FAKULTAS KESEHATAN
D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
A. Jenis Tindakan Anestesi
Definisi anestesi lokal adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat irreversible. Anestesi local menghambat hantaran
saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini
bekerja pada tiap bagian susunan saraf. Sebagai contoh, bila anestesi lokal dikenakan
pada korteks motoris, impuls yang dialirkan dari daerah tersebut terhenti, dan bila
disuntikkan ke dalam kulit maka transmisi impuls sensorik dihambat. Pemberian
anestetik lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di
daerah yang dipersarafinya. Banyak macam zat yang dapat mempengaruhi hantaran
saraf, tetapi umumnya tidak dapat dipakai karena menyebabkan kerusakan permanen
pada sel saraf. Paralisis saraf oleh anestetik lokal bersifat reversible, tanpa merusak
serabut atau sel saraf (Zakaryya, 2016).
1. Lidokain adalah obat anestesi lokal yang digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit atau memberi efek mati rasa pada bagian tubuh tertentu. Obat ini juga
bisa digunakan untuk mengatasi aritmia jenis tertentu, sehingga termasuk juga
dalam golongan obat antiaritmia. Lidokain bekerja dengan cara menghambat
sinyal penyebab nyeri sehingga mencegah timbulnya rasa sakit untuk
sementara. Lidokain tersedia dalam berbagai bentuk sediaan dengan tujuan
penggunaan yang berbeda-beda, seperti krim, salep, gel, suppositoria, semprot,
suntik, tablet hisap, dan tetes telinga¹.
2. Bupivakain adalah obat anestesi lokal yang digunakan untuk menimbulkan
efek mati rasa pada sebagian area tubuh tertentu. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat konduksi impuls saraf pada area yang dibius. Bupivakain tersedia
dalam bentuk larutan konsentrat yang diberikan melalui injeksi intravena. Obat
ini dapat digunakan untuk anestesi spinal, epidural, dan blokade nyeri saraf
tepi².
3. Prilokain adalah obat anestesi lokal yang digunakan untuk menimbulkan efek
mati rasa pada kulit atau membran mukosa. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat sinyal saraf di dalam tubuh. Prilokain tersedia dalam bentuk
krim, gel, dan larutan konsentrat yang diberikan melalui injeksi intravena.
Obat ini dapat digunakan untuk anestesi lokal pada bedah kulit, bedah mulut,
dan bedah mata³.
4. Ropivakain adalah obat anestesi lokal yang digunakan untuk menimbulkan
efek mati rasa pada pasien sebelum dan selama operasi atau ketika proses
persalinan. Obat ini juga digunakan untuk mengatasi nyeri akut. Obat ini
bekerja dengan cara menghambat impuls saraf yang mengirim sinyal nyeri ke
otak. Ropivakain tersedia dalam bentuk larutan konsentrat yang diberikan
melalui injeksi intravena. Obat ini dapat digunakan untuk anestesi spinal,
epidural, dan blokade nyeri saraf tepi⁴.
E. Kontraindikasi Obat Anestesi
Kontraindikasi adalah kondisi yang membuat Anda tidak boleh atau tidak
disarankan untuk menggunakan obat tertentu. Berikut ini adalah beberapa
kontraindikasi obat prokain, kokain, benzokain, dan ametokain:
1. Prokain adalah obat anestesi lokal yang digunakan untuk anestesi infiltrasi dan
anestesi regional. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang alergi terhadap
prokain atau anestetik lokal lain yang berbasis ester¹. Obat ini juga harus
dihindari pada pasien yang memiliki masalah hati, perdarahan, pembekuan
darah, jantung, atau penyakit neuromuskuler³.
2. Kokain adalah obat anestesi lokal yang juga merupakan zat psikoaktif. Obat ini
dikontraindikasikan pada pasien yang alergi terhadap kokain atau anestetik lokal
lain yang berbasis ester¹. Obat ini juga berisiko menimbulkan efek samping
seperti peningkatan tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh, dan kecemasan.
Obat ini tidak boleh digunakan pada pasien yang memiliki gangguan jantung,
hipertensi, glaukoma, atau riwayat penyalahgunaan narkoba.
3. Benzokain adalah obat anestesi lokal yang digunakan untuk mengurangi rasa
sakit atau tidak nyaman pada kulit atau membran mukosa. Obat ini
dikontraindikasikan pada pasien yang alergi terhadap benzokain atau anestetik
lokal lain yang berbasis ester¹. Obat ini juga dapat menyebabkan
methemoglobinemia, yaitu kondisi yang mengganggu pengangkutan oksigen
dalam darah. Obat ini harus dihindari pada pasien yang memiliki gangguan
ritme jantung, methemoglobinemia, defisiensi G6PD, atau gangguan paru-
paru⁴⁵. Obat ini juga tidak disarankan untuk digunakan pada penderita asma,
bronkitis, emfisema, penyakit jantung, perokok, anak-anak, ibu hamil, dan
menyusui².
