Anda di halaman 1dari 155

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

HUKUM-HUKUM DASAR ILMU KIMIA

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Dasar

Disusun Oleh :

Kelompok II ( A1 )

Sri Marlia Devi Nim.210140005

Kazizi Azarah Nim.210140018

Renny Lutfi Syahara Damanik Nim.210140031

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LHOKSEMAWE

2021
ABSTRAK

Hukum dasar kimia atau stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari tentang cara
perhitungan kimia untuk menimbang dan menghitung spesi-spesi kimia. Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk membuktikan beberapa hukum-hukum dasar ilmu
kimia diantaranya hukum lavoiser dan hukum proust. Hukum lavoiser
menyatakan bahwa massa zat-zat sesudah reaksi akan sama persis dengan massa
zat-zat sebelum reaksi. Sedangkan hukum proust menyatakan bahwa
perbandingan unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa selalu tetap. Untuk hukum
lavoiser pada dilakukan pencampuran antara Pb(NO3)2 + NaCl dengan massa
sebelum reaksi adalah 13,36 gram dan setelah campuran direaksikan dengan cara
dihomogenkan memiliki massa 13,2191. Sama halnya dengan pencampuran
antara Pb(NO3)2 + KI dengan massa sebelum reaksi adalah 13,499 gram dan
massa setelah reaksi adalah 13,3705. Dalam hal ini membuktikan bahwa hukum
lavoiser itu benar. Untuk hukum proust pada percobaan ini massa campuran
serbuk besi dan serbuk belerang seberat 7 gram. Massa serbuk besi yang tidak
bereaksi sebesar 1,5257, dan karena perbandingannya tetap yaitu 7 : 4 maka
membuktikan bahwa hukum proust benar.
Kata Kunci : Campuran, Hukum-hukum dasar kimia, Hukum Lavoiser, Hukum
proust, dan Massa
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tanggal Praktikum : 17 November 2021


1.2 Pelaksana Praktikum : Kelompok II (A1)
1.3 Nama/Nim anggota :1. Sri Marlia Devi NIM.210140005
2. Kazizi Azarah NIM.210140018
3. Renny Lutfi Syahar D NIM.210140031
1.4 Tujuan Praktikum : Membuktikan beberapa hukum dasar kimia,
diantaranya Hukum Lavoiser dan Hukum Proust
BAB I
PENDAHULUAN

1.5 Tanggal Praktikum : 17 November 2021


1.6 Pelaksana Praktikum : Kelompok II (A1)
1.7 Nama/Nim anggota :1. Sri Marlia Devi NIM.210140005
2. Kazizi Azarah NIM.210140018
3. Renny Lutfi Syahar D NIM.210140031
1.8 Tujuan Praktikum : Membuktikan beberapa hukum dasar kimia,
diantaranya Hukum Lavoiser dan Hukum Proust
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hukum Dasar Ilmu Kimia


Hukum dasar ilmu kimia atau disebut juga dengan stoikiometri adalah
ilmu yang mempelajari tentang cara perhitungan kimia untuk menimbang dan
menghitung spesi-spesi kimia, atau stoikiometri adalah kajian tentang hubungan-
hubungan kuantitatif dalam reaksi kimia. Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani,
yaitu stoichean yang berarti unsur dan matrein yang berarti mengukur. Mengukur
yang dimaksud adalah mengukur unsur-unsur.
Stoikiometri reaksi adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia.
Konsep paling fundemental dalam kimia adakah hukum konservasi massa, yang
menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaki kimia
biasa. Fisika modern menunjukkan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah
konservasi energi, dan bahwa energi dan massa saling berhubungan suatu konsep
yang penting dalam kimia nuklir. Konservasi energi menuntuk untuk menuju
konsep-konsep penting mengenai kesetimbangan termodinamika dan kinetika.
Hukum perbandingan tetap dari Joseph Proust menyatakan bahwa zat
kimia murni tersusun dari unsur-unsur dengan formula tertentu. Kita sekarang
mengetahui bahwa susunan struktural unsur-unsur ini juga penting.
Hukum perbandingan berganda dari John Dalton menyatakan bahwa zat-
zat kimia tersebut akan ada dalam proporsi yang berbentuk bilangan bulat kecil
(misalnya 1 : 2 = O : H dalam air = H2O) Walaupun dalam banyak sistem
(terutama biomakromolekul) rasio ini cenderung membutuhkan angka besar dam
sering diberikan dalam bentuk pecahan. Senyawa ini seperti dukenal sebagai
senyawa non-stoikiometri.
Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut:
1. Hukum Boyle
2. Hukum Lavoiser (Hukum kekekalan massa)
3. Hukum Proust (Perbandingan tetap)
4. Hukum Gay-Lussac
5. Hukum Dalton
6. Hukum Boyle-Gay Lussac
7. Hukum Avogadro
8. Hukum Gas Ideal

2.1.1 Hukum Lavoiser


Hukum Lavoiser (hukum kekekalan massa) menyatakan bahwa untuk
sistem yang melakukan transfer materi dan energi dalam keadaan tertutup
(keduanya memiliki massa), maka sistem akan tetap konstan sepanjang waktu,
massa sistem tidak dapat mengubah jumkahnya jika ditambahkan atau
dihilangkan. Oleh karena itu, massa kekal dari waktu kewaktu. Hukum-hukum
kekekalan massa secara luas digunakan diberbagai bidang seperti kimia, mekanik,
dan dinamika fisika. Secara historis hukum kekekalan massa ditemukan oleh
Antonie Lavoiser pada akhir abad ke-18.
Hukum kekekalan massa pertama kali dijelaskan oleh Mikhail Lomonoson
(1711-1765). Ia membuktikan dengan eksperimen meskipun terkadang ia
ditentang. Antonie Lavoiser (1743-1794) menjelaskan ide-ide ini pada tahun
1774. Dia sering disebut sebagai hapak kimia modern. Ide-ide yang lainnya
sebelum karay Lavoiser adalah Joseph Black (1728-1799), Henry Cavendish
(1731-1810) dan Jean Rey (1583-1645).
Antoni Lvoiser mendapatkan hukum ini dengan melakukan eksperimen
yaitu mereaksikan cairan merkuri dengan gas oksigen dalam suatu wadah diruang
tertutup, sehingga menghasilkan merkuri oksida yang berwarna merah. Apabila
merkuri oksida dipanaskan kembali, senyawa tersebut akan terurai menghasilkan
sejumlah cairan merkuri dan ga oksigen dengan jumlah yang sama seperti semula.
Dengan bukti dari percobaan ini Lavoiser merumuskan suatu hukum dasar kimia
yaitu hukum kekekalan massa yang menyatakan bahwa jumlah mssa zat sebelum
dan sesudah reaksi adalah sama ( Zukalfian, 2009).
Hukum kekekalan massa tidak terlihat selama ribuan tahun karena
pengaruh berat gas pada atmosfer. Contoh, kayu beratnya berkurang setelah
dibakar, ini yang membuat sebagian orang berpendapat bahwa massanya
berkurang, berubah atau hilang. Namun, jika diteliti di tempat yang tertutupi oleh
kaca, ditemukan bahwa reaksi kimia tidak mengubah berat penutup dan isinya.
Pompa vakum juga memungkinkan untuk menimbang berat gas. Serelah hukum
ini dimengerti hukum kekekalan massa menjadi penemuan yang sangat penting
dalam mengubah alkemi menjadi kimia modern.
Dalam teori relativitas khusus, kekekalan massa tidak berlaku jika sistem
yang benar-benar terisolasi. Jika energi tidak dapat pergi dari sistem, massa tidak
dapat diturunkan.
Penyimpangan hukum kekekalan massa dapat terjadi pada sistem terbuka
dengan proses yang melibatkan perubahan energi yang sangat signifikan seperti
reaksi nuklir. Salah satu contoh reaksi nuklir yang dapat diamati adalah reaksi
pelepasan energi dalam jumlah besar pada binatang. Hubungan antara massa dan
energi yang berubah dijelaskan oleh Albert Einstein melalui persamaan berikut
E = m.C2E……………………………………………………………(2.1)
Persamaan diatas merupakan jumlah energi yang terlibat, dengan
ketentuan m merupakan jumlah massa yang terlibat dan C merupakan konstanta
kecepatan cahaya. Namun pada sistem tertutup karena energi tidak keluar dari
sistem, maka massa dari sistem tidak akan berubah (Budiman, 2005).

2.1.2 Hukum Proust


Hukum Proust menyatakan perbandingan massa pada reaksi suatu zat yang
direaksikan akan selalu memiliki perbandingan yang sama untuk membentuk
sautu senyawa. Contoh Fe2+ dengan S2- dalam menbentuk FeS. Perbandingan
keduanya berturut-turut selalu 7:4. Jadi, dalam pembentukan FeS, apabila terdapat
Fe sejumlah 7 gram, sudah berarti terdapat S sejumlah 4 gram (Chang, 1999).
Hukum Proust atau disebut juga hukum hukum perbandingan tetap,
menyatakan bahwa senyawa kimia selalu mengandung unsur-unsur dengan
perbandingan massa yang sama. Hal ini, sesuai dengan hukum komposisi konstan,
yang menyatakan bahwa semua senyawa kimia memiliki komposisi unsur yang
sama dengan massanhya. Penelitian tentang hukum perbandingan tetap pertama
kali dilakukan oleh seorang kimiawan berkebangsaan Perancis yaitu Joseph
Proust diantara tahun 1798 sampai 1804.
Namun, pada akhirnya abad ke-18 konsep senyawa kimia belum
sepenuhnya dikembangkan. Bahkan ketika pertama kali hukum ini di usulkan,
hukum ini menjadi pernyataan kontroversional dan ditentang oleh kimiawan
lainnya, terumaka kerabat Proust yang bernama Claude Louis Berthonet, yang
menyatakan bahwa unsur dapat digabungkan dengan proporsi apapun. Perdebatan
ini menunjukkan bahwa pad asaat itu perbedaan senyawa kimia murni dan
campuran belum sepenuhnya dikembangkan.
Hukum perbandingan tetap menjadi dasar teoritis yang kuat,. Teori atom
yang dijelaskan oleh John Dalton dimulai pada tahun 1803, yang menjelaskan
masalah yang terdiri dari atom diskrit, bahwa ada satu jenis atom untuk setiap
elemen. Dan juga ada senyawa yang terbaut dari kombinasi berbagai jenis atom
dalam proporsi yang tetap (Widi, 2006).
Bunyi hukum Proust adalah “Perbandingan massa unsur-unsur pembentuk
senyawa selalu tetap, sekalipun dibuat dengan cara berbeda”. Sebagai contoh
perbandingan massa hidrogen dengan oksigen dakam air 1:8 tidak bergantung
pada jumlah air yang dianalisis. Hal itu juga berarti bahwa hidrogen yang bereaksi
dengan oksigen membentuka air 1:8, apabila dengan perbandingan 1:8 maka
salah satu diantaranya akan bersisa.
Hukum perbandingan tetap (Hukum Proust) tidak selalu berlaku untuk
semua senyawa. Senyawa yang tidak memenuhi hukum ini disebut non
stoikiometris. Perbandingan massa unsur-unsur pada senyawa non soikiometri
berbeda-beda pada setiap sampel. Misalnya oksida besi wustite memiliki
perbandingan antara 0,83 hingga 0,95 atom besi untuk setiap atom oksigen. Proust
tidak mengetahui hal ini karena peralatan yang ia gunakan tidak cukup akurat
untuk membedakan angka ini (Foliahni, 2010).
Selain itu, hukum proust juga tidak berlaku untuk senyawa-senyawa yang
mengandung komposisi isotop yang berbeda. Komposisi isotop dapat berbeda
sesuai sumebr dari unsur yang membentuk senyawa tersebut. Perbedaan ini dapat
digunakan untuk penanggalan secara kimia, karena proses-proses astronomi,
atmosferis, maupun proses dalam samudra, kerak bumi dan bumi bagian dalam
kadang-kadang memiliki kecenderungan terhadap isotop yang berta ataupun
ringan. Perbedaan yang di akibatkan sangat sedikit, namun biasabya dapat diukur
dengan peralatan modern. Selain itu, hukum proust juga tidak berlangsung pada
polimer, baik polimer alami maupun polimer buatan.
Rumus hukun Proust (perbandingan tetap) dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut:
x × Ar
% kadar unsur = × % senyawa…………………………………(2.2)
Mr

Bila diasumsikan % senyawa = 100%, maka:


x × Ar
% kadar unsur = × 100%n ……………………………………….(2.3)
Mr

2.2 Hukum Perbandingan Berganda


Selain hukum diatas, masih ada satu hukum lagi di kemukakan oleh
Dalton, yaitu hukum perbandingna berganda yang dapat dinyatakan sebagai
berikut: “Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari satu dengan kata lain dapat
dinyatakan: materi tiak dapat diciptakan dan dimusnahkan”. Pada umumnya para
ahli meyakini kebenaran hukum ini karena berdasarkan percobaan. Akan tetapi,
kemudian muncul masalah pada reaksi eksotermik dan endotermik.
Beberapa unsur dapat membentuk senyawa dengan berbagai
perbandingan, misalnya karbon dengan cairan oksigen dapat membentuk karbon
monoksida dan karbon dioksida dengan rumus CO dan CO2. Pada suatu
penelitian, didapat data sebagai berikut yang disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tabel Data Perbandingan Massa Oksigen pada Senyawa CO dan CO2
Massa unsur Massa unsur
Rumus Senyawa Massa senyawa oksigen pada karbon pada
senyawa senyawa
CO 2,33 gram 1,33 gram 1 gram
CO2 3,66 gram 2,66 gram 1 gram

Dari data diatas ternyata perbandingan massa oksigen yang terikat oleh
karbon dengan massa yang sama yaitu 1:2 perbandingan ini merupakan
perbandingan yang sederhana. Dari beberapa penelitian terhadap senyawa-
senyawa yang membentuk lebih dari satu rumus, Dalton mengemukakan suatu
pernyataan yaitu sebagai berikut: “Jika ada dua unsur senyawa itu sama, maka
massa unsur yang lainnya mempunyai angka perbandingan yang sederhana dan
bulat” ( Poppy K. Devi, 2009).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Erlenmeyer 250 ml 1 buah
2. Tabung Reaksi Kecil 1 buah
3. Magnet 1 buah
4. Cawan Porselin 1 buah
5. Lampu Spiritus 1 buah
6. Neraca Digital 1 buah
7. Pipet Volume 1 buah
8. Filler (Bola Penghisap ) 1 buah
9. Kaki Tiga 1 buah
10. Sumbat karet 1 buah

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Larutan KI 0.1M 5ml
2. Pb(NO3)2 0,1 M 5 ml
3. Larutan NaCl 0,5 M 5 ml
4. Serbuk Belerang 2 gram
5. Serbuk Besi 5 gram

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1. Hukum Lavoiser
Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1. Dimasukkan 5 ml larutan Pb(NO3)2 kedalam tabung reaksi, lalu pada
erlenmeyer dimasukkan 10 ml NaCl 0,1 M. Kemudian Pb(NO3)2 tersebut
dimasukkan kedalam erlenmeyer dengan hati-hati.
2. Ditimbang erlenmeyer beserta isinya, lalu dicatat massanya.
3. Dimiringkan erlenmeyer sehingga kedua larutan tercampur dan bereaksi.
4. Ditimbang lagi Erlenmeyer beserta isinya, lalu dicatat massanya.
5. Cara kerja diatas diulangi dengan menggantikan larutan NaCl 0,5 M
dengan larutan KI 0,1 M.
3.2.2. Hukum Proust
Adapun cara kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1. Diambil serbuk belerang sebanyak 2 gram lalu dimasukkan kedalam
cawan porselin kemudian ditambahkan 5 gram serbuk besi, lalu diaduk
campuran tersebut sampai merata.
2. Dipanaskan campuran tersebut dan diperhatikan apa yang terjadi, dengan
menggunakan magnet, diambil serbuk besi yang tidak bereaksi, lalu
ditimbang berapa berat serbuk besi tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel
4.1 berikut
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Hukum-hukum Dasar Ilmu Kimia
No Cara Kerja Sebelum Sesudah
1 Hukum Lavoiser
a. Mereaksikan 5 ml − Warnanya bening − Warnanya sedikit
larutan Pb(NO3)2 − Memiliki massa keruh
0,1M dengan 13,36 gr − Terdpat endapan
larutan NaCl 0.5M − Massa 13,2191 gr
5ml
b. Mereaksikan 5 ml − Warnanya kuning − Warnanya bening
larutan Pb(NO3)2 − Memiliki massa − Terdapat endapan
0,1M dengan 13,499 gr kuning
larutan KI 0.1M − Massa 13,3705 gr
5ml
2 Hukum Proust
2 gr serbuk belerang − Massa 7 gr − Massa besi yang
dan 5 gr serbuk besi − Warna serbuk tidak bereaksi
belerang kuning 1,5275 gr
− Warna serbuk besi − Berwarna abu-abu
abu-abu − Berbentuk endapan
(Sumber: Praktikum Kimia Dasar, 2021)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hukum Lavoiser
Pb(NO3)2 + NaCl sewaktu ditimbang mempunyai berat awal 13,36 gram
dan setelah dicampurkan dengan tabung reaksi kecil berisi Pb(NO3)2 mempunyai
beraty sebesar 13,2191 gram. Sebelum dan seduah reaksi memiliki berat yang
hampir sama dan hal itu membuktikan bahwa hukum Lavoiser benar. Terjadi
perbedaan berat sebelum dan sesudah reaksi terjadinya karena kehilangan massa
pada saat menuangkan larutan dari tabung reaksi kecil ke erlenmeyer, bisa saja
karena ada larutan yang menguap ataupun tertinggal sedikit di tabung reaksi kecil.
Pada saat Pb(NO3)2 dicampurkan dengan NaCl warnanya akan berubah menjadi
keruh, hal ini dikarenakan Pb(NO3)2 adalah padatan an bersifat asam, sedangkan
NaCl bersifat garam dan ketika dicampurkan akan menghasilkan warna keruh.
Pb(NO3)2 + NaCl → PbCl2 + 2NaNO3……………………………….(4.1)

Pb(NO3)2 + KI sebelum bereaksi berwarna kuning dan memiliki massa


13,499 gram. Setelah larutan tersebut direaksikan warna berubah menjadi bening
dan memiliki endapan nerwarna kuning di dalam laritan yang sudah bereaksi
tersebut dan memiliki massa yang hampir sama seperti sebelum reaksi yaitu
13,3785 gram. Dan hal itu membuktikan bahwa hukum Lavoiser benar. Terjadi
perbedaan berat sebelum dan sesudah reaksi karena kehilangan massa pada saat
menuangkan larutan dari tabung reaksi kecil ke dalam erlenmeyer, bisa saja
karena ada larutan dari tabung reaksi yang menguap ataupun tertinggal sedikit di
tabumg reaksi kecil.
Pb(NO3)2 + 2KI → 2KNO3 + PbI2.........................................................(4.2)

4.2.2 Hukum Proust


Pada percobaan Proust, 2 gram serbuk belerang dicampur dengan 5 gram
serbuk besi memiliki massa sebelum bereaksi yaitu 7 gram. Warna belerang masih
tetap berwarna kuning begitu juga dengan serbuk besi berwarna abu-abu. Setelah
direaksikan dengan cara dipanaskan dan menggunakan kaki tiga. Setelah
dipanaskan serbuk besi dan serbuk belerang menyatu membentuk endapan
berwarna abu-abu pekat. Dan saat dipanaskan timbul aroma yang sangat
menyengat dari serbuk belerang tersebut. Setelah pemanasan dihentikan dan
diambil diambil serbuk besi yang tidak bereaksi sebesar 1,5257 gram. Dan yang
bereaksi sebesar 5,4743 gram, dan karena perbandingannya tetap yaitu 7 : 4 maka
membuktikan bahwa hukum proust benar.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kesimpulan:
1. Bahwa hukum Lavoiser yang menyatakan massa sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama, terbukti dari percobaan yang dilakukan dimana massa
sebelum dan sesudah reaksi adalah 13,36 gram.
2. Dan dapat disimpulkan pula bahwa perbandingan massa dalam unsur
senyawa adalah tetap (tidak berubah).
3. Untuk percobaan Proust belerang terbakar dengan baik namun ada serbuk
bessi yang tidak bereaksi sebesar 1,5275 gr.

