Anda di halaman 1dari 125

KELAS

PENALARAN
KLINIS
(NAIS)
Oktober 2021
Pediatri
1. 5 Pilar Pediatrik




Monitoring pertumbuhan
Monitoring perkembangan
Asuhan nutrisi pediatrik
Pencegahan penyakit (vaksinasi)
Daftar
Isi
• Stimulasi dan kasih sayang

2. Fisiologi dan Penalaran Klinis


• Fisiologi metabolisme bilirubin
• Pendekatan klinis ikterus
• Fisiologi pernapasan neonatus
• Pendekatan klinis distress pernapasan neonatus
• Penyakit jantung bawaan
• APGAR dan resusitasi neonatus
• Tanda maturitas dan koreksi usia bayi prematur
• Congenital hip dysplasia
• Pendekatan klinis benjolan kepala
• Pendekatan klinis congenital malformation
• Pendekatan klinis diare
• Pendekatan klinis kejang anak
• Tanda vital normal pada anak
5 Pilar
Pediatrik
5 Pilar Pediatrik

Monitoring Monitoring Asuhan Nutrisi


Pertumbuhan Perkembangan Pediatrik

Pencegahan
Stimulasi dan
Penyakit
Kasih Sayang
(Vaksinasi)
Monitoring Pertumbuhan
Pemilihan Kurva Kurva BB/U WHO Kurva TB/U WHO

BB/TB, BB/U,
TB/U IMT (BMI)

0-5 tahun : 0-2 tahun:


WHO 2006 WHO 2006

>5-18
2-18 tahun:
tahun: CDC
CDC 2000
2000

Kurva BB/TB WHO Kurva BMI/U WHO


Monitoring Pertumbuhan
Interpretasi Kurva WHO Interpretasi Kurva CDC
Siska, 6 tahun,
BB 16 kg, TB 120 cm

• BB/U = 16 kg/19 kg = 84,2%


• TB/U = 120 cm/114 cm = 105%
• BB/TB = 16 kg/22 kg = 72,7%
• HA = 6.5 tahun
Status Gizi BB/TB (% median)

Obesitas >120

Overweight >110

Normal >90

Gizi Kurang 70-90

Gizi Buruk <70


Pemeriksaan Fisik

protuberansia
oksipitalis
glabella

INTERPRETASI:
<sentil ke-5 atau < -2 SD : mikrosefali
>sentil ke-95 atau > +2 SD : makrosefali

Setiap
Setiap bulan Setiap 2 bulan
kunjungan
pada usia <1 pada usia 1-2
dokter pada
tahun tahun
usia >2 tahun Nellhaus WHO

IDAI. Pedoman pelayanan medis. Jakarta: 2009


Pertumbuhan
Potensi genetik tinggi seorang anak:
Laki-laki = 1⁄2 x (TB ayah + TB ibu + 13) ± 8,5 cm

Perempuan = 1⁄2 x (TB ayah + TB ibu - 13) ± 8,5 cm

Pemilihan kurva sesuai umur

BB/TB, BB/U,
TB/U IMT (BMI)

0-5 tahun : 0-2 tahun:


WHO 2006 WHO 2006

>5-18
2-18 tahun:
tahun: CDC
CDC 2000
2000

Pantau pertumbuhan anak setiap 1-3 bulan

Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. 3rd ed. Jakarta: Sagung Seto;
Perkembangan
Pemantauan perkembangan dilakukan setiap 3-6 bulan sekali
0-3 bulan: 3-6 bulan: 6-9 bulan: Motorik
• Belajar mengangkat kepala • Mengangkat kepala 90° dan mengangkat dada dengan • Dapat duduk tanpa dibantu kasar dan
• Belajar memiringkan tubuh ke satu sisi bertopang tangan • Dapat merangkak halus
• Mengikuti obyek dengan matanya • Belajar tengkurap bolak balik • Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain
• Melihat muka orang dengan tersenyum (senyum sosial) • Mulai berguling atau merayap • Memegang benda kecil dengan telunjuk dan ibu jari
• Bereaksi terhadap suara/bunyi • Berusaha meraih dan menggenggam benda-benda • Mengeluarkan “kata” tanpa arti (babbling) Sosial
• Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, • Memasukkan tangan dan menaruh benda-benda di mulut • Takut pada orang asing
pendengaran dan kontak • Tertawa atau menjerit bila diajak bermain • Berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan
• Mengoceh spontan sembunyi-sembunyian
• Berusaha mencari benda-benda yang hilang
• Menoleh ketika dipanggil namanya Emosi
9-12 bulan 12-18 bulan 18-24 bulan
• Berdiri sendiri tanpa dibantu • Berjalan dan mengeksplorasi rumah • Naik turun tangga
• Berjalan dituntun • Menyusun 2-3 kotak • Menyusun 6 kotak Perilaku
• Menirukan suara, belajar menyatakan 1-2 kata • Mengucapkan 5-10 kata • Menunjuk mata dan hidungnya
• Mengerti perintah/larangan sederhana • Memperlihatkan wajah cemburu, suka bersaing • Menyusun kalimat dengan 2 kata
• Selalu ingin mengeksplorasi dan memasukkan benda • Belajar makan sendiri
ke mulut • Belajar mengontrol buang air kecil/besar
• Berpartisipasi dalam permainan
Bahasa
• Minat terhadap apa yang dikerjakan orang-orang lebih
besar
• Bermain dengan anak-anak lain

2-3 tahun 3-4 tahun 4-5 tahun


• Meloncat, memanjat • Berjalan sendiri dan mengunjungi tetangga • Melompat, menari
• Membuat jembatan dengan 2 kotak • Belajar memakai/membuka pakaian • Menggambar orang dengan kepala, lengan, badan
• Mampu menyusun kalimat sederhana • Menggambar orang dengan kepala dan badan • Menggambar segiempat dan segitiga
• Menggambar lingkaran • Mengenal 2-3 warna • Dapat menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam
• Bicara dengan baik, menyebut nama, jenis kelamin, dan seminggu
usianya • Protes bila dilarang apa yang diinginkannya
• Bertanya bagaimana anak dilahirkan • Mengenal 4 warna
• Mengenal sisi atas, bawah, depan, belakang • Memperkirakan bentuk dan besar benda,
• Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana membedakan besar dan kecil
• Menaruh minar pada aktivitas orang dewasa

Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. 3rd ed. Jakarta: Sagung Seto;
Perkembangan
Metode KPSP
Jawaban Ya : 9-10 Jawaban Ya : 7-8 Jawaban Ya: ≤6

Perkembangan Sesuai (S) Perkembangan Meragukan (M) Perkembangan Penyimpangan (P)


• Pola asuh sudah baik • Stimulasi perlu dilakukan lebih sering • Rujuk ke RS/dokter spesialis anak
• Teruskan pola asuh dan stimulasi • Ajarkan cara stimulasi dengan menuliskan jenis dan jumlah
sesuai usia dan kesiapan anak • Mencari underlying disease penyimpangan perkembangan.
• Stimulasi sebagai kegiatan sehari-hari, • Ulang KPSP dalam 2 minggu dengan
tidak perlu momen khusus form KPSP yang sama, sesuai usia
• Keterlibatan ortu dalam setiap anak
stimulasi • Jika hasil tidak berubah, pikirkan
• Ikutkan anak dalam setiap kegiatan bahwa anak mengalami
Posyandu penyimpangan (P)→rujuk

Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. 3rd ed. Jakarta: Sagung
Soal No. 1
Bayi J, usia 18 bulan, datang dengan keluhan keterlambatan duduk dan bicara.
Pasien masih harus ditopang dan seperti tidak ada kekuatan untuk duduk sendiri.
Sejak lahir, wajahnya agak bengkak dan tampak kasar, sempat tampak kuning.
Lidahnya besar dan licin disertai kulit kering dan sulit BAB. HR 80x/menit, RR
14x/menit T 36,3 C. Terdapat keterlambatan perkembangan global.
Apakah diagnosis yang paling mungkin untuk kasus tersebut?
a. Hipotiroid iatrogenic
b. Hipotiroid sekunder
c. Hipotiroid tersier
d. Hipotiroid kongenital
e. Tiroidisme Hashimoto
Soal No. 1
Bayi J, usia 18 bulan, datang dengan keluhan keterlambatan duduk dan bicara.
Pasien masih harus ditopang dan seperti tidak ada kekuatan untuk duduk sendiri.
Sejak lahir, wajahnya agak bengkak dan tampak kasar, sempat tampak kuning.
Lidahnya besar dan licin disertai kulit kering dan sulit BAB. HR 80x/menit, RR
14x/menit T 36,3 C. Terdapat keterlambatan perkembangan global.
Apakah diagnosis yang paling mungkin untuk kasus tersebut?
a. Hipotiroid iatrogenic
b. Hipotiroid sekunder
c. Hipotiroid tersier
d. Hipotiroid kongenital
e. Tiroidisme Hashimoto
Perkembangan-Pubertas
Tanner Stage
Perempuan Laki-laki