4. Ametokain adalah obat anestesi lokal yang digunakan untuk anestesi spinal.
Obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang alergi terhadap ametokain atau
anestetik lokal lain yang berbasis ester¹. Obat ini juga dapat menyebabkan efek
samping seperti hipotensi, bradikardia, aritmia, mual, muntah, dan sakit kepala.
Obat ini tidak boleh digunakan pada pasien yang memiliki infeksi pada tempat
suntikan, gangguan pembekuan darah, hipovolemia, atau gangguan saraf¹.
Kontraindikasi adalah kondisi yang membuat Anda tidak boleh atau tidak
disarankan untuk menggunakan obat tertentu. Berikut ini adalah beberapa
kontraindikasi obat lidokain, bupivakain, prilokain, dan ropivakain:
1. Lidokain adalah obat anestesi lokal yang digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit atau memberi efek mati rasa pada bagian tubuh tertentu. Obat ini juga bisa
digunakan untuk mengatasi aritmia jenis tertentu. Obat ini dikontraindikasikan
pada pasien yang alergi terhadap lidokain atau anestetik lokal lain yang berbasis
amida¹. Obat ini juga harus dihindari pada pasien yang memiliki epilepsi,
gangguan fungsi pernafasan, gangguan fungsi konduksi jantung, bradikardia,
syok berat, porfiria, miastenia gravis, atau hipovolemia¹².
2. Bupivakain adalah obat anestesi lokal yang digunakan untuk menimbulkan efek
mati rasa pada sebagian area tubuh tertentu. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat konduksi impuls saraf pada area yang dibius. Obat ini
dikontraindikasikan pada pasien yang alergi terhadap bupivakain atau anestetik
lokal lain yang berbasis amida². Obat ini juga tidak boleh digunakan untuk
anestesi regional intravena (Bier's block), blokade paraservik untuk kasus
obstetrik, atau pasien dengan hipotensi berat seperti syok kardiogenik atau
hipovolemik²⁴.
3. Prilokain adalah obat anestesi lokal yang digunakan untuk menimbulkan efek
mati rasa pada kulit atau membran mukosa. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat sinyal saraf di dalam tubuh. Obat ini dikontraindikasikan pada
pasien yang alergi terhadap prilokain atau anestetik lokal lain yang berbasis
amida¹. Obat ini juga dapat menyebabkan methemoglobinemia, yaitu kondisi
yang mengganggu pengangkutan oksigen dalam darah. Obat ini harus dihindari
pada pasien yang memiliki anemia, methemoglobinemia kongenital atau
dapatan (acquired), defisiensi G6PD, atau gangguan paru-paru¹²⁵.
4. Ropivakain adalah obat anestesi lokal yang digunakan untuk menimbulkan efek
mati rasa pada pasien sebelum dan selama operasi atau ketika proses persalinan.
Obat ini juga digunakan untuk mengatasi nyeri akut. Obat ini bekerja dengan
cara menghambat impuls saraf yang mengirim sinyal nyeri ke otak. Obat ini
dikontraindikasikan pada pasien yang alergi terhadap ropivakain atau anestetik
lokal lain yang berbasis amida³. Obat ini juga tidak boleh digunakan untuk
anestesi regional intravena (Bier's block), blokade paraservik untuk kasus
obstetrik, atau pasien dengan hipotensi berat seperti syok kardiogenik atau
hipovolemik³⁴.
F. Alat Yang Digunakan Dalam Pemberian Obat Anestesi
Alat yang digunakan dalam pemberian anestesi lokal tergantung pada jenis dan
tujuan anestesi lokal itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa alat yang umum
digunakan dalam pemberian anestesi lokal:
1. Gel, krim, atau salep anestesi lokal: alat ini digunakan untuk memberikan
anestesi lokal secara topikal, yaitu dengan mengoleskan obat bius pada kulit
atau membran mukosa. Alat ini biasanya digunakan untuk mengurangi rasa sakit
atau tidak nyaman akibat iritasi kulit, radang tenggorokan, tumbuh gigi, wasir,
dan lain-lain².
2. Suntikan anestesi lokal: alat ini digunakan untuk memberikan anestesi lokal
secara infiltrasi, yaitu dengan menyuntikkan obat bius ke dalam jaringan di
bawah kulit. Alat ini biasanya digunakan untuk anestesi lokal pada bedah kulit,
bedah mulut, dan bedah mata¹³.