5.2 Saran
Pada saat memanaskan serbuk besi dan belerang, harus dilakukan dengan
teliti perubahan yang terjadi agar dapat menghasilkan data pengamatan yang
benar. Dan pada saat pada saat melakukan penimbangan harus teliti agar tidak
terjadi kesalahan pada praktikum.
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Berapa mol FeS yang terjadi pada percobaan di atas?


Jawaban
Fe + S → FeS
m FeS = 7 gram
BM FeS = 88 gram/mol
Massa total = Fe + S
= 3,47 + 2
= 5,47

Gram 5,47
Maka mol Fe = = = 0,62 mol
BM 88

2. Berapa gram H2O yang diperoleh apabila 100 gram H2 100 gram O2
diletuskan hingga membentuk air dengan reaksi 2H2 + O2 → 2H2O
Jawaban
gram 100
n O2 = = = 3,125 mol
BM 32
gram 100
n H2 = = = 50 mol
BM 2

2H2 + O2 → 2H2O
M = 5O ml 3,125 mol
R = 3,125 mol 3,125 mol 2⁄ . 3,125 mol
1
S = 46,875 6,24

Jadi, gram H2O = Mol × BM


= 6,25 × 18
= 112,5 gram
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

No Nama Alat dan Gambar Fungsi


1 Erlenmeyer Wadah untuk fungsi menyimpan dan
membuat larutan

2 Tabung Reaksi Tempat mereaksikan zat

3 Kaki Tiga Sebagai penahan kawat kasa dan


penyangga ketika proses pemanasan

4 Lampu Spiritus Untuk memanaskan gelas reaksi berisi


larutan untuk meningkatkan laju reaksi
kimia pada larutan

5 Pipet Volume Untuk memindahkan larutan secara


teratur
6 Spatula Untuk mengambil larutan

7 Neraca Digital Untuk mengukur massa suatu zat, baik


zat berbentuk padat maupun cair

8 Cawan Porselin Untuk memisahkan zat-zat penyusun


larutan, antara pelarut yang mudah
menguap dan zat terlarut yang sulit
menguap

9 Pemantik Untuk menghidupkan lampu spiritus

10 Sumbat Karet Untuk menutup permukaan mulut


tabung reaksi
11 Magnet Untuk menarik objek yang akan
diambil seperti serbuk besi
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
INDIKATOR ASAM BASA

Diajukan untuk memenuhi tugas akhir laporan praktikum fisika dasar

Disusun Oleh:
Kelompok II (A1)

Sri Marlia Devi Nim.210140005

Kazizi Azarah Nim.210140018

Renny Lutfi Syahara Damanik Nim.210140031

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
ABSTRAK
Asam adalah zat-zat indikator yang bila direaksikan dengan air akan
menghasilkan ion hidroksida, dan basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan
dalam air atau larutan dapat melepas ion hidroksida. Tujuan dilakukan percobaan
ini adalah untuk mengamati perubahan-perubahan warna indikator pada larutan
asam basa. Percobaan ini dilakukan dengan pengujian asam, basa, ataupun netral
pada larutan HCl, NaOH, CH COOH, dan H O dengan mencelupkankan atau
3 2

meneteskan indikator PP, Metil merah, Kertas lakmus merah dan biru. Dari hasil
percobaan diperoleh larutan HCl dan CH COOH merupakan larutan asam karena
3

berwarna merah pada lakmus merah, lakmus biru, metil merah dan metil orange
dan tidak berwarna pada larutan PP. Larutan NaOH merupakan larutan basa
karena berwarna biru pada lakmus merah dan lakmus biru, dan berwarna kuning
pada metil merah, berwarna orange pada metil orange, serta berwarna ungu pada
PP. Sedangkan H O merupakan larutan netral karena berwarna biru pada lakmus
2

biru dan berwarna merah pada lakmus merah, berwarna kuning pada metil merah,
berwarna orange pada metil orange dan tidak berwarna pada PP.
Kata Kunci : Asam, Basa, Indikator, Kertas lakmus, Larutan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Indikator Asam Basa


1.2 Tanggal Praktikum : 24 November 2021
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Sri Marlia Devi NIM. 210140005
2. Kazizi Azarah NIM. 210140018
3. Renny Lutfi Syahara D NIM. 210140031
1.4 Tujuan Praktikum : Mengamati perubahan-perubahan warna indikator
pada larutan asam basa
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA

Senyawa asam dan basa sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Berbagai
kebutuhan mulai dari makanan, minuman, obat-obatan serta keperluan kebersihan
semuanya dapat tergolong dalam senyawa asam atau basa. Secara umum yang
berasa masam tergolong senyawa asam dan yang getir adalah tergolong senyawa
basa. Tetapi tidak semua senyawa bisa dicicipi karena sifatnya yang berbahaya.

2.1 Pengertian Asam


Pada umumnya asam adalah zat-zat indikkator yang bila direaksikan
dengan air akan menghasilkan ion hidronium. Misalnya hidrogen klorida adalah
suatu asam karena bila dilarutkan dalam air akan bereaksi dengan solven tersebut
menghasilkan H2O (Brady, 2008).

2.2 Pengertian Basa


Basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air atau larutan
dapat melepas ion hidroksida (OH). Oleh karena itu, semua rumus kimia
umumnya mengandung gugus OH (Winarsih, 2008).

2.3 Konsep Asam – Basa


2.3.1 Konsep Asam-Basa menurut Arhenius
Senyawa bersifat asam bila mempunyai rasa masam, dapat mengubah
indikator lakmuskertas biru menjadi merah, bila di tambahkan dengan logam
dapat melepaskan gelembung-gelembung gas hidrogen hingga asam dapat
disimpulkan senyawa asa, mengandung ion hidrogen. Hingga dapat dirumuskan
dengan Hx, x adalah gugusvyang terikat oleh hidrogen (Sastrohamidjojo, 2001).

2.3.2 Konsep Asam Basa Menurut Bronsted Lawry


Dikatakan senyawa besifat asam bila senyawa dapat melepaskan atau
memberikan proton (yang dimaksud proton disini adalah ion hidrogen, H+) atau
sering dikatakan sebagai proton donor. Sedangkan senyawa bersifat basa bila
senyawa dapat menangkap atau menerima proton, hingga sering dikenal sebagai
proton acceptor (Sasroamidjojo, 2001).

2.3.3 Konsep Asam-Basa Menurut Lewis


Ciri-ciri basa Lewis, senyawa netral memiliki pasangan elektron bebas dan
senyawa yang mengandung ikatan rangkap dua atau ikatan πc = c. Hingga ciri
basa Lewis adalah senyawa yang kaya elektrolit (Sastroamidjojo, 2001).
2.4 Indikator Asam Basa
Indikator asam basa adalah zat yang berubah warnanya atau bentuk
flouresen atau kekeruhan pada suatu range (pH) tertentu. Indikator asam basa
terletak pada titik ekuivalen dari ukuran pH. Zat-zat indikator dapat berupa asam
atu basa, larut, stabil, dan menunjukkan warna yang kuat serta biasanya adalah zat
organik. Berbagai indikator mempunyai tetapan yang berbeda dan akibatnya
mereka menunjukkan warna pada pH yang berbeda (Rhopkar, 2008).
Untuk mengetahui suatu larutan bersifat asam,basa larutan menggunakan
larutan yang bersifat sebagai larutan indikator. Larutan indikator adalah larutan
larutan kimia yang akan berubah warna dalam lingkungan tertentu. Warna pada
larutan indikator pada lingkungan asam, basa, dan netral
Warna pada larutan indikator pada lingkungan asam,basa dan netral :
a. Fenolpthalein : asam-putih, basa-ungu, netral-putih.
b. Metyl red : asam-merah, basa-merah, netral-merah.
c. Metyl orange : asam-merah muda, basa-biru pekat, netral-orange.
d. Metyl blue : asam-biru pekat, basa-biru pekat, netral-biru pekat.

Kebanyakan indikator asam basa adalah molekul komplek yang bersifat


asam lemah dan sering disingkat dengan HIn. Mereka memberikan satu warna
bila proton terikat pada molekul dan warna berbeda bila proton lepas
(Sastroamidjojo, 2001).
Contohnya adalah penolphtalein, indikator yang lazim dipakai tidak
berwarna dalam bentuk HInnya dan berwarna pink dalam bentuk In atau basa.
Jika OH- ditambahkan pada larutan ini maka H+ berkurang dan kesetimbangan
bergeser kekanan perubahan Hin menjadi In. Pada beberapa titik, bentuk In yang
cukup akan berbeda dalam larutan hingga warna dapat dilihat. Yaitu, perubahan
wrna dari merah menjadi warna orange akan terjadi (sastroamidjojo, 2001).
Indikator memberikan kisaran/trayek perubahan pH. Trayek perubahan
warna merupakan batasan pH dimana terjadi perubahan warna indikator (Barselia,
2012).
Tabel 2.1 Berbagai Indikator Trayek Perubahan Warna
Perubahan Warna
Indikator Trayek Perubahan Warna
(dari terkecil-terbesar)
Metil Hijau 0,2 – 1,8 Kuning – Biru
Metil Jingga 3,2 – 4,4 Merah – Kuning
Metil Merah 4,0 – 5,8 Tidak Berwarna Merah
Metil Ungu 4,6 – 5,4 Ungu – Hijau
Bromotiamo Ungu 5,2 – 6,8 Kuning – Ungu
Bromotiamol Biru 6,0 – 7,8 Kuning – Biru
Lakmus 4,7 – 8,3 Merah – Biru
(Sumber: Barselia, 2012)

Indikator universal gabungan dari beberapa jenis indikator. Setiap


komponen indikator universal akan memberikan warna tertentu yang terkait
dengan nilai tertentu (Barselia, 2012).
Dua jenis indikator universal yaitu indikator universal dalam bentuk
penentuan larutan dengan penambahan larutan indikator universal dan mengamati
perubahan warna yang terjadi dan indikator universal dalam bentuk kertas,
dilakukan dengna menetapkan larutan yang akan diukur. Variasi warna pada
kertas indikator yang dihasilkan selanjutnya dibandingkan dengan suatu kode
warna untuk menentukan larutan (Barselia, 2012).
Perubahan warna menjadi pada larutan asam kuat metyl orange tidak larut
dalam air. Indikator lain yang masuk kertas ini adalah metyl yellow, metyl red, dan
tropadino (khoptar, 2008).
Indikator asam basa tidak bisa digunakan pada larutan yang warnanya
pekat atau larutan yang keruh, untuk larutan tersebut biasanya digunakan
indikator yang menunjukan pendarflour (flourscene), misal naftilamin. Indikator
ini menunjukan pendarflour biru pada sinar ultranolef. Kelebihan indikator ini
adalah pengamatan titik akhir titrasi sangat mudah meskipun warna titrasinya
sedikit cukup kuat, bahkan seorang yang buta warna dapat mengamati proses
pendar-flour (khoptar,2008).
Selain itu ada pula kertas lakmus merah dan biru sebagai contoh dari
indikator buatan, indikator buatan yang berupa kertas adalah indikator seperti
indikator universal.
Sifat asam atau basa larutan dapat juga diidentifikasi menggunakan kertas
lakmus, yaitu :
a. Kertas lakmus warna biru, didalam larutan asam warna kertas berubah
menjadi warna merah. Dan dilarutkan dengan netral kertas tetap bewarna
biru.
b. Kertas lakmus warna merah,didalam larutan basa warna kertas menjadi
biru, sedangkan didalam larutan netral atau asam, warna kertas tetap
merah (Rosenberg,1989).
Senyawa alam banyak yang digunakan sebagai indikator asam basa alami.
Beberapa tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan indikator asam
basa alami antara lain adalah kubis ungu, sirih, kunyit, dan bunga yang
mempunyai warna (anggrek, kamboja, bunga sepatu, asoka, dan bunga kertas).
Cara membuat indikator asam basa alami adalah :
1. Menumbuk bunga yang berwarna pada bagian mortar.
2. Menambahkan sedikit aquades, sehingga didapatkan ekstrak cair.
3. Ekstrak diambil dengan pipet tetes dan diteteskan dalam keramik.
4. Menguji dengan meneteskan larutan asam basa pada ekstrak,sehingga ekstrak
dapat berubah warna

2.5 Asam dan Basa dalam Kehidupan


Asam merupakan kebutuhan yang vital, empat macam asam yang paling
penting dalam industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam
klorida. H SO merupakan cairan kental yang menyerupai oli. Umumnya asam
2 4

sulfat digunakan dalam pembuatan pupuk, pengilangan minyak, pabrik baja,


pabrik pelastik, obat-obatan,pewarna dan unutk pembuat asam. H PO digunakan
3 4

untuk pembuatan pupuk dan detergen. Namun sangat disayangkan bahan fosfat
dapat menyebabkan masalah pencemaran di danau-danau dan sungai.

Asam nitrat banyak digunakan untuk bahan peledak dan pupuk. Asam
nitrat pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka
bakar pada kulit manusia. Asam klorida adalah gas yang tidak berwarna yang
dilarutkan dalam air, asam HCl dan ion-ion nya yang terbentuk dalam larutan
berbahaya bagi jaringan tubuh manusia. Beberapa produk rumah tangga yang
mengandung basa antara lain deodorant, antrasit dan sabun. Basa yang sering
digunakan kalsium hidroksida Ca(OH) atau disebut juga soda kaustik suatu basa
2

yang berupa tepung kristal putih yang mudah larut dalam air. Basa yang paling
banyak digunakan amoniak, digunakan sebagai pupuk (Purba, 2007).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat – Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percoban ini adalah
1. Tabung reaksi 6 buah
2. Rak tabung 1 buah
3. Gelas ukur 1 buah
4. Pipet tetes 1 buah
5. Kertas lakmus Secukupnya

3.1.2 Bahan-Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
1. Larutan HCl 0,1 M
2. Larutan NaOH 0,1 M
3. Larutan CH3COOH 0,1 M
4. Indikator
− Fenolpthalein
− Metyl blue
− Metyl red
− Metyl orange

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1. Diambil 6 buah tabung reaksi dan diisi dengan 2 ml air. Kedalam 2 tabung
dimasukkan kertas lakmus merah dan lakmus biru.
2. Kemudian 4 tabung yang lain diisi dengan indikator fenolpthalein, metyl
blue, metyl red, metyl orange sebanyak 2 tetes.
3. Diulangi cara kerja diatas dengan larutan yang berbeda yaitublarutan HCl
0,1M, NaOH 0,1 M, dan CH3COOH 0,1 M.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil percobaan menggunakan kertas lakmus dan indikator dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Percobaan menggunakan Kertas Lakmus dan Indikator
Lakmus Lakmus Metyl Metyl Metyl
Sampel Fenolpthalein
Merah Biru Blue Red Orange
Air Merah Biru Biru Merah Orange Bening
HCL Merah Merah Biru Merah Merah Putih
Pink
CH3COOH Merah Merah Biru Merah Putih
pekat
NaOH Biru Biru Biru Kuning Orange Ungu
(Sumber: Praktikum Kimia Dasar, 2021)

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengamati perubahan warna yang
terjadi untuk mengamatu perubahan. Warna yang terjadi pada air, HCl,
CH3COOH, dan NaOH dengan menguunakan kertas lakmus. Lakmus biru bla
dimasukkan dalam air maka warna kertas lakmus berwarna biru, sama halnya
dengan kertas lakmus merah bila dimasukkan kedalam air, warna kertas lakmus
akan tetap merah. Hal ini disebabkan karena air mempunyai senyawa yang
bersifat netral yang mempunya pH = 7, pada saat kertas lakmus merah dicelupkan
kedalam. Pada larutan HCl maka kertas lakmus merah akan tetap berwarna merah,
begitu juga dengan larutan CH3COOH yang mengalami hal yang sama dengan
HCl dia juga merupakan asam. Jika NaOH dicelupkan kertas lakmus merah
berubah menjadi biru karena termasuk golongna bersifat basa.
Dengan indikator fenolphtalein setelah dimasukkan kedalam air warnanya
tetao sama yaitu bening. Air bila ditetesi metyl blue warnanya akan berubah
menjadi biru, air bila ditetesi metyl orange warnanya akan berubah menjadi
orange, dan air apabila ditetesi metyl red warnanya akan berubah menjadi merah.
Pada indikator felphtalein, metyl blue, metyl red, metyl orange,
dimasukkan ke dalam HCl akan menghasilkan warna putih, biru, merah, dan
merah. Bila diteteskan kedalam CH3COOH, maka akan menghasilkan warna
putih, biru, pink pekat, dan merah. Sedangkan pada larutan NaOH warnanya akan
berubah menjadi ungu, biru, kuning, dan oranye.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Air bersifat netral karena tidak ada perubahan warna pada indikator
2. Larutan yang bersifat asam akan mengubah lakmus menjadi merah.
Sebaliknya, lakmus merah apabila dimasukkan kedalam larutan basa akan
berubah warna menjadi biru.
3. Pada indikator fenolpthalein larutan netral. Pada larutan asam berwarna
putih, dan pada larutan basa berwarna ungu.
4. Pada metyl larutan asam maupun basa tidak terjadi perubahan warna, metyl
blue tetap menghasilkan warna biru.
5. Pada metyl orange larutan asam menghasilkan dua warna yaitu warna
merah dan orange. Warna merah dihasilkan dari asam kuat dan warna
orange dihasilkan dari asam lemah, sedangkan larutan basa menghasilkan
warna orange.
6. Pada metyl red larutan asam menghasilkan warna pink dan merah, dan
pada larutan basa berwarna kuning.

5.2 Saran
Dari percobaan ini adapun saran yang ingin disampaikan yaitu diharapkan
dapat mengganti sampel zat yang akan digunakan dengan volume dan konsentrasi
yang berbeda pula, contohnya seperti larutan HCl 0,1 M yang dapat diganti
dengan HNO3 0,1 M dan larutan NaOH diganti dengan KOH 0,1 M.
DAFTAR PUSTAKA

Anni Winarsih, dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta :
Depdiknas

Barsella, Diana. 2012. Buku Wajib Kimia Dasar. Jakarta : CV. Trans Info Media

Brady, E. James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa
Aksara
Khopkars, S. M. 2008. Kimia Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia
Purba, Michael. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press
LAMPIRAN B

HASIL PENGAMATAN
1. Percobaan 1

Gambar B.1 Sampel Air + Indikator kertas lakmus merah, kertas lakmus
biru, metyl red, metyl blue, metyl orange, fenolpthalein

2. Percobaan 2

Gambar B.2 Sampel HCl + Indikator metyl red, metyl blue, metyl orange,
fenolpthalein, kertas lakmus dan biru
3. Percobaan 3

Gambar B.3 sampel CH3COOH + Indikator metyl red, metyl blue, metyl
orange, fenolpthalein, kertas lakmus merah dan biru

4. Percobaan 4

Gambar B.4 sampel NaOH + indikator metyl red, metyl blue, metyl red,
fenolpthalein, kertas lakmus merah dan biru
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Tuliskan semua rumus molekul dari indikator di atas!


