Anda di halaman 1dari 7

SOSIAL SUPPORT

TERHADAP KESEMBUHAN PASIEN ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa)


DI KOTA KEDIRI

Fany Nabila Fauziah(1),


Medical Student in Medical Faculty of Universitas Airlangga (1)
Email : Fanynab02…… telp 085235349000

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sosial support
terhadap pasien ODGJ di Kota Kediri, sampel dari penelitian ini keluarga pasien
dan tenaga kesehatan kota kediri, dengan analisis diskriptif menggunakan SEM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sosial support berpengaruh terhadap
kesembuhan pasien ODGJ
Kata kunci: ODGJ dan Sosial Support

A. Latar belakang Masalah


Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kesehatan sebagaimana yang
tertuang dalam Pasal 1 ayat 1 Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan merupakan “Keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis”. Atas dasar konsepsi kesehatan di atas, maka
dapat dimaknai bahwa kesehatan tidak hanya menitikberatkan pada aspek
fisik saja akan tetapi sebagai suatu kesatuan yang utuh yang mengambarkan
kualitas hidup seseorang yang terkandung didalamnya kesejahteraan dan
produktifitas secara social dan ekonomi ekonomi. Lebih lanjut konsepsi
kesehatan tersebut menempatkan mental atau jiwa seseorang sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dan mempunyai kedudukan yang penting di dalam
pemahaman kesehatan, sehingga tidak mungkin kita berbicara tentang
kesehatan tanpa melibatkan kesehatan jiwa.. Kesehatan jiwa itu sendiri
digambarkan sebagai suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri
menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi tekanan
hidup yang wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan
hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan
baik apa yang ada pada dirinya, merasa nyaman bersama dengan orang lain.
Upaya pemerintah dan masyarakat dalam menjunjung nilai kemanusiaan
terutama dalam Kesehatan jiwa telah dilaksanakan di Indonesia, tidak
menutup fakta bahwa persoalan terkait upaya kesehatan jiwa juga masih
tinggi. Salah satu dari persoalan tersebut adalah gangguan dari Orang
Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ). Menurut InfoDATIN KEMENKES RI
Tahun 2019, ODGJ merupakan orang yang mengalami gangguan
dalam perilaku, pikiran, dan perasaan. Gangguan tersebut terbentuk
adanya gejala perubahan perilaku yang bermakna, sehingga dapat
menimbulkan penderitaan dalam menjalankan kehidupan manusia. ODGJ
masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat setempat atau bahkan
oleh keluarga. Stigma masyarakat terhadap gangguan kejiwaan masih sangat
negatif. InfoDATIN KEMENKES RI Tahun 2019 menjelaskan bahwa
sebagian besar masyarakat Indonesia memercayai bahwa gangguan
kesehatan jiwa disebabkan oleh hal-hal supranatural. Seperti pada
penderita skizofrenia, yang dimana masyarakat menganggap bahwa penderita
terkena guna-guna (ilmu sihir), kerasukan roh jahat atau setan, dan
sebagainya. Penderita gangguan kejiwaan atau ODGJ juga sering
dipandang sebelah mata oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Sikap
keluarga dan masyarakat menganggap penderita gangguan kejiwaan atau
ODGJ merupakan aib keluarga yang dapat membunuh masa depan keluarga.
Sehingga, tidak sedikit dari penderita gangguan kejiwaan sering
dikucilkan, disembunyikan, bahkan dipasung seumur hidup.
Munculnya penderita gangguan kejiwaan dikarenakan adanya
gangguan psikosial dan gangguan skizofrenia. Gangguan-gangguan
tersebut disebabkan oleh faktor stressor psikososial. Stressor
psikososial menurut InfoDATIN KEMENKES RI Tahun 2019,
merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang sehingga
menyebabkan perubahan kehidupan seseorang menjadi abnormal.
Perubahan tersebut memaksa seseorang untuk melakukan adaptasi diri
guna menanggulangi tekanan mental yang dialami. Namun
berdasarkan fakta yang terjadi, tidak semua orang mampu melakukan
adaptasi tersebut, sehingga hal ini dapat menyebabkan seseorang
mengalami gangguan kejiwaan.
Oleh karena itu peran dukungan social (social support) menjadi factor
penting dalam proses penyembuhan pasien ODGJ. Saat ini sudah banyak
peran dukungan social tersebut dilakukan salah satunya adalah dengan
posyandu jiwa. Seberapa efektif peran dukungan social dalam proses
penyembuhan pasien ODGJ menjadi tujuan dari penelitian ini.
Gangguan dari ODGJ yang sering mengganggu kesejahteraan
masyarakat adalah merusak fasilitas masyarakat setempat, telanjang
di tempat umum, membawa senjata tajam, dan sebagainya. Hal
ini menyebabkan laporan masyarakat terkait gangguan dari ODGJ
semakin meningkat. Gangguan dari ODGJ yang masih terus berlanjut
dapat mengganggu ketertiban dan kesejahteraan masyarakat umum. Tidak
hanya itu, prinsip dari nilai kemanusiaan juga semakin menurun. Hal itu
dikarenakan adanya sikap masyarakat yang semakin takut terhadap tingkah
ODGJ, sehingga sebagian besar masyarakat mengabaikan,
menelantarkan, dan mengucilkan ODGJ. Kemungkinan terburuk dari sikap
masyarakat yaitu melakukan hukum pasung bagi ODGJ.