Onset 8-13 tahun 9-14 tahun

Pubertas Prekoks <8 tahun <9 tahun

Pubertas Terlambat >13 tahun >14 tahun

Urutan 1. Telarche 1. Pertumbuhan testis


2. Growth spurt ≥ 4 ml
3. Pubic Hair 2. Mimpi basah
4. Menstruasi 3. Growth spurt

Durasi pubertas (tahun) 2.4 ± 1.1 3.2 ± 1.8

Maksimal kecepatan 9 (Tanner II-III) 10.3 (Tanner III-IV)


tumbuh (cm/tahun)

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016
Perkembangan-Pubertas
Pubertas Prekoks
Definisi: Munculnya tanda-tanda pubertas pada laki-laki usia
<9 tahun dan perempuan <8 tahun Gambaran Hormonal Pubertas Prekoks
Klasifikasi LH FSH Seks Steroid
Klasifikasi: Pubertas Prekoks Sentral   

• Pubertas Prekoks Sentral (GnRH dependent) Pubertas Prekoks Perifer   


• Reaktivasi prematur dari hypothalamus-pituitary-gonad axis → peningkatan Varian Pubertas N N N
GnRH → peningkatan hormon seks
• Penyebab utama : idiopatik (perempuan 80%)
• Penyebab lain: CNS tumor, trauma, radiasi (laki-laki lebih dominan)
• Pubertas Prekoks Perifer (GnRH independent)
• Adanya produksi hormon seks berlebih secara endogen atau eksogen→
biasanya patologis. Penyebab; congenital adrenal hyperplasia, tumor gonad,
tumor adrenal

Pemeriksaan penunjang:

• Lab : GnRH, FSH, LH, estradiol/testosterone, beta-HCG, 17-OHP, kortisol


• Imaging : Bone age, MRI kepala (lesi organik)

Tata laksana : sesuai etiologi

• Pubertas prekoks sentral idiopatik : GnRH agonist/analog


• Pubertas prekoks perifer : ketoconazole, medroxy-progesteron, finasteride,
spironolactone, anastrozol

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016
Perkembangan-Pubertas
Pubertas Terlambat

Definisi:
• Tidak adanya tanda- tanda pubertas pada:
• laki-laki pada usia 14 tahun
• perempuan pada usia 13 tahun

Klasifikasi

Hypergonadotropic Hypogonadotropic
hypogonadism hypogonadism
Asuhan Nutrisi Pediatrik
Menentukan jumlah Usia tinggi Energi (kkal/kg/hari)
(tahun)
kebutuhan kalori
0-1 0-6 bulan : 120
6-12 bulan : 110
BB ideal x RDA (usia tinggi) 1-3 100
4-6 90
- BB ideal = dengan kurva WHZ, acuan pada
TB kronologi 7-9 80
- Usia tinggi (Height Age) = dengan kurva 10-12 Lelaki: 60-70
HAZ, acuan pada TB kronologis Perempuan: 50-60
- RDA = usia tinggi dicocokkan ke dalam
tabel RDA 12-18 Lelaki: 50-60
Perempuan: 40-50

Menentukan jumlah volume


ASI per hari

- Kalori ASI = 0,67 kkal/mL


- Kebutuhan volume ASI = kebutuhan kalori /
kalori ASI
- Jumlah volume ASI dibagi 8x waktu
pemberian ASI
Vaksinasi
Vaksin termasuk imunitas buatan aktif

Tipe Vaksin: 7 Benar:


• Benar anak
• Benar jadwal
• Benar vaksin dan pelarutnya
• Warna : polio harus kuning-oranye (pH 6,8-7,2)
• Periksa Vaccine Vial Monitor
• Uji kocok → gumpalan = vaksin pernah membeku
• Pelarut : Vaksin BCG pelarutnya NaCl 0,9%; campak
adalah water for injection
• Benar dosis
• Benar rute, panjang jarum, dan teknik
• Sesuai tabel
• 6. Benar lokasi
• 7. Benar dokumentasi A ⅝-inch, 23- to 25-gauge needle pada jaringan lemak
• 8. Benar perlakuan limbah dan sisa vaksin
Subku otot paha anterolateral
tan

Dapat
digunakan
Soedjatmiko, et al. Intisari imunisasi. 2nd ed. FKUI: Jakarta; 2015
Vaksinasi
Vaksinasi
Permenkes No.12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Vaksinasi
Dosis dan teknik Keterangan lain Jenis vaksin Kontraindikasi KIPI
penyuntikan absolut
Hepatitis B • Monovalen → saat lahir : 0,5 mL • Bayi lahir dari ibu pengidap • Rekombinan • Jarang terjadi, timbul demam ringan
IM, anterolateral paha kanan Hepatitis B kronik, perlu 1-2 hari
(30min-1h setelah injeksi Vitamin diberikan juga HBIg 0,5 mL IM,
K 1 mg di anterolateral paha kiri) pada lokasi berbeda dalam 12
• Pentavalen→ DPT-HepB-Hib 0,5 jam setelah lahir
mL IM
Polio • OPV : 2 tetes (@0,05 mL) per oral • OPV diberikan sesaat sebelum • OPV: Live- • Anafilaksis pada dosis • OPV: VAPP (jarang)
• IPV: 0,5 mL IM/SC bayi baru lahir pulang dari attenuated sebelumnya • IPV: reaksi lokal
rumah sakit • IPV: killed

BCG • 0,05 mL untuk <1 tahun; 0,1 mL • Harus disimpan dalam suhu 2-8 • Live-attenuated • Immunocompromised • Reaksi lokal minor (eritema, indurasi,
untuk >1 tahun, intracutaneous ( °C. (keganasan, steroid nyeri) diikuti ulserasi 3 minggu
proksimal insersio M. deltoid • Dilarutkan dengan NaCl 0,9% jangka panjang, HIV), setelahnya dan jaringan parut 2-3
kanan) dan hanya dapat digunakan gizi buruk, uji tuberkulin bulan setelahnya
dalam waktu 3 jam. >5 mm • Limfadenitis supuratif aksila / leher
• Pada anak usia >3 bulan perlu • Limfadenitis BCG diseminasi pada
dilakukan uji tuberkulin dulu pasien immunocompromised
DPT • Kombinasi vaksin pentavalen • Dipthteria & • Anafilaksis pada dosis • Reaksi lokal
(DPT-HepB-Hib) 0,5 mL IM tetanus : toxoid sebelumnya
• Pertusis : • Ensefalopati pada vaksin
inactivated pertusis sebelumnya
Hib • Kombinasi vaksin pentavalen • Konjugasi • Reaksi lokal
(DPT-HepB-Hib) 0,5 mL IM

PCV • 0,5 mL IM • Konjugasi • Reaksi lokal

Soedjatmiko, et al. Intisari imunisasi. 2nd ed. FKUI: Jakarta; 2015


Vaksinasi
Dosis dan teknik Keterangan lain Jenis vaksin Kontraindikasi absolut KIPI
penyuntikan
Rotavirus • 1 mL per oral • Monovalen : 2x • Live • Immunocompromise (keganasan, steroid • Demam, tinja
• Pentavalen: 3x attenuated jangka panjang, HIV) berdarah,
• Riwayat alergi terhadap komponen vaksin muntah, diare,
gastroenteritis
Influenza • Usia 6 bulan -3 tahun : 0,25 • Diulang setiap tahun • Inactivated • Reaksi alergi pada dosis sebelumnya • jarang
mL IM
• Usia >3 tahun: 0,5 mL IM
MR/MMR • 0,5 mL SC deltoid - MR : Dilarutkan dengan water for • Live • Immunocompromised (keganasan, steroid • Demam
injection. 1 vial = 10 dosis → hanya attenuated jangka panjang, HIV)
dapat digunakan dalam 6 jam • Riwayat alergi terhadap komponen vaksin
• Wanita hamil
• Penerima transfusi imunoglobulin / whole
blood
JE • 2 bulan – 3 tahun : 0,5 mL • Diberikan pada daerah endemis atau • jarang
IM yang akan bepergian ke daerah
endemis
• >3 tahun : 1 mL IM
Varisela • 0,5 mL Subcutaneous • Live • Demam akut
attenuated
Hepatitis A • 0,5 mL IM • Inactivated • Reaksi alergi pada dosis sebelumnya • Jarang