2. Di alam ada indikator alam yang belum diekstrak. Sebutkan 2 contohnya!
Jawab:

1. Rumus molekul dari:


Fenolpthalein : C20H14O14
Metil biru : C37H27Na2O9S3
Metil merah : C15H15N3O2
Metil orange : C14H14N3NaO3S

2. Di alam ada indikator alami yang belum di ekstrak yaitu mahkota bunga-
bunga berwarna seperti bunga kembang sepatu dan bunga hydrangea, selain
itu juga bisa kunyit sebagai indikator alami.
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

No Nama Alat dan Gambar Fungsi


1 Tabung Reaksi Sebagai tempat dimana kita
mereaksikan bahan kimia dalam
laboratorium

2 Rak Tabung Sebagai tempat menyimpan atau


meletakkan tabung reaksi

3 Gelas Ukur Untuk menakar atau mengukur zat cair

4 Pipet Tetes Untuk mengambil larutan dengan skala


tetesan kecil

5 Kertas Lakmus Untuk mendeteksi apakah suatu zat


tersebut asam atau basa
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
MEMBEDAKAN PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Dasar

Disusun Oleh :

Kelompok II ( A1 )

Sri Marlia Devi NIM.210140005

Kazizi Azarah NIM.210140018

Renny Lutfi Syahara Damanik NIM.210140031

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LHOKSEMAWE

2021
ABSTRAK

Berdasarkan teori perubahan fisika merupakan perubahan suatu materi tanpa


menghasilkan zat baru dan bersifat sementara sedangkan perubahan kimia
merupakan perubahan suatu materi dapat menghasilkan zat baru dan bersifat
kekal. Percobaan ini bertujuan untuk mengamati perubahan fisika dan kimia dan
mengamati perbedaan kedua perubahan tersebut. Pada percobaan perubahan fisika
digunakan metode penguapan dan pengembunan, dimana air setelah dididihkan,
diuapkan lalu mengembun setelah beberapa saat menjadi air kembali sedangkan
pada percobaan perubahan kimia digunakan metode penguapan dan pengkristalan,
HCl dicampur NaOH kemudian larutan diuapkan hingga terbentuk kristal. Kristal
tersebut tidak bisa kembali menjadi HCl dan NaOH lagi. Untuk membedakan
perubahan fisika dan kimia digunakan lilin sebagai bahan percobaan. Lilin yang
mencair lalu membeku kembali merupakan perubahan fisika sedangkan sumbu
yang berubah warna menjadi hitam pan panjang sumbu yang menjadi lebih
pendek merupakan perubahan kimia. Jadi perbedaan perubahan kimia merupakan
perubahan yang tidak dapat kembali kebentuk semula sedangkan perubahan fisika
dapat kembali kebentuk asalnya.
Kata Kunci : Pemanasan, Pengkristalan, Penguapan, Perubahan Fisika,
Perubahan Kimia
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Membedakan Perubahan Fisika dan kimia


1.2 Tanggal Praktikum : 24 November 2021
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Sri Marlia Devi NIM.200140106
2. Kazizi Azarah NIM. 200140109
3. Renny Lutfi Syahara D NIM. 200140111
1.4 Tujuan Praktikum : Mengamati perubahan fisika, dan kimia serta
membedakan perubahannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Setiap zat yang ada dalam kehidupan ini dapat diengaruhi oleh kondisi
lingkungan pengaruh. Pengaruh tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan
fisika atau kimia. Kedua macam perubahan ini merupakan suatu kondisi yang
diberikan oleh zat jika pada zat terlarut diberikan zat stimulasi, ini dapat berupa
energi yang secara teratur diberikan kepada zat tersebut ( Sukardjo, 1989).
Perubahan wujud tersebut ada dua macam yaitu, perubahan fisika dan
perubahan kimia. Kedua perubahan ini menyebabkan perubahan secara sementara
susunan atom, bahkan bahkan secara permanen perubahannya. Hal ini
memberikan efek yang berbeda bagi zat tersebut. Dalam kehidupan ini perubahan
yang terjadi pada setiap zat membawa pengaruh yang berbeda dan peruntukan
berbeda pula (Sukardjo, 1989).

2.1 Perubahan Fisika


Perubahan fisika adalah perubahan yang berubah zat dalam hal bentuk,
warna, ukuran, dan wujud, tetapi tidak merubah zat terbentuk menjadi zat baru.
Contohnya, es yang mencair yang dipanaskan menjadi uap, beras ditumbuk
menjadi tepung, dan kayu diubah menjadi meja.
Ciri-ciri perubahan fisika
1. Terjadi perubahan wujud
Perubahan wujud terjadi karena proses pemanasan maupun pendinginan.
2. Terjadinya perubahan ukuran
Perubahan ukuran terjadi karena proses pemotongan atau pemecahan
3. Terjadi perubahan bentuk zat
Yaitu benda-benda yang diubah bentuknya
4. Terjadi perubahan volume (memuai)
Benda cenderung akan memuai apabila dipanaskan atau didinginkan
5. Terjadi pelarut
Terjadi karena suatu zat yang dilarutkan
6. Terjadi perubahan bentuk energi
Jika filamen tungsten diberikan aliran listrik maka energi listrik padam,
tungstenkan berubah menjadi energi panas yang artinya menghasilkan
cahaya.
(Bradye. Jame, 1995)
2.2.1 Sifat Fisika
Sifat fisika merupakan karakteristik yang khas dari suatu zat yang
membedakan dari zat-zat lain dan tidak melibatkan perubahan ataupun ke zat lain
(Keenan. dkk, 1989).
Yang termasuk kedalam sifat fisika antara lain:
1. Wujud zat
Wujud dibedakan atas padat, cair, dan gas
2. Warna
Warna merupakan ciri tersendiri suatu benda yang membedakan dengan
benda lain
3. Daya hantar listrik
Penghantar listrik yang baik (konduktor), tidak menghantarkan listrik
dengan baik (isolator)
4. Kemagnetan
5. Titik didih
Suhu ketika suatu zat mendidih
6. Titik leleh
Suhu ketika zat padat berubah menjadi zat cair
2.2 Perubahan Kimia
Perubahan kimia adalah perubahan yang bersifat kekal dengan zat baru
melalui reaksi kimia. Contohmya, batang kayu yang dibakar, batang kayu tersebut
berubah menjadi abu, asap dan disertai keluarnya panas. Abu, asap, dan panas
yang keluar tidsk berubah kembali menjadi kayu.
Ciri-ciri perubahan kimia:
1. Perubahan warna
2. Perubahan bau
3. Timbulnya cahaya
4. Pembentukan endapan baru
5. Perubahan Ph
Materi yang terjadi akibat perubahan kimia sama sekali baru, karena dari
materi awal dengan materi akhir setelah perubahan berbeda jauh. Pada dasarnya
reaksi kimia dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. reaksi sintesis
Contohnya: besi dan gas
oksigen dari udara menyebabkan besi berkarat.
2. Reaksi analisis
Contohnya: proses pembentukan
(Buyanto, 1995)
Perubahan kimia ditandai dengan adanya pembentukan gas, pembentukan
endapan, perubahan warna, dan perubahan energi.
1. Pembentukan gas
Sebagai contoh, berbentuknya CO, apabila kita menambah kapur tulis
pada larutan asam kliroda.
2. Pembentukan endapan
Suatu larutan dapat bereaksi dengan larutan lain membentuk endapan
(padatan)
3. Perubahan warna
Sebagai contoh, sumbu lilin yang baru kemudian dibakar, maka sumbu
akan berubah menghitam
4. Perubahan energi
Perubahan energi dapat berupa betambahnya energi, bila menerima energi
dari lingkungan, energi tersebut bisa bertambah ataupun berkurang.
2.3 Perubahan Fisika dan Perubahan Kimia dalam Kehidupan Sehari-
hari
a. Membeku
Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi padat dalam peristiwa ini zat
memerlukan energi panas. Contohnya, es batu yang dibekukan.
b. Mencair
Peristiwa perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Dalam peristiwa
ini zat memerlukan energi panas. Contohnya, lilin yang dipanaskan.
c. Menguap
Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi gas. Dalam hal ini
memerlukan energi panas. Contohnya: Air yang direbus.
d. Mengembun
Peristiwa perubaha wujud dari gas menjadi cair. Dalam hal peristiwa ini
zat melepaskan energi panas. Contihnya, rumput yang ada dilapangan
pada pagi hari menjadi basah.
e. Menyublim
Peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi gas. Pada peristiwa ini zat
memerlukan energi panas. Contohnya, kapur barus (komper) yang
disimpan pada lemari pakaian.
f. Mengkristal
Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi padat. Dalam peristiwa ini zar
melepaskan energi panas. Contohnya, pada peristiwa berubahnya uap
menjadi salju.
g. Pembusukan
Peristiwa bahan organik menjadi materi lain yang busuk disebut dengan
pembusukan. Unsur utama yang terlibat dalam peristiwa pembusukan
adalh hidrogen, sehingga dalam pembusukan kandungan unsur hidrogen
selalu bertambah.
h. Pembakaran
Pembakaran membutuhkan adanya oksigen.
embakaran membutuhkan adanya oksigen.
i. Oksidasi
Peristiwa bereaksinya suatu materi dengan oksigen disebut engan oksidasi.
j. Reduksi
Peristiwa reduksi meruoakan peristiwa bereaksinya suatu zat dengan
hidrogen. Reduksi merupakan kebalikan dari oksidasi.
2.4 Efek Perubahan Fisika dan Kimia terhadap Manusia
Proses pembakaran hidrokarbon menjadi CO2 dan H2O disebut
pembakaran hidrokarbon sempurna. Namnun adakalanya pembajaran hidrokarbon
ini berlangsung tidak sempurna. Pembakaran ini akan menghasilkan senyawa lain
CO2 dan H2O yaitu C dan CO2 dan dapat membahayakan tubuh manusia.
Pembakaran tidak sempurna disebabkan oleh unsur C yang tidak terbakar.
Hal ini ditandai dengan terbentuknya asap yang berwarna hitam dan nyala api
yang berwarna kuning. Pemakaran minyak tanah panjang rantai karbon
pembakaran semakin tidak sempurna.
Pembakaran tidak sempurna berarti ada energi yang tidak dihasilkan.
Akibatnya, energi yang dibebaskan menjadi berkurang dan hal ini mengurangi
eksistensi bahan bakar. Disampirng berkurangnya energi yang dihasilkan dapat
membahayakan kesehatan.
Kotoran belerang yang dikandung minyak bumi akan menghasilkan gas-
gas SO2 dan SO2 yang menyebabkan hujan asam suhu tinggi pada saat
pembakaran minyak bumi mengakibatkan Na2 dan CO2 di udara, yang
menyebabkan asap kabut berwarna coklat pada udara, terutama di kota-kota
metropolitan (Achmad dan Hiskia, 1999).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Gelas kimia 1 buah
2. Kaki tiga dan perangkatnya 1 buah
3. Kaca arloji 1 buah
4. Tabung reaksi 1 buah
5. Cawan penguap 1 buah
6. Lampu spiritus 1 buah
7. Gelas ukur 25 ml 1 buah
8. Pipet volume 5 ml 1 buah

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Larutan HCl 0,1 M 3 ml
2. Larutan NaOH 0,1 M 3 ml
3. Air suling 15 ml
4. Lilin putih 1 buah
5. Penggaris 1 buah

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut
1. Perubahan Fisika
Kedalam gelas kimia dimasukkan 15 ml air suling, letakkan di atas tunggu
kaki tiga yang diatasnya telah diisi air diatas kaca arloji. Panaskan sampai
air yang ada di dalam gelas kimia mendidih. Amati titik air pada bagian
bawah kaca arloji.
2. Perubahan Kimia
Kedalam tabung reaksi dimasukkan 3 ml larutan HCl 0,1 M lalu
ditambahkan kedalam tabung reaksi NaOH 0,1 M. Masukkan larutan yang
telah direaksikan tersebut kedalam cawan penguap dan letakan diatas
tungku kaki tiga dan panaskan sampai semua air menguap, perhatikan
kristal-kristal yang ada pada cawan penguap.
3. Perubahan Fisika da Kimia
Letakkan lilin diatas meja praktikum secara vertikal. Ukur panjang lilin,
panjang sumbu, bentuk dan letak sumbu serta warna sumbu. Nyalakan lilin
selama 5 menit, lakukan pengamatan sebaik-baiknya dan catat tinggi
nyala, bentuk nyala, warna sumbu, tinggi sumbu, apakah sumbu berjelaga
atau tidak, mencairnya lilin dan memadatnya lilin kembali. Lalu tiap lilin
hingga padam, dan dicatat lagi pengamatan-pengamatan seperti tinggi
nyala, bentuk nyala, dan seterusnya. Pada percobaan ini dikelompokkan
perubahan kimia dan perubahan fisika.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel
4.1 berikut
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Perubahan Fisika dan Kimia
No Cara Kerja Hasil Pengamatan
1 Perubahan Fisika − Air didalam cawan
15 ml air suling dimasukkan terkondensasidan air menguap
kedalam cawan penguap dan tutup yang menguap tersebut turun
dengan kaca arloji yang sudah kembali menjadi air
berisi air di atasnya, kemudian − Air diatas kaca arloji menguap
panaskan sampai mendidih. sampai air habis
2 Perubahan Kimia − Larutan HCl + NaOH menguap
− Larutan NaOH + HCl − Terbentuk kristal-Kristal putih di
− Larutan NaOH dan HCl dasar cawan penguap
dipanaskan − HCl + NaOH→NaCl
3 Perubahan Kimia dan Fisika
a. Sebelum lilin dinyalatakan − Panjang lilin : 18 cm
− Panjang sumbu : 5,5 cm
− Bentuk sumbu : serabut
− Tekstur sumbu : halus
− Warna sumbu : putih
− Bentuk lilin : bulat panjang
− Warna lilin : putih
b. Ketika lilin dinyalakan
1. Perubahan Fisika − Lilin meleleh dan akan memadat
kembali ketika dipadamkan
2. Perubahan Kimia − Perubahan warna sumbu dari putih
menjadi hitam
− Panjang sumbu berubah menjadi
1,1 cm

c. Ketika lilin dipadamkan − Lilin memelah dan memadat


1. Perubahan Fisika kembali
2. Perubahan Kimia − Panjang lilin berubah dari 18 cm
menjadi 17 cm
− Tekstur sumbu berubah dari lembut
menjadi agak keras
− Perubahan warna sumbu menjadi
hitam dibagian atas dan sedikit
berwarna putih di bagian bawah
(Sumber: Praktikum Kimia Dasar, 2021)

4.2 Pembahasan
1. Perubahan Fisika
Pada perubahan fisika, air yang dipanaskan diatas tungku kaki tiga akan
mendidih dan air akan menguap. Penguapan merupakan proses dari cair menjadi
gas. Dalam percobaan ini gelas kimia ditutip dengan kaca arloji sehingga ketika
air mendidih uapnya akan melekat pada kaca arloji dan dinding-dinding gelas
kimia dan menghasilkan titik-titik air, dimana titik-titik air yang melekat pada
bagian bawah kaca arloji dan dinding gelas kimia tadi akan kembali turun
kebawah dan menjadi wujud semula. Kejadian tersebuat merupakan perubahan
fisika dan inilah alasannya mengapa perubahan fisika tidak menghasilkan zat baru
sifatnya dan perubahannya akan kembali kebentuk semula. Air yang berada di
atas kaca arloji akan menguap habis karena sifatnya yang terbuka sehingga
menyebabkan air menguap langsung ke udara bebas.
2. Perubahan Kimia
Pada percobaan peubahan kimia, HCl ditambahkan NaOH lalu dipanaskan
menghasilkan reaksi yang irrevesibel. Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada
persamaan berikut:
HCl + NaOH → NaCl + H2O………………………………………….(4.1)
Garam yang dihasilkan berbentuk kristal dan halus. Reaksi ini terjadi dan
berjalan dengan baik karena menghasilkan garam (NaCl). Komponen pembentuk
garam dalam hal ini ialah anion dari HCl yaitu Cl bertemu dengan kation dari basa
yaitu Na+ sehingga membentuk NaCl, sedangkan airnya (H2O) menguap. Hal ini
membuktikan terjadinya perubahan NaCl yang terbentuk dan tidak dapat kembali
kebentuk semula. Percobaan ini disebut perubahan kimia.
3. Perubahan Kimia dan Perubahan Fisika
Saat lilin dinyalakan, nyala lilin berjelaga karena adanya proses
pembakaran yang menghasilkan CO2. Lilin yang semula berbentuk padat dan
keras mengalami perubahan yaitu mencair, dari wujud padat menjadi wujud cair,
dengan panjang sumbu yang semula 5,5 cm berubah menjadi 1,1 cm (memendek)
dan warna sumbu mengalami perubahan warna dari warna putih menjadi hitam.
Perubahan tersebut disebut perubahan kimia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ketika air suling dipanaskan sampai mendidih maka akan terdapat titik-
titik air dibawah kaca arloji, hal tersebut merupakan perubahan fisika dari
fase cair menjadi gas.
2. Pada saat NaOH dan HCl dipanaskan maka akan menghasilkan kristal-
kristal NaCl dan H2O akan menguap hal tersebut merupakan contoh
perubahan kimia.
3. Pada saat lilin dibakar akan menjadi perubahan pada warna dan panjang
sumbu yang merupakan contoh dari perubahan kimia. Batang lilin akan
meleleh ketika api menyala dan batang lilin akan memadat kembali ketika
api lilin memadam, hal tersebut merupakan contoh dari perubahan fisika.

5.2 Saran
Pada saat melakukan percobaan, diharapkan untuk mengukur larutan
dengan benar, saat pembakaran waktu yang dibutuhkan harus sesuai karena
berpengaruh pada pembentukan kristal garam.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad dan Hiskia. 1999. Kimia SMU Jilid ke-3. Jakarta : Erlangga
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Edisi 5. Jakarta : Erlangga
Buyanto. 1995. Fisika Teknik. Jakarta : Bina Aksara
Keenan Kleinfeiter, Wood A. 1999. Kimia Untuk Universitas Edisi 6. Jalarta:
Erlangga
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta : P.T Rineka Cipta
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Tuliskan rumus molekul lilin


2. Mengapa kadang nyala api lilin berjelaga?
3. Sebutkan kristal apa yang terjadi pada percobaan kedua!
4. Jelaskan mengapa air setelah mendidih atau hampir mendidih terjadi
gelembung-gelembung

Jawaban

1. CnH2n + 2 dengan n = 20 – 40
2. Api lilin kadang kala berjelaga karena reaksi antara bahan bakar lilin
(paraffin) dengan oksigen yang menghasilkan gas karbon doiksida sehingga
menghasilkan pembakaran lilin yang tidak sempurna yang merupakan
molekul karbon.
3. Kristal yang terjadi pada percobaan kedua adalah krital NaCl, persamaannya
sebagai berikut
NaOH + HCl → NaCl + H2O
4. Gelembung yang terjadi pada saat air telah mendidih atau hampir mendidih,
karena air mengandung unsur oksigen yang apabila dipanaskan akan
menguap. Sebelum menguap yang terbentuk adalah gelembung-gelembung
oksigen tersebut.
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

No Nama Alat dan Gambar Fungsi


1 Tabung Reaksi Untuk melakukan reaksi kimia dalam
skala kecil

2 Gelas Ukur Sebagai alat ukur volume cairan yang


tidak memerlukan ketelitian yang
tinggi

3 Gelas kimia Sebagai wadah untuk menyimpan serta


membuat larutan

4 Cawan Penguap Sebagai wadah atau tempat penguaoan


bahan yang tidak mudah menguap
No Nama Alat dan Gambar Fungsi
5 Kaca Arloji Sebagai penutup saat pemanasan bahan
kimia

6 Kaki tiga Sebagai penahan kawat kasa dan


penyangga ketika proses pemanasan

7 Lampu Spiritus Membar zat atau memanasi larutan

8 Pompa Pipet Untuk membanti pipet volume dalam


menyedot cairan, kemudian cairan
yang telah diukur dipindahkan
kewadah lain
No Nama Alat dan Gambar Fungsi
9 Pipet Volume Memindahkan cairan dari satu waadah
ke wadah lain

10 Pemantik api Untuk menghidupkan lampu spiritus


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
LARUTAN STANDAR

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Dasar

Disusun Oleh
Kelompok II ( A1 )

Sri Marlia Devi NIM.210140005


Kazizi Azarah NIM. 210140018
Renny Lutfi Syahara .D NIM. 210140031

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
ABSTRAK
Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini
disebabkan larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi
larutan standar adalah tepat dan akurat). Larutan standar merupakan istilah kimia
yang menunjukan bahwa suatu larutan telah diketahui konsentrasinya. Untuk
membuat larutan standar kita membutuhkan zat terlarut dan pelarutnya, dimana
pelarut yang digunakan pada percobaan ini adalah aquadest dan zat terlarutnya yaitu
NaCl 0,25 M dan 0,25 N dan Na2SO4 0,25 M dan 0,25 N. Zat murni NaCl yang
diperoleh untuk membuat larutan standar dengan konsentrasi 0,25 M dan 0,25 N
sama - sama dibutuhkan 1,461 gram yang dibutuhkan dalam 100 ml larutan dan zat
murni Na2SO4 yang diperoleh untuk membuat larutan standar dengan konsentrasi
0,25 M dan 0,25 N dibutuhkan 3,5551 gram dan 1,7755 gram yang dibutuhkan
didalam 100 ml larutan.
Kata kunci : Larutan, Normalitas, Zat murni, Konsentrasi, Larutan.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul praktikum : Larutan Standar


1.2 Tanggal praktikum : 8 Desember 2021
1.3 Pelaksana Peraktikum : Kelompok II
1.4 Nama dan NIM Anggota:1. Sri Marlia Devi NIM.210140005
2. Kazizi Azarah NIM.210140018
3. Renny Lutfi Syahara .D NIM.210140031
1.5 Tujuan praktikum : Membuat larutan standar dengan konsentrasi X
normalitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Larutan


Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih yang
mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain pelarut digunakan air
suling. Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan
dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan
terdiri dari zat terlarut dan pelarut. Apabila dua atau lebih komponen dicampurkan
dan dalam larutan yang sama. Dalam hal ini baik alkohol maupun air dapat disebut
zat terlarut atau pelarut (Antonio, 2006 ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah
tekanan dan suhu. Kelarutan zat padat dan cairan tidak berpengaruh oleh tekanan,
sedangkan kelarutan gas-gas akan bertambah apabila tekanan diperbesar (Anshary
dan Irfan, 1990 ).

