Disusun Oleh :
Kelompok II ( A1 )
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEMAWE
2021
ABSTRAK
Hukum dasar kimia atau stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari tentang cara
perhitungan kimia untuk menimbang dan menghitung spesi-spesi kimia. Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk membuktikan beberapa hukum-hukum dasar ilmu
kimia diantaranya hukum lavoiser dan hukum proust. Hukum lavoiser
menyatakan bahwa massa zat-zat sesudah reaksi akan sama persis dengan massa
zat-zat sebelum reaksi. Sedangkan hukum proust menyatakan bahwa
perbandingan unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa selalu tetap. Untuk hukum
lavoiser pada dilakukan pencampuran antara Pb(NO3)2 + NaCl dengan massa
sebelum reaksi adalah 13,36 gram dan setelah campuran direaksikan dengan cara
dihomogenkan memiliki massa 13,2191. Sama halnya dengan pencampuran
antara Pb(NO3)2 + KI dengan massa sebelum reaksi adalah 13,499 gram dan
massa setelah reaksi adalah 13,3705. Dalam hal ini membuktikan bahwa hukum
lavoiser itu benar. Untuk hukum proust pada percobaan ini massa campuran
serbuk besi dan serbuk belerang seberat 7 gram. Massa serbuk besi yang tidak
bereaksi sebesar 1,5257, dan karena perbandingannya tetap yaitu 7 : 4 maka
membuktikan bahwa hukum proust benar.
Kata Kunci : Campuran, Hukum-hukum dasar kimia, Hukum Lavoiser, Hukum
proust, dan Massa
BAB I
PENDAHULUAN
Dari data diatas ternyata perbandingan massa oksigen yang terikat oleh
karbon dengan massa yang sama yaitu 1:2 perbandingan ini merupakan
perbandingan yang sederhana. Dari beberapa penelitian terhadap senyawa-
senyawa yang membentuk lebih dari satu rumus, Dalton mengemukakan suatu
pernyataan yaitu sebagai berikut: “Jika ada dua unsur senyawa itu sama, maka
massa unsur yang lainnya mempunyai angka perbandingan yang sederhana dan
bulat” ( Poppy K. Devi, 2009).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Larutan KI 0.1M 5ml
2. Pb(NO3)2 0,1 M 5 ml
3. Larutan NaCl 0,5 M 5 ml
4. Serbuk Belerang 2 gram
5. Serbuk Besi 5 gram
4.1 Hasil
Hasil pengamatan dari percobaan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel
4.1 berikut
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Hukum-hukum Dasar Ilmu Kimia
No Cara Kerja Sebelum Sesudah
1 Hukum Lavoiser
a. Mereaksikan 5 ml − Warnanya bening − Warnanya sedikit
larutan Pb(NO3)2 − Memiliki massa keruh
0,1M dengan 13,36 gr − Terdpat endapan
larutan NaCl 0.5M − Massa 13,2191 gr
5ml
b. Mereaksikan 5 ml − Warnanya kuning − Warnanya bening
larutan Pb(NO3)2 − Memiliki massa − Terdapat endapan
0,1M dengan 13,499 gr kuning
larutan KI 0.1M − Massa 13,3705 gr
5ml
2 Hukum Proust
2 gr serbuk belerang − Massa 7 gr − Massa besi yang
dan 5 gr serbuk besi − Warna serbuk tidak bereaksi
belerang kuning 1,5275 gr
− Warna serbuk besi − Berwarna abu-abu
abu-abu − Berbentuk endapan
(Sumber: Praktikum Kimia Dasar, 2021)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hukum Lavoiser
Pb(NO3)2 + NaCl sewaktu ditimbang mempunyai berat awal 13,36 gram
dan setelah dicampurkan dengan tabung reaksi kecil berisi Pb(NO3)2 mempunyai
beraty sebesar 13,2191 gram. Sebelum dan seduah reaksi memiliki berat yang
hampir sama dan hal itu membuktikan bahwa hukum Lavoiser benar. Terjadi
perbedaan berat sebelum dan sesudah reaksi terjadinya karena kehilangan massa
pada saat menuangkan larutan dari tabung reaksi kecil ke erlenmeyer, bisa saja
karena ada larutan yang menguap ataupun tertinggal sedikit di tabung reaksi kecil.
Pada saat Pb(NO3)2 dicampurkan dengan NaCl warnanya akan berubah menjadi
keruh, hal ini dikarenakan Pb(NO3)2 adalah padatan an bersifat asam, sedangkan
NaCl bersifat garam dan ketika dicampurkan akan menghasilkan warna keruh.
Pb(NO3)2 + NaCl → PbCl2 + 2NaNO3……………………………….(4.1)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kesimpulan:
1. Bahwa hukum Lavoiser yang menyatakan massa sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama, terbukti dari percobaan yang dilakukan dimana massa
sebelum dan sesudah reaksi adalah 13,36 gram.
2. Dan dapat disimpulkan pula bahwa perbandingan massa dalam unsur
senyawa adalah tetap (tidak berubah).
3. Untuk percobaan Proust belerang terbakar dengan baik namun ada serbuk
bessi yang tidak bereaksi sebesar 1,5275 gr.