3. Tetes mata anestesi lokal: alat ini digunakan untuk memberikan anestesi lokal
secara oftalmik, yaitu dengan meneteskan obat bius ke dalam mata. Alat ini
biasanya digunakan untuk anestesi lokal pada operasi mata, seperti
pengangkatan katarak¹.
4. Jarum spinal anestesi lokal: alat ini digunakan untuk memberikan anestesi lokal
secara spinal, yaitu dengan menyuntikkan obat bius ke dalam ruang
subarachnoid di sumsum tulang belakang. Alat ini biasanya digunakan untuk
anestesi lokal pada operasi yang melibatkan bagian bawah tubuh¹.
5. Kateter epidural anestesi lokal: alat ini digunakan untuk memberikan anestesi
lokal secara epidural, yaitu dengan menyuntikkan obat bius ke dalam ruang
epidural di sumsum tulang belakang. Alat ini biasanya digunakan untuk anestesi
lokal pada operasi yang melibatkan bagian bawah tubuh atau untuk mengatasi
nyeri persalinan¹.
6. Jarum blok saraf anestesi lokal: alat ini digunakan untuk memberikan anestesi
lokal secara blok saraf, yaitu dengan menyuntikkan obat bius ke dekat ujung
saraf terbesar pada area tubuh yang menjalani perawatan. Alat ini biasanya
digunakan untuk anestesi lokal pada operasi yang melibatkan anggota gerak
atau organ dalam¹.
G. Cara Pemberian
1. Anestesi Spray
a) Petugas memutuskan perlunya tindakan anestesi local/tindakan sedasi.
b) Petugas menjelaskan kepada pasien/keluarga tentang rencana tindakan
anestesi/sedasi.
c) Petugas meminta pasien/keluarga untuk mendatangani informed consent.
d) Petugas menyiapkan alat/bahan, petugas mencuci tangan sebelum melakukan
tiundakan.
e) Petugas memakai handschoon.
f) Petugas menyempritkan obat anestesi spray (Chlorethyl) ke lokasi kulit yang
akan dilakukan pembedahan.
g) Petugas memantau keadaan kulit sekitar daerah anestesi.
h) Petugas melanjutkan tindakan sesuai dengan rencana terapi.
i) Petugas mendokumentasikan tindakan kedalam rekam medis.
2. Anestesi Injeksi
a) Petugas menjelaskan kepada pasien/keluarga tentang rencana tindakan
anestesi/sedasi.
b) Petugas meminta pasien/keluarga untuk mendatangani informed consent.
c) Petugas menyiapkan alat dan bahan dan mencuci tangan sebelum melakukan
tindakan.
d) Petugas memakai handschoon.
e) Memasang perlak dan pengalas.
f) Mendekatkan bengkok.
g) Memasang duk lubang.
h) Petugas memasukan obat anestesi ke spuit dan mengeluarkan udara dari dam
spuit, petugas memberitahuan pasien akan disuntik.
i) Petugas menginsersi jarum tepat di bawah kulit, petugas melakukan aspirasi.
j) Petugas memasukan sedikit demi sedikit obat anestesi pada sekitar daerah
operasi.
k) Petugas menarik jarum suntuk perlahan-lahan sambal menginfiltrasikan obat
anestesi, petugas mencabut jarum suntik tanda penyuntikan selesai.
l) Petugas memasukan spuit bekas suntikan kedalam safety box tanpa menutup
jarum.
m) Petugas melepas sarung tangan dan membuang sarung tangan bekas tindakan
ketempat sampah medis, kemusian mencuci tangan.
n) Petugas mendokumentasikan pemberian anestesi local dan sedasi pada rekam
medis pasien
3. Anestesi Suppositoria
a) Petugas memberitahu pasien/keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.
b) Petugas meminta pasien/keluarga untuk mendatangani informed consent.
c) Petugas meyiapkan alat dan bahan.
d) Petugas memakai handschoon.
e) Petugas membersihkan daerah rectal.
f) Petugas memasukan obat anestesi suppositoria kedalam rectal pasien.
g) Petugas melepas handshoon dan membuang handshoon ketempat sampah
medis.
h) Petugas mencuci tangan.
i) Petugas mendokumentasikantindakan kedalam rekam medis
H. Hambatan Individu Untuk Melakukan Demostrasi Tindakan Pemberian Obat
Anestesi
Ketika belum menguasai materi
I. Rencana Perbaikan Diri Untuk Mencapai Kompetensi Pemberian Obat Anestesi
Belajar bersama teman dan membuat catatan sesuai dengan materi.
DAFTAR PUSTAKA