2.2 Larutan Baku


Larutan baku merupakan larutan yang telah diketahui kosentrasinya secara
teliti, dan kosentasinya biasanya dinyatakan dalam satuan normalitas (N) atau
molaritas (M). Senyawa yang digunakan untuk larutan baku adalah senyawa baku.
Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Baku primer adalah bahan dengan kemurnian yang tinggi untuk membuat
larutan baku yang konsentrasinya dapat dihitung dan hasil penimbangan
senyawa dan volume larutan yang dibuat.
2. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku
primer karena sifatnya yang tidak stabil dan kemudian digunakan untuk
membaku larutan standar, contoh natrium tiosulfit (Na2S2O3) dan larutan
iodium ( I ) ( Petruci Nomina, 1996 ).
2.3 Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan adalah cara menyatakan bahwa hubungan kuantitatif
antara zat terlarut dan pelarut. Apabila zat terlarut banyak, sedangkan pelarutnya
sedikit maka dapat dikatakan bahwa larutan ini pekat atau konsentrasinya tinggi
sebaiknya jika zat terlarut lebih sedikit dari pelarutnya, maka zat tersebut mempunyai
konsentrasi yang sangat rendah atau larutan tersebut encer.
Konsentrasi dapat dikatakan dengan beberapa cara yaitu:
A. Persen Volume
Persen volume menyatakan jumlah liter zat terlarut dalam 100 liter larutan,
misalnya : alkohol 76% berarti dalam 100 liter larutan alkohol terdapat 76 liter
alkohol murni.
B. Persen Massa
Persen massa menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Contohnya : larutan gula 5%, artinya dalam 100 gram sirup terdapat 5 gram gula
C. Fraksi mol
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen dengan
jumlah total seluruh komponen dalam satu larutan. Fraksi mol total selalu total .
konsentrasi ini tidak mempunyai satuan karena merupakan perbandingan.
Dengan rumus:
Xterlarut = nterlarut / nterlarut + npelarut
Xpelarut = npelarut / n pelarut + n terlarut ...........................................................(2.1)
D. Molaritas(M)
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut 1 liter larutan.
Dengan rumus:
n gr gr 1000
M=V M = BM ×V M = BM × p
gr 1000
atau M = BM × ……………………………………………………...(2.2)
V
E. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Dengan rumus:
1000
m = mol terlarut × gram pelarut ……………………………………...……(2.3)

F. Normalitas (N)
Normalitas merupakan jumlah mol ekuivalen zat terlarut perliter larutan.
Terdapat hubungan antara normalitas dengan molaritas.
Dengan rumus:
N = M × valensi
gr 1000
N = BE × ………………………………….………………………..…(2.4)
p

(Brady, 1989 )
2.4 Jenis – Jenis Larutan
Larutan dapat diklasifikasikan berdasarkan fase zat terlarut dan pelarutnya, zat
yang dilarutkkan itu disebut zat terlarut. Jenis – jenis larutannya antara lain:
1. Gas dalam gas - seluruh campurannya gas
2. Gas dalam cair – oksigen dalam air
3. Cairan dalam cairan – alkohol dalam air
4. Padatan dalam cairan – gula dalam air
5. Gas dalam padatan – hidrogen dalam paladium
6. Cairan dalam padatan – Hg dalam perak
7. Padatan dalam padatan - Aioys
(Karyadi, 1997)
2.5 Sifat Larutan
Dalam proses melarut menjadi peristiwa pemecahan ukuran partikel zat
terlarut dan suatu saat seluruh partikel tersebut melarut dan berinteraksi dengan
memiliki zat – zat atau sifat – sifat yang berbeda, misalnya ada yang terasa asam,
pahit, asin, dan lainnya ( Petruci, 1996 ).
2.6 Kimia Volumetri
Kimia volumetri adalah pembuatan larutan baku. Zat murni ditimbang
dengan teliti, kemudian dilarutkan dalam labu ukur sampai volume tertentu dengan
tepat. Dimana normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku
primer, yaitu natrium oksalat, kalium bikromat, natrium karbonat, kalium iodida. Zat-
zat kimia yang dipakai harus memenuhi syarat :
1. Zat kimia yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang
pasti.
2. Zat kimia yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.
3. Zat kimia yang digunakan mudah dikeringkan.
4. Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan kadar
larutan yang tidak diketahui ( Keenan, 1992).

2.7 Analisa Volumetri


Mengukur volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan menimbang
berat suatu metode gravimetri, analisa volmetri juga dikenal sebagai titrimetri,
dimana zat yang akan di analisis di biarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasi
bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit) kemudian di hitung,
maka syaratnya adalah reaksi berlangsung secara kuantitatif, dan tidak ada reaksi
samping ( Brady, 1989 ).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat – alat yang digunakan sebagai berikut :
1. Neraca digital 1 buah
2. Labu ukur 100ml 1 buah
3. Kaca arloji 1 buah
4. Spatula 1 buah

3.1.2 Bahan-bahan
1. Zat murni padatan NaCl 0,25M 1,461 gram
2. Zat murni padatan Na2SO4 0,25 M 3,5551 gram
3. Zat murni padatan NaCl 0,25 N 1,461 gram
4. Zat murni padatan Na2SO4 0,25 N 1,7755 gram
5. Aquades

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
1. Dihitung zat murni padatan NaCl dan Na2SO4 yang ingin dibuat larutan
standar dengan konsentrasi x normalitas.
2. Dimasukkan zat murni (gram) yang telah ditimbang kedalam labu ukur.
3. Ditambahkan aquades kedalam labu ukur sampai volume tepat mencapai
(garis batas ).
4. Dikocok larutan sampai bercampur semua.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil percobaan membuat larutan standar
Gram yang mL yang
No Bahan Konsentrasi
dipakai dipakai
0,25 M 1,461 g 100 ml
1. NaCl
0,25 N 1,461g 100 ml
0,25 M 3,5551g 100 ml
2. Na2SO4
0,25 N 1,7755 g 100 ml
( Sumber : Praktikum Kimia Dasar, 2021 )

4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, yaitu membuat larutan standar dengan konsentrasi
normalitas dan molaritas. Hal yang perlu dan utama harus dilakuakan yaitu dengan
melakukan perhitungan terlebih dahulu. Karena zat dan konsentrasi yang di minta
tidak ada dalam persediaan setelah jumlah yang akan ditimbang diketahui, kemudia
dilakukan penimbangan untuk zat pertama yang dibuat larutan standar, adalah NaCl
dengan konsentrasi 0,25 M dan 0,25 N ditimbang dengan berat yang sama yaitu 1,461
gram untuk membuat larutan NaCl dalam volume 100 ml. Serta dilakukan juga
penimbangan untuk zat kedua yaitu Na2SO4 dengan konsentrasi 0,25 M dan 0,25 N
dibutuhkan berat Na2SO4 sebanyak 3,5551 gram dan 1,7755 gram dan dilarutkan
kedalam 100 ml aquades.
Pada saat pencampuran kedua zat ini (NaCl dan air ), NaCl akan langsung
terlarut dalam air, memiliki tekstur seperti kristal, sehingga akan memungkinkan
NaCl untuk mudah larut dalam air. Dalam percobaan ini NaCl yang digunakan hanya
dalam jumlah sedikit. Setelah percampuran kedua zat ini akan didapatkan hasil
larutan yang jernih. Lalu pada percobaan Na2SO4 dan air, Na2SO4 akan langsung
terlarut dalam air, karena memiliki tekstur seperti kristal dan serbuk putih. Air akan
didapatkan hasil larutan yang bening atau jernih.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembuatan larutan standar menggunakan aquades sebagai pelarut.
2. Untuk membuat larutan standar, maka dilakukan terlebih dahulu untuk
menghitung zat murninya dengan menggunakan konsentrasi X normalitas.
3. Untuk membuat larutan standar NaCl 0,25 M maka dibutuhkan 1,461 gram
padatan didalam pelarut aquades dan 1,461 gram untuk NaCl 0,25 N dengan
volume 100 ml.
4. Untuk membuat larutan Na2SO4 0,25 M maka dibutuhkan 3,5551 gram
padatan didalam pelarut aquades dan 1,7755 gram untuk Na2SO4 0,25 N
dengan volume 100ml.

5.2 Saran
Dalam percobaan ini, untuk melakukan percobaan harus mengetahui alat dan
bahan yang digunakan serta pemahaman tentang percobaan yang diketahui.
Perhatikan dengan baik volume yang akan kita ambil dan campurkan, karena volume
yang digunakan dapat mempengaruhi hasil yang kita peroleh. Selain itu, percobaan
larutan standar ini dapat juga dilakukan dengan mengganti jenis zat yang akan
digunakan dengan volume dan konsentrasi yang berbeda pula. Contohnya HCL 0,2 M
dengan volume 250 ml.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2006. Pengolahan Wakaf Secara Produktif dalam
Achmad Junaidi, Menuju Era Wakaf Produktif. Jakarta : Mitra Abadi Pess

Anshary, Irfan. 1990. Kimia Dasar I. Jakarta : Erlangga

Brady, E James. 1995. Kimia Dasar. Jakarta: Bina Aksara

Karyadi, Beni. 1997. Kimia II. Jakarta : Erlangga

Keenan. 1992. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga

Petruci Nominus, Raiph H. 1996. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.


LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Larutan NaCl pada volume 100 ml


𝑁𝑎𝐶𝑙 → 𝑁𝑎 + + 𝐶𝑙 −
Diketahui : M NaCl = 0,25 M
N NaCl = 0,25 N
Mr NaCl = 58,44 gr/mol
𝑀𝑅 58,44
BE = = = 58,44 𝑔𝑟/𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 1

Ditanya : a). gr NaCl dari 0,25 M ……………….?


b). gr NaCl dari 0,25 N ………………..?

Penyelesaian :
a). Pada konsentrasi 0,25 M
gr 1000
M= ×
Mr V
gram 1000
0,25 = 58,44 × 100

14,61 = 10 gram
14,61
gram = = 1,461 𝑔𝑟𝑎𝑚
10

b). Pada konsentrasi 0,25 N


gr 1000
N= ×
BE V
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,25 N = ×
58,44 10

14,61 = 10 gram
14,61
gram = = 58,44 𝑔𝑟𝑎𝑚
10
2. Larutan Na2SO4 pada volume 100 ml
Na2SO4 → 2Na+ + SO42-

Diketahui : M Na2SO4 = 0,25 M


N Na2SO4 = 0,25 N
Mr Na2SO4 = 142,04 gr/mol
𝑀𝑟 142,04
BE =𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 = = 71,02 gr/ ekivalen
2

Ditanya : a). gr Na2SO4 dari 0,25 M ……………….?


b). gr Na2SO4 dari 0,25 N ………………..?

Penyelesaian :
a). Pada konsentrasi 0,25 M
gr 1000
M= ×
Mr V
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,25 = 142,04 × 10

35,51 = 10 gram
35,51
gram = = 3,551 𝑔𝑟
10

b). Pada konsentrasi 0,25 N


gr 1000
N= ×
BE V
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,25 = ×
71,02 10

17,755 = 10 gram
17,755
gram = = 1,7755 gram
10
LAMPIRAN C
TUGAS

1. Buat perhitungan larutan standar dengan konsentrasi molaritas dan molalitas!


Dik :
a. KI b. Pb(NO3)2
M = 1,498 gr M = 1,498 gr
Mr = 266 gr/mol Mr = 331,21 gr/mol
V = 20 ml V = 250 ml
Dit : molaritas dan molalitas…?
Penyelesaian :
𝑔𝑟 1000 1000
a. M = 𝐵𝑀 𝑋 m = mol terlarut 𝑋 𝑔𝑟 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑉
1,498 1000
M= 𝑋 m = 0,28
266 20
1498
M=
5320

M = 0,28

𝑔𝑟 1000 1000
b. M = 𝐵𝑀 𝑋 m = mol terlarut 𝑋 𝑔𝑟 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑉
1,498 1000
M = 331,21 𝑋 m = 0,01
250
1498
M = 82.802,5

M = 0,01

2. Sebutkan faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan!


Jawab :
Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut:
a. Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solven poler juga misalnya : gram – gram
anorganik larutan dalam air. Solute yang non polar akan larut dalam solvent yang non
polar pula misalnya : alkaloid basa larut dalam klorofom.
b. Coselvensi
Peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan bahan
pelarut lain atau modifikasi pelarut, misalnya : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
campuran air dan gilserin atau solution pelit.
c. Temperatur
Zat pada umumnya bertambah larut apabilla suhunya dinaikkan. Zat tersebut
dikatakan endoterm karena proses kelarutannya membutuhkan panas.
d. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar
larut memerlukan banyak pelarut.
e. Salting in
Adanya zat terlarut yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent
menjadi lebih besar.
f. Salting out
Peristiwa adanya zat perlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar
dari pada zat utamanya akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuk endapan.
g. Pembentukan kompleks
Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa zat terlarut dengan zat yang larut
dengan membentuk garam kompleks.
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

NO GAMBAR DAN ALAT FUNGSI

1. NERACA DIGITAL Untuk menimbang massa suatu zat kimia

2. LABU UKUR Untuk membuat atau mengencerkan larutan


dengan ketelitian.

3. KACA ARLOJI Sebagai penutup untuk labu ukur dan gelas


kimia atau untuk menimbang bahan kimia.
4. SPATULA Untuk mengambil bahan – bahan dan
mencongkel bentuk padatan.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
REAKSI REAKSI KIMIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Dasar

Disusun Oleh
Kelompok II ( A1 )

Sri Marlia Devi NIM. 210140005


Kazizi Azarah NIM. 210140018
Renny Lutfi Syahara Damanik NIM. 210140031

LABORATPRIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Reaksi-Reaksi Kimia


1.2 Tanggal Praktikum : 10 November 2021
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok II
1. Sri Marlia Devi NIM. 210140005
2. Kazizi Azarah NIM. 210140018
3. Renny Lutfi S. D NIM. 210140031
1.5 Tujuan praktikum :Mengamati reaksi kimia yang berlangsung
dengan melihat perubahannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Reaksi kimia merupakan reaksi senyawa dalam larutan (air). Perubahan


yang terjadi adalah bukti terjadinya reaksi kimia. Dalam ilmu kimia, reaksi
merupakan salah satu cara untuk mengetahui sifat-sifat kimia dari suatu atau
berbagai zat. Perubahan dalam reaksi kimia dapat berupa perubahan warna,
timbulnya panas, timbulnya gas, terjadinya endapan dan sebagainya
(Keenan,1992).
Reaksi kimia dikatakan atau berlangsung apabila salah satu hal berikut
harus teramati yaitu reaksi berikut menghasilkan gas, endapan perubahan suhu
dan perubahan warna. Persamaan reaksi merupakan bahasa ilmu kimia.
Persamaan reaksi menjelaskan secara kuantitatif peristiwa yang terjadi, jika
pereaksi bergabung dan secara kuantitatif menyatakan jumlah zat yang bereaksi
serta produk reaksi.
Dalam menuliskan persamaan reaksi, harus diketahui dengan benar rumus
pereaksi dengan rumus produk reaksi. Sebelum persamaan reaksi itu disetarakan.
Macam-macam reaksi kimia yaitu reaksi sintetis (pembentukan senyawa dari
unsur-unsurnya), reaksi metamatetis (pertukaran antar senyawa), reaksi penetralan
(asam basa), dan redoks (Achmad, 2001).

2.1 Persamaan Reaksi


Persamaan reaksi adalah persamaan yang menunjukkan perubahan zat-zat
yang terdiri selama reaksi kimia berlangsung. Persamaan kimia yang terdiri atas
rumus kimia pereaksi dan hasil reaksi disertai koefisiennya. Persamaan reaksi
yang sempurna disebut juga persamaan reaksi yang telah setara. Syarat-syarat
persamaan reaksi setara sebagai berikut:
1. Jenis-jenis unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
2. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol.
4. Pereaksi dan hasil reaksi dinyatakan dengan rumus kimia yang benar.
5. Wujud zat-zat yang terlibat reaksi harus dinyatakan dalam tanda kurung
setelah reaksi kimia.
Selain menggambar rumus kimia, persamaan reaksi yang sempurna juga
menunjukkan zat yang terlibat dalam reaksi. Wujud zat dalam persamaan reaksi
disingkat dengan:
(s) : Solid (zat padat)
(l) : Liquid (zat cair)
(aq) : Aqueous (larutan dalam air)
(g) : Gas
Contoh : H2(g) + O2(g) → H2O………………………….………………(2.1)
Pada reaksi kimia terjadi pereaksi menjadi hasil reaksi. Atom-atom yang
terdapat pada pereaksi tidak berubah baik jenis maupun jumlahnya tetapi ikatan-
ikatan antara atom-atomnya mengalami perubahan. Oleh karena itu pada reaksi
kimia tidak terjadi perubahan massa, sesuai dengan hukum kekelan massa.
Contohnya reaksi antara karbon dengan gas oksigen menghasilkan karbon
dioksida. Penulisan persamaan reaksinya:
C(s) + O2(g) → CO2(g)……………………....………………..(2.2)
Pada reaksi tersebut jumlah atom disebelah kiri tanda panah sudah sama
dengan jumlah atom disebelah kanan, sehingga reaksi sudah setara.
Misalnya reaksi C(s) + O2(g) → CO2(g). Agar jumlah atom dikiri dan dikanan
sama maka persamaan reaksi harus disetarakan dengan menambahkan koefisien
reaksinya. Persamaan reaksi menjadi :
2C(s) + O2(g) → 2CO2(g)……………………………………….(2.3)
Persamaan reaksi juga merupakan penggambaran jenis zat, wujud serta
perbandingan jumlah partikel pereaksi dan hasil dari reaksi.

2.1 Macam-Macam Reaksi Kimia


Reaksi kimia dapat digolongkan menjadi :
a. Reaksi sintetis yaitu pembentukan senyawa dari unsur-unsur
Fe + Cl2→FeCl2……………………………………………(2.4)
b. Reaksi metatesis yaitu reaksi pertukaran antar senyawa
NaCl + AgNO3→ AgCl(3) + NaNO3………………………..(2.5)
c. Reaksi penetralan atau reaksi asam basa
HCl + NaOH → NaCl + H2O…………………………….( 2.6 )
d. Reaksi Redoks
K2SO3 + ½ O2 → K2SO4…………………………………….(2.7)
(Nana Sutresna, 1989)

2.2 Penyetaraan Persamaan Reaksi


Meyetarakan persamaan reaksi dapat dilakukan dengan cara sederhana
yaitu :
a. Harus diketahui rumus zat pereaksi dan rumus produk reaksi.
b. Jumlah atom relatif setiap unsur dalam pereaksi sama dengan jumlah atom
unsur dalam produk reaksi.
c. Koefisien rumus diubah menjadi bilangan bulat kecil.
Persamaan reaksi sederhana dapat disetarakan dengan cara persamaan
diperiksa kemudian diberi koefisien sehingga jumlah setiap unsur diruas kiri dan
kanan sama banyak.

2.3 Penyetaraan Reaksi Redoks


Menyetarakan persamaan reaksi dapat dilakukan dengan cara sederhana
penyetaraannya adalah :
1. Harus diketahui rumus zat pereaksi dan rumus produk pereaksi.
2. Jumlah atom relatif setiap unsur dalam pereaksi sama dengan jumlah atom
unsur dalam produk reaksi bereaksi.
3. Koefisien rumus diubah menjadi bilangan bulat kecil.

2.4 Gejala atau Ciri Terjadinya Reaksi Kimia


Dalam kehidupan sehari-hari banyak perubahan materi dapat kita amati
yang menunjukkan terjadinya reaksi kimia sebagai contoh dalam kehidupan
sehari-hari kita sering membakar kertas,pagar besi lambat laun akan berkarat.
Pada peristiwa ini terjadi gejala perubahan warna, timbulnya gas,pada gejala ini
sudah menunjukkan terjadinya suatu reaksi kimia.
Di laboratorium kita dapat melakukan percobaan dengan melarutkan
Pb(NO3)2 kemudian dicampur NaCl kedua senyawa ini larut dalam air, tetapi hasil
campurannya menghasilkan endapan putih. Endapan putih itu adalah PbCl yang
secara visual kita dapat melihat pembentukkan endapannya, dari sini juga kita
dapat simpulkan bahwa terjadi reaksi kimia.
Banyak reaksi kimia yang diikuti dengan keluar dan diserapnya kalor.
Misalnya membebaskan panas, suatu reaksi yang terjadi mengeluarkan panas
contohnya pada reaksi H2SO4 ditambah dengan larutan NaOH dan mengeluarkan
panas atau sering disebut dengan reaksi eksoterm. Sedangkan reaksi yang
memerlukan panas untuk bereaksi disebut reaksi endoterm (Suminar,1987).