5.2 Saran
Pada saat memanaskan serbuk besi dan belerang, harus dilakukan dengan
teliti perubahan yang terjadi agar dapat menghasilkan data pengamatan yang
benar. Dan pada saat pada saat melakukan penimbangan harus teliti agar tidak
terjadi kesalahan pada praktikum.
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN
Gram 5,47
Maka mol Fe = = = 0,62 mol
BM 88
2. Berapa gram H2O yang diperoleh apabila 100 gram H2 100 gram O2
diletuskan hingga membentuk air dengan reaksi 2H2 + O2 → 2H2O
Jawaban
gram 100
n O2 = = = 3,125 mol
BM 32
gram 100
n H2 = = = 50 mol
BM 2
2H2 + O2 → 2H2O
M = 5O ml 3,125 mol
R = 3,125 mol 3,125 mol 2⁄ . 3,125 mol
1
S = 46,875 6,24
Disusun Oleh:
Kelompok II (A1)
meneteskan indikator PP, Metil merah, Kertas lakmus merah dan biru. Dari hasil
percobaan diperoleh larutan HCl dan CH COOH merupakan larutan asam karena
3
berwarna merah pada lakmus merah, lakmus biru, metil merah dan metil orange
dan tidak berwarna pada larutan PP. Larutan NaOH merupakan larutan basa
karena berwarna biru pada lakmus merah dan lakmus biru, dan berwarna kuning
pada metil merah, berwarna orange pada metil orange, serta berwarna ungu pada
PP. Sedangkan H O merupakan larutan netral karena berwarna biru pada lakmus
2
biru dan berwarna merah pada lakmus merah, berwarna kuning pada metil merah,
berwarna orange pada metil orange dan tidak berwarna pada PP.
Kata Kunci : Asam, Basa, Indikator, Kertas lakmus, Larutan
BAB I
PENDAHULUAN
Senyawa asam dan basa sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Berbagai
kebutuhan mulai dari makanan, minuman, obat-obatan serta keperluan kebersihan
semuanya dapat tergolong dalam senyawa asam atau basa. Secara umum yang
berasa masam tergolong senyawa asam dan yang getir adalah tergolong senyawa
basa. Tetapi tidak semua senyawa bisa dicicipi karena sifatnya yang berbahaya.
untuk pembuatan pupuk dan detergen. Namun sangat disayangkan bahan fosfat
dapat menyebabkan masalah pencemaran di danau-danau dan sungai.
Asam nitrat banyak digunakan untuk bahan peledak dan pupuk. Asam
nitrat pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka
bakar pada kulit manusia. Asam klorida adalah gas yang tidak berwarna yang
dilarutkan dalam air, asam HCl dan ion-ion nya yang terbentuk dalam larutan
berbahaya bagi jaringan tubuh manusia. Beberapa produk rumah tangga yang
mengandung basa antara lain deodorant, antrasit dan sabun. Basa yang sering
digunakan kalsium hidroksida Ca(OH) atau disebut juga soda kaustik suatu basa
2
yang berupa tepung kristal putih yang mudah larut dalam air. Basa yang paling
banyak digunakan amoniak, digunakan sebagai pupuk (Purba, 2007).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.2 Bahan-Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
1. Larutan HCl 0,1 M
2. Larutan NaOH 0,1 M
3. Larutan CH3COOH 0,1 M
4. Indikator
− Fenolpthalein
− Metyl blue
− Metyl red
− Metyl orange
4.1 Hasil
Adapun hasil percobaan menggunakan kertas lakmus dan indikator dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Percobaan menggunakan Kertas Lakmus dan Indikator
Lakmus Lakmus Metyl Metyl Metyl
Sampel Fenolpthalein
Merah Biru Blue Red Orange
Air Merah Biru Biru Merah Orange Bening
HCL Merah Merah Biru Merah Merah Putih
Pink
CH3COOH Merah Merah Biru Merah Putih
pekat
NaOH Biru Biru Biru Kuning Orange Ungu
(Sumber: Praktikum Kimia Dasar, 2021)
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengamati perubahan warna yang
terjadi untuk mengamatu perubahan. Warna yang terjadi pada air, HCl,
CH3COOH, dan NaOH dengan menguunakan kertas lakmus. Lakmus biru bla
dimasukkan dalam air maka warna kertas lakmus berwarna biru, sama halnya
dengan kertas lakmus merah bila dimasukkan kedalam air, warna kertas lakmus
akan tetap merah. Hal ini disebabkan karena air mempunyai senyawa yang
bersifat netral yang mempunya pH = 7, pada saat kertas lakmus merah dicelupkan
kedalam. Pada larutan HCl maka kertas lakmus merah akan tetap berwarna merah,
begitu juga dengan larutan CH3COOH yang mengalami hal yang sama dengan
HCl dia juga merupakan asam. Jika NaOH dicelupkan kertas lakmus merah
berubah menjadi biru karena termasuk golongna bersifat basa.
Dengan indikator fenolphtalein setelah dimasukkan kedalam air warnanya
tetao sama yaitu bening. Air bila ditetesi metyl blue warnanya akan berubah
menjadi biru, air bila ditetesi metyl orange warnanya akan berubah menjadi
orange, dan air apabila ditetesi metyl red warnanya akan berubah menjadi merah.
