Anda di halaman 1dari 3

PPP Djan Faridz dan Legalitas Pendaftaran Pemilu

Rumors mengenai Djan Faridz mendaftarkan PPP ke KPU santer terdengar. Tidak hanya itu,
mantan Ketua DPW PPP DKI Jakarta ini juga infonya menjalin komunikasi dan konsultasi
dengan sejumlah komisioner KPU.

Bilamana benar adanya kabar tersebut, jajaran kepengurusan PPP yang sah secara hukum
tidak perlu khawatir. Apalagi melakukan langkah-langkah hukum. Pasalnya, proses hukum
sudah selesai, pasca Mahkamah Agung (MA) menetapkan dengan Keputusannya terkait
permohonan peninjauan kembali putusan kasasi nomor 601 K/Pdt.Sus-Parpol/2015 tanggal
2015, yang memutuskan memenangkan PPP kubu Muktamar Pondok Gede yang diketuai
Romahurmuzy.

KPU adalah lembaga yang profesional dan taat hukum. Setiap keputusannya akan
mendasarkan pada ketentuan hukum yang telah diatur dalam UU. Dalam hal ini KPU sendiri
sejak awal menegaskan bahwa pihaknya hanya akan menerima PPP yang tercatat di situs
Kemenkumham, SK penetapannya, hingga nama pengurusnya. Dari itulah, tidak akan
diragukan lagi pengakuan KPU terhadap PPP yang sah secara hukum

Tulisan ini akan menjelaskan mengenai legalitas PPP hasil Muktamar Pondok Gede yang
secara langsung membantah sejumlah pihak yang mengklaim bahwa kepengurusan
Partainya yang sah mendaftar pada KPU untuk ikut menjadi peserta Pemilu 2019
mendatang.

Waspada Konflik Kembali Disulut

Genderang perang konflik di internal PPP terus menjadi sorotan publik. Hal ini sebabkan
dualisme kepengurusan setelah ada muktamar berbeda sejak 2014. 1 Muktamar di Surabaya
memutuskan Romahurmuziy sebagai ketua umum, sedangkan Muktamar yang
diselenggarakan di Jakarta memilih Djan Faridz. Melalui berbagai proses hukum yang
panjang PPP yang dianggap resmi oleh pemerintah adalah PPP hasil muktamar Surabaya.

Namun genderang perang kembali mencuat. Saat KPU membuka pendaftaran bagi partai
politik untuk menjadi peserta Pemilu 2019. Momen ini dimanfaatkan Djan Faridz dan
loyalisnya untuk kembali berulah. Djan Faridz mendatangi KPU dan kabarnya berkonsultasi
mengenai masalah di tubuh PPP. Padahal kisruh sudah mereda dan masalah sudah tak lagi
ada.2

1
Fery Arawan, Konflik PPP Tahun 2014-2016, Jurnal Fisip Universitas Riau, Vol. 5 No. 1 – April 2018, h. 3
2
https://news.detik.com/berita/3676703/pakai-jas-ppp-djan-faridz-datangi-kpu

1
Namun jika Djan Faridz ternyata benar hanya sekedar berkonsultasi kepada KPU itu tidak
jadi soal. Bahkan perlu diapresiasi. Namun jika sudah berharap untuk menjadi peserta pada
Pemilu 2019 sungguh sudah di luar nalar. Mengingat berdasarkan keputusan MK, kubu Djan
Faridz tidak lagi memiliki hak untuk mengatasnamakan PPP.

Peluang Djan Faridz untuk menjadi peserta pemilu sudah tidak ada. Sebab, kepengurusan
Djan Faridz sudah tidak punya dasar hukum untuk mendaftar sebagai peserta Pemilu 2019.
Siapapun bisa menilai. Jika menggunakan parameter UU maka kesimpulannya klaim Djan
Faridz dan segelintir pengikutnya sebagai pengurus DPP PPP tidak memiliki legitimasi
hukum.3

Putusan PT TUN yang memenangkan kepengurusan hasil Muktamar VIII Pondok Gede patut
diapresiasi. Putusan ini menandakan bahwa hukum dan keadilan di Indonesia masih menjadi
panglima. Putusan ini sekaligus berpihak pada kebenaran dan kenyataan grassroot yang
diinginkan warga PPP. Maka lewat putusan ini, PPP langsung tancap gas ke gigi 4 untuk
persiapan Pilkada Serentak 2018 dan Pemenangan menuju tiga besar pada Pemilu 2019.