2.5 Perubahan Energi Dalam Terjadinya Reaksi Kimia


Banyak reaksi yang menghasilkan perubahan energi. Dapat berlangsung
secara eksoterm dan endoterm. Eksoterm adalah dimana terjadinya reaksi kimia
menghasilkan atau mengeluarkan energi. Sedangkan endoterm sebaliknya reaksi
yang memerlukan panas untuk menganalisis perubahan energi yang berkaitan
dengan reaksi kimia kita harus mendefinisikan sistem (bagian atom yang menjadi
objek perhatian). Sebagai contoh pada pembuatan reaksi kimia yang
menghasilkan panas, kita menggunakan gelas kimia dan larutan H2SO4 sedangkan
aspek yang berada diluarnya disebut sebagai lingkungan (Sudarmo dan Unggul,
2006).
Reaksi kimia dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya :
a. Pembakaran
b. Penggabungan
c. Pengurairan
d. Pemindahan tanggal

Kecepatan reaksi kimia terlibat dari perubahan konsentrasi molekul


reaktan atau konsentrasi molekul produk terhadap waktu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi yaitu:
a. Konsentrasi
b. Suhu
c. Luas permukaan
d. Katalis

(Dogra,SK. 90)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan adalah :
1. Tabung reaksi 7 buah
2. Rak tabung reaksi 1 buah
3. Pipet tetes 2 buah
4. Gelas ukur 3 buah

3.1.2 Bahan –bahan


Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah :
1. Paku 1 buah
2. Larutan H2SO4 pekat 5 ml
3. Larutan K2Cr2O4 0,1 M dan K2Cr2O7 0,1 M 2 ml dan 4 ml
4. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M 4ml
5. Larutan HCl 0,1 M dan HCL 1 M 6 ml dan 2ml
6. Larutan NaOH 8ml

3.2 Prosedur Kerja


Adapun proseder kerja pada praktikum ini adalah:
3.2.1 Reaksi yang Menghasilkan Endapan
1. 2 ml larutan Pb(NO3)2 0,1 M ditambahkan dengan 2ml larutan K2Cr2O7
0,1M di dalam tabung reaksi. Amati endapan yang terbentuk
2. Cara kerja diatas diulangi dengan menggantikan larutan K2Cr2O7 dengan
larutan NaOH 0,1 M.
3.2.2 Reaksi yang Menghasilkan Perubahan Suhu
1. 2 ml larutan H2SO4 pekat ditambahkan dengan larutan NaOH 0,1 M 2 ml
di dalam tabung. Amati perubahan suhu dengan dengan memegang bawah
tabung reaksi.
2. Cara kerja di atas di ulangi dengan menggantikan H2SO4 pekat dengan
larutan HCl 0,1 M.
3.2.3 Reaksi yang Menghasilkan Perubahan Warna
1. 2 ml larutan K2Cr2O4 0,1 M ditambahkan dengan 2 ml larutan HCl 0,1 M
di masukkan ke dalam tabung reaksi. Amati peerubahan warna larutan
2. Cara kerja di atas di ulangi dengan menggantikan larutan K2Cr2O4 0,1 M
dengan K2Cr2O7 dan HCl 0,1 M dengan NaOH.
3.2.4 Reaksi yang Menghasilkan Gas
a. 2 ml HCl 0,1 M di dimasukkan paku pada tabung reaksi. Diamati
terjadinya gelembung gas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dalam praktikum reaksi-reaksi kimia ditunjukkan pada Tabel
4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil percobaan reaksi-reaksi kimia
NO Cara Kerja Hasil Pengamatan

1 Reaksi yang menghasilkan endapan a. Terdapat endapan


a. 2 ml Pb(NO3)2 + 2 ml K2Cr2O4 berwarna orange pada
b. 2 ml Pb(NO3)2 + 2 ml NaOH larutan
b. Terdapat endapan
berwarna putih pada
larutan
2 Reaksi yang menghasilkan perubahan
suhu
a. 2 ml H2SO4 pekat + 2 ml NaOH a. Menghasilkan suhu panas
b. 2 ml HCl + 2 ml NaOH b. Menghasilkan suhu dingin
3 Reaksi yang menghasilkan perubahan
warna
3. 2 ml K2CrO4 + 2 ml HCl b. Berubah warna kuning
4. 2 ml K2Cr2O7 + 2 ml NaOH c. Berubah warna orange

4 Reaksi yang menghasilkan gas a. Muncul gas, dan terdapat


5. 2 ml HCl 1M + paku gelembung dipermukaan
Sumber : (Praktikum Kimia Dasar, 2021)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Reaksi yang Menghasilkan Endapan
1. Pb(NO3)2 + K2Cr2O7 →PbCr2O7 + 2 KNO3
Pada percobaan ini direaksikan larutan K2Cr2O7 yang berwarna kunimg
dengan larutan Pb(NO3) yang berwarna bening . Setelah dilakukam
pencampuran dan kedua zat bereaksi maka terbentuklah sebuah endapan
berwarna orange.
2. Pb(NO3)2 + 2NaOH → Pb(OH)2 + 2 NaNO3
Pada percobaan ini direaksikan laturan Pb(NO3) dengan NaOH dimana
kedua larutan ini sama-sama memiliki warna bening . Setelah direaksikan
maka dihasilkanlah sebuah endapan berwarna putih, terbentuknya endapan
dikarenakan Pb(NO3) yang bersifat padat dan memiliki tingkat kelarutan
dalam air yang rendah.

4.2.2 Reaksi yang Menghasilkan Perubahan Suhu


a. H2SO4 + 2 NaOH → Na2SO4 + 2H2O
Pada percobaan ini direaksikam H2SO4 dan NaOH, setelah dicampurkan
ternyata terjadi perubahan suhu meningkat menjadi panas. Reaksi yang terjadi
pada pencampuran ini adalah reaksi eksoterm. Reaksi eksoterm ini melepaskan
kalor dari system ke lingkungan, dimana asam sulfat pekat melepas kalor
kelingkungan. Maka dari itu campuran reaksi diatas menjadi panas.
b. HCl + NaOH → NaCl + H2O
Pada percobaan ini direaksikan HCl dan NaOH, setelah dicampurkan
ternyata terjadi perubahan suhu menurun menjadi dingin. Reaksi yang terjadi pada
pencampuran ini adalah reaksi endoterm. Reaksi endoterm adalah perpindahan
kalor dari lingkungan kesistem. Pada umumnya asam-asam kuat akan melepas
energinya kelingkungan apabila dengan larutan yang berbeda, tetapi pada
percobaan ini asam kuat yang digunakan adalah HCL dengan konsentrasi rendah (
HCL 0,1 M ) sehingga energy atau kalor diserap oleh system yang mengakibatkan
larutan menjadi dingin.
4.2.3 Reaksi yang Menhasilkan Perubahan Warna
a. K2CrO4 + 2 HCl → 2 KCl + H2CrO4
Pada campuran ini antara K2Cr2O4 dengan HCl akan mengkasilkan warna
kuning. Karena HCl merupakan asam kuat, sehingga apabila direaksikan dengan
K2Cr2O4 maka K2Cr2O4 akan melepaskan ion sehingga mengakibatkan peubahan
warna.
b. K2Cr2O7 + 2 NaOH → Na2Cr2O7 + 2KOH
Untuk campuran ini antara K2Cr2O7 dengan NaOH akan menghasilkan
warna orange pekat. Itu disebabkan oleh logam Na yang merupakan salah satu
unsur pewarna kuning.

4.2.4 Reaksi yang Menghasilkan Gas


Fe + HCl → FeCl + H2
Untuk campuran ini antara HCL dan Fe akan menghasilkam gelembung
gas pada permukaan paku. Hal ini disebabkan oleh lepasnya H2 dari reaksi
tersebut. Gas dpat trbentuk apabila produk yang dihasilkan dari suatu reaksitidak
larut air.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada reaksi Pb(NO3)2 + K2Cr2O7 PbCr2O7 + 2 KNO3 . Menghasilkan
endapan berwarna orange pada larutan.
2. Pada reaksi Pb(NO3)2 + 2NaOH Pb(OH)2 + 2NaNO3 . Menghasilkan
endapan berwarna putih.
3. Pada reaksi H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2H2O. Terjadi reaksi eksotem
4. Pada reaksi HCl + NaO NaCl + H2O. Terjadi reaksi endoterm.
5. Pada reaksi K2Cr2O4 + 2HCL 2KCL + H2Cr2O4. Menghasilkan warna
kuning pada larutan.
6. Pada reaksi K2Cr2O7 + 2NaOH 2KOH + Na2Cr2O7. Menghasilkan
warna orange pada larutan.
7. Pada reaksi Fe + HCL FeCL + H2. Terdapat gelembung-gelembung
gas pada paku.

5.2 Saran
Pada percobaan ini diharapkan berhati-hati pada saat mencampurkan
larutan agar hasilnya akurat dan sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu pada
percobaan reaksi- reaksi kimia diharapkan dapat menggantikan jenis zat yang
akan digunakan dengan volume dan konsentrasi yang berbeda pula, contohnya
seperti Pb(NO3)2 yang dapat diganti dengan AgNO3 0,1 M dengan volume 5 ml.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Reaksi-reaksi Kimia. Bandung : Citra Aditya Bakti

Dogra,S.K dan S.Dogra .1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta ; Penerbit
Universitas Indonesia

Keenan.1992. Kimia Untuk Universitas, Jilid 1, Erlangga. Bandung

Nana Sutrisna & Wahyudi.1999. Kimia 2. Bandung : GANECA EXACT

Petrucci,Ralph. H,Suminar. 1987. Kimia Dasar Edisi Keempat jilid 2. Jakarta :


Erlangga

Sudarmo, Unggul.2006. Kimia 3. Jakarta : PHIBETA


LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Dalam reaksi di atas yang mana tergolong reaksi sentesa dan mana
tergolong reaksi analisa?
2. Mengapa logam Na dengan air menghasilkan letupan ?

3. Pada percobaan di atas, yang mana merupakan reaksi percobaan


reversibel dan irreversible
Jawab:

1. Reaksi sintesa ialah reaksi-reaksi kimia yang melibatkan


perubahan dari molekul-molekul sederhana menjadi molekul-
molekul kompleks.
Yang tergolong ialah NaOH + HCl " NaCl + H2O.Reaksi analisa ialah
reaksi-reaksi kimia yang melibatkan perubahan- perubahan molekul-
molekul besar menjadi molekul sederhana.
Yang tergolong ialah 2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O

2. Karena pelepasan sangat cepat dan merupakan reaksi eksoterrmik atau


menghasilkan panas. Dimana Na memiliki 1 elektron dengan
membaginya sesuai kaidah octet maka menghasilkan 1 elektron terluar.
Dengan valensi hanya 1 membuatnya sangat mudah bereaksi, 1
elektron akan mudah tertarik oleh unsur lain. Saat dimasukkan ke
dalam air, 1 elektron akan mengkat OH dari air mengantikan H dan
membentuk NaOH
3. Reaksi reversibel

Pb(NO3)2 (aq) + 2NaOH (aq) Pb(OH)2 (s) + 2NaNO3 (aq)

Reaksi irreversibel
Pb(NO3)2 +K2Cr2O7 PbCr2O7 (s) + 2KNO3 (ag)

2NaOH+H2SO4 Na2SO4 + 2H2O


LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

NO ALAT DAN NAMA ALAT FUNGSI


1 Tabung reaksi Untuk mencampurkan, menampung
dan memanaskan senyawa kimia
cair atau padat terutama untuk
pengujian yang bersifat kulitatif

2 Pipet volume Untuk mengambil larutan dengan


volume sesuai kapasitasnya

3 Pipet Ukur Untuk mengukur larutan kimia


yang memiliki konsentrasi tinggi

4 Penghisap Pipet Untuk menghisap atau menyedot


larutan. Alat tersebut dipasang pada
ujung pipet volume atau pipet ukur
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

MEMBEDAKAN CAMPURAN DAN SENYAWA

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Dasar

Disusun Oleh :

Kelompok II ( A1 )

Sri Marlia Devi Nim.210140005

Kazizi Azarah Nim.210140018

Renny Lutfi Syahara Damanik Nim.210140031

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LHOKSEMAWE

2021
ABSTRAK

Dalam percobaan membedakan campuran dan senyawa bertujuan untuk


membedakan campuran homogen dan heterogen. Percobaan ini dilakukan dengan
metodelogi pencampuran, filter, dan pemanasan. Pencampuran dilakukan pada air
dengan pasir, filter dilakukan pada campuran air dengan garam, dan pemanasan
dilakukan pada filtrat dari campuran air dengan garam. Dari hasil percobaan
diperoleh bahwa campuran air dengan pasir dan campuran etanol merupakan
campuran heterogen karena kedua larutan tersebut tidak tercampur sempurna.
Sedangkan campuran air dengan garam merupakan campuran homogen karena
campuran tersebut larut secara sempurna dan terjadi rekristalisasi saat pemanasan.

Kata Kunci : Campuran heterogen, Campuran homogen, Filter, Senyawa


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Membadakan Campuran dan Senyawa


1.2 Pelaksana Praktikum : Kelompok II ( A1 )
1.3 Nama/Nim anggota : Sri Marlia Devi Nim.210140005
Kazizi Azarah Nim.210140018
Renny Luffi Syahara D Nim.210140031
1.4 Tujuan Praktikum : Membedakan campuran homogency dan
heterogen.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum, materi dapat dibagi menjadi 3 yaitu unsur, senyawa, dan
campuran. Unsur merupakan jenis materi yang paling sederhana denga sifat fisika
dan kimianya yang unik. Suatu unsur hanya hanya memiliki satu jenis atom
penyusun. Oleh karena itu, unsur tidak dapat dibagi-bagi secara fisika maupun
kimia. Senyawa merupakan jenis materi yang tersusun dari dua atau lebih unsur
berikatan kimia. Campuran merupakan gabungan dua atau lebih zat tanpa
perbandingan tertentu (Anomin, 2010).

2.1 Campuran dan Senyawa

Senyawa merupakan jenis materi yang tersusun dari dua atau lebih unsur
yang berikatan kimia atau senyawa dibentuk dari dua unsure atau lebih melalui
reaksi kimia. Sifat suatu senyawa berbeda dengan sifat unsur- unsur penyusunnya.
Contohnya adalah natrium klorida atau yang biasa dikenal dengan garam dapur
(Johari,2006).

Campuran merupakan gabungan dua atauIebih zat tanpa perbandingan


tertentu. Campuran ada yang berupa campuran homogeny dan campuran
heterogen. Campuran heterogen merupakan campuran yang masih memiliki batas
yang dapat terlihat antara komponen- komponen penyusunnya. Campuran
homogeny merupakan campuran yang batas antar komponennya tidak terlihat.
Campuran homogeny dinamakan juga larutan, sedangkan campuran heterogen
disebut juga suspense.
(Achmad, 1998)

Campuran dapat dibagi dua, yaitu campuran yang homogen dan heterogen.
Campuran homogen adalah penggabungan dua zat tungga atau lebih yang semua
partikelnya menyebar merata sehingga membentuk suatu fasa. Yang disebut satu
fasa adalah zat yang sifat dan komposisinya sama antara satu bagian dengan
bagian yang lain didekatnya. Sebagai contoh gula dengan air. Rasa manis air gula
disemua bagian bejana sama, baik diatas, dibawah maupun dipinggirnya. Karena
begitu kecil dan meratanya partikel gula sehingga tidak dapat dilihat walaupun
dengan mikroskop. Yang tampak hanya satu fasa, yakni cairana dan campuran
seperti ini disebut larutan.
Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara dua
zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang
lainnya tidak sama di berbagai bejana. Contohnya, campuran air dengan minyak
tanah.
(Syukri, 1999)
Pada senyawa perbandingan maasa zat pembentuk tetap, sifat-sifat
partikel membentuk senyawa masih ada sehingga partikel-partikel pembentuk.
Senyawa mudah dipisahkan lagi. Hal ini untuk campuran melalui peristiwa
kimia. Sedangkan peristiwa fisika, perbandingan maasa zat pembentuk berubah-
ubah (Sumadia, 1996).

Jika sejumlah kecil garam (NaCl) dimasukkan kedalam air, komposisi


sifat fase cairan baru ini yaitu larutan. Berbeda dengan air murni, larutan ini
adalah homogen, karena terdiri dari dua buahzat yang dapat terlarut dan sifat-
sifatnya sama untuk keseluruh cairan.

Jika pasir (SO ) ditambahkan kedalam air, pasir akan mengendap kedasar
2

cairan yang tetap merupakan kepadatan tak larut dalam air. Pasir ini merupakan
campuran fase, yaitu cairan yang ditambah dengan padatan.

Kebanyakan unsur dapat bereaksi dengan satu atau lebih unsur lain untuk
membentuk senyawa. Kita mendefinisikan senyawa (compound) sebagai suatu zat
yang tersusun atas atom-atom dari dua unsur atau lebih yang terikat secara kimia
dengan perbandingan yang tetap. Sebagai contoh, gas Hidrogen terbakar dalam
gas oksigen membentuk air, suatu senyawa yang sifat-sifatnya sangat berbeda
dengan sifat-sifat dari unsur-unsur pembentuknya. Air tersusun atas dua bagian
Hidrogen dan satu bagian Oksigen. Susunan ini tidak dapat berubah, darimana
pun air itu berasal.
(Raymond Chang, 2004)

2.2 Metode Pemisahan Campuran


Pemisahan campuran dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantara
ialah:
1. Filtrasi (penyaringan)
Filtrasi adalah cara pemisahan zat padat melalui filter (saringan) yang
berpori- pori. Pada saat bereksperimen di laboratorium, untuk memisahkan
pasirdari air dengan menggunakan corong yang dibasahi dengan kertas saring
diatasnya. Pasir tinggal di kertas saring dan air turun kegelas kimia menembus
kertas saring. Air tersebut disebut dengan filter.
Cara filtrat ini juga digunakan untuk memisahkan zat- zat kelarutan yang
berbeda, misalnya: gula dengan pasir. Jika gula tersebut dimasukkan ke dalam air,
maka gula tersebut akan larut. Sedangkan pasir tidak, harus melalui penyaringan
untuk memisahkan pasir dengan air.
2. Kristalisasi (Penghamburan)
Kristalisasi ialah cara memperoleh zat padat yang akan larut dalam air.
Cara-cara kristalisasi, yaitu :
a. Penguapan
Cairan ini digunakan melalui pemanasan, sehingga membentuk kristal
padat. Cara ini sering digunakan pada pembuatan garam. Air laut diuapkan
dengan sinar matahari atau api dengan suhu tertentu, air akan menguap dan
membentuk kristal garam.
b. Pendinginan
Zat- zat padat mudah larut dalam air panas dari pada air dingin. Jika
suatu larutan didinginkan maka kelarutan zat akan berkurang, sehingga
muncul seperti kristal. Cara ini dipakai pada industri belerang. Dengan uap air
yang sangat panas dipompakan pada deposit belerang di dalam tanah,
sehingga belerang meleleh atau larut.
c. Distilasi (penyulingan)
Distilasi adalah cara memperoleh cairan yang dikotori zat terlarut atau
bercampur dengan cairan lain yang titik didihnya berbeda. Cairan yang
didingankan harus didihkan hingga menguap. Uap itu dilewatkan melalui alat
pengembun (kondensor).
d. Ekstrasi ( pengairan)
Ektrasi adalah cara pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
melarutkan zat itu pada pelarut yang akan sesuai. Zat yang akan diperoleh
disebut sari (ekstrak).
e. Adsorpsi (penyerapan)
Adsorpsi adalah penarikan suatu zat terhadap zat yang lain secara kuat
sehingga menempel pada permukaannya. Zat penyerap yang banyak
digunakan adalah karbon aktif (arang murni), yang mampu menyerap gas, zat
warna, bahkan mikroorganisme.