Tifoid • 0,5 mL IM • Proteksi untuk 3 tahun • Konjugat • Riwayat alergi terhadap komponen vaksin • Demam, nyeri
kepala, pusing
HPV • 0,5 mL IM • Konjugat • Kehamilan • Reaksi lokal
Dengue • 0,5 mL ;3 dosis primer IM • Diberikan pada pasien dengan riwayat • Inactivated • Reaksi lokal
interval 6 bulan dengue / IgG anti Dengue +

Soedjatmiko, et al. Intisari imunisasi. 2nd ed. FKUI: Jakarta; 2015


Soal No. 2

Anak A, perempuan, 1 thn dibawa ke posyandu untuk pemeriksaan kesehatan


rutin. Dari anamnesis, ditemukan riwayat imunisasi BCG 1 kali saat usia 1 bulan,
DTP 3 kali dan terakhir diberikan 2 minggu lalu dan polio 4 kali dan Hep B
sebanyak 3 kali.
Pada kondisi tersebut pasien ini seharusnya diberikan vaksin apa untuk mengejar
keterlambatannya?
a. DPT dan HepB
b. Polio dan Campak
c. MR
d. Hep B dan Polio
e. MR dan DPT
Soal No. 2

Anak A, perempuan, 1 thn dibawa ke posyandu untuk pemeriksaan kesehatan


rutin. Dari anamnesis, ditemukan riwayat imunisasi BCG 1 kali saat usia 1 bulan,
DTP 3 kali dan terakhir diberikan 2 minggu lalu dan polio 4 kali dan Hep B
sebanyak 3 kali.
Pada kondisi tersebut pasien ini seharusnya diberikan vaksin apa untuk mengejar
keterlambatannya?
a. DPT dan HepB
b. Polio dan Campak
c. MR
d. Hep B dan Polio
e. MR dan DPT
Tubuh Tinggi (Tall Stature)
Etiologi Mekanisme

Familial/ • Riwayat keluarga


Varian
Constitutional • Tinggi proyeksi 5 cm dari midparental height
Normal
tall stature • Bone age normal
• Tanda hipertiroid lain (takikardia, diare, goiter)
Hipertiroid
• TSH dan T4 abnormal
• >> BMI
• Bone age lebih tua
Obesitas
• Pubertas prekoks
• Hampir mencapai final height
Endokrin
• Coarse facial feature, frontal bossing, prognathism
• Gejala tumor → sakit kepala, gangguan penglihatan
Gigantisme
• ↑IGF sebelum penutupan lempeng epifisis
• ↑GH setelah tes glukosa oral
Pubertas • Perkembangan payudara sebelum usia 8 tahun
prekoks • Permbesaran testis sebelum usia 9 tahun
• pubertas terlambat, infertilitas, hipoplasia testis,
Klinefelter
ginekomastia
syndrome
• Karyotyping 47XXY

Gigantisme Akromegali • Marfanoid habitus


Marfan • Subluksasi lensa superior
Terjadi setelah pubertas syndrome • Abnormalitas jantung
Terjadi sebelum pubertas • Kyphoscoliosis
Terjadinya
Pertumbuhan tulang
pertumbuhan jaringan Genetik • Perawakan tinggi
berlebih
kartilago kaki, ridge of • fertilitas dan pubertas normal
Tinggi badan >2 SD rata- 47, XYY
eyebrow • Jerawat
rata syndrome
Peningkatan gula darah • Keterlambatan motorik dan bahasa
Makrosefali
→ insulin → risiko DM
obesitas • Perawakan tinggi
tipe 2
Frontal bossing • Keterlambatan motorik dan bahasa
Penyempitan arteri 47, XXX
syndrome • Gangguan belajar
• Abnormalitas menstruasi

