Anda di halaman 1dari 7

BAB VI Hak Kebendaan yang Memberi Jaminan

Dalam Hukum Perdata dikenal adanya hak kebendaan yang bersifat memberi kenikmatan
dan hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan. Hak kebendaan bersifat memberi
jaminan tertuju pada benda orang lain baik bergerak maupun tidak. Jika benda jaminan
tertuju pada benda bergerak maka hak kebendaan tersebut bersifat hipotik namun jika pada
benda tak bergerak maka berupa gadai. Dua macam hak kebendaan tersebut memberikan
kekuasaan langsung terhadap benda jaminan dan hak yang dapat dipertahankan terhadap
siapapun.

Karena itu, hipotik dan gadai merupakan hak kebendaan maka juga mempunyai sifat-sifat
dari hak kebendaan yaitu: selalu mengikuti bendanya (droit de suite), yang terjad yaitu
dahulu preference, azas prioriteit) dapat dipindahkan dan lain-lain Sifat-sifat itu baik hipotik
maupun gadai mempunyai kedudukan preferen yaitu didahulukan dalam pemenuhannya
melebihi kredit kreditur lainnya (pasal 1133 KUH Perdata).

A. Hak Gadai (Pand)

Mengenai gadai ini diatur dalam buku II titel 20 KUHP data. Dimulai dengan pasal 1150 KUH
Perdata yang memberi definisi tentang gadai.

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diberikan
kepadanya oleh debitur uatu orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang, dan
yang memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapat pelunasan dari barang
tersebut lebih dahulu dari kreditur-endar innya, terkecuali biaya-biaya untuk melelang
barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda hu biaya-biaya
mana harus didahulukan.

Beda antara Gadai dan Privilegie

1. Gadai itu adanya karena diperjanjikan sedang privilegi. timbul karena diberikan oleh
undang-undang

2. Oleh Undang-undang privilegie itu diikatkan pada hubungan-hubungan hukum tertentu


(lihat contoh-contoh privilegie), sedang pada gadai para pihak bebas untuk menjamin
dengan gadai terhadap piutang apapun juga.

3. Gadai (juga hipotik) itu iebih didahulukan daripada privilegie, kecuali dalam hal-hal di
mana undang undang menentukan sebaliknya.

Sifat-sifat daripada Gadai

Gadai itu adalah bersifat accessoir, yaitu merupakan tambahan saja dari perjanjian yang
pokok yang berupa perjanjian pinjaman uang. Dan dimaksudkan untuk menjaga jangan
sampai si berhutang itu lalai membayar kembali hutangnya.

Hak gadai ini beda dengan hak-hak kebendaan yang lain merupakan hak yang bersifat
memberi jaminan, menjamin pem bayaran kembali dari uang pinjaman itu.
Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi, artinya sebagian hak gadai itu tidak menjadi hapus
dengan dibayarnya sebagian dari hutang. Gadai tetap meletak atas seluruh bendanya.

Apa saja yang dapat digadaikan


Yang dapat digadaikan adalah semua benda bergerak :

1. Benda bergerak yang berwujud.


2. Benda bergerak yang tak berwujud, yaitu yang berupa berbagai hak untuk mendapatkan
pembayaran uang

Cara mengadakan hak gadai

Hak gadai itu diadakan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berbeda-beda
menurut jenis barangnya.

Kalau yang digadaikan itu adalah benda bergerak yang berwujud dan surat piutang yang
aan toonder (kepada si pembawa) maka syarat-syaratnya:
1. Harus ada perjanjian untuk memberi hak gadai ini (pand- overeenkomst).
2. Syarat yang kedua, barangnya yang digadaikan itu harus dilepaskan/berada di luar
kekuasaan dari si pemberi gadai (inbezitstelling).

Syarat yang kedua inilah yang dalam praktek sering menimbulkan kesulitan untuk ditepati.
Yaitu jika kebetulan barang yang digadaikan itu justru barang yang sangat dibutuhkan oleh
si pemberi gadai, misalnya untuk mencari nafkah.

Hak-hak dan kewajiban dari si pemegang gadai

Selama gadai itu berlangsung si pemegang gadai mempunyai beberapa hak-hak dan
kewajiban yang harus dipenuhi.

