang yang menghipotik- kan itu harus mempunyai
kekuasaan atas bendanya, sedangkan pada gadai cukup asal orang yang meng- gadaikan
itu cakap bertindak.
8. Hapusnya Hipotik
Selain itu menurut ketentuan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor BA 10/241/10
hapusnya hipotik itu dimungkinkan juga karena hapusnya hak atas tanah yang dibebani itu
dan tanahnya kembali dalam kekuasaan Negara.
Selanjutnya oleh peraturan tersebut di atas ditentukan bahwa dengan hapusnya hipotik
karena hapusnya hak atas tanah yang dibebani itu tidak mengakibatkan hapusnya utang
yang bersangkutan.
BAB VII HAK-HAK KEBENDAAN YANG LAIN
Alasan negara untuk tunduk kepada hukum inter karena: Teori HI Alam, Teori
Kepentingan Negara/Kehendak Negara (yang paling mengikat)
Masyarakat inter menjadi landasan hukum internasional
Hak memungut hasil ialah suatu hak untuk memungut hasil dari barang orang lain seolah-
olah seperti eigenaar dengan kewa- ban untuk memelihara barang itu supaya tetap adanya
(756 KUH Perdata). Menurut para pengarang definisi tersebut kurang lengkap.
Sedangkan isi dari hak memungut hasil itu ialah:
1. Hak untuk memungut hasilnya atau buahnya barang. Misalnya ternak, tanah, rumah
adalah barang-barang yang menghasilkan buah.
2. Hak untuk memakai barang tersebut misalnya: memakai/mempergunakan perkakas
rumah, kendaraan, pakaian dan lain-lainnya.
Selanjutnya dari pasal 756 itu juga dapat kita simpulkan bahwa barang yang dibebani hak
memungut hasil itu harus tetap adanya.
Selanjutnya untuk adanya hak memungut hasil itu masih dibutuhkan penyerahan, sesuai
dengan sifat bendanya Kalau mengenai benda bergerak harus dengan penye mengenai
benda tetap harus dengan balik nama.
7. Kewajiban selama adanya hak memungut hasil ialah harus mengadakan perbaikan-
perbaikan/reparasi atas benda benda tersebut, memikul biaya dan pajak yang diperlukan
dalam melakukan pengurusan atas benda tersebu. Bertindak sebagai bapak rumah tangga
yang baik.
Mengenai apa yang dimaksud dengan hak pakai dan kemu dian undang-undang
sendiri tidak memberikan pengertian tentang hal itu. Di dalam pasal 818 KUH
Perdata undang-undang hanya menyebutkan bahwa hak pakai dan mendiami itu
adalah merupakan hak kebendaan yang cara terjadinya dan hapusnya adalah sama
seperti yang memungut hasil (lihat di bagian muka).
Semua kewajiban-kewajiban dari orang yang mempunyai hak pakai adalah sama
dengan kewajiban-kewajiban dari orang yang mempunyai hak memungut hasil (pasal
819 KUH Perdata).