B. Kajian pustaka
Definisi

Mental atau Jiwa adalah kata yang sering membangkitkan pikiran negatif dan
perasaan. Orang sering mengungkapkan rasa takut dan kebingungan ketika
diminta untuk berbicara tentang masalah kesehatan mental. Dalam kebanyakan
kasus istilah ini disamakan dengan penyakit mental dan gejala negatif. Namun
istilah "Kesehatan" pada respon positif yang dihasilkan bermkana,
"kesejahteraan", dan "merasa baik". World Health Organization (2001)
mendefinisikan kesehatan jiwa sebagai : "... ‘a state of well-being in which the
individual realizes his or her own abilities, can cope with the normal stresses of
life, can work productively and fruitfully, and is able to make a contribution to his
or her community’ indicates that mental health is fundamental to the well-being of
individuals, families, communities and the population in general”.

Sedangkan Gangguan Jiwa digambarkan sebagai “Suatu keadaan dengan adanya


gejala klinis yang bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik,
yang berkaitan dengan adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri),
disabilitas (tidak mampu mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatnya
resiko kematian, kesakitan, dan disabilitas. Gangguan jiawa dapa dibedakan
menjadi ;

1. Gangguan Jiwa Psikotik : Semua kondisi yang memberi indikasi


terdapatnya hendaya berat dalam kemampuan daya nilai realitas, sehingga
terjadi salah menilai persepsi dan pikirannya, dan salah dalam
menyimpulkan dunia luar, kemudian diikuti dengan adanya waham,
halusinasi, atau perilaku yang kacau.
2. Gangguan Jiwa Neurotik : Gangguan jiwa non psikotik yang kronis dan
rekuren, yang ditandai terutama oleh kecemasan, yang dialami atau
dipersepsikan secara langsung, atau diubah melalui mekanisme
pertahanan/pembelaan menjadi sebuah gejala, seperti : obsesi, kompulsi,
fobia, disfungsi seksual, dll.

Sosial Support
Menurut Gottlib (1983) yang dimaksud dengan Sosial suport adalah informasi
verbal atau nonverbal yang berupa saran dan bantuan yang nyata diberikan oleh
orang-orang yang akrab dengan dengan subjek didalam lingkungan sosial yang
dapat memberikan keuntungan emosional. Sosial support merupakan semangat
atau dorongan yang diberikan pada pasien oleh keluarga dan tenaga kesehatan
supaya pasien segera sembuh, dorongan pada pasien dalam bentuk perhatian dan
motivasi.
C. Metode Penelitian
Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian explanatory researh yaitu peneliti ikut
serta terlibat dalam penelitian dengan analisis deskriptif kuantitatif menggunakan
analisis SEM dengan alat AMOS yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
sosial suport dan kinerja tenaga kesehatan terhadap kesembuhan pasien ODGJ di
Kota Kediri
D. Populasi Dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah pendamping pasien dan petugas Kesehatan
yang terlibat dalam kegiatan posyandu jiwa di Kota Kediri dengan mengambil
sampel sejumlah 150
E. Hasil Analisis
Hasil Analisis SEM
Berdasarkan literatur variabel penelitian menghasilkan struktur model
sebagai berikut:

X= Sosial Support
X1.1 = Dukungan Emosional
X1.2 = Dukungan Instrumental
X1.3 = Dukungan Informasi
X1.4 = Dukungan Penghargaan

