Anda di halaman 1dari 6

MENEROPONG PILPRES 2024 DENGAN ENAM FAKTA UNIK

Salman Faris

Ibarat proses operasi, Negara harus punya operator, yakni pihak yang menjalanakn operasinya
dari awal hingga akhir. Jika operatornya belum ada, meskipun seluruh alat sudah tersedia, tempat sudah
disterilkan dan pasien sudah menunggu untuk dilakukan tindakan maka operasi akan tetap tertunda
sampai operatornya ada dan hadir. Apalagi operator adalah leader yang mengarahkan seluruh jalannya
operasi, sekaligus pihak yang memegang pisau utama pelaksaan operasi tersebut. Saat ini, operator
Negara akan dipilih melalui pemilu. Maka wajar jika pemilu dalam demokrasi sekarang mejadi proses
yang demikian penting dan melibatkan seluruh komponen. Meskipun seharusnya bangsa ini harus sadar
bahwa selain operator, sebuah operasi akan berhasil jika metode operasinya tepat sesuai diagnosis,
serta didukung oleh sistem yang mapan dan sesuai dengan profesionallisme dan kode etik. Jika tidak
maka operasi akan berubah menjdi malapetaka. Apalagi jika cara memillih operator adalah dengan
suara terbanyak, maka kemungkinan terpilihnya operator yang tidak kompeten akan terbuka lebar dan
terbukti beberapa kali.

Bagaimanakah kita bisa melihat proses pilpres 2024 secara selayang pandang? Seetidaknya kita
bisa melihat faktor-faktor menonjol pada pilpres 2024 yang kami uraikan berikut

Jkw dan Proyek Ibukota IKN.

Jkw adalah pion utama pilpres 2024. Ia dianggap berkepentingan melakukan pendaratan dengan
mululs, sekaligus melanjutkan proyek mandek yang menjadi kreasi rezim dirinya. Ada kesan bahwasanya
Jkw menghendaki proyek seperti IKN harus dilanjutkan oleh penerusnya, sehingga penerusnya haruslah
dipastikan orang yang sejalan dan sepemikiran dengan Jkw. Untuk itu, bisa dikatakan semua pion sudah
dimainkan Jkw dalam memastikan kemenangan di pilpres 2024.

Manuver percobaan wacana tiga periode setidaknya diupayakan melalui empat indikasi. Dimulai
dari pernyataan beberapa politisi senayan tentang kemungkinan tiga periode, lalu pernyataan bahwa
Jkw bisa masuk menjadi calon wakil presiden

Ketika gagal meloloskan wacana tiga periode Jkw sepertinya melihat kemungkinan lain.
Manuver menjadikan Gibran sebagai walikota, pernikahan politik dengan ketua MK, judicial review MK
tentang usia capres dan sebagainya adalah proses by design untuk menempatkan orang-orang Jkw
menjadi calon kuat capres paska gagal mencalonkan dirinya sendiri.

Demi pemenangan pemilu Jkw sangat mungkin menggerakkan struktur birokrasi polri, TNI, dan
asn. Seperti kita tahu bagaimana ada dugaan menonjolnya peran aparat dalam mengantarkan Jkw ke
kursi presiden pada pemilu lalu. Kemungkinannya maneuver tersebut akan muncul saat masa kampanye
dan pencoblosan.

Yang jelas saat ini Jkw sudah merapat ke kubu Prabowo. Sehingga alat politik nya akan bergerak
memenangkan pasangan ini. Namun, bisa jadi ada permainan juga dalam pencalonan Mahfudz di kubu
Ganjar terkait kepentingan Jkw. Patut diduga bahwa Mahfud memiliki dua tugas utama. Pertama,
memenangkan ganjar dengan menjadi magnet NU. Hal tersebut karena PDI-P sepertinya tidak pede
mendekati NU secara frontal sehingga harus menggunakan Mahfudz. Seandainya Jkw masih pada kubu
PDI-P secara bulat, mahfud kecil kemungkinan diambil sebagai cawapres, karena Jkw sudah cukup kuat
memegang NU, setidaknya PBNU. Kedua, Mahfud bertugas mengakomodir kepentingan Jkw di
pemerintahan ganjar jika ia menang. Di sinilah terlihat bagaimana Jkw berusaha tetap menang dan
menennmpatkan harapan pada semua pasangan capres ,meskipun pasangan Amin adalah pasangan
yang realtif paling sulit didekati oleh Jkw.