1. Pemegang gadai dalam hal si pemberi gadai (debitur) melakukan wanprestasi, yaitu
tidak memenuhi kewajibannya, maka setelah jangka waktu yang telah ditentukan itu
lampau, si pemegang gadai berhak untuk menjual benda yang digadaikan itu atas
kekuasaan sendiri (eigenmachtige verkoop).
2. Si pemegang gadai mempunyai hak untuk menahan barang itu (hak retentie)

Kewajiban pemegang gadai

1. Si pemegang gadai bertanggung jawab atas hilangnya atau merosotnya harga


barang yang digadaikan, jika itu semua terjadi atas kelalaiannya.
2. Si pemegang gadai tidak boleh mempergunakan barang- barang yang digadaikan itu
untuk kepentingannya sendiri.

Hapusnya gadai

1. Hak gadai itu hapus jika hutang piutang itu sudah dibayar.
2. Apabila barangnya gadai ke luar dari kekuasaan si penerima gadai.
1. Hak Hipotik

1. Sifat dari Hipotik

Mempunyai sifat zaaksgevolg yaitu hak Hipotik itu senantiasa mengikuti bendanya
dalam tangan siapa benda itu berada (droit de suite) pasal 1163 ayat 2 KUHPerdata.
Hipotik itu tak dapat dibagi-bagi dan meletak di atas seluruh benda yang menjadi
objeknya.

Lebih didahulukan pemenuhannya dari piutang yang lain (droit de preference) pasal
1133, 1134 ayat 2 KUH Perdata.

Objeknya adalah benda-benda tetap yaitu yang dapat dipakai sebagai jaminan
adalah benda-benda tetap baik yang berwujud maupun yang berupa hak-hak atas
tanah.

Dalam rangka Undang-Undang Pokok Agraria yang berlaku sekarang ini dapat disimpulkan
bahwa Hipotik tetap merupakan perjanjian pokok yang berwujud hutang uang, tetap bersifat
droit de suite dan mempunyai kedudukan preferensi, tetap mempunyai obyek benda-benda
tetap dan hanya mengandung hak untuk memperoleh pelunasan hutang saja.

2. Asas-asas Hipotik

1. Asas publiciteit

Yaitu asas yang mengharuskan bahwa Hipotik itu harus didaftarkan, supaya dapat
diketahui oleh umum. Mendaftarkannya ialah kepada pegawai pembalikan nama
yaitu kepada kantor kadaster. Yang didaftarkan ialah akte dari Hipotik itu.

2. Asas specialiteit

Yaitu asas yang menghendaki bahwa Hipotik hanya dapat diadakan atas benda-
benda yang ditunjukkan secara khusus. Misalnya: benda yang dipakai sebagai
tanggungan itu berwujud apa, di mana letaknya, berapa luas/besarnya
perbatasannya dan lain-lain.

3. Obyek Hipotik

Menurut pasal 1164 KUHPerdata yang dapat dibebani hipotik adalah:

1. Benda-benda tak bergerak.


2. Hak memungut hasil atas benda tersebut.
3. Hak opstal (sekarang hak guna bangunan) dan Hak erfpacht (sekarang hak guna
usaha).
4. Bunga tanah.
5. Bunga sepersepuluh,
6. Bazar-bazar atau pasar-pasar yang diakui Pemerintah beserta hak istimewa yang
melekat padanya.

Jadi yang dapat dibebani hipotik itu selain bende bergerak juga hak-hak atas benda tersebut
(benda tak bergerak yang tak berwujud).

Di luar pasal 1164 KUHPerdata yang dapat dibebani hipotik adalah:


1. Bagian yang tak dapat dibagi-bagi dalam benda tak bergerak yang merupakan hak
milik bersama (hak milik bersama yang bebas).
2. Kapal juga dapat dibebani Hipotik (diatur dalam KUHD)

Hak hak tanah yang dapat dibebani Credietverband adalah: hak milik, hak guna bangunan,
hak guna usaha yang berasal dari hak-hak Indonesia yaitu yang berasal dari hak-hak tanah
Adat.

4. Tingkatan-tingkatan Hipotik

Sebuah benda tak bergerak itu dapat dihipotikkan lebih dari satu kali. Atau dengan lain-lain
perkataan sebuah benda tak bergerak itu dapat menjadi tanggungan lagi lebih dari satu
hutang.

5. Isi akta Hipotik

Isi daripada akte Hipotik itu dapat dibagi atas dua bagian:

ad 1. Isi yang wajib yaitu yang berisi hal-hal yang wajib dimuat. Yang memuat pertelaan
mengenai barang apa yang dibebani Hipotik itu (tanah rumah dan lain-lain),
luasnya/ukurannya berapa, letaknya di mana, berbatasan dengan milik siapa, jumlah barang
dan lain-lain.

ad 2. Isi yang facultatief yaitu yang berisi hal-hal yang secara facultatief dimuat. Yaitu yang
berisi janji-janji/beding yang diadakan antara pihak-pihak (debitur dan creditur).