Pada indikator felphtalein, metyl blue, metyl red, metyl orange,
dimasukkan ke dalam HCl akan menghasilkan warna putih, biru, merah, dan
merah. Bila diteteskan kedalam CH3COOH, maka akan menghasilkan warna
putih, biru, pink pekat, dan merah. Sedangkan pada larutan NaOH warnanya akan
berubah menjadi ungu, biru, kuning, dan oranye.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Air bersifat netral karena tidak ada perubahan warna pada indikator
2. Larutan yang bersifat asam akan mengubah lakmus menjadi merah.
Sebaliknya, lakmus merah apabila dimasukkan kedalam larutan basa akan
berubah warna menjadi biru.
3. Pada indikator fenolpthalein larutan netral. Pada larutan asam berwarna
putih, dan pada larutan basa berwarna ungu.
4. Pada metyl larutan asam maupun basa tidak terjadi perubahan warna, metyl
blue tetap menghasilkan warna biru.
5. Pada metyl orange larutan asam menghasilkan dua warna yaitu warna
merah dan orange. Warna merah dihasilkan dari asam kuat dan warna
orange dihasilkan dari asam lemah, sedangkan larutan basa menghasilkan
warna orange.
6. Pada metyl red larutan asam menghasilkan warna pink dan merah, dan
pada larutan basa berwarna kuning.
5.2 Saran
Dari percobaan ini adapun saran yang ingin disampaikan yaitu diharapkan
dapat mengganti sampel zat yang akan digunakan dengan volume dan konsentrasi
yang berbeda pula, contohnya seperti larutan HCl 0,1 M yang dapat diganti
dengan HNO3 0,1 M dan larutan NaOH diganti dengan KOH 0,1 M.
DAFTAR PUSTAKA
Anni Winarsih, dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta :
Depdiknas
Barsella, Diana. 2012. Buku Wajib Kimia Dasar. Jakarta : CV. Trans Info Media
Brady, E. James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Binarupa
Aksara
Khopkars, S. M. 2008. Kimia Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia
Purba, Michael. 2007. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga
HASIL PENGAMATAN
1. Percobaan 1
Gambar B.1 Sampel Air + Indikator kertas lakmus merah, kertas lakmus
biru, metyl red, metyl blue, metyl orange, fenolpthalein
2. Percobaan 2
Gambar B.2 Sampel HCl + Indikator metyl red, metyl blue, metyl orange,
fenolpthalein, kertas lakmus dan biru
3. Percobaan 3
Gambar B.3 sampel CH3COOH + Indikator metyl red, metyl blue, metyl
orange, fenolpthalein, kertas lakmus merah dan biru
4. Percobaan 4
Gambar B.4 sampel NaOH + indikator metyl red, metyl blue, metyl red,
fenolpthalein, kertas lakmus merah dan biru
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN
2. Di alam ada indikator alami yang belum di ekstrak yaitu mahkota bunga-
bunga berwarna seperti bunga kembang sepatu dan bunga hydrangea, selain
itu juga bisa kunyit sebagai indikator alami.
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT
Disusun Oleh :
Kelompok II ( A1 )
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEMAWE
2021
ABSTRAK
Setiap zat yang ada dalam kehidupan ini dapat diengaruhi oleh kondisi
lingkungan pengaruh. Pengaruh tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan
fisika atau kimia. Kedua macam perubahan ini merupakan suatu kondisi yang
diberikan oleh zat jika pada zat terlarut diberikan zat stimulasi, ini dapat berupa
energi yang secara teratur diberikan kepada zat tersebut ( Sukardjo, 1989).
Perubahan wujud tersebut ada dua macam yaitu, perubahan fisika dan
perubahan kimia. Kedua perubahan ini menyebabkan perubahan secara sementara
susunan atom, bahkan bahkan secara permanen perubahannya. Hal ini
memberikan efek yang berbeda bagi zat tersebut. Dalam kehidupan ini perubahan
yang terjadi pada setiap zat membawa pengaruh yang berbeda dan peruntukan
berbeda pula (Sukardjo, 1989).
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Larutan HCl 0,1 M 3 ml
2. Larutan NaOH 0,1 M 3 ml
3. Air suling 15 ml
4. Lilin putih 1 buah
5. Penggaris 1 buah
4.2 Pembahasan
1. Perubahan Fisika
Pada perubahan fisika, air yang dipanaskan diatas tungku kaki tiga akan
mendidih dan air akan menguap. Penguapan merupakan proses dari cair menjadi
gas. Dalam percobaan ini gelas kimia ditutip dengan kaca arloji sehingga ketika
air mendidih uapnya akan melekat pada kaca arloji dan dinding-dinding gelas
kimia dan menghasilkan titik-titik air, dimana titik-titik air yang melekat pada
bagian bawah kaca arloji dan dinding gelas kimia tadi akan kembali turun
kebawah dan menjadi wujud semula. Kejadian tersebuat merupakan perubahan
fisika dan inilah alasannya mengapa perubahan fisika tidak menghasilkan zat baru
sifatnya dan perubahannya akan kembali kebentuk semula. Air yang berada di
atas kaca arloji akan menguap habis karena sifatnya yang terbuka sehingga
menyebabkan air menguap langsung ke udara bebas.
