Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 3

SISTEM HUKUM INDONESIA


(ISIP4131.178)

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD MAULANA SUPANDI
NIM : 048042854

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM


FAKULTAS FHISIP
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
1. Kasus Posisi
Andi merasa terganggu akan sikap Barbie selingkuhannya yang meminta untuk dinikahi
sebagai istri sah, sedangkan Andi telah memiliki istri sah. Oleh karena itu, Andi meminta
Surya untuk membius Barbie dan memasukkannya ke dalam koper besar, sehingga Barbie
dapat diteror agar tidak menganggu Andi dikemudian hari. Andi memberikan dana sebesar
Rp.100 juta kepada Surya. Kemudian Surya meminta bantuan kepada beberapa temannya,
yaitu Pekgo dan Goceng dalam melakukan permintaan Andi. Lalu mereka membeli obat
bius dan koper besar. Pada tanggal 30 Desember 2020, Andi mengirimkan pesan singkat
melalui Whatsapp kepada Surya, bahwa Barbie akan pergi ke Parapat dan akan kembali ke
kediamannya di Kota Medan pada tanggal 1 Januari 2021. Atas informasi tersebut, Surya
menghubungi Pekgo dan Goceng untuk standby pada tanggal itu. Pada Tanggal 1 Januari
2021, Andi mengirimkan pesan singkat melalui Whatsapp kepada Surya yang
menginformasikan, bahwa korban akan pulang dari Parapat kira-kira jam 18.00 WIB.
Sekitar pukul 22.30 WIB, Surya mendapatkan kabar dari Pekgo, jika Barbie sudah masuk
ke kompleks perumahannya. Dengan adanya kabar itu, Surya dan Goceng menunggu Barbie
di depan rumahnya. Setelah Barbie telah sampai di rumahnya dan turun dari mobil, Goceng
langsung membekap Barbie dari belakang yang menyebabkan Barbie terjatuh pingsan.
Goceng lalu membawa korban masuk ke dalam mobil yang dikemudikan oleh Surya. Surya
dan Goceng lalu menjemput Pekgo dan mereka menuju ke kawasan perkebunan sawit yang
sepi. Lalu memasukkan tubuh Barbie yang dalam keadaan pingsan ke dalam koper besar
yang telah dipersiapkan dan membuangkan ke sungai. Beberapa hari kemudian masyarakat
digemarkan dengan penemuan mayat dalam koper.

Pertanyaan:
1. Perbuatan yang dilakukan terhadap Barbie termasuk tindak pidana yang
melanggar Pasal 355 ayat (2) KUHP. Silakan dianalisis unsur subjektif dan unsur
objektif dari tindak pidana yang telah dilakukan oleh para pelaku.

Jawaban :

Pasal 355 ayat (2) KUHP yang berbunyi, Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian,
yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Jika di anlisis dari segi unsur subjektif dan unsur objektif dari tindak pidana yang
dilakukan oleh para pelaku:

a. Unsur Subjektif:
 Pelaku (Andi, Surya, Pekgo, dan Goceng) memiliki niat jahat atau kesengajaan
dalam melaksanakan perbuatan tersebut. Mereka secara sadar dan dengan
kesengajaan melakukan serangkaian tindakan yang mengarah pada pembiusan,
penculikan, dan pembuangan mayat.
 Mereka memiliki pengetahuan tentang sifat obat bius dan dampaknya terhadap
korban. Mereka sengaja menggunakan obat bius untuk membius Barbie,
menunjukkan adanya pengetahuan tentang konsekuensi dari tindakan tersebut.

b. Unsur Objektif:
 Para pelaku melakukan tindakan pembiusan terhadap Barbie dengan memberikan
obat bius. Hal ini terbukti dari aksi Goceng yang membekap Barbie dari belakang,
yang menyebabkan Barbie pingsan.
 Mereka mengambil tindakan penculikan terhadap Barbie dengan memasukkan
tubuhnya yang dalam keadaan pingsan ke dalam koper besar.
 Pelaku melakukan tindakan pembuangan mayat dengan membuang koper yang
berisi tubuh Barbie ke sungai.

Dengan mempertimbangkan unsur subjektif dan unsur objektif di atas, perbuatan para
pelaku termasuk dalam tindak pidana yang melanggar Pasal 355 ayat (2) KUHP. Pasal
tersebut berbunyi: "Barang siapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, diancam
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh
tahun."