Janji-janji yang biasanya dimuat dalam akte itu ialah:

1. Janji-janji untuk menjual benda atas kekuasaan sendiri.


2. Janji tentang sewa.
3. Janji tentang asuransi.
4. Janji untuk tidak dibersihkan.

Janji tentang sewa

Ini ialah janji yang diadakan antara para pihak yang maksud- nya bersifat membatasi dalam
hal menyewakan bendanya.

Janji tentang asuransi

Sering juga pemegang hipotik itu mengadakan perjanj dengan pemberi hipotik yaitu jika
nanti terjadi kebakaran, banjir, dan lain-lain yang menimpa benda-benda yang dipakai
sebagai jaminan sedangkan benda -benda itu telah diasuransikan, maka pemegang hipotik
akan menerima pembayaran piutangnya dari uang asuransi tersebut.

Janji untuk tidak dibersihkan

Si pemegang hipotik dapat juga minta diperjanjikan agar hipotik itu tidak dibersihkan dalam
hal ada penjualan dari benda yang dipakai sebagai jaminan. Di samping itu undang-undang
juga memberikan kemungkinan bagi si pembeli untuk meminta dibersihkan benda itu
daripada hipotik-hipotik yang melebihi harga pembeliannya.
.
6. Kuasa memasang Hipotik

Menurut pasal 1171 ayat 1 KUH Perdata ditentukan balıwa kuasa untuk memasang Hipotik
harus dibuat dengan akta otentik . Adanya perjanjian pemberian kuasa untuk memasang
Hipotik yang demikian itu menurut ketentuan pasal 1171 ayat 2 harus dituangkan dalam akta
otentik. Yang dimaksudkan di sini ialah akte notaris, bukan akta yang harus dibuat oleh dan
di hadapan PPAT.

7. Perbedaan-perbedaan antara Pand (gadai) dan Hipotik

Di samping adanya persamaan-persamaan maka perbedaan antara gadai dan hipotik dapat
disimpulkan sebagai berikut

1. Pada gadai untuk jaminan adalah barang-barang bergerak, sedang pada hipotik ialah
barang-barang tak bergerak.
2. Pada gadai disyaratkan bahwa kekuasaan atas bendanya harus pindah dalam tangan si
pemegang gadai (syarat in- bezitstelling), sedang pada hipotik syarat yang demikian tidak
ada. Pemberian hipotik tetap dapat menguasai bendanya.
3. Perjanjian gadai dapat dibuat secara bebas, tak terikat pada bentuk tertentu, artinya
dapat dibuat secara tertulis (dengan akta otentik atau akte di bawah tangan) atau secara
lisan saja. Sedang perjanjian hipotik harus dibuat dengan akta otentik.
4. Pada gadai bendanya lazim hanya digadaikan satu kali, sedang pada hipotik benda yang
dipakai sebagai jaminan itu dapat dihipotikkan lebih dari satu kali (dapat menjadi
tanggungan lebih dari satu hutang)
5. Mengenai wewenang untuk menjual bendanya atas kekuasaan sendiri, hak yang
demikian pada gadai memang sudah diberikan oleh undang-undang, sedang pada hipotik
hak yang demikian harus diperjanjikan lebih dahulu.
6. Pada hipotik disyaratkan bahwa orang yang menghipotik- kan itu harus mempunyai
kekuasaan atas bendanya, sedangkan pada gadai cukup asal orang yang meng- gadaikan
itu cakap bertindak.

8. Hapusnya Hipotik

Hipotik itu hapus karena alasan-alasan sebagai berikut:

1. Karena perutangan yang pokok sudah lenyap.


2. Karena si berpiutang melepaskan hipotik itu.
3. Karena penetapan tingkat oleh hakim.

Selain itu menurut ketentuan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor BA 10/241/10
hapusnya hipotik itu dimungkinkan juga karena hapusnya hak atas tanah yang dibebani itu
dan tanahnya kembali dalam kekuasaan Negara.

Kemungkinan-kemungkinan hapusnya hak atas tanah itu adalah sebagai berikut:

a. Jangka waktunya berakhir.


b. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena suatu syarat batal telah dipenuhi.
c. Dicabut untuk kepentingan umum.
d. Dilepaskan dengan sukarela oleh yang mempunyai hak.