2. Perubahan Kimia
Pada percobaan peubahan kimia, HCl ditambahkan NaOH lalu dipanaskan
menghasilkan reaksi yang irrevesibel. Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada
persamaan berikut:
HCl + NaOH → NaCl + H2O………………………………………….(4.1)
Garam yang dihasilkan berbentuk kristal dan halus. Reaksi ini terjadi dan
berjalan dengan baik karena menghasilkan garam (NaCl). Komponen pembentuk
garam dalam hal ini ialah anion dari HCl yaitu Cl bertemu dengan kation dari basa
yaitu Na+ sehingga membentuk NaCl, sedangkan airnya (H2O) menguap. Hal ini
membuktikan terjadinya perubahan NaCl yang terbentuk dan tidak dapat kembali
kebentuk semula. Percobaan ini disebut perubahan kimia.
3. Perubahan Kimia dan Perubahan Fisika
Saat lilin dinyalakan, nyala lilin berjelaga karena adanya proses
pembakaran yang menghasilkan CO2. Lilin yang semula berbentuk padat dan
keras mengalami perubahan yaitu mencair, dari wujud padat menjadi wujud cair,
dengan panjang sumbu yang semula 5,5 cm berubah menjadi 1,1 cm (memendek)
dan warna sumbu mengalami perubahan warna dari warna putih menjadi hitam.
Perubahan tersebut disebut perubahan kimia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ketika air suling dipanaskan sampai mendidih maka akan terdapat titik-
titik air dibawah kaca arloji, hal tersebut merupakan perubahan fisika dari
fase cair menjadi gas.
2. Pada saat NaOH dan HCl dipanaskan maka akan menghasilkan kristal-
kristal NaCl dan H2O akan menguap hal tersebut merupakan contoh
perubahan kimia.
3. Pada saat lilin dibakar akan menjadi perubahan pada warna dan panjang
sumbu yang merupakan contoh dari perubahan kimia. Batang lilin akan
meleleh ketika api menyala dan batang lilin akan memadat kembali ketika
api lilin memadam, hal tersebut merupakan contoh dari perubahan fisika.
5.2 Saran
Pada saat melakukan percobaan, diharapkan untuk mengukur larutan
dengan benar, saat pembakaran waktu yang dibutuhkan harus sesuai karena
berpengaruh pada pembentukan kristal garam.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad dan Hiskia. 1999. Kimia SMU Jilid ke-3. Jakarta : Erlangga
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Edisi 5. Jakarta : Erlangga
Buyanto. 1995. Fisika Teknik. Jakarta : Bina Aksara
Keenan Kleinfeiter, Wood A. 1999. Kimia Untuk Universitas Edisi 6. Jalarta:
Erlangga
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta : P.T Rineka Cipta
LAMPIRAN B
TUGAS DAN PERTANYAAN
Jawaban
1. CnH2n + 2 dengan n = 20 – 40
2. Api lilin kadang kala berjelaga karena reaksi antara bahan bakar lilin
(paraffin) dengan oksigen yang menghasilkan gas karbon doiksida sehingga
menghasilkan pembakaran lilin yang tidak sempurna yang merupakan
molekul karbon.
3. Kristal yang terjadi pada percobaan kedua adalah krital NaCl, persamaannya
sebagai berikut
NaOH + HCl → NaCl + H2O
4. Gelembung yang terjadi pada saat air telah mendidih atau hampir mendidih,
karena air mengandung unsur oksigen yang apabila dipanaskan akan
menguap. Sebelum menguap yang terbentuk adalah gelembung-gelembung
oksigen tersebut.
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT
Disusun Oleh
Kelompok II ( A1 )
F. Normalitas (N)
Normalitas merupakan jumlah mol ekuivalen zat terlarut perliter larutan.
Terdapat hubungan antara normalitas dengan molaritas.
Dengan rumus:
N = M × valensi
gr 1000
N = BE × ………………………………….………………………..…(2.4)
p
(Brady, 1989 )
2.4 Jenis – Jenis Larutan
Larutan dapat diklasifikasikan berdasarkan fase zat terlarut dan pelarutnya, zat
yang dilarutkkan itu disebut zat terlarut. Jenis – jenis larutannya antara lain:
1. Gas dalam gas - seluruh campurannya gas
2. Gas dalam cair – oksigen dalam air
3. Cairan dalam cairan – alkohol dalam air
4. Padatan dalam cairan – gula dalam air
5. Gas dalam padatan – hidrogen dalam paladium
6. Cairan dalam padatan – Hg dalam perak
7. Padatan dalam padatan - Aioys
(Karyadi, 1997)
2.5 Sifat Larutan
Dalam proses melarut menjadi peristiwa pemecahan ukuran partikel zat
terlarut dan suatu saat seluruh partikel tersebut melarut dan berinteraksi dengan
memiliki zat – zat atau sifat – sifat yang berbeda, misalnya ada yang terasa asam,
pahit, asin, dan lainnya ( Petruci, 1996 ).