2. Tindak Pidana yang dilakukan merupakan tindak pidana dengan unsur yang
memberatkan. Silakan dianalisis unsur yang memberatkan dalam tindak pidana tersebut.
Jawab :
Analisis unsur yang memberatkan dalam tindak pidana tersebut:
a. Pra-rencana yang matang: Para pelaku melakukan perencanaan yang matang dengan
melibatkan beberapa orang dalam tindakan tersebut. Mereka merencanakan dan
melakukan persiapan dengan membeli obat bius dan koper besar, serta berkoordinasi
untuk melaksanakan perbuatan tersebut.
b. Kekejaman dan kebrutalan: Tindakan pelaku terhadap korban, termasuk pembiusan,
penculikan, dan pembuangan mayat, menunjukkan tingkat kekejaman dan kebrutalan
yang tinggi. Mereka menggunakan kekerasan fisik untuk mencapai tujuan mereka.
c. Niat untuk menghilangkan nyawa: Dalam perbuatan ini, para pelaku dengan sengaja
melakukan tindakan yang mengarah pada hilangnya nyawa korban. Mereka
mengetahui bahwa tindakan mereka dapat berakibat fatal, namun tetap
melakukannya.
d. Penghilangan jejak: Para pelaku mencoba untuk menghilangkan jejak dengan
membuang tubuh korban ke sungai. Hal ini menunjukkan niat mereka untuk
menghindari tanggung jawab hukum atas perbuatannya.
Dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang memberatkan tersebut, tindak pidana yang
dilakukan oleh para pelaku termasuk dalam kategori tindak pidana dengan unsur yang
memberatkan.

2. Nuril mengajukan Permohonan PK terhadap putusan Mahkamah Agung (MA) Nomor


574K/PID.SUS/2018 tanggal 26 September 2018, Jo putusan Pengadilan Negeri Mataram
Nomor 265/Pos.Sus/2017/PN Mtr tanggal 26 Juli 2017
(sumber: https://www.kal.or.id/berita/14055/melalui-kuasa-hukum-baiq- nuril-resmi-
ajukan-pk-putusan-ma.html).
Terhadap keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dapat diminta
kembali peninjauan kembali oleh Mahkamah Agung dengan syarat-syarat tertentu yaitu
syarat formal dan syarat materiil.

Pertanyaan:
1.Silakan dibuktikan berdasarkan Pasal 263 ayat (1) KUHAP bahwa PK yang
diajukan oleh Baiq Nuril telah memenuhi syarat formal untuk meminta PK atas
putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
Jawaban :
Di dalam Pasal 263 ayat (1) KUHAP mengatur "Terhadap putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan
hukum,
terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan Peninjauan Kembali kepada
Mahkamah Agung". Pasal 263 ayat (2) KUHAP menyebutkan syarat materiil yang harus
dipenuhi untuk mengajukan permohonan Peninjauan Kembali (PK). Dalam analisis syarat
materiil yang diajukan oleh Baiq Nuril dalam permohonan PK-nya, perlu diperhatikan
apakah dia telah memenuhi ketentuan yang ada.
PK yang diajukan oleh Baiq Nuril telah memenuhi salah satu persyaratan formal sesuai
dengan Pasal 263 ayat (1) KUHAP, yaitu pengajuan secara tertulis. Baiq Nuril telah
mengajukan permohonan PK melalui tim kuasa hukumnya secara tertulis. Namun, untuk
menilai secara menyeluruh apakah PK tersebut memenuhi semua persyaratan formal
sesuai dengan Pasal 263 ayat (1) KUHAP, diperlukan akses langsung ke dokumen-
dokumen hukum yang terkait dengan permohonan PK tersebut. Dokumen-dokumen
tersebut mungkin termasuk alasan-alasan yang jelas dan tertentu, surat kuasa, serta
dokumen pendukung lainnya. Untuk memastikan kepatuhan terhadap persyaratan formal
yang ditetapkan, disarankan untuk merujuk pada dokumen-dokumen hukum yang terkait
atau berkonsultasi dengan ahli hukum yang kompeten.

Dalam hal ini, Baiq Nuril maupun tim kuasa hukumnya telah melakukan langkah-langkah
yang diperlukan untuk mengajukan PK secara formal. Bagaimanapun, penetapan
keputusan terkait permohonan PK akan bergantung pada evaluasi dan pertimbangan yang
dilakukan oleh pihak berwenang, yaitu Mahkamah Agung (MA) sesuai dengan hukum
yang berlaku.

2.Silakan dianalisis bahwa syarat materiil yang diajukan oleh Baiq Nuril dalam
permohonan PK nya telah sesuai dengan ketentuan Pasal 263 ayat (2) KUHAP.

Jawaban:
Syarat-syarat materiil:
1) Waktu dan tempat tindak pidana dilakukan (tempus delicti dan locus delicti);
2) Perbuatan yang didakwakan harus jelas di¬rumuskan unsur-unsurnya;
3) Hal-hal yang menyertai perbuatan-perbuatan pidana itu yang dapat menimbulkan
masalah yang memberatkan dan meringankan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 263 ayat (2) KUHAP, terdapat beberapa syarat materiil yang
dapat diajukan dalam permohonan Peninjauan Kembali (PK). Dalam konteks kasus Baiq
Nuril, informasi yang Anda berikan menyebutkan beberapa syarat materiil yang mungkin
telah diajukan dalam permohonan PK tersebut, yaitu:

a. Waktu dan tempat tindak pidana dilakukan (tempus delicti dan locus delicti): Dalam
kasus ini, kemungkinan ada penekanan pada waktu dan tempat terjadinya tindak
pidana yang menjadi dasar putusan hakim. Syarat ini berkaitan dengan kejelasan
mengenai kapan dan di mana tindak pidana dilakukan.
b. Perbuatan yang didakwakan harus jelas dirumuskan unsur-unsurnya: Dalam
permohonan PK, kemungkinan ada penekanan pada kejelasan dan rumusan unsur-
unsur perbuatan pidana yang menjadi dasar putusan. Baiq Nuril mungkin menyoroti
aspek-aspek perbuatan yang dianggap tidak jelas atau terdapat kekurangan dalam
rumusan unsur-unsurnya.
c. Hal-hal yang menyertai perbuatan-perbuatan pidana itu yang dapat menimbulkan
masalah yang memberatkan dan meringankan: Dalam permohonan PK, Baiq Nuril
mungkin mengajukan argumen atau fakta-fakta tambahan yang dapat memberikan
gambaran lebih lengkap tentang hal-hal yang menyertai perbuatan pidana yang
dituduhkan. Hal ini dapat digunakan sebagai alasan untuk memberatkan atau
meringankan hukuman yang dijatuhkan.

Dapat disimpulkan, bahwa analisis ini didasarkan pada informasi yang terbatas dan umum
mengenai syarat materiil yang umumnya diajukan dalam PK. Untuk mendapatkan analisis
yang lebih akurat dan tepat terkait dengan kasus Baiq Nuril, perlu dipertimbangkan
informasi lebih rinci dan konsultasi dengan pengacara atau ahli hukum yang kompeten
dalam masalah ini.

3. Asas Primat Hukum Internasional, artinya derajat Hukum Internasional lebih tinggi dari
Hukum Nasional. Contoh: Jerman dan dalam sistem hukum Jerman tidak dipersoalkan
transformasi perjanjian internasional ke dalam hukum nasional. Pengesahan perjanjian dan
pengumuman resmi sudah mencukupi syarat suatu perjanjian internasional merupakan
bagian dari hukum nasional. Namun, Indonesia menghendaki adanya proses transformasi
bagi hukum internasional (dalam hal ini perjanjian internasional) untuk dapat menjadi
hukum nasional.

Pertanyaan:
Silakan dianalisis bahwa bagi Negara Indonesia agar perjanjian internasional dapat
menjadi hukum nasional dibutuhkan adanya proses transformasi!.

Jawaban:
Analisis:
Dalam sistem hukum Indonesia, perjanjian internasional membutuhkan proses transformasi
agar dapat menjadi bagian dari hukum nasional. Konsep ini dikenal sebagai "prinsip
transformasi" atau "prinsip dualisme" dalam hukum internasional.
Menurut prinsip transformasi, perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia
tidak secara otomatis memiliki kekuatan hukum di dalam negeri. Untuk menjadi hukum
nasional, perjanjian tersebut harus melalui proses transformasi menjadi peraturan
perundang-undangan yang berlaku di dalam sistem hukum Indonesia.
Proses transformasi ini melibatkan langkah-langkah seperti pengesahan oleh lembaga
legislative (misalnya DPR), penyusunan undang-undang atau keputusan presiden yang
mengatur pelaksanaan perjanjian, dan penerbitan pengumuman resmi untuk
memberitahukan kepada masyarakat mengenai keberlakuan perjanjian tersebut. Perbedaan
pendekatan ini antara Indonesia dengan sistem hukum Jerman, yang mengakui prinsip
primat hukum internasional, mencerminkan perbedaan dalam interpretasi dan implementasi
hukum internasional di masing-masing negara. Dalam konteks Indonesia, proses
transformasi perjanjian internasional menjadi hukum nasional memiliki tujuan untuk
mengintegrasikan perjanjian tersebut ke dalam sistem hukum yang ada, serta memberikan
kejelasan dan kepastian hukum bagi masyarakat Indonesia dalam mengimplementasikan
perjanjian internasional.

Namun, penting untuk dicatat bahwa ada pengecualian tertentu di mana perjanjian
internasional dapat langsung berlaku di dalam sistem hukum Indonesia tanpa melalui proses
transformasi, seperti perjanjian yang diakui sebagai bagian dari hukum nasional berdasarkan
prinsip-prinsip konstitusional atau putusan pengadilan. Sekian analisis mengenai proses
transformasi perjanjian internasional menjadi hukum nasional di Indonesia. Penting untuk
dicatat bahwa analisis ini berdasarkan informasi yang tersedia hingga September 2021, dan
prinsip-prinsip hukum dapat mengalami perubahan atau perkembangan di masa mendatang.

Sumber Referensi:

• BMP SISTEM HUKUM INDONESIA ISIP4131


• Nandang Alamsyah Deliarnoor. BMP Sistem Hukum Indonesia (ISIP4131). Universitas
Terbuka
• https://stihpada.ac.id/system/App/Post/files/000/000/056/ original/D061503.pdf
• https://putusan3.mahkamahagung.go.id/search.html/?q=%22Pasal%20263%20ayat%2
0(1)%20kuhp%20dan%20pasal%20263%20ayat%20(2).

Anda mungkin juga menyukai