Dari sini, ngotot nya Jkw bermain frontal di pilpres patut diduga mengandung muatan
penyelamatan dirinya atau setidaknya penyelamatan proyek proyek besar seperti IKN. Sehingga ia harus
memastikan dirinya tiga periode, atau penggantinya adalah otnag yang masih berada di kubu nya
sendiri. Jika tidak, Jkw berada dalam masalah besar. Maslah politik dana hukum mungkin akan menimpa
Jkw jika rezim berganti diluar harapan dia.

Manuver PDI-P dan Hubungan Jkw-PDI-P.

Ganjar Pranowo berada di bawah manuver PDI-P. Tidak seperti dua calon lain yang sudah
“meng-Indonesia”, dia hanyalah bagian dari pergerakan politik PDI-P. Maka untuk melihat pergerakan
politik kubu Ganjar, lebih tepat memperhatikan manuver PDI-P ketimbang manuver politik Ganjar secara
personal. Ganjar bisa dikatakan calon hasil mesin propaganda PDI-P, mengingat track record prestasinya
yang kurang menonjol. Kelebihannya secara personal adalah kedekatan dengan NU. Namun ia mungkin
tidak cukup dekat dengan NU atau tidak cukup mayoritas dalam menggenggam NU. Oleh karenanya ia
masih harus digandeng dengan orang NU. Hal tersebut bisa dikarenakan calon lain juga mengandung
NU.

PDI-P sudah kokoh di puncak kekuasaan. Namun “membelotnya Jkw” menjadi pelajaran penting
bagi PDI-P untuk berhati hati dengan proses pilpres 2024. Saat ini PDI-P menguasai hampir seluruh
struktur organisasi negara. Kelemahan nya hanya ada pada pilkada dan pemerintah daerah yang bisa
jadi berbeda dengan pandangan dan gerakan pusat. Mengingat tidak semua kepala daerah adalah kader
dan orang PDI-P. Perguruan tinggi pun berada dibawah ketiak PDI-P. Rektorat diambil alih dan
ditempatkan dibawah manuver politik PDI-P.

Santer kabar bahwasanya terjadi keretakan hubungan antara PDI-P dan Jkw. Awalnya hubungan
mereka diwarnai dengan konteks Jkw yang ingin tiga periode dan keberlangsungan proyek IKN di satu
sisi, dan PDI-P yang ingin mempresidenkan Puan Maharani di sisi yang lain. Namun kedua belah pihak
tidak menemukan jalan mulus dalam mewujudkan mimpi masing-masing. Jkw terseok-seok memikul
proyek ikn, sehingga harus memunculkan opsi tiga periode, sementara PDI-P tertatih tatih
mempromosikan Puan sebagai capres pilihan bersama. Kongsi pecah saat Ganjar diambil paksa PDI-P
dari Jkw setelah PDI-P mengalah dan bersikap realistis dengan membuang mimpi Puan jadi presiden
untuk sementara waktu. Sementara Jkw yang gagal tiga periode karena tidak direstui PDI-P pun
mengambil jalan sendiri dengan menggunakan perangkat negara untuk tujuannya. Dari sini lah manuver
politik makin kasar dan diluar akal sehat.
PDI-P akan menggunakan seluruh kekuasannya untuk memenangkan pemilu. Masa berkuasa 10
tahun belum lah dirasa cukup untuk membalas sakit hati politik selama 30an tahun paska lengsernya
Sukarno tahun 1966. Megawati memiliki halusinasi untuk berkuasa seumur hidup. Meskipun mereka
memilliki kendala (termasuk pada pikpres 2024) berupa minimnya kader yang mumpuni untuk
memenangkan politik sekaligus memenangkan hati rakyat