2.3 Campuran Homogen dan Heterogen


Campuran dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
2.1 Campuran Homogen
Larutan dikatakan sebagai campuran yang homogen (hom: Jenis, sama),
karena secara fisik zat tunggal yang menyusun campuran tersebut tidak tampak.
Zat tunggal-zat yang bercampur telah melebut menjadi satu kesatuan sehingga
secara mata biasa kita tidak mampu melihatnya bahkan jika dilihat dengan
mikroskop biasa. Namun, walaupun partikel tidak tampak oleh mata ataupun alat,
harus diyakini bahwa materi itu tetap ada (Hastuti, 2009).
Larutan tidak harus berwujud cairan, namun dapat pula berwujud padat.
Terdapat campuran antara logam dengan logam lainnya sehingga membentuk
campuran homogen. Emas murni merupakan logam yang lunak, mudah di
bengkokkan. Agar emas menjadi keras maka emas murni tersebut dicampurkan
dengan zat lain yaitu tembaga, campuran gas dalam cair, campuran gas dalam zat
padat, campuran zat dalam cair dalam zat cair dan campuran zat padat dalam zat
cair.
(Sugianto ,2006)

2.2 Campuran Heterogen


Campuran antara dua macam zat atau lebih yang partikel-partikel
penyusunnya masih dapat dibedakan satu sama lainnya disebut heterogen.
(Mikrajuddi, 2006).
Contoh campuran heterogen adalah air sungai, tanah, makanan, adonan,
beton cor dan lain-lain. Pada campuran heterogen dinding pembatas antara zat
masih dapat dilihat, misalnya campuran air dan minyak. Didalam campuran
heterogen dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu koloid dan suspensi.
a. Koloid
Koloid atau disebut juga suspensi koloid atau sistem koloid merupakan
sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi lebih
kecil dari pada suspensi. Pada umumnya koloid mempunyai ukuran partikel antara
1 nm sampai 100 nm. Berapa koloid tampak jelas secara fisik, misalnya santan, air
susu dan lem. Tetapi beberapa koloid sepintas tampak seperti larutan, misalnya
larutan kanji yang encer, agar yang masih cair dan teh. Oleh karena ukuran
partikelnya relative kecil. Beberapa koloid dapat terpisah bila didiankan dalam
suatu yang relatif lebih lama meskipun tidak semuanya. Misalnya koloid belerang
dalam air dan santan. Beberapa koloid yang masih sukar pisah, misalnya lem, cat
dan lain-lain (Sudarmo, 2004).
b. Suspensi
Suspensi merupakan sistem dispersi dengan partikel yang berukuran lebih
dari 100 nm tersebar merata didalam medium pendispersinya. Contoh suspensi
adalah endapan hasil reaksi atau pasir yang dicampur dengan air. Suspensi
merupakan sistem dipersi yang tidak stabil, sehingga bila tidak diaduk terus-
menerus akan mengendap akibat gaya gravitasi bumi. Untuk memisahkan
suspensi dapat dilakukan dengan proses penyaringan (filtrasi), karena ukuran
partikelnya besar, maka zat-zat yang terdispersi akan tertinggal dikertas saring.
Dalam sistem suspensi biasanya dapat memungkinkan terjadinya
sedimentasi. Tidak seperti koloid, padatan yang terdapat pada suspensi akan
mengalami sedimentasi atau pengendapan meskipun tidak ada gangguan.
Singkatnya suspensi adalah suatu campuran yang masih bisa dibedakan antara
pelarut zat yang dilarutkan. Suspensi cairan atau padatan (dalam jumlah yang
kecil) di dalam gas disebut dengan aerosol. Sistem aerosol dalam kehidupan
manusia contohnya yaitu debu di atmosfer.

2.4 Perbedaan Bersenyawa dan Bercampur


Senyawa dan campuran dapat dibeda-bedakan dilihat dari sifat kimmia dan
fisikanya. Kita dapat menemukan unsur yang dalam keadaan bebas, artinya unsur
tersebut tidak bergantung dengan unsur lain membentuk senyawa. Namun di alam
ini lebih banyak ditemukan unsur yang senantiasa mengadakan ikatan dengan
unsur lain. Unsur-unsur demikian disebut dengan unsur reaktif.
Bercampur terbentuk tanpa melalui bereaksi kimia, sifat komponen penyusun
komponen campuran sesuai dengan sifat masing-masing. Sedangkan bersenyawa
terbentuk melalui reaksi kimia, sifat komponen penyusun senyawa berbeda
dengan aslinya. Pencampuran tidak menghasilkan zat baru, campuran antara gas
hidrogen dan oksigen tetap berupa gas. Sifat komponen dalam cmapuran tidak
hilang. Ketika gula dilarutkan di alam aor keduanya hanya bercampur. Senyawa
merupakan komponen sisi tertentu.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan membedakan campuran
dan senyawa ialah sebagai berikut:
3.1.1 Alat
Alat- alat yang digunakan pada percobaan membedakan campuran dan
senyawa adalah sebagai berikut:
1. Gelas kimia 100 ml 1 buah
2. Gelas ukur 25 ml 1 buah
3. Batang pengaduk 1 buah
4. Kertas saring Secukupnya
5. Corong 1 buah
6. Erlenmeyer 1 buah
7. Cawan penguap 1 buah
8. Kaki tiga 1 buah
9. Tabung reaksi 1 buah
10. Kawat kasa 1 buah
11. Lampu spiritus 1 buah
12. Spatula 1 buah

3.1.2 Bahan
Adaoub bahab yang digunakan pada percobaan membedakan campuran
dan senyawa ialah sebagi berikut:
1. Minyak kelapa 15 ml
2. Garam dapur 3 gr
3. Pasir secukupnya Secukupnya

3.2 ProsedurKerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagia berikut:
1. Diambil pasir secukupnya dan dimasukkan kedalam gelas kimia lalu
ditambahkan 10 ml air suling,kemudian diaduk perlahan dan dibiarkan
beberapa saat dan diamati.
2. Dilipat kertas saring berbentuk kerucut, dan dimasukkan kedalam corong
dengan dibasahi sedikit dengan air agar kertas saring melekat pada corong.
3. Campuran air dan pasir diaduk kembali dan ditambahkan 3 gr garam dapur
dan diaduk kembali.Lalu disaring campuran tersebut dan dikumpulkan
filtratnya di gelas kimia. Diamati dengan mencicipi filtratnya.
4. Filtratnya dimasukkan kedalam cawan penguap dan dipanaskan pada tungku
kaki tiga. Diamati terbentuknya Kristal kembali (rekristalisasi).
5. Diambil 10 ml minyak makan ditambahkan dengan 10 ml air suling dan
diamati. Kemudian dihomogenkan campuran tersebut dan dibiarkan beberapa
saat. Diamati campuran tersebut, larut atau tidak.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil dan pembahasan pada percobaan membedakan campuran


dan senyawa adalah sebagai berikut:

4.1 Hasil
Adapun hasil yang terdapat dalam percobaan membedakan campuran dan
senyawa ditunjukkan pada Tabel 5.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil percobaan Membedakan Campuran dan Senyawa


NO Cara Kerja Hasil Pengamatan
1 Air suling 10 ml + pasir − Warna air menjadi
Diaduk di dalam gelas kimia keruh
− Campuran bersifat
heterogen
− Terdapat dua fase padat
dan cair

2 Air suling 10 ml + pasir + 3 gram garam, a) Sebelum disaring


diaduk dan diamati, kemudian disaring
− Warna air menjadi
dengan corong dan kertas saring.
keruh
− Campuran bersifat
homogen

b) Sesudah disaring

− Warna air jernih


kembali
− Terasa asin

3 Filtratnya dimasukkan kedalam cawan − Terjadi pengkritalan


penguan dan dipanaskan pada tungku kaki − Terbentuk NaCl
tiga dengan menggunakan lampu spiritus. (garam kembali)
Amati terbentuknya Kristal dan rasakan.

4 Minyak 10 ml + air suling 10 ml dicampur − Minyak dan air tidak


dan diaduk dalam gelas kimia. menyatu (Heterogen)
− Terdapat gelembung
− Posisi minyak diatas
dan air dibawah

5 Minyak 10 ml + methanol 10 ml dicampur − Minyak dan methanol


dan diaduk dalam gelas kimia tidak menyatu
− Posisi minyak dibawah
dan methanol di atas

(Sumber: Praktikum Membedakan Campuran dan Senyawa, 2021)

4.2 Pembahasan

Pada percobaan ini pertama air suling ditambahkan pasir, pasir tidak larut
dengan air dan warna air berubah menjadi keruh. Pasir tidak larut dalam air dan
mengendap didasar air, hal ini dikarenakan campuran terdiri dari dua fase, yaitu
cairan dan padatan atau dikatakan campuran hetorogen.

Lalu air dan pasir ditambahkan garam. Garam tersebut larut dalam air dan
membentuk larutan garam, Hal ini dikarenakan garam merupakan senyawa ion.
Apabila garam dicampurkan dengan air, maka ion-ion pada garam akan terlepas.
Garam juga memiliki struktur serbuk kristal sehingga memiliki pori- pori atau
ruang yang lebih luas, maka garam akan lebih cepat menyerap air sehingga larut
dalam air. Garam juga meruapakan zat yang dapat dengan mudah menyerap
lembab atau uap air dari udara. Hal ini disebabkan garam mudah larut dalam air.
Larutan garam disebut campuran homogen.

Lalu larutan garam dan pasir disaring agar diperoleh filtratnya dari larutan
tersebut. Pasir tertinggal pada kertas saring karena pasir adalah padatan. Setelah
itu, filtrate dimasukkan kedalam cawan penguap dan dipanaskan. Kemudian
setelah dipanaskan beberapa menit, larutan yang tadinya terdiri air dan garam kini
hanya tersisa Kristal garam saja. Kristal-kristal garam ini terbentuk kembali akibat
larutan garam dipanaskan, maka terbentuk kembali kristal- Kristal garam yang
dinamakan rekristalisasi.

Percobaan selanjutnya yaitu campurn minyak dan methanol. Kedua


campuran tidak menyatu karena perbedaan massa jenis dari methanol dan minyak.
Dan posisi minyak berada dibwah sedangkan methanol diatas. Hal ini dikarenakan
massa jenis minyak lebih besar yaitu 0,8 g/𝑐𝑚3 daripada masa jenis methanol
yaitu 0,792 g/.𝑐𝑚3

Percobaan terakhir yaitu campurn minyak dan air suling. Kedua campuran
tidak menyatu karena perbedaan massa jenis dari air dan minyak. Dan posisi
minyak berada diatas sedangkan air dibawah. Hal ini dikarenakan massa jenis
minyak lebih ringan yaitu 0,8 g/𝑐𝑚3 daripada masa jenis air yaitu 1g/𝑐𝑚3 .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan dan saran dari percobaan membedakan campuran dan


senyawa adalah sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Campuran air dan pasir dengan membentuk larutan hanya air berubah menjadi
keruh. Campuran ini disebut campuran heterogen.

2. Campuran air dan pasir dengan garam, garam larut dengan air, sedangkan
garam tidak larut dengan pasir. Garam yang larut dalam air disebut campuran
homogeny.

3. Campuran air ,pasir dan garam disaring. Filtratenya dipanaskan membentuk


Kristal garam kembali. Proses ini dikatakan kristalisasi.
4. Campuran minyak dan methanol tidak dapat menyatu karena massa jenis
minyak lebih besar yaitu 0,8 kg
/L, sedangkan methanol 0,792 . kg
/L

5. Campuran minyak dan air tidak dapat menyatu karena massa jenis air lebih
besar yaitu 1 kg
/L, sedangkan minyak 0,82 kg
. Selain itu air bersifat polar dan
/L

minyak bersifat non polar. Senyawa polar hanya larut dengan senyawa polar
dan senyawa non polar larut dengan senyawa non polar.

5.2 Saran
Hendaknya saat praktikum jangan terburu-buru agar manghasilkan data
yang efisien. Dan juga diperlukan ketelitian dalam melakukan pengamatan. Juga
antar anggota kelompok harus ada kekompakan agar praktikum dilaksanakan
dengan baik dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010. Kimia Dasar. Jakarta :Erlangga

Johari. 2008. Kimia Dasar. Jakarta :Erlangga

Petatri Hastuti,dkk.2009. Pembelajaran ilmu pengetahuan alam, terpadu VII


Jakarta : Pusat pembukuan, Departemen pendidikan Nasional.

Sudarmo unggal. 2004. Kimia untuk SMA kelas XII, Jakarta : Erlangga.

Syukri, s. 1999. Kimia Dasar. Bandung :ITB


LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYYAN

1. Tuliskan rumus molekul minyak


2. Mengapa terjadi homogency dan heterogen
3. Sebutkan jenis-jenis reaksi yang terjadi pada percobaan tersebut
4. Jelaskan bagaimana kondisi atau keadaan air setelah bercampur

Jawaban

1. Rumus molekul minyak:


CH3 ( CH2) 16 COOH

2. Homogen terjadi apabila kedua senyawa dapat menyatu saat dicampurkan.


Dan dari hasil campuran tersebut akan terbentuk senyawa baru. Homogen
berarti sama atau tersdispersi secara merata. Sedangkan heterogen terjadi
karena kedua senyawa yang dicampurkan tidak dapat menyatu atau zat
yang ingin dilarutkan tidak dapat atau tidak terlarut. Dan biasanya
campuran heterogen tidak membentuk larutan baru.

3. Jenis-jenis reaksi yang terjadi :


1. Air + garam reaksi asam basa / penetralan ( pelarutan zat )
2. H2O + NaCl NaOH + HCl
3. Air + pasir tidak ada reaksi
4. Air + minyak kelapa → reaksi pelarutan zat
5. CH3OH + minyak kelapa → reaksi pelarutan zat
6. H2O + CH3 ( CH2) 16 COOH CH3 ( CH2 ) 16 COOH . H2O
4. Kondisi air setelah bercampur yaitu air mengalami perubahan. Kondisi air
tidak lagi jenih seperti semula, melainkan menjadi keruh. Hal tersebut
dapat terjadi karena air mudah terkontaminasi.
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

NO Nama Alat Dan Gambar Fungsi


1 Gelas Kimia Sebagai tempat untuk melarutkan zat
yang tidak butuh ketelitian yang tinggi

2 Gelas Ukur Untuk mengukur volume larutan yang


bersifat cair dan tidak butuh ketelian
yang tinggi

3 Batang pengaduk Untuk mengocok atau mengaduk suatu


baik akan direaksikan mapun ketika
reaksi sementara berlangsung.
4 Corong untuk memasukan atau memindah
larutan satu tempat ke tempat lain dan
digunakan untuk proses penyaringan
setelah diberi kertas saing pada bagian
atas

5 Kertas saring Untuk menyaring larutan.

6 Spiritus Untuk membakar zat atau memanaskan


larutan

7 Kaki tiga sebagai penyangga pembakar spirtus

8 Kawat kasa Sebagai alas pada waktu pemanasan


9 Cawan penguap untuk mereaksikan atau mengubah
suatu zat pada suhu tinggi

10 Erlenmeyer Tempat membuat larutan. Dalam


membuat larutan erlenmeyer yang
selalu digunakan.

11 Spatula Digunakan untuk mengambil bahan


kimia padat atau serbuk

12 Neraca

Mengetahui bobot/massa suatu benda


atau sebagai alat ukur massa/berat.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PENENTUAN PERBANDINGAN JUMLAH MOL PEREAKSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Dasar

Disusun Oleh :

Kelompok II ( A1 )

Sri Marlia Devi Nim.210140005

Kazizi Azarah Nim.210140018

Renny Lutfi Syahara Damanik Nim.210140031

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEMAWE
2021
ABSTRAK

Koefisien reaksi pada persamaan kimia menunjukkan perbandingan jumlah mol


zat- zat yang bereaksi dan zat-zat hasil reaksi. Perbandingan koefisien reaksi ini
dinamakan rasio stoikiometri yang disingkat RS.Dalam ilmu kimia mol adalah
satuan pengukuran jumlah yang standar. Ketikakita mereaksikan zat-zat tertentu,
zat tersebut bereaksi dengan perbandingan mol yang bulat dan sederhana tetapi
kita tidak dapat menghitung jumlah zat-zat tersebut secara langsung dengan
neraca. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan jumlah mol
zat yang bereaksi di dalam suatu reaksi kimia. Percobaan ini dilakukan dengan
metodelogi pencampuran larutan [Pb(NO₃)₂]dengan KI dan larutan
[Pb(NO₃)₂]dengan [CuSO₄]masing-masing berbeda tabung dan volume hingga
terlihat hasil dari perbandingannya. Hasil dari percobaan ini adalah berupa
endapan yang berbeda-beda. Penentuan perbandingan volume sangat berpengaruh
terhadap hasil endapan.

Kata kunci: Endapan, Koefisien, Metodoligi, Perbandingan mol, Stoikiometri


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Penentuan Perbandingan Jumlah Mol Reaksi


1.2 Tanggal Praktikum : 24 November 2021
1.3 Pelaksana Praktikum : 1. Sri Marlia Devi NIM.210140005
2. Kazizi Azarah NIM.210140018
3. Renny Lutfi Syahara D NIM.210140031
1.4 Tujuan Praktikum : Menentukan jumlah mol zat yang bereaksi didalam
suatu reaksi kimia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mol merupakan jumlah tertentu untuk menyatakan banyaknya suatu zat


yang berukuran mikroskopis. Satu mol menunjukkan banyaknya partikel yang
terkandung dalam suatu zat yang jumlahnya sama dengan jumlah partikel dalam
12 gram atom C-12. Memang, ada berapa sih partikel dalam 12 gram atom C-12?
Seorang ilmuwan bernama Avogadro berhasil menghitung banyaknya partikel
dalam 12 gram atom C-12, yaitu sebanyak 6,02 × 1023 partikel. Sungguh besaran
yang tidak dapat dijangkau dengan indera manusia. Bilangan tersebut lebih
dikenal sebagai bilangan Avogadro. Untuk 1 mol zat mengandung 6,02 × 1023
partikel. Dengan demikian, hubungan antara jumlah mol dan jumlah partikel
dirumuskan sebagai berikut.

Jumlah mol partikel = mol × 6.02×1023…………………………….(2.1)

2.1 Pengertian Mol


Menurut perhitungan dalam 1 gram besi terkandung 1.075×1022 atom besi.
Dalam 1 ml air terkandung 3.345× 1023 molekul air. Angka-angka besar itu tidak
efektif dalam pengukuran zar-zat berskala besar. Agar lebih efekti, para ahli
kimiawan menetapkan suatu satuan julah zat yang menyatakan banyaknya partikel
zat itu, satuan itu dimanakan mol (Sunarya, 2010).
Gagasan para pakar menggunakan mol sebagai satuan utnutk menyatakn
jumlah partikel dalam suatu zat merupakan gagasan yang bijaksana. Seoerti
halnya dalam kehidupan sehari-hari, untuk menyatakan banyaknya kertas dipakai
rim (500 lembar). Berdasarkan kesepakatan pakar kimia, untuk partikel yang
jumlahnya sebanyak 6.022×1023 atau sebesar tetapan avogadro dinyatakan dengan
satu mol. Dengan kata lain, satu mol setiap zat mengandung 6.022×1023 partikel
zat itu (Sunarya, 2010).
2.2 Konsep Mol
Untuk mengetahui hubungan antara massa zat dalam satuan gram dengan
Ar atau Mr ini memerlukan besaran lain dinamakan mol. Mol adalah satuan zat
yang dapat menghubungkan antara massa (dalam satuan gram), jumlah partikrl
dan Ar atau Mr zat itu. Dalam reaksi kimia terjadi perubahan suatu zat menjadi
zat lain seperti:
Fe + S → FeS
2H₂ + O₂ → 2H₂O
Artinya dalam 1 atom Fe mengandung (bersenyawa) dengan 1 atom S
membentuk FeS. Seterusnya 2 molekul H₂ dan 1 molekul O₂ menjadi 2 molekul
H₂O. Dengan kata lain, reaksi kimia adalah reaksi antara partikel-partikel hasl
reaksi. Jumlah partikel tersebut mempunyai perbandingan tertentu dan tetap.
(Sykri, 1999)
2.2.1 Penggunaan Konsep Mol
Konsep mol dapat digunakan untuk menentukan rumus kimia suatu
senyawa yang belum diketahui. Rumus kimia suatu senyawa dapat menjelaskan
atau menyatakan jumlah relatif atom yang terdapat dalam senyawa itu. Ada dua
jenis rumus kimia, yaitu rumus empiris dan rumus molekul.
a. Rumus Empiris
Rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana yang menyatakan
perbandingan atom-atom dari berbagai unsur dari senyawa. Rumus empiris
digunakan untuk zat-zat yang tidak terdiri dari molekul-molekul distift, misalnya
NaCl untuk natrium klorida dan MgO untuk magnesium oksida dan CaCO3 untuk
kalsium karbonat.
Rumus empiris dapat ditentukan dari data:
1. Macam unsur dalam senyawa ( analisa kuantitatif)
2. Persen komposisi unsur analisa (kuantitatif)
3. Massa relatif unsur-unsur yang bersangkutan
Cara menentukan rumus empiris suatu senyawa dapat dilakukan dalam
tahap tahap beriku:
1. Tentukan massa dalam setiap unsur dalam senyawa massa tertentu,
senyawa atau persen massa setiap unsur-unsur yang terdapat dalam
senyawa.
2. Membagi massa setiap unsur dengan massa atom relatif, sehingga
memperoleh perbandingan mol setiap unsur atau perbandingan atom.
3. Mengubah perbandingan yang diperoleh diatas menjadi bilangan
sederhana dengan cara membagi dengan bilangan bulat.
b. Rumus Molekul
Rumus molekul memberikan jumlah molekul atau mul. Data yang
digunakan untuk menentukan rumus molekul, yaitu:
1. Rumus empiris
2. Massa molekul relatif

Rumus kimia menentukan perbandingan atom unsur-unsur yang menyusun


suatu zat. Dengan mengetahui reaksi kimia zat tersebut, kita dapat mereaksikan
pereaksi-pereaksi sedemikian rupa. Sehingga zat yang terbentuk mamiliki
perbandingan atom unsure-unsur penyusun yang sesuai dengan rumus kimianya.