Y= Sembuh dari ODGJ


Y1.1 = klinis berkurang
Y1.2 = mau ke posyandu jiwa
Y1.3 = mandiri
Y1.4 = interaksi dengan sekitar
e1= unobserved endogenous variabel dari faktor loading (variabel laten
endogen) Y1
a1= Unobserved endogenous variabel dari faktor loading (variabel laten
endogen) X
Z= unobserved variabel untuk laten endogenous variable

Tabel 1
Nilai Goodness of-fit Indecs dan cut off value Model SEM
Kriteria Cut off value Hasil Uji Model Keterangan
Chi Square 28.267 Baik
Probability ≥0.005 0.078 Baik
GFI ≥0.90 0.954 Baik
TLI ≥0.90 0.957 Baik
RMSEA ≤ 0.08 0.058 Baik
Sumber: data primer diolah tahun 2020
Tabel 2
Uji Hipotesis
HIP Variabel Estimat Prob
H1 Sosial Support terhadap Sembuh 0.720 0.000
ODGJ
Pada taraf signifikansi 5%

F. Pembahasan
Sosial support yang terbentuk dari dukungan emosional, dukungan
instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargaan. Dari dukungan
emosional memiliki nilai kontribusi terbesar yang dicerminkan pada tindakan
keluarga mendampingi pasien dalam perawatan dan keluarga memperhatikan
keadaan pasien selama masih sakit. Sedangkan dukungan penghargaan memiliki
nilai kontribusi terendah yang tercermin pada tindakan keluarga yang memberi
pujian kepada pasien ketika melakukan yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan
dan tindakan keluarga yang berusaha mensuport pasien dalam pengobatan. Yang
berarti bahwa sosial support akan memiliki nilai kontribusi yang tinggi ketika
dukungan emosional diberikan pada pasien.
Pasien sembuh dari ODGJ sebenarnya bisa dilihat bahwa kriteria “sembuh”
bagi ODGJ. Kriteria tersebut ada dua, yakni sembuh klinis dan sembuh sosial.
Sembuh klinis artinya gejala-gejala akut sudah teratasi, dan stabil dari gejala-
gejala kronis. Sembuh sosial artinya ODGJ dapat hidup mandiri sesuai dengan
kemampuan dan bisa berinteraksi secara sosial dengan lingkungan sekitarnya.
Banyak juga ODGJ yang masih mengalami halusinasi, tapi tetap bisa bekerja
dengan baik. Yang penting kualitas hidup ODGJ itu tercapai sesuai
kemampuannya. Pada penelitian diatas hasil interaksi dengan sekitar pada pasien
memiliki nilai kontribusi yang terkcil yang tercermin pada hasil interaksi dengan
sekitar yang berarti pasien dikatakan sembuh dari ODGJ tapi harus lebih
ditingkatkan lagi fungsi sosialnya berupa interaksi dengan lingkungan sosial
sekitarnya sebagai bentuk resosialisasi.
Sosial support berpengaruh terhadap kesembuhan pasien ODGJ. Yang berarti
bahwa sosial support yang tercermin atas dukungan emosional, dukungan
instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargaan yang didominasi
oleh dukungan emosional mampu menyembuhkan pasien dengan ODGJ yang
dicerminkan oleh gejala klinis berkurang, yang bersangkutan mau datang ke
posyandu jiwa, mandiri dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Yang berarti
bahwa sosial support sangat dibutuhkan oleh pasien ODGJ terutama dukungan
emosional pada pasien.
G. Saran dan Rekomendasi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti menyarankan kepada keluarga
yang mempunyai pasien ODGJ sebaiknya lebih meningkatkan dukungan
emosional dengan cara yang sesuai apa yang disukai oleh pasien supaya lebih
cepat sembuh.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti dengan menambahkan
variabel moderasi kinerja tenaga kesehatan dalam mengukur kesembuhan
pasien ODGJ.
Daftar Pustaka

Ayuningtyas, D., Misnaniarti, & Rayhani, M. (2018). Anlisis Situasi Kesehatan


mental Pada Masyarakat Di Indonesia dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(1), 1-10.

Benjamin H. Gottlib (1983) sosial suport strategies, California: Sage Publication,


Hal 28

Irmansyah. (2009). Peran Serta Keluarga Terhadap Tingkat Kekambuhan Klien


Skizofrenia,.

Keliat, B. A. (1996). Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan


Jiwa. Jakarta: EGC.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan R1 Nomor 54


Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Pemasungan Pada Orang Dengan
Gangguan Jiwa. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas Tahun 2018. Jakarta.

Organization WH. mental Helath Policy, Plans And Programmes. Genewa 2004.

Undang-Undang No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.

Anda mungkin juga menyukai