Petualangan Politik Prabowo

Prabowo Subianto menjadi contoh konsistensi politik di Indonesia. Dia demikian sabar
mendaftarkan dirinya sebagai capres dari waktu ke waktu. Meskipun kalah, dia selalu bangkit dan
mencalonkan diri kembali pada periode berikutnya. Ia bisa dikatakan masih punya misi untuk menjadi
presiden apapun yang terjadi, dan dengan cara bagaimanapun unik dan tidak Ortodoks. Sebagai contoh,
saat ia berhasil membuat polarisasi hebat di pilpres 2019 dengan dukungan luar biasa dari kelompok
Islam kepada dirinya, ia berani berbalik haluan masuk ke kabinet Jkw paska pilpres untuk meraup
banyak keuntungan untuk persiapan pilpres 2024.

Ada empat faktor yang berperan dalam pencalonan Prabowo. Pertama, masih solidnya Gerindra
sebagai parpol. Gerindra masih memiliki SDM yang unggul, networking daerah yang relatif solid,
networking public figure yang relatif baik, dana yang besar dana kedudukan di senayan yang masih
cukup kuat. Kedua, prabowo membawa misi cendana yang hendak berkuasa lagi. Prabowo adalah
amanah Suharto yang pada awalnya didukung oleh seluruh komponen di luar arus Reformasi dan PDI-P.
Sekarang unsur-unsur tersebut menguat paska goyah nya PDI-P dan retaknya hubungan PDI-P dengan
Jkw. Ketiga, prabowo membawa sentimen purnawirawan TNI. Sebagaimana juga jika kita tengok ke
belakang, salah satu faktor kemenangan SBY adalah sentimen TNI yang demikian kuat. Karena SBY
adalah jenderal, dan menantu dari Jenderal yang sempat bersinar di awal orba, Sarwo Edhie. Artinya, ia
adalah darah birunya orba. Keempat, Jkw member sinyal condong ke Prabowo mejelang pendaftaran
bacapres, sehingga parabowo makin mantap untuk mencalonkan dirinya kembali dan optimis dapat
menang.

Pada pilpres 2024 ini posisi prabowo adalah posisi yang kuat. Ia memiliki gerbong sendiri,
berupa Gerindra dan basis massa yang besar dan didukung rezim berkuasa. Artinya sumber daya negara
akan dialihkan untuk memenangkan nya.

Fenomena Anis dan Poros Oposisi

Anis Baswedan adalah sebuah fenomena khas pemilihan langsung. Ia bisa dikatakan tidak
membawa sumber daya negara dalam memenangkan pilgub yang lalu. Demikian juga pada pilpres saat
ini. Anis tipikal calon dengan dukungan swasta. Namun, karena pilpres membutuhkan dana yang cukup
besar dan undang undang mewajibkan keterlibatan parpol, masuk lah surya paloh menjadi pion penting
kubu Anis. Meskipun tidak bisa dipungkiri Anis memang sudah dekat dengan NasDem sejak awal
NasDem ada, dan sejak awal anis muncul di dunia politik.
Namun, Anis tetap pada cirinya dengan faktor dukungan netizen yang menonjol, ketimbang
dukungan manuver parpol sebagaimana dia calon lainnya. Sepertinya anasr anasir 212 dan kelompok
Islam masih condong kepada Anis. Sementara itu NU betul betul terbelah tiga dalam pilpres kali ini.

Bisa dikatakan bahwa semua antithesis terhadap sikap rezim yang ugal-ugalan berkumpul ke
kubu Amin. Gairah kembalinya tokoh reformasi Amin Rais melalui partai Umat, pemohon kasus ijazah
palsu Jkw, para ahli hukum kontra putusan 90 MK, korban tragedy KM50-FPI, penolak kasus rempang,
semuanya patut diduga akan mendukung pasangan Amin sebagai “jihad politik” mereka
mengungkapkan perlawan terhadap rezim Jkw.