2.6 Kimia Volumetri
Kimia volumetri adalah pembuatan larutan baku. Zat murni ditimbang
dengan teliti, kemudian dilarutkan dalam labu ukur sampai volume tertentu dengan
tepat. Dimana normalitasnya diperoleh dengan perhitungan larutan-larutan baku
primer, yaitu natrium oksalat, kalium bikromat, natrium karbonat, kalium iodida. Zat-
zat kimia yang dipakai harus memenuhi syarat :
1. Zat kimia yang digunakan harus murni dan mempunyai rumus molekul yang
pasti.
2. Zat kimia yang digunakan harus mempunyai berat ekuivalen yang pasti.
3. Zat kimia yang digunakan mudah dikeringkan.
4. Stabil dimana larutan baku primer dapat dipakai untuk menentukan kadar
larutan yang tidak diketahui ( Keenan, 1992).
3.1.2 Bahan-bahan
1. Zat murni padatan NaCl 0,25M 1,461 gram
2. Zat murni padatan Na2SO4 0,25 M 3,5551 gram
3. Zat murni padatan NaCl 0,25 N 1,461 gram
4. Zat murni padatan Na2SO4 0,25 N 1,7755 gram
5. Aquades
4.1 Hasil
Adapun hasil dari praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil percobaan membuat larutan standar
Gram yang mL yang
No Bahan Konsentrasi
dipakai dipakai
0,25 M 1,461 g 100 ml
1. NaCl
0,25 N 1,461g 100 ml
0,25 M 3,5551g 100 ml
2. Na2SO4
0,25 N 1,7755 g 100 ml
( Sumber : Praktikum Kimia Dasar, 2021 )
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, yaitu membuat larutan standar dengan konsentrasi
normalitas dan molaritas. Hal yang perlu dan utama harus dilakuakan yaitu dengan
melakukan perhitungan terlebih dahulu. Karena zat dan konsentrasi yang di minta
tidak ada dalam persediaan setelah jumlah yang akan ditimbang diketahui, kemudia
dilakukan penimbangan untuk zat pertama yang dibuat larutan standar, adalah NaCl
dengan konsentrasi 0,25 M dan 0,25 N ditimbang dengan berat yang sama yaitu 1,461
gram untuk membuat larutan NaCl dalam volume 100 ml. Serta dilakukan juga
penimbangan untuk zat kedua yaitu Na2SO4 dengan konsentrasi 0,25 M dan 0,25 N
dibutuhkan berat Na2SO4 sebanyak 3,5551 gram dan 1,7755 gram dan dilarutkan
kedalam 100 ml aquades.
Pada saat pencampuran kedua zat ini (NaCl dan air ), NaCl akan langsung
terlarut dalam air, memiliki tekstur seperti kristal, sehingga akan memungkinkan
NaCl untuk mudah larut dalam air. Dalam percobaan ini NaCl yang digunakan hanya
dalam jumlah sedikit. Setelah percampuran kedua zat ini akan didapatkan hasil
larutan yang jernih. Lalu pada percobaan Na2SO4 dan air, Na2SO4 akan langsung
terlarut dalam air, karena memiliki tekstur seperti kristal dan serbuk putih. Air akan
didapatkan hasil larutan yang bening atau jernih.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembuatan larutan standar menggunakan aquades sebagai pelarut.
2. Untuk membuat larutan standar, maka dilakukan terlebih dahulu untuk
menghitung zat murninya dengan menggunakan konsentrasi X normalitas.
3. Untuk membuat larutan standar NaCl 0,25 M maka dibutuhkan 1,461 gram
padatan didalam pelarut aquades dan 1,461 gram untuk NaCl 0,25 N dengan
volume 100 ml.
4. Untuk membuat larutan Na2SO4 0,25 M maka dibutuhkan 3,5551 gram
padatan didalam pelarut aquades dan 1,7755 gram untuk Na2SO4 0,25 N
dengan volume 100ml.
5.2 Saran
Dalam percobaan ini, untuk melakukan percobaan harus mengetahui alat dan
bahan yang digunakan serta pemahaman tentang percobaan yang diketahui.
Perhatikan dengan baik volume yang akan kita ambil dan campurkan, karena volume
yang digunakan dapat mempengaruhi hasil yang kita peroleh. Selain itu, percobaan
larutan standar ini dapat juga dilakukan dengan mengganti jenis zat yang akan
digunakan dengan volume dan konsentrasi yang berbeda pula. Contohnya HCL 0,2 M
dengan volume 250 ml.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2006. Pengolahan Wakaf Secara Produktif dalam
Achmad Junaidi, Menuju Era Wakaf Produktif. Jakarta : Mitra Abadi Pess
Penyelesaian :
a). Pada konsentrasi 0,25 M
gr 1000
M= ×
Mr V
gram 1000
0,25 = 58,44 × 100
14,61 = 10 gram
14,61
gram = = 1,461 𝑔𝑟𝑎𝑚
10
14,61 = 10 gram
14,61
gram = = 58,44 𝑔𝑟𝑎𝑚
10
2. Larutan Na2SO4 pada volume 100 ml
Na2SO4 → 2Na+ + SO42-
Penyelesaian :
a). Pada konsentrasi 0,25 M
gr 1000
M= ×
Mr V
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,25 = 142,04 × 10
35,51 = 10 gram
35,51
gram = = 3,551 𝑔𝑟
10
17,755 = 10 gram
17,755
gram = = 1,7755 gram
10
LAMPIRAN C
TUGAS
M = 0,28
𝑔𝑟 1000 1000
b. M = 𝐵𝑀 𝑋 m = mol terlarut 𝑋 𝑔𝑟 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑉
1,498 1000
M = 331,21 𝑋 m = 0,01
250
1498
M = 82.802,5
M = 0,01
Disusun Oleh
Kelompok II ( A1 )
(Dogra,SK. 90)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1 Hasil
Adapun hasil dalam praktikum reaksi-reaksi kimia ditunjukkan pada Tabel
4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil percobaan reaksi-reaksi kimia
NO Cara Kerja Hasil Pengamatan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada reaksi Pb(NO3)2 + K2Cr2O7 PbCr2O7 + 2 KNO3 . Menghasilkan
endapan berwarna orange pada larutan.