2.2.2 Massa Molar


Hubungan antara jumlah partikel dan satuan mol zat menggunakan tetapan
avogadro digunakan untuk menghubungkan antara satuan gram dan mol dengan
menerapkan massa atom relatif atau massa molekul relatif zat itu (Sunarya,2010).
Dari uraian diperoleh informasi bahwa:
1. Didalam 32.00 gram gas oksigen terkandung 6,022 x 10 molekul O
23
2.

2. Didalam 12,00 gram atom karbon terkandung 6,022x10 molekul atom C.


23

3. Didalam 3,99 gram atom helium terkandung 6,022 x 10 atom He.


23

Disamping itu, diketahui bahwa massa atom molekul relatif gas oksigen
adalah 32,00 dengan massa atom relatif karbon adalah 12,00. Berdasarkan
informasi ini, tampak adanya hubungan antara massa zat dalam satuan
gram,massa atom relatif atau massa molekul relatif dengan jumlah partikel zat itu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa massa (gram) suatu zat yang besarnya
sama dengan massa atom ralatif zat berupa molekul atau senyawa ion adalah
besarnya massa(gram) untuk suatu mol zat. Massa 1 mol zat dinamakan massa
molar disingkat Mm (Sunarya,2010).

2.2.3. Pengubahan Massa dari Mol


Jumlah mol suatu zat a dari massa zat A dapat ditentukan dengan
menggunakan massa molar.
1 mol A
Mol Zat A = Massa A x massa molar A……………….………….. (2.4)

Penyusunan ulang untuk persamaan diatas dapat digunakan untuk


menentukan massa zat A yang sama dengan jumlah zat A dalam satuan Mol.
1 mol A
Massa Zat A = Mol A × massa molar A…………………………(2.5)

2.2.1 Pengubahan Volume dan Massa melalui kerapatannya


Kerapatan atau massa jenis didefisinikan sebagai massa per volume.
Persamaan tersebut dapat disusun ulang guna mencari massa suatu zat dari
kerapatan dari volume yang massanya dan kerapatannya diketahui
Massa=kerapatan×volume……………..………………………(2.6)
massa
Volume=kecepatan ……………………..………………………(2.7)

2.3 Reaksi Kimia


2.3.1 Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi didefinisikan sebagai persamaan yang menyatakan
kesetaraan jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dengan menggunakan
rumus kimia. Dalam reaksi kimia terdapat zat-zat pereaksi dan zat-zat hasil reaksi.
Dalam menuliskan persamaan reaksi, rumus kimia pereaksi dituliskan di ruas kiri
dan rumus kimia hasil reaksi dituliskan di ruas kanan,. Antara kedua ruas itu
dihubungkan dengan anak panah (→) yang menyatakan arah reaksi kimia.
Contoh: N2 + 3H2 → 2NH3
Persamaan ini menjelaskan bahwa 1 molekul hydrogen menghasilkan 2
molekul amonia. Setiap jumlah nitrogen dan hydrogen dengan perbandingan 1: 3
menghasilkan amonia sebanyak 2 kali molekul nitrogen yang bereaksi 1 mol
nitrogen bereaksi dengan 3 mol amonia.
2.3.2 Macam-macam Reaksi Kimia
1. Reaksi sintesa
Reaksi sintesa yaitu pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya.
Contoh : Fe + Cl2 → FeCl2
2. Reaksi metatesis
Reaksi metatesis yaitu pertukaran antara senyawa.
Contoh : NaCl + NaOH → AgCl + NaNO3
3. Reaksi asam-basa
Disebut juga reaksi penetralan.
Contoh : HCl + NaOH → NaCl + H2O
4. Reaksi redoks
Contoh : K2SO4 + O2 → K2SO4

2.3.3 Penyetaraan Persamaan Reaksi


Penyataraan persamaan reaksi ialah sebagai berikut:
a. Harus diketahui rumus zat pereaksi dengan rumus produk reaksinya.
b. Jumlah atom relatif setiap unsur dalam pereaksi sama dengan jumlah atom
unsur dalam produk relatif.
c. Koefisien rumus diubah menjadi bilangan bulat, terkecil, koefisien reaksi
merupakan perbandingan jumlah pereaksi dari zat yang terlihat dalam
reaksi.

2.3.4 Bilangan Oksidasi


a. Bilangan oksidasi setiap atom adalah unsur bebas sama dengan nol
(hidrogen dalam H2, belerang dalam S1, fosfor dalam P4, semuanya
mempunyai bilangan oksidasi nol).
b. Dalam senyawa bilangan oksidasi ficur sama dengan -1.
c. Bilangan oksidasi dalam ion sederhana sama dengan muatannya dalam
senyawa bilangan oksidasi unsure golongan AI, sama dengan +1,
sedangkan AII sama dengan +2.
d. Bilangan oksidasi hidrogen, dalam senyawa hidrogen sama dengan +1
kecuali dalam hibrida logam seperti NaOH, C4H2 sama dengan -1.
e. Bilangan oksidasi oksigen dalam senyawa sama dengan -2, kecuali dalam
peroksida sama dengan -1 dalam OF2 sama dengan +2, dan seperoksida.
f. Untuk senyawa netral, jumlah bilangan oksidasi dikalikan jumlah setiap
atom sama dengan nol.
g. Untuk semua ion, jumlah mol bilangan oksidasi dikalikan jumlah setiap
atom sama dengan muatan nol.
(Brady, 1999)
2.3.5 Pereaksi Pembatas
Pereaksi yang habis bereaksi disebut pereaksi pembatas, karena membatasi
kemungkinan pereaksi itu bereaksi kembali. Produk reaksi ditentukan oleh
pereaksi pembatas.
Contoh : 2Zn + O2 → 2ZnO
Reaksi pembatas adalah reaksi yang terdapat dalam jumlah stoikiometri terkecil.
Reaktan berlebih adalah reaktan yang terdapat lebih dari pada reaktan pembatas.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat - alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut :
1. Gelas ukur 1 buah
2. Rak tabung 1 buah
3. Tabung reaksi 10 buah
4. Pipet tetes 1 buah
5. Penggaris 1 buah
6. Stopwatch 1 buah

3.1.2. Bahan
Adapun bahan -bahan yang digunakan sebagai berikut :
1. Larutan KI 0,2 M 50 ml
2. Larutan Pb(NO3)2 0,2 M 50 ml
3. Larutan CuSO4 0,1 M 50 ml

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai seberikut:
1. Pb(NO3)2 0.2 M dan larutan KI 0.2 M kedalam 5 buah tabung reaksi
berikut
Tabel 3.2.1 Pb(NO3)2 0,2 M + KI 0,2 M

Tabung A B C D E

Pb(NO3)2 0,2 M (mL) 1 3 5 7 9

KI 0,2 M (mL) 9 7 5 3 1
2. Dikocok tiap-tiap campuran kemudian dibiarkan endapan turun selama
lebih kurang 20 menit.
3. Diulangi cara kerja diatas dengan menggantikan larutan KI dengan larutan
CuSO4
Tabel 3.2.2 Pb(NO3)2 0,2 M + K2Cr2O4 0,1 M

Tabung A B C D E

Pb(NO3)2 0,2 M (mL) 1 3 5 7 9

CuSO4 0,1 M (mL) 9 7 5 3 1

4. Dicatat hasil dari praktikum tersebut


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dari percobaan yang dilakukan ditunjukkan pada Tabel 4.1
dan 4.2 sebagai berikur
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Penentuan Perbandingan Jumlah Mol Pereaksi Pb(NO3)2 0,2
M + KI 0,2 M.

Tabung Nama Campuran Perbandingan Hasil Pengamatan

Tinggi Warna Endapam


Endapan

A Pb(NO3)2 0.2 M 1:9 0,7 cm Kuning


+ KI 0.2 M
B 3:7 1 cm Kuning

C 5:5 1 cm Kuning

D 7:3 0,7 cm Kuning

E 9:1 0,5 cm Kuning


(Sumber: Praktikum Kimia Dasar, 2021)
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Penentuan Perbandingan Jumlah Mol Pereaksi Pb(NO3)2 0,2
M + CuSO4 0,1 M.

Tabung Nama Campuran Perbandingan Hasil Pengamatan

Tinggi Warna Endapam


Endapan

A Pb(NO3)2 0.2 M 1:9 0,8 cm Putih


+ CuSO4 0.1 M
B 3:7 1 cm Putih

C 5:5 0,7 cm Putih

D 7:3 0,6 cm Putih

E 9:1 0,5 cm Putih


(Sumber: Praktikum Kimia Dasar, 2021)
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, pencampuran antara larutan Pb(NO₃)₂ + KI
menghasilkan endapan. Untuk tabung A perbandingannya 1 : 9 dengan tinggi
endapan 0,7 cm dan warna endapan berwarna kuning. Tabung B perbandingan 3:7
tinggi endapan 1 cm dengan warna endapan adalah kuning. Kemudian pada
tabung C perbandingan 5 : 5 dengan tinggi endapan 0,5 cm, dan warna endapan
adalah kuning. Tabung D perbandingan 7 : 3 tinggi endapan 0,7 cm dan warna
endapan adalah kuning. Terakhir pada tabung E perbandingan 9 : 1 tinggi endapan
0,5 cm warna endapan adalah kuning. Dalam percobaan ini, tingginya tingkat
perbandingan volume sangat berpengaruh terhadap hasil endapan yang diperoleh.
Sebagai contoh bisa kita lihat pada tabung A dengan perbandingan 1 : 9 dengan
endapan 0,7 cm, sedangkan pada tabung E perbandingannya 9 : 1 endapannya 0,5
cm. Hal ini membuktikan bahwa tingkat perbandingan jumlah mol pereaksi sangat
berpengaruh pada endapan dan hasil reaksi. Adapun grafik dari percobaan
Pb(NO3)2 ditambah KI ialah sebagai berikut:
Grafik Perbandingan tinggi endapan Pb(NO3)2 + KI

Perbandingan tinggi endapan


Pb(NO3)2 + KI
1,2
Tinggi Endapan ( cm)

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A (1:9) B (3:7) C (5:5) D (7:3) E (9:1)
Volume

Gambar 5.1 Grafik hasil Pb(N03)2 + KI


Pb(NO₃)₂ + 2KI → 2KNO₃ + PbI₂

Pada larutan Pb(NO₃)₂ + CuSO4 perbandingan tabung A 1 : 9


menghasilkan tinggi endapan 0,8 cm dan warna endapan adalah putih. Pada
tabung B perbandingan 3 : 7 endapan setinggi 1 cm dan warna endapan adalah
putih. Lalu pada tabung C perbandingan 5 : 5 tinggi endapan 1,7 cm dan warna
endapan adalah putih. Kemudian pada tabung D perbandingan 7 : 3 endapannnya
setinggi 0,6 cm dan warna endapan adalah putih. Trakhir pada tabung E
perbandingan 9 : 1 tinggi endapan 0,5 cm dan warna endapan adalah putih. Pada
percobaan ini, juga membuktikan bahwa tingkat perbandingan jumlah mol
pereaksi sangat berpengaruh pada endapan dan hasil reaksi. Adapun grafik dari
percobaan Pb(NO3)2 ditambah CuSO4 ialah sebagai berikut

Grafik perbandinngan tinggi endapan Pb(NO3) + KI

1,2
Tinggi Endapan ( cm)

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A (1:9) B (3:7) C (5:5) D (7:3) E (9:1)
Volume

Gambar 5.2 Grafik hasil Pb(NO3)2 + KI


Senyawa yang dapat menyebabkan endapan adalah Pb(NO₃)₂, hal itu
dikarenakan Pb(NO₃)₂ mempunyai sifat padat. Pengendapan dapat terjadi jika
konsentrasi suatu senyawa melebihi kelarutannya (seperti saat mencampur pelarut
atau mengubah suhunya). Pengendapan dapat terjadi dengan cepat dari larutan
jenuhnya, Pb(NO3)2 yang ditambahkan ke dalam larutan natrium iodida (NaI)
dan terbentuk endapan timbal iodida (PbI2) yang berwarna kuning.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan percobaan diatas, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Larutan Pb(NO3)2 ditambah larutan KI dengan perbandingan masing-
masing 1:9, 3:7, 5:5, 7:3, dan 9:1 menghasilkan endapan berturut-turut 0.7
cm, 1 cm, 1 cm, 0.7 cm dan 0.5 cm.
2. Larutan Pb(N03)2 ditambah larutan CuSO4 dengan perbandingan masing-
masing 1:9, 3:7, 5:5, 7:3, dan 9:1 menghasilkan endapan berturut-turut 0.8
cm, 1 cm, 0.7 cm, 0.6 cm dan 0.5 cm.
3. Semakin tinggi atau semakin rendah perbandingan semakin tinggi dan
semakin rendah juga hasil reaksi.
4. Penentuan perbandingan volume reaktan sangat berpengaruh juga terhadap
hasil endapan.

6.2 Saran
Didalam percobaan hendaknya saat kedua larutan sudah dicampur dan saat
akan meletakkan tabung reaksi ke rak tabung, pastikan tabung reaksi tidak miring
juga dan kita dapat mengukur endapannya dengan benar. Pada saat penelitian dan
melakukan praktikum, dianjurkan mengenakan masker dan sarung tangan.
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Zul. 2009. Kimia Dasar. Medan : USU Press


Brady,James E.1999.Kimia Universitas Asas dan Struktur.Jakarta: Binarupa
Aksara
Keenan, Charles W. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar Berdasarkan Prinsip-prinsip Kimia Terkini.
Bandung : Yrama Widya
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 2. Bnadung : ITB
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Buatlah grafik tinggi endapan pada masing–masing nomor tabung untuk
masing masing percobaan.
2. Ulangi cara kerja diatas dengan menggantikan larutan KI dengan CuSO4
Jawaban
1. Grafik tinggi endapan Pb(NO3)2 dengan KI

1,2
Tinggi Endapan ( cm)

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A (1:9) B (3:7) C (5:5) D (7:3) E (9:1)
Volume

2. Grafik tinggi endapan Pb(NO3)2 dengan KI

1,2
Tinggi Endapan ( cm)

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A (1:9) B (3:7) C (5:5) D (7:3) E (9:1)
Volume
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

N0 Nama dan Gambar Alat Fungsi


1 Gelas ukur Untuk mengukur volume larutan

2 Tabung reaksi Untuk mereaksikan dua atau lebih zat

3 Rak tabung Tempat untuk meletakkan tabung


reaksi

4 Pipet tetes Untuk memindahkan larutan dari


wadah satu ke wadah lain

5 Penggaris Mengukur tinggi endapan yang


dihasilkan larutan
6 Stopwatch Untuk mrncatat waktu yang
diperlukan
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
KESEPATAN REAKSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktikum Kimia Dasar

Disusun Oleh
Kelompok II ( A1 )

Sri Marlia Devi NIM.210140005


Kazizi Azarah NIM. 210140018
Renny Lutfi Syahara .D NIM. 210140031

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum yang berjudul kecepatan reaksi. Tujuan


dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi reaksi dengan menggunakan pelarut HCL 4 N dan H2SO4 4 N
yang dicampurkan dengan paku, serbuk besi, dan lempeng Zn. Pencampuran
larutan dengan bentuk zat yang bereaksi akan mengalami perbedaan sekalipun
unsurnya sama. Begitu pula dengan pencampuran larutan jenis zat yang bereaksi.
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa larutan HCl dengan paku lebih cepat
mengalami laju reaksi daripada larutan HCl dengan serbuk besi untuk bentuk zat
yang bereaksi. Hal itu terlihat dari hasil larutan HCL 4 N yang dimasukkan paku
menghasilkan gelembung gas pada waktu 3 detik. Dan untuk larutan HCl
dimasukkan serbuk besi mengahasilkan gelembung gas pada waktu 1 detik.
Waktu gelembung gas yang muncul pada larutan H2SO4 4 N berbeda dengan
larutan HCl 4 N, ketika larutan H2SO4 4 N yang dimasukkan paku menghasilkan
gelembung gas pada waktu 4 detik, untuk larutan H2SO4 4 N yang dimasukkan
serbuk besi menghasilkan gelembung gas pada waktu 4 detik. Terlihat pula
perbedaan warna diantara kedua larutan yaitu warna dari larutan HCl 4 N dan
larutan H2SO4 berwarna abu-abu pekat ketika dimasukkan serbuk besi.

Kata Kunci : Kecepatan Reaksi, Konsentrasi, Larutan, Reaksi, dan Waktu.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Kecepatan Reaksi


1.2 Tanggal Praktikum : 6 Desember 2021
1.3 Pelaksana praktikum : 1. Sri Marlia Devi NIM. 210140005
2. Kazizi Azarah NIM. 210140018
3. Renny Lutfi Syahara.D NIM.210140031
1.4 Tujuan Praktikum : Mengetahui faktor yang mempengaruhi
laju reaksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laju Reaksi


Cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari tentang laju reaksi disebut
kinetika kimia. Tujuan utama kinetika kimia ialah menjelaskan bagaimana laju
bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi
berdasarkan pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen,
(Oxtoby, 2001).
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu.
Laju reaksi kimia terlihat dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau
konsentrasi molekul produk terhadap waktu. Laju reaksi tidak tetap melainkan
berubah terus menerus seiring dengan perubahan konsentrasi, (Chang,2006).
Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi, tetapi hal ini
yang paling mendasar dari laju suatu reaksi adalah bagaimana perubahan kimia itu
berlangsung. Untuk memahami ini akan dipelajari perubahan yang dialami atom,
molekul radikal, dan ion ketika mereka diubah dari pereaksi produk. Untuk suatu
reaksi tertentu, penjumlahan tahap-tahap ini disebut mekanisme reaksi. (Keenan,
1998).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi


2.2.1 Konsentrasi
Suatu zat bereaksi mempunyai konsentrasi yang berbeda-beda.
Konsentrasi menyatakan pengaruh kepekatan atau zat yang berperan dalam proses
reaksi. Semakin besar nilai konsentrasi, maka laju reaksi akan semakin cepat. Hal
ini dikarenakan zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang
lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun lebih rapat dibanding zat
yang konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan sering
bertumbukan dibandingkan dengan partikel yang susunannya renggang, sehingga
kemudian terjadinya reaksi semakin besar, (Utami, 2009).
2.2.2 Suhu
Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya
suhu, energi kinetik partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakin
banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Berdasarkan teori
tumbukan, reaksi terjadi bila molekul bertumbukan dengan energi yang cukup
besar disebut energi aktivasi, (Charles, 1992).
2.2.3 Luas Permukaan
Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan
zat akan semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar
peluang adanya tumbukan efektif, bila hal ini terjadi maka semakin cepat terjadi
perubahan. Semakin luas permukaan zat dan semakin kecil ukuran parikel zat,
maka reaksi pun akan semakin cepat. (Oxtoby, 2001)
2.2.4 Katalis
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi,
tetapi pada akhir reaksi dapat diperoleh kembali. Fungsi katalis adala menurunkan
energi aktivasi sehingga jika kedalam suatu reaksi ditambahkna katalis, maka
reaksi akan lebih mudah terjadi, (Utami, 2009).
Kehadiran katalis dalam suatu reaksi dapat memberikan mekanisme
alternatif untuk menghasilkan hasil reaksi dengan energi yang lebih rendah
dibandingkan dengan reaksi tanpa katalis. Energi pengaktifan yang lebih rendah
menunjukkan bahwa jumlah bagian dari molekul-molekul yang memiliki energi
kinetik cukup untuk bereaksi jumlahnya lebih banyak. Jika kehadiran katalis
adalah meningkatkan adanya tumbukan yang efektif, yang berarti juga
memperbesar laju reaksi, (Supardi, 2008).
Katalis banyak digunakan dalam industri dan kehidupan sehari-hari. Selain
itu, beberapa reaksi kimia di alam juga melibatkan katalis. Mekanisme kerja
katalis bergantung pada jenis katalisnya. Katalis dapat dikelompokkan menjadi
katalis homogen, katalis heterogen, dan biokatalis (enzim). Selain itu, dikenal juga
istilah autokatalis.
1. Katalis Homogen
Katalis homogen adalah katalis yang wujudnya sama dengan wujud zat-zat
pereaksi. Dalam suatu reaksi kimia, katalis homogen berfungsi sebagai pengantara
(fasilitator).
2. Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang wujudnya berbeda dengan pereaksi.
Reaksi zat-zat yang melibatkan katalis heterogen berlangsung pada permukaan
katalis tersebut. Misalnya reaksi hidrogenasi etena (C2H4) dengan katalis logam
nikel (Ni). Zat pereaksi, C2H4 dan H2 berwujud gas, sedangkan logam Ni
berwujud padat.
3. Enzim
Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam
makhluk hidup sehingga enzim dikenal pula dengan istilah biokatalis.
4. Autokatalis
Autokatalis adalah zat hasil reaksi yang berfungsi sebagai katalis, artinya zat hasil
reaksi yang terbentuk akan mempercepat reaksi kimia. Contohnya, reaksi antara
kalium permanganat dengan asam oksalat (Sukardjo, 1985).
2.2.5 Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalm wujud gas. Kecepatan dari
reaksi tersebut juga dipengaruhi oleh tekanan. Penambahan tekanan dengan
memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dan dengan demikian dapat
memperbesar laju reaksi.
2.2.6 Sifat Zat
Pengaruh zat pada sifat kecepatan reaksi tergantung dari :
1. Massa molekul relatif ( Mr )
Senyawa dengan Mr yang kecil laju reaksinya akan lebih cepat dibanding
senyawa Mr yang besar.
2. Wujud Zat
Kecepatan reaksi wujud gas lebih cepat dibanding cair, dan wujud cair
lebih cepat dibanding padat.
3. Bentuk ion
Kecepatan reaksi bentuk ion lebih cepat dibanding molekul yang tidak
terionisasi.