Tren Parpol dan Koalisinya

Parpol di Indonesia sudah demikian mapan menjadi mesin politik negara. Namun perlu diingat,
kemapanan itu dekat dengan kejenuhan. Saat parpol betul betul sudah kiat dan tak memiliki lawan
dalam struktur politik, disitulah bisa muncul titik jenuh masyarakat terhadap parpol. Saat ini, menurut
saya, rakyat sudah sampai kepada titik jenuh parpol. Parpol berada di dekat titik balik, dimana akan
ditinggalkan oleh rakyat. Namun faktor kuncinya masih samar samar, yakni tidak ada solusi lain selain
parpol yang bisa digunakan dalam perpolitikan modern. Seandainya ada alternatif lain, niscaya parpol
akan betul-betul gulung tikar.

Parpol saat ini ada perusahaan milik pribadi. PDI-P adalah megawati, gerindra adalah prabowo,
demokrat adalah SBY, partai umat adalah amin rais, NasDem adalah surya paloh, pkb adalah muhaimin
dan seterusnya. Parpol tidak berideologi, selain ide ketuanya. Demokrasi berbau feodalisme. Efeknya
parpol akan bergentayangan sesuai arahan sang pemilik. Rakyat bisa dikatakan tidak masuk dalam
percaturan ini. Lebih jauh lagi jika sudah demikian parpol akan berjalan bukan dengan ciri khas ideologis
melainkan kepentingan, oportunis dan transaksional. Kita bisa membuktikan hal tersebut dengan intrik
Koalisi pilpres sekarang bagaimana parpol parpol besar maupun kecil terombang-ambing seperti buih
diaduk oleh oligarki.

Hegemoni AS dan China

Monitor politik AS dan China selalu mengawasi Indonesia. Mereka bergerak di negeri ini dengan
berbagai uslub yang complicated. China cenderung monoton dan terpusat, bahkan terkesan satu pintu
dalam menggarap Indonesia. Mereka melaksanakan proyek langsung dibawah arahan Xin Ji Ping.

Sedangkan AS menggarap Indonesia dengan berbagai pola. Pertama, melalui tangan kapitalis.
Mereka menjadikan Indonesia pasar. Mereka memperalat USAID, IMF, World Bank untuk membuat UU
investasi dan ekonomi yang menguntungkan mereka bahkan menjadikan mereka penguasa di atas
negara. Juga menjadikan Indonesia sebagai pasar bebas, pasar murah dan pasar malam bagi produk
mereka. Kedua, melalui tangan sekular liberal. Mereka menggarap Indonesia dengan pemikiran rusak
seperti moderasi, feminisme dan sebagainya sehingga Indonesia menjadi satu warna dengan mereka.
Jika sudah satu warna maka akan mudah satu rasa dan satu tujuan. Ketiga, melalui program LGBT.
Indonesia digarap oleh para pelaku dan ideolog LGBT internasional. Semua proyek politik bisa dipastikan
memuat paham ini. Keempat, melalui tangan deklarator, narator dan eksekutor war on terrorism, war
on radicalism dan moderation. Mereka membidik unsur Radikal dan puritan muslim yang menyuarakan
Islam kaffah dan Khilafah agar polarisasi selera politik tidak muncul dan membahayakan posisi mereka.

Ke mana angin akan bertiup?

Alhasil, pilpres 2024 juga merupakan medan tempur asing dalam menjaga kepentingannya. AS
dan China akan ada disemua calon. Hal tersebut adalah analisis yang paling logis. Bagaimana kah pilpres
akan berlangsung? Setidaknya akan berupa tarik ulur antara Negara dan netizen. Ibarat slogan: Siapa
yang bisa menguasi negara, maka dia bisa menguasai netizen. Sebaliknya siapa bisa menguasai netizen,
dia bisa menjadi penguasa Negara.

Pemenangan pemilu 204 akan Kita akan saksikan pada dua hal utama. Pertama, segala sumber
daya akan diarahkan untuk menarik hati pemilih. Hal tersebut bisa dengan propaganda palsu,
pencitraan, fitnah, pemanfaatan fasilitas negara, pejabat negara yang berkampanye bahkan tanpa perlu
cuti, TNI polri diarahkan tanpa netralitas dan sebagainya agar kantung pemilih akan berkontribusi pada
kemenangan pihak sendiri. Kedua, akan muncul dugaan kecurangan di sistem pemilunya. Seperti
kooptasi SDM pemilu dari KPU hingga bawaslu. Juga kooptasi pada sistem perhitungan yang akan
menjadi pertempuran terakhir para pemain pilpres 2024. Dengan cara inilah nantinya keluar pemenang
pemilu dari proses yang katanya demokratis, sesuai harapan rakyat.