2. Pada reaksi Pb(NO3)2 + 2NaOH Pb(OH)2 + 2NaNO3 . Menghasilkan
endapan berwarna putih.
3. Pada reaksi H2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2H2O. Terjadi reaksi eksotem
4. Pada reaksi HCl + NaO NaCl + H2O. Terjadi reaksi endoterm.
5. Pada reaksi K2Cr2O4 + 2HCL 2KCL + H2Cr2O4. Menghasilkan warna
kuning pada larutan.
6. Pada reaksi K2Cr2O7 + 2NaOH 2KOH + Na2Cr2O7. Menghasilkan
warna orange pada larutan.
7. Pada reaksi Fe + HCL FeCL + H2. Terdapat gelembung-gelembung
gas pada paku.
5.2 Saran
Pada percobaan ini diharapkan berhati-hati pada saat mencampurkan
larutan agar hasilnya akurat dan sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu pada
percobaan reaksi- reaksi kimia diharapkan dapat menggantikan jenis zat yang
akan digunakan dengan volume dan konsentrasi yang berbeda pula, contohnya
seperti Pb(NO3)2 yang dapat diganti dengan AgNO3 0,1 M dengan volume 5 ml.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Reaksi-reaksi Kimia. Bandung : Citra Aditya Bakti
Dogra,S.K dan S.Dogra .1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta ; Penerbit
Universitas Indonesia
1. Dalam reaksi di atas yang mana tergolong reaksi sentesa dan mana
tergolong reaksi analisa?
2. Mengapa logam Na dengan air menghasilkan letupan ?
Reaksi irreversibel
Pb(NO3)2 +K2Cr2O7 PbCr2O7 (s) + 2KNO3 (ag)
Disusun Oleh :
Kelompok II ( A1 )
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEMAWE
2021
ABSTRAK
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, materi dapat dibagi menjadi 3 yaitu unsur, senyawa, dan
campuran. Unsur merupakan jenis materi yang paling sederhana denga sifat fisika
dan kimianya yang unik. Suatu unsur hanya hanya memiliki satu jenis atom
penyusun. Oleh karena itu, unsur tidak dapat dibagi-bagi secara fisika maupun
kimia. Senyawa merupakan jenis materi yang tersusun dari dua atau lebih unsur
berikatan kimia. Campuran merupakan gabungan dua atau lebih zat tanpa
perbandingan tertentu (Anomin, 2010).
Senyawa merupakan jenis materi yang tersusun dari dua atau lebih unsur
yang berikatan kimia atau senyawa dibentuk dari dua unsure atau lebih melalui
reaksi kimia. Sifat suatu senyawa berbeda dengan sifat unsur- unsur penyusunnya.
Contohnya adalah natrium klorida atau yang biasa dikenal dengan garam dapur
(Johari,2006).
Campuran dapat dibagi dua, yaitu campuran yang homogen dan heterogen.
Campuran homogen adalah penggabungan dua zat tungga atau lebih yang semua
partikelnya menyebar merata sehingga membentuk suatu fasa. Yang disebut satu
fasa adalah zat yang sifat dan komposisinya sama antara satu bagian dengan
bagian yang lain didekatnya. Sebagai contoh gula dengan air. Rasa manis air gula
disemua bagian bejana sama, baik diatas, dibawah maupun dipinggirnya. Karena
begitu kecil dan meratanya partikel gula sehingga tidak dapat dilihat walaupun
dengan mikroskop. Yang tampak hanya satu fasa, yakni cairana dan campuran
seperti ini disebut larutan.
Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara dua
zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang
lainnya tidak sama di berbagai bejana. Contohnya, campuran air dengan minyak
tanah.
(Syukri, 1999)
Pada senyawa perbandingan maasa zat pembentuk tetap, sifat-sifat
partikel membentuk senyawa masih ada sehingga partikel-partikel pembentuk.
Senyawa mudah dipisahkan lagi. Hal ini untuk campuran melalui peristiwa
kimia. Sedangkan peristiwa fisika, perbandingan maasa zat pembentuk berubah-
ubah (Sumadia, 1996).
Jika pasir (SO ) ditambahkan kedalam air, pasir akan mengendap kedasar
2
cairan yang tetap merupakan kepadatan tak larut dalam air. Pasir ini merupakan
campuran fase, yaitu cairan yang ditambah dengan padatan.