Maka, kami terus mengejar berbagai persyaratan sebagai peserta pemilu 2019, dan
Alhamdulillah pada Sabtu (14/10) PPP menjadi partai kesebelas yang resmi mendaftar
sebagai calon peserta Pemilu 2017. Selain membawa berkas sesuai keputusan PKPU dan UU
dalam pendaftaran, PPP juga membawa surat keputusan badan hukum ke Komisi Pemilihan
Umum (KPU).

Selain itu, sebagai bentuk legalitas terhadap kepengurusan yang diakui pemerintah, maka
pada pendaftaran tersebut turut juga dilengkapi dengan surat kepengurusan partai yang sah
dari Kementerian Hukum dan HAM. Selama surat keputusan dari Kemenkumham tidak
dicabut, PPP kubu Romi adalah yang paling sah dan pantas sebagai calon peserta Pemilu
2019.

Pengakuan Terhadap PPP

Terkait dengan kepengurusan mana yang diakui KPU untuk berhak ikut pemilu, bisa dilihat
pada situs resmi kpu.go.id. Di situs itu tertulis bahwa kepengurusan PPP yang diakui adalah
yang memiliki SK Menkumham No. M.HH-06.AH.11.01 TAHUN 2016, dengan Ketua Umum
H.M. Romahurmuziy, Sekretaris Jenderal H. Asrul Sani, dan Bendahara Umum Tommy
Soetomo.4

Hal ini menunjukkan, KPU menggunakan parameter UU dalam menanggapi perpecahan


yang masih terjadi di kepungurusan PPP. Ini artinya, peluang Djan Faridz untuk menjadi
peserta Pemilu 2019 kandas. Sebab, KPU hanya mengakui kepengurusan yang telah
terdaftar dan disetujui di Kementerian Hukum dan HAM.5

3
https://news.detik.com/berita/d-3678043/kubu-djan-faridz-datangi-kpu-ppp-mereka-tak-ada-legitimasi-
hukum
4
http://www.kpu.go.id/
5
Fungsi dan Kewenangan KPU diatur dalam UU KPU

2
Dalam suatu kesempatan, Komisioner KPU RI Hasyim Ashari juga mengatakan, bahwa
penyelenggara pemilu hanya bisa mengakui keberadaan parpol yang mendapat pengakuan
dari pemerintah. Menurtnya, KPU hanya berpatokan pada kepengurusan yang terdaftar di
Kemenkumham. Dia juga mengatakan, apabila di kemudian hari ada gugatan soal
kepengurusan partai yang diakui, KPU menegaskan mereka akan tetap berpegang pada SK
Menkumham yang ada.

Seperti yang diketahui, kepengurusan PPP yang terdaftar di Kemenkumham adalah


pimpinan Muhammad Romahurmuziy. Menteri Hukum dan HAM Yassona Laoly
mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang mengakui kepengurusan DPP PPP pimpinan Romi
pada 27 April 2016. SK yang dikeluarkan bernomor M.HH-06-AH.11.01 Tahun 2016 tentang
Pengesahan Susunan Personalia Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan
masa bakti 2016-2021.6

Selain itu, klaim kubu Djan Faridz bahwa Menkumham tidak melaksanakan Putusan MA
dalam perkara kasasi TUN No. 504/2015 juga tidak benar. Justru Menkumham telah
melaksanakan putusan kasasi TUN tersebut. Bentuknya, dengan mencabut SK Kepengurusan
PPP hasil Muktamar Surabaya yang diperintahkan dalam Putusan itu dan mengembalikan SK
Kepengurusan PPP kepada kepengurusan hasil Muktamar Bandung yang dipimpin oleh
Suryadharma Ali dan M. Romahurmuziy. Kepengurusan ini kemudian menyelenggarakan
Muktamar Pondok Gede April 2016. Dan muktamar yang diselenggarakan terakhir ini
merupakan muktamar islah yang sekarang menghasilkan kepengurusan di tubuh PPP dari
kedua belah pihak.

6
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170815175800-32-234948/kpu-hanya-akui-ppp-pimpinan-
romahurmuziy

Anda mungkin juga menyukai