Di pemilu Anis dengan dukukngan swasta dan mesin ekonomi nasdem akan bergulat dengan
mesin gerindra yang berduet dengan birokrasi Negara dibawah arahan Jkw dan menghadapi Megawati
yang megalomania ingin menjadikan dirinya dan partainya sedigdaya PKI pada masa lalu dan partai
komunis china sekarang ini. Sistem pemilu langsung seharusnya bisa menjadi jaminan rakyat bisa
menentukan arah pilpres. Namun apa hendak dikata jika justru rakyat dibombardir dengan info hoax
seputar para calon yang membuat mereka membeli kucing hasil salon meskipun berada diluar karung
namun wujudnya sudah dimanipulasi. Apalagi kecurangan diduga bisa mengakses sistem perhitungan
pilpres yang membuat hasilnya makin jauh dari keinginan rakyat. Dua hal tersebut membuat pilpres
mendatang dipenuhi kabut pesimisme.

Prediksinya, amin mungkin akan menang di sebagian besar daerah luar jawa. Sementara suara di
jawa tergantung dari geriliya politik unsure NU yang ada di masing masing calon. Di atas kertas,
pasangan Prabowo-Gibran memiliki kans paling besar memperoleh kemenangan, disusul pasangan Amin
lalu Ganjar-Mahfudz. Jika kalangan nasionalis radikal yang mengampu kubu prabowo dan ganjar bisa
berkolaborasi dengan baik maka akan ada usaha agara pasangan Amin tidak lolos putaran pertama
dengan catatan ada nilai mutualisme yang cukup bagi kedua kubu untuk bekerja sama.

Posisi Dakwah

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahqaf Ayat 13) yang artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap
istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita”
Hal ini mengajarkan kita bahwasanya jika sudah yakin dengan thariqah yang kita jalani adalah
thariqah yang shahih maka tugas kita hanyalah istiqomah. Dan istiqomah tidka akan muncul tanpa
keikhlasan dan kesabaran. Proses politik menurut Islam adalah dalam rangka menjalankan Islam secara
Kaffah. Pilpres mendatang adalah studi kasus bagi umat akan urgensi politik Islam dan kesadaran akan
wajibnya khilafah.

Dari hal tersebut, diskursus ini adalah narasi perubahan melawan kemapanan hirarkis, dari
hirarkis filosofis hingga oportunistik politik praktis. Artinya objek diskursus kita adalah segala ahli
ketanegaraan dengan rentang dari yang idealis opositis hingga opportunis yang tidak jujur dengan
ilmunya. Objek kita juga mencakup pelaku politik praktis yang murni hanya menjadikan politik sebagai
alat ekonomi. Oleh karenanya, ternyata tugas dakwah saat ini bukan sekedar membumikan narasi
kembali kepada Islam untuk mengetuk harti muslim yang lurus, melainkan kita sedang membangunkan
semua orang yang masih loyal kepada sistem dari tidur panjangnya. Dan kita tahu persis apa isi dari
mimpi mereka. Mereka sedang terbuai mimpi dimana mereka bercita-cita kehidupan yang baik dengan
latar belakang filsafat hukum tata Negara dan poplitik yang di ambil dari barat. Artinya mimpi mereka
adalah ingin meraih keadilan tanpa perlu syariah, ingin mengelaborasi pemikiran tokoh pembaharuan
minus Muhamamd shalallau alaihi wa salam. Hasilnya, mereka ingin mendalami Negara minus khilafah.

Adapun penolakan dari pihak Islamis lebih kepada transaksional internal diantara mereka
ketimbang penyampaian dalil dan elaborasi terkini akan dalil tersebut. Representasi ormas Islam dan
parpol islam lebih kepada akomodasi kepentingan bahkan ketundukan kepada peprintah rezim manusi
ketimbang telaah mendalam mengeni Islam dan Negara.

Wallahu a'lam bi Ash shawab

Anda mungkin juga menyukai