2.3 Orde Reaksi


Orde suatu reaksi adalah jumlah pangkat faktor konversi dalam hukum
laju bentuk diferensial. Pada umumnya orde reaksi merupakan bilangan bulat dan
kecil, namun dalam beberapa hal dapat berupa bilangan pecahan atau nol. Orde
reaksi terhadap suatu zat tertentu tidak sama dengan koefisien dalam persamaan
stoikiometri reaksi. Harga n memberikan orde raksi jika n = 0, maka laju
reaksinya disebut orde nol terhadap x, tidak berpengaruh konsentrasi x pada laju
reaksi, (Petrucci, 1997).
Orde keseluruhan reaksi merupakan penjumlahan orde semua
komponenya. Jadi secara keseluruhan hukum laju dalam persamaan 2.1 berikut :
V = k [A] [B] …………… (2.1)
(Petrucci, 1997).

2.4 Jenis-jenis Orde Reaksi


a. Orde nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi.
b. Orde satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika
laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Misalkan konsentrasi
pereaksi itu dapat dilipat tigakan, maka laju reaksi akan menjadi 3x lebih besar.
c. Orde dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi
zat itu dilipat tigakan, maka laju reaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar.
(Utiya Azizah, 2004).
2.5 Teori Tumbukan
Reaksi yang hanya melibatkan satu partikel mekanismenya sederhana dan
tidak perlu memikirkan tentang orientasi dari tumbukan. Reaksi yang melibatkan
tumbukan antara dua atau lebih partikel akan membuat mekanisme reaksi
menjadi lebih rumit.
2.5.1 Reaksi yang Melibatkan Tumbukan Antara Dua Partikel
Keadaan yang melibatkan dua partikel dapat bereaksi jika mereka
melakukan kontak satu dengan yang lain. Pertama harus bertumbukan, dan lalu
memungkinkan terjadinya reaksi. Kedua partikel tersebut harus bertumbukan
dengan mekanisme yang tepat, dan harus bertumbukan dengan energi yang cukup
untuk memutuskan ikatan-ikatan.
2.5.2 Orientasi Dari Tumbukan
Pertimbangkan suatu reaksi sederhana yang melibatkan tumbukan antara
dua molekul etena dan hidrogen klor, HCl sebagai contoh. Keduanya bereaksi
untuk menghasilkan kloroetan. Sebagai hasil dari tumbukan antara dua molekul,
ikatan rangkap diantara dua karbon berubah menjadi ikatan tunggal. Satu hidrogen
atom berikatan dengan satu karbon dan atom klor berikatan dengan satu karbon
lainnya. Reaksi hanya dapat terjadi bila hidrogen yang merupakan ujung dari
ikatan H-Cl mendekati ikatan rangkap karbon-karbon. Tumbukan selain daripada
itu tidak bekerja dikarenakan kedua molekul tersebut akan saling bertolak (Smith,
1999).

2.6 Ciri-ciri Terdapat Reaksi Kimia


Kebanyakan reaksi – reaksi kimia dapat diketahui dari peristiwa yang
sering menyertai yang disebut ciri – ciri reaksi kimia. Ciri – ciri adanya reaksi
kimia atau syarat – syarat reaksi itu berlangsung yaitu :
1. Perubahan warna
Contoh reaksi yang disertai perubahan warna, antara lain larutan kalium
permanganat yang berwarna merah – ungu akan berubah menjadi bening atau
merah muda jika ditetesi dengan asam sulfat.
2. Terjadi endapan
Contoh reaksi yang menghasilkan endapan yaitu larutan perak nitrat
ditambah natrium klorida akan menghasilkan endapa putih.
3. Terbentuk gas
Contoh reaksi yang menghasilkan gas yaitu besi atau seng ditambah larutan
asam klorida akan menghasilkan gas hidrogen.
4. Perubahan suhu
Contoh reaksi yang disertai perubahan suhu , antara lain Barium hidroksida
+ Ammonium klorida akan menyebabkan penurunan suhu.
Beberapa reaksi kimia dapat menghasilkan dua atau lebih perubahan yang
terjadi secara bersamaan. Misalnya ada reaksi yang menghasilkan gas, perubahan
temperatur dan ada yang menghasilkan warna sekaligus terjadinya endapan (Dian
Wuri Astuti, 2009).

2.7 Jenis Perubahan Konsentrasi Reaksi Per Satuan Waktu ( Rate of


Reaction )
Dalam ilmu fisika dikenal kecepatan (velocity) dan laju (speed). Dalam
ilmu kimia, juga dikenal 2 jenis rate of reaction, yaitu laju reaksi dan kecepatan
reaksi. Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi molar zat-zat yang bereaksi pada
setiap waktu (laju reaksi sesaat), sedangkan kecepatan reaksi adalah perubahan
konsentrasi molar zat-zat yang bereaksi pada selang waktu tertentu (laju reaksi
rata-rata).
Untuk membedakan kecepatan reaksi dan laju reaksi. Anda dapat
menyimak data hasil penguraian N2O5 pada tabel 2.1. Reaksinya :
2N2O5 (g) → 4NO2 (g) + O2 (g). …………….(2.2)

Tabel 2.1 Data Penguraian N2O5


N2O5 Terurai (mol Laju Reaksi (mol Kecepatan Reaksi (mol
t (s, detik)
L-1) L-1 s-1) L-1 s-1)
0 2,33 1,42 x 10-3
180 2,07 1,27 x 10-3 1,44 x 10-3
320 1,90 1,17 x 10-3
1,07 x 10-3
-3
525 1,68 1,02 x 10
860 1,35 0,83 x 10-3
0,71 x 10-3
-3
1200 1,11 0,68 x 10
2.7.1 Laju Reaksi
Dalam ilmu kimia laju reaksi memberikan informasi tentang perubahan
konsentrasi reaksi setiap waktu. Perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
dapat diukur setiap saat, misalnya setiap detik, setiap menit, setiap jam dan
sejenisnya. Jika pada tabel 2.1 diubah kedalam bentuk grafik, laju reaksi
membentuk kurva eksponensial yang ditunjukan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Contoh Kurva Perubahan Konsentrasi N2O5 Terhadap


Waktu.

2.7.2 Kecepatan Reaksi


Reaksi penguraian N2O5 dapat diungkapkan dalam bentuk kecepatan reaksi
yang ditunjukkan pada gambar 2.2 berikut :

Gambar 2.2 Reaksi Penguraian N2O5 Dalam Bentuk Kecepatan Reaksi.

Oleh karena konsentrasi pereaksi menurun sejalan dengan waktu maka { [N2O5]2 -
[N2O5]1} berharga negatif, tetapi karena persamaan berharga negatif maka
kecepatan reaksi menjadi positif. Simak tabel 2.1, kecepatan reaksi antara rentang
waktu ke-320 detik dan ke-525 detik dengan konsentrasi [N2O5] masing-masing
1,90 M dan 1,68 M ditunjukkan pada gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3 Kecepatan Reaksi Antara Rentang Waktu ke-320 detik dan
ke-525 detik.

Kecepatan reaksi penguraian N2O5 dan pembentukan O2 dapat


dihubungkan melalui rasio stoikiometri. Jika dua mol N2O5 terurai membentuk
satu mol O2 maka kecepatan penguraian N2O5 dua kali pembentukan O2. Untuk
menyetarakannya, kecepatan penguraian N2O5 harus dibagi dua seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4 Kecepatan Reaksi N2O5 ketika dibagi dua agar menjadi
setara.

2.7.3 Variabel-Variabel Kecepatan Reaksi


Untuk mengukur kecepatan reaksi, anda harus menetapkan dulu variabel-
variabel penyelidikanya , seperti variabel bebas ( besaran yang akan diselidiki )
variabel terikat ( besaran yang tergantung pada variabel bebas ) dan variabel
kontrol ( besaran yang harus dikendalikan ).
Contoh :
Anda berencana menyelediki pengaruh suhu terhadap laju penguraian H2O2,
contoh set alat percobaan dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut.
Persamaan reaksinya :
H2O2(l) → H2O(l) + 1/2O2(l) ……………….(2.5)
Manakah variable bebas, variable terikat, dan variable kontrolnya?
Oleh Karena anda ingin mengetahui pengaruh suhu terhadap penguraian
H2O2 maka suhu ditetapkan sebagai variable bebas. Dalam hal ini, anda bebas
menentukan suhu reaksi, misalnya reaksi dilakukan pada suhu 30oC, 40oC, 60oC,
dan seterusnya. Besaran lainnya, seperti jumlah mol H2O2 dan konsentrasi molar
H2O2 harus dikendalikan atau dibuat tetap. Besaran-besaran ini dinamakan sebagai
variable control.
Bagaimana menentukan variable terikat? Variabel terikat adalah besaran
yang dapat diamati dan terukur, nilainya bergantung pada variable bebas. Untuk
dapat menentukan variabel terikat, anda harus mengetahui jenis dan sifat reaksi
yang terjadi agar dapat menentukan indicator terjadinya reaksi dan dijadikan
sebagai variabel terikat.
Dalam reaksi kimia, ada beberapa fenomena yang dapat dijadikan
indicator, seperti perubahan warna, perubahan suhu, pembentukan gas, dan
pembentukan endapan. Dalam reaksi penguraian H2O2, terbentuk gas O2 maka
pembentukan gas O2 dapat dijadikan sebagai indicator. Oleh karena indicator
terjadinya reaksi berupa gas maka tekanan atau volume gas O2 dapat dijadikan
variable terikat. (Yayan Sunarya, 2009)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan sebagi berikut:
1. Tabung reaksi 4 buah
2. Rak tabung 1 buah
3. Stopwatch 1 buah
4. Pipet volume 5 ml 1 buah

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Paku 2 buah
2. Serbuk Zn 4 gr
3. Larutan HCl (Asam Klorida) 4N 4 ml
4. Larutan H2SO4 (Asam Sulfat) 4N 4 ml

3.1 Prosedur Kerja


Adapun cara kerja pada percobaan ini adalah :
1. Bentuk zat yang bereaksi
Diisi dua tabung reaksi dengan Larutan HCl 4 N masing – masing 2 ml.
Pada saat yang bersamaan dimasukkann salah satu tabung dengan paku
dan tabung yang lain dengan serbuk Zn. Diamati perubahan yang terjadi
dan dicatat waktu terjadinya perubahan tersebut.
2. Perbedaan jenis zat yang bereaksi
Diisi dua tabung reaksi diisikan dengan Larutan H2SO4 4 N masing –
masing 2 ml. Pada saat yang bersamaan salah satu tabung dimasukan
serbuk Zn. Diamati perubahan dan dicatat waktu terjadinya perubahan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel
4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan percobaan Kecepatan Reaksi
No Bahan Hasil pengamatan

1 Berdasarkan Bentuk Zat − Timbul gelembung gas pada waktu 16


detik.
− Larutan 2ml HCl + paku
− Tidak terjadi perubahan warna

− Larutan 2 ml HCI 1M + − Timbul gelembung gas pada waktu 7


serbuk besi detik.

− Warna menjadi keruh

− Larutan 2 ml HCL + − Timbul gelembung gas pada waktu 4


Lempeng ZN detik

2 Berdasarkan jenis zat − Timbul gelembung gas pada waktu 2


detik
− Larutan 2 ml H2SO4 +
lempeng Zn − Tidak Berwarna

− Larutan 2 ml H2SO4+ − Timbul gelembung gas pada waktu 2


serbuk besi 0,5 gram detik dan terbentuk endapan

− Warna menjadih keruh

− Larutan 2 ml H2SO4 + − Timbul gelembung gas pada waktu 6


Paku detik dan tidak berwarna

(Sumber: Praktikum Kimia Dasar, 2021)


4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, telah dilakukan percobaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan reaksi. Faktor tersebut yaitu konsentrasi, suhu, luas
permukaan, dan katalis. Tetapi pada percobaaan kali ini, kami melakukan
percobaan pada konsentrasi dan suhu terhadap kecepatan reaksi.
Pada percobaan pertama, ketika dua tabung disisi dengan HCL 4 N masing
– masing 2ml dan secara bersaam dimasukkan paku dan serbuk Zn sebanyak 2
gram. Pada masing – masing tabung setelah diamati perubahan yang terjadi adalah
timbulnya gelembung – gelembung gas pada kedua campuran tetapi, pada HCL
dengan paku gelembung timbul lebih lambat yaitu 3 detik. Pada HCL
ditambahkan serbuk Zn muncul gelembung gas pada waktu ke 1 detik. Pada 2ml
HCL ditambahkan 2 ml serbuk Zn larutan berwarna abu-abu pekat dan terdapat
endapan sedangkan larutan HCL dimasukkan paku, larutannya berwarna bening
atau tidak ada perubahan warna. Hal ini karena luas permukaan serbuk Zn lebih
luar dari pada paku, semakin luas permukaan suatu zat, maka semakin cepat
kecepatan reaksinya.
Pada percobaan kedua, dua tabung reaksi diisi dengan larutan H2SO4 4 N
masing – masing 2 ml, dan secra bersamaan diisi dengan paku dan serbuk Zn pada
masing – masing tabung. Pada H2SO4 ditambah dengan 4 gram serbuk Zn
timbulnya gelembung gas pada waktu 4 detik dan terdapat perubahan warna
menjadi abu – abu pekat. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan jenis zat yang
digunakan. Pada H2SO4 ditambahkan dengan paku timmbulnya gas pada waktu 4
detik, tidak ada perubahan warna pada percobaan ini warna yang dihasilkan tetap
bening.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kesimpulan :
1. Larutan HCl dan serbuk Zn lebih cepat bereaksi dari pada paku. Begitu
juga dengan larutan H2SO4 dan serbuk besi, hal ini disebabkan karena luas
permukaan serbuk besi lebih besar jika dibandingkan dengan paku.
2. Pada saat berlangsungnya reaksi terjadi gelebung gas.
3. Salah satu tanda terjadinya reaksi yaitu dengan adanya gelembung gas
hidrogen.
4. Paku lebih lama bereaksi dibanding kan dengan serbuk Zn karena luas
permukaannya lebih kecil
5. Serbuk Zn lebih cepat bereaksi karena luas permukaan serbuk Zn lebih
besar dari paku.

5.2 Saran
Disarankan kepada percobaan ini agar percobaan serbuk nya
menggunakan jenis logam lain untuk mengetahui kecepatan reaksinya. Juga
sebaiknya praktikum menggunakan larutan basa kuat dan dapat diketahui
kecepatan reaksi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2006. Kimia Dasar: Konsep Inti Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Charles, 1992. Kimia untuk Universitas. Gramedia: Jakarta.
Dian Wuri Astuti. 2009. Cepat Tuntas Kuasai Kimia unutk SMP. Jakarta: Galang
Press Media Utama

Keenan, dkk. 1989. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


Oxtoby, David W. 2001. Prinsip Kimia Modern Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Atkins. 1997. Kimia Fisika Jilid 2 Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Smith, C. Julian. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jakarta: Erlangga
Sukardjo. 1985. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga
Sunarya, Yayan dan Agus Setiabudi.2009.Mudah dan Aktif Belajar Kimia.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Supardi, 2008. Kimia Dasar II. Semarang: PT UNNES PRESS.


Utami Budi, 2009. Kimia Dasar untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam.
Jakarta: Pusat Perbukuan Department Pendidikan Nasional.

Utiya Azizah. 2004. Laju Reaksi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional


LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN

No Bahan Hasil pengamatan

1 Berdasarkan Bentuk Zat − Timbul gelembung gas pada waktu 16


detik.
− Larutan 2ml HCl + paku
− Tidak terjadi perubahan warna

− Larutan 2 ml HCI 1M + − Timbul gelembung gas pada waktu 7


serbuk besi detik.

− Warna menjadi keruh

− Larutan 2 ml HCL + − Timbul gelembung gas pada waktu 4


Lempeng ZN detik

2 Berdasarkan jenis zat − Timbul gelembung gas pada waktu 2


detik
− Larutan 2 ml H2SO4 +
lempeng Zn − Tidak Berwarna

− Larutan 2 ml H2SO4+ − Timbul gelembung gas pada waktu 2


serbuk besi 0,5 gram detik dan terbentuk endapan

− Warna menjadih keruh

− Larutan 2 ml H2SO4 + − Timbul gelembung gas pada waktu 6


Paku detik dan tidak berwarna
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Tuliskan rumus molekul reaksi!


Jawab:
Fe2+ + 2HCl → FeCl2 + 2H+
Zn2+ + 2HCl → ZnCl2 + 2H+
Fe2+ + H2SO4 → FeH2SO4 + 2H+
Zn2+ + H2SO4 → ZnH2SO4 + 2H+

2. Mengapa terjadi perubahan warna pada besi?


Jawab:
karena ketika larutan tersebut dimasukkan atau di ampurkan dengan
serbuk besi yang memiliki pertikel yang kecil, sehingga ketika
dimasukkan serbuk besi berubah warna larutan. Selain itu, besi merupakan
logam yang bereaksi dengan basa kuat, dan reaksinya logam tersebut akan
berkaratasi sehingga merubah warna larutan tersebut.

3. Sebutkan endapan apa saja yang terjadi pada percobaan!


Jawab:
Endapan yang terbentuk pada percobaan diatas adalah endapan Zn dengan
HCL

4. Jelaskan mengapa warna setelah reaksi terjadi perubahan!


Jawab:
Karena ketika zat yang memiliki partikel kecil dimasukkan kedalam suatu
pelarut maka partikel zat tersebut akan menyebar dan merubah warna
larutan dan sebagian partikelnya lagi akan mengendap.
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

No Gambar Alat Nama Alat Fungsi Alat


1.

Tempat untuk
Tabung reaksi
mereaksikan bahan

2.
Untuk mengambil
Pipet volum larutan dengan jumlah
tertentu

3.

Untuk menghitung
Stopwatch
waktu.

Anda mungkin juga menyukai