Kebanyakan unsur dapat bereaksi dengan satu atau lebih unsur lain untuk
membentuk senyawa. Kita mendefinisikan senyawa (compound) sebagai suatu zat
yang tersusun atas atom-atom dari dua unsur atau lebih yang terikat secara kimia
dengan perbandingan yang tetap. Sebagai contoh, gas Hidrogen terbakar dalam
gas oksigen membentuk air, suatu senyawa yang sifat-sifatnya sangat berbeda
dengan sifat-sifat dari unsur-unsur pembentuknya. Air tersusun atas dua bagian
Hidrogen dan satu bagian Oksigen. Susunan ini tidak dapat berubah, darimana
pun air itu berasal.
(Raymond Chang, 2004)
3.1.2 Bahan
Adaoub bahab yang digunakan pada percobaan membedakan campuran
dan senyawa ialah sebagi berikut:
1. Minyak kelapa 15 ml
2. Garam dapur 3 gr
3. Pasir secukupnya Secukupnya
3.2 ProsedurKerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagia berikut:
1. Diambil pasir secukupnya dan dimasukkan kedalam gelas kimia lalu
ditambahkan 10 ml air suling,kemudian diaduk perlahan dan dibiarkan
beberapa saat dan diamati.
2. Dilipat kertas saring berbentuk kerucut, dan dimasukkan kedalam corong
dengan dibasahi sedikit dengan air agar kertas saring melekat pada corong.
3. Campuran air dan pasir diaduk kembali dan ditambahkan 3 gr garam dapur
dan diaduk kembali.Lalu disaring campuran tersebut dan dikumpulkan
filtratnya di gelas kimia. Diamati dengan mencicipi filtratnya.
4. Filtratnya dimasukkan kedalam cawan penguap dan dipanaskan pada tungku
kaki tiga. Diamati terbentuknya Kristal kembali (rekristalisasi).
5. Diambil 10 ml minyak makan ditambahkan dengan 10 ml air suling dan
diamati. Kemudian dihomogenkan campuran tersebut dan dibiarkan beberapa
saat. Diamati campuran tersebut, larut atau tidak.
BAB IV
4.1 Hasil
Adapun hasil yang terdapat dalam percobaan membedakan campuran dan
senyawa ditunjukkan pada Tabel 5.1 sebagai berikut:
b) Sesudah disaring
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini pertama air suling ditambahkan pasir, pasir tidak larut
dengan air dan warna air berubah menjadi keruh. Pasir tidak larut dalam air dan
mengendap didasar air, hal ini dikarenakan campuran terdiri dari dua fase, yaitu
cairan dan padatan atau dikatakan campuran hetorogen.
Lalu air dan pasir ditambahkan garam. Garam tersebut larut dalam air dan
membentuk larutan garam, Hal ini dikarenakan garam merupakan senyawa ion.
Apabila garam dicampurkan dengan air, maka ion-ion pada garam akan terlepas.
Garam juga memiliki struktur serbuk kristal sehingga memiliki pori- pori atau
ruang yang lebih luas, maka garam akan lebih cepat menyerap air sehingga larut
dalam air. Garam juga meruapakan zat yang dapat dengan mudah menyerap
lembab atau uap air dari udara. Hal ini disebabkan garam mudah larut dalam air.
Larutan garam disebut campuran homogen.
Lalu larutan garam dan pasir disaring agar diperoleh filtratnya dari larutan
tersebut. Pasir tertinggal pada kertas saring karena pasir adalah padatan. Setelah
itu, filtrate dimasukkan kedalam cawan penguap dan dipanaskan. Kemudian
setelah dipanaskan beberapa menit, larutan yang tadinya terdiri air dan garam kini
hanya tersisa Kristal garam saja. Kristal-kristal garam ini terbentuk kembali akibat
larutan garam dipanaskan, maka terbentuk kembali kristal- Kristal garam yang
dinamakan rekristalisasi.
Percobaan terakhir yaitu campurn minyak dan air suling. Kedua campuran
tidak menyatu karena perbedaan massa jenis dari air dan minyak. Dan posisi
minyak berada diatas sedangkan air dibawah. Hal ini dikarenakan massa jenis
minyak lebih ringan yaitu 0,8 g/𝑐𝑚3 daripada masa jenis air yaitu 1g/𝑐𝑚3 .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Campuran air dan pasir dengan membentuk larutan hanya air berubah menjadi
keruh. Campuran ini disebut campuran heterogen.
2. Campuran air dan pasir dengan garam, garam larut dengan air, sedangkan
garam tidak larut dengan pasir. Garam yang larut dalam air disebut campuran
homogeny.
5. Campuran minyak dan air tidak dapat menyatu karena massa jenis air lebih
besar yaitu 1 kg
/L, sedangkan minyak 0,82 kg
. Selain itu air bersifat polar dan
/L
minyak bersifat non polar. Senyawa polar hanya larut dengan senyawa polar
dan senyawa non polar larut dengan senyawa non polar.
5.2 Saran
Hendaknya saat praktikum jangan terburu-buru agar manghasilkan data
yang efisien. Dan juga diperlukan ketelitian dalam melakukan pengamatan. Juga
antar anggota kelompok harus ada kekompakan agar praktikum dilaksanakan
dengan baik dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmo unggal. 2004. Kimia untuk SMA kelas XII, Jakarta : Erlangga.