Selanjutnya oleh peraturan tersebut di atas ditentukan bahwa dengan hapusnya hipotik
karena hapusnya hak atas tanah yang dibebani itu tidak mengakibatkan hapusnya utang
yang bersangkutan.
BAB VII HAK-HAK KEBENDAAN YANG LAIN
Alasan negara untuk tunduk kepada hukum inter karena: Teori HI Alam, Teori
Kepentingan Negara/Kehendak Negara (yang paling mengikat)
Masyarakat inter menjadi landasan hukum internasional

11. Hak Memungut Hasil (Vruchtgebruik)

Hak memungut hasil ialah suatu hak untuk memungut hasil dari barang orang lain seolah-
olah seperti eigenaar dengan kewa- ban untuk memelihara barang itu supaya tetap adanya
(756 KUH Perdata). Menurut para pengarang definisi tersebut kurang lengkap.
Sedangkan isi dari hak memungut hasil itu ialah:

1. Hak untuk memungut hasilnya atau buahnya barang. Misalnya ternak, tanah, rumah
adalah barang-barang yang menghasilkan buah.
2. Hak untuk memakai barang tersebut misalnya: memakai/mempergunakan perkakas
rumah, kendaraan, pakaian dan lain-lainnya.

Selanjutnya dari pasal 756 itu juga dapat kita simpulkan bahwa barang yang dibebani hak
memungut hasil itu harus tetap adanya.

Terjadinya vruchtgebruik itu ada beberapa cara:

1. Dengan adanya titel


a. Bisa karena perjanjian
b. Penghadiahan

c. Bisa juga karena surat wasiat

2. Terjadinya karena verjaring.

Selanjutnya untuk adanya hak memungut hasil itu masih dibutuhkan penyerahan, sesuai
dengan sifat bendanya Kalau mengenai benda bergerak harus dengan penye mengenai
benda tetap harus dengan balik nama.

Kewajiban-kewajiban daripada orang mempunyai hak memungut hasil

1. Kewajiban pada permulaan adanya hak memungut hasil:


a mengadakan inventarisasi yaitu membuat catatan/daftar terhadap benda-benda itu atas
ongkos sendiri
b. mengadakan jaminan-jaminan.

7. Kewajiban selama adanya hak memungut hasil ialah harus mengadakan perbaikan-
perbaikan/reparasi atas benda benda tersebut, memikul biaya dan pajak yang diperlukan
dalam melakukan pengurusan atas benda tersebu. Bertindak sebagai bapak rumah tangga
yang baik.

3. Kewajiban sehabisnya hak memungut hasil ialah kewajiban mengembalikan benda


seperti keadaan semula pada waktu terjadinya hak memungut hasil Kalau sampai terjad
Kerusakan-kerusakan alau kerugian atas benda ternschut barua ganti.

Hapusnya hak memungut hasil

1. Karena meninggalnya orang yang mempunyai hak ity


2. Karena habisnya waktu yang diberikan untuk hak itu.
3. Karena percampuran (tadinya mempunyai hak memungut hasil kemudian berubah
menjadi eigenaar).
4. Karena adanya pelepasan hak oleh orang yang mem punyai hak itu.
5. Karena verjaring (non usus) yaitu apabila selama 30 tahun si pemakai tak
mempergunakan haknya.
6. Karena binasanya benda.

2. Hak Pakai dan Mendlami

Mengenai apa yang dimaksud dengan hak pakai dan kemu dian undang-undang
sendiri tidak memberikan pengertian tentang hal itu. Di dalam pasal 818 KUH
Perdata undang-undang hanya menyebutkan bahwa hak pakai dan mendiami itu
adalah merupakan hak kebendaan yang cara terjadinya dan hapusnya adalah sama
seperti yang memungut hasil (lihat di bagian muka).

Kewajiban-kewajiban dari si pemakai

Semua kewajiban-kewajiban dari orang yang mempunyai hak pakai adalah sama
dengan kewajiban-kewajiban dari orang yang mempunyai hak memungut hasil (pasal
819 KUH Perdata).

1. Kewajiban untuk membuat catatan/daftar terhadap bendanya.


2. Mengadakan jaminan akan memakai barangnya secara sebaik-baiknya.
3. Memelihara barangnya sebagai bapak rumah tangga yang baik (als een goed
huisvader).
4. Mengembalikan barangnya pada waktu berakhirnya hak memakai.
5. Memikul semua biaya guna perbaikan-perbaikan, pajak dan beban lainnya.

Anda mungkin juga menyukai