Jawaban
12 Neraca
Disusun Oleh :
Kelompok II ( A1 )
Disamping itu, diketahui bahwa massa atom molekul relatif gas oksigen
adalah 32,00 dengan massa atom relatif karbon adalah 12,00. Berdasarkan
informasi ini, tampak adanya hubungan antara massa zat dalam satuan
gram,massa atom relatif atau massa molekul relatif dengan jumlah partikel zat itu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa massa (gram) suatu zat yang besarnya
sama dengan massa atom ralatif zat berupa molekul atau senyawa ion adalah
besarnya massa(gram) untuk suatu mol zat. Massa 1 mol zat dinamakan massa
molar disingkat Mm (Sunarya,2010).
3.1.2. Bahan
Adapun bahan -bahan yang digunakan sebagai berikut :
1. Larutan KI 0,2 M 50 ml
2. Larutan Pb(NO3)2 0,2 M 50 ml
3. Larutan CuSO4 0,1 M 50 ml
Tabung A B C D E
KI 0,2 M (mL) 9 7 5 3 1
2. Dikocok tiap-tiap campuran kemudian dibiarkan endapan turun selama
lebih kurang 20 menit.
3. Diulangi cara kerja diatas dengan menggantikan larutan KI dengan larutan
CuSO4
Tabel 3.2.2 Pb(NO3)2 0,2 M + K2Cr2O4 0,1 M
Tabung A B C D E
4.1 Hasil
Adapun hasil dari percobaan yang dilakukan ditunjukkan pada Tabel 4.1
dan 4.2 sebagai berikur
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Penentuan Perbandingan Jumlah Mol Pereaksi Pb(NO3)2 0,2
M + KI 0,2 M.
C 5:5 1 cm Kuning
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A (1:9) B (3:7) C (5:5) D (7:3) E (9:1)
Volume
1,2
Tinggi Endapan ( cm)
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A (1:9) B (3:7) C (5:5) D (7:3) E (9:1)
Volume
6.2 Saran
Didalam percobaan hendaknya saat kedua larutan sudah dicampur dan saat
akan meletakkan tabung reaksi ke rak tabung, pastikan tabung reaksi tidak miring
juga dan kita dapat mengukur endapannya dengan benar. Pada saat penelitian dan
melakukan praktikum, dianjurkan mengenakan masker dan sarung tangan.
DAFTAR PUSTAKA
1,2
Tinggi Endapan ( cm)
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A (1:9) B (3:7) C (5:5) D (7:3) E (9:1)
Volume
1,2
Tinggi Endapan ( cm)
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A (1:9) B (3:7) C (5:5) D (7:3) E (9:1)
Volume
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT
Disusun Oleh
Kelompok II ( A1 )
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena konsentrasi pereaksi menurun sejalan dengan waktu maka { [N2O5]2 -
[N2O5]1} berharga negatif, tetapi karena persamaan berharga negatif maka
kecepatan reaksi menjadi positif. Simak tabel 2.1, kecepatan reaksi antara rentang
waktu ke-320 detik dan ke-525 detik dengan konsentrasi [N2O5] masing-masing
1,90 M dan 1,68 M ditunjukkan pada gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3 Kecepatan Reaksi Antara Rentang Waktu ke-320 detik dan
ke-525 detik.
Gambar 2.4 Kecepatan Reaksi N2O5 ketika dibagi dua agar menjadi
setara.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Paku 2 buah
2. Serbuk Zn 4 gr
3. Larutan HCl (Asam Klorida) 4N 4 ml
4. Larutan H2SO4 (Asam Sulfat) 4N 4 ml
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kesimpulan :
1. Larutan HCl dan serbuk Zn lebih cepat bereaksi dari pada paku. Begitu
juga dengan larutan H2SO4 dan serbuk besi, hal ini disebabkan karena luas
permukaan serbuk besi lebih besar jika dibandingkan dengan paku.
2. Pada saat berlangsungnya reaksi terjadi gelebung gas.
3. Salah satu tanda terjadinya reaksi yaitu dengan adanya gelembung gas
hidrogen.
4. Paku lebih lama bereaksi dibanding kan dengan serbuk Zn karena luas
permukaannya lebih kecil
5. Serbuk Zn lebih cepat bereaksi karena luas permukaan serbuk Zn lebih
besar dari paku.
5.2 Saran
Disarankan kepada percobaan ini agar percobaan serbuk nya
menggunakan jenis logam lain untuk mengetahui kecepatan reaksinya. Juga
sebaiknya praktikum menggunakan larutan basa kuat dan dapat diketahui
kecepatan reaksi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2006. Kimia Dasar: Konsep Inti Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Charles, 1992. Kimia untuk Universitas. Gramedia: Jakarta.
Dian Wuri Astuti. 2009. Cepat Tuntas Kuasai Kimia unutk SMP. Jakarta: Galang
Press Media Utama
Tempat untuk
Tabung reaksi
mereaksikan bahan
2.
Untuk mengambil
Pipet volum larutan dengan jumlah
tertentu
3.
Untuk menghitung
Stopwatch
waktu.