https://www.aafp.org/afp/2015/0701/p43.html
Tubuh Pendek (short stature)
Etiologi Mekanisme Karakterisik
Varian Normal
Familial short diturunkan Pertumbuhan normal, bone age
stature sesuai
Constitutional Keterlambatan • Gangguan pertumbuhan dan
Growth Delay padapelepasan GnRH pubertas yang sementara
pulsatil • Bone age kurang dari usia
kronologis
• Keterlambatan pubertas
Idiopathic short Diagnosis eksklusi Tinggi ≤2 SD di bawah rujukan yang
stature tidak bisa dijelaskan dengan etiologi
lain
Genetik Patologis
kehilangan gen SHOX • Abnormalitas skeletal
Turner Syndrome pada kromosom X • Disgenesis gonad
• Defek kardiovaskular kongenital
defisiensi GIF-1 selektif • Dismorfia kraniofasial
• Abnormalitas skeletal
Down syndrome
• Hambatan perkembangan
• Obesitas
Gangguan osteogenesis
Skeletal dysplasia

Hilangnya gen pada • Gangguan kognitif


Williams syndrome kromosom 7 • Abnormalitas kardiovaskular

https://www.aafp.org/afp/2015/0701/p43.html
At Risk of FTT

Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. 3rd ed. Jakarta: Sagung Seto;
At Risk of FTT

Sjarif DR. Pencegahan Malnutrisi pada Bayi dan Batita di Layanan Primer. 2017
Gizi Buruk

IDAI. Bagan tatalaksana anak gizi buruk. IDAI:Jakarta; 2011


Gizi Buruk

Fase Jenis nutrisi : F75

Stabilisasi

Fase Jenis nutrisi : F100

Transisi

Fase Jenis nutrisi: F100

Rehabilitasi

IDAI. Bagan tatalaksana anak gizi buruk. IDAI:Jakarta; 2011


Gizi Buruk

IDAI. Bagan tatalaksana anak gizi buruk. IDAI:Jakarta; 2011


Gizi Buruk
I : Sudah shock II: Kondisi III + IV III: Muntah / Diare / IV: Letargi V: Tanpa gejala lain
Dehidrasi
Secepatnya Glukosa atau larutan pasir 10% (1 cth) 50 mL PO or NGT
• O2 1-2 LPM D10% bolus 5 mL/kgBB - D10% bolus 5 mL/kgBB
• RLG 5% 1:1 20 mL/kgBB
• D10% bolus 5 mL/kgBB
• ReSoMal 5 mL/kgBB via NGT
Jam 1 RLG 5% 15 mL/kgBB
Monitoring TTV tiap 10 menit
Jam 2 • Jika membaik: F75 sesuai BB ;dosis 2 jam
Lanjut RLG + ReSoMal ReSoMal 5mL/kgBB/30 F75 sesuai BB ;dosis 2 jam
ReSoMal 5mL/kgBB/30 dibagi 4, tiap 30 menit
menit dibagi 4, tiap 30 menit
menit (NGT)
• Jika tidak membaik: (NGT)
RLG 5% 4 mL/kgBB
+ PRC 10 mL/kgBB/3 jam
Atau rujuk
Jam 12 • Membaik :Resomal 5-10 • Resomal 5-10 • Resomal 5-10 F-75 per 2 jam + ASI F-75 per 2 jam→ 3 jam →
mL/kgBB/ 2 jam mL/kgBB/2 jam mL/kgBB/2 jam 4 jam + ASI
• F-75 per 2 jam +ASI • F-75 per 2 jam +ASI • F-75 per 2 jam + ASI
• Monitor TTV tiap 1 jam

IDAI. Bagan tatalaksana anak gizi buruk. IDAI:Jakarta; 2011


Gizi Buruk
Jumlah Kalori pada tiap Fase Cara Hitung Kenaikan BB

Inisial Energi = 80-100 kkal/kg/hari


1-2 hari Protein = 1-1,5 g/kg/hari
Cairan = 130 mL/kg/hari atau 100 mL/kg/hari (edema +)

Transisi Energi = 100-150 kkal/kg/hari


3-7 hari Protein =2-3 g/kg/hari
Cairan =150 mL/kg/hari

Rehabilitasi Energi = 150-220 kkal/kg/hari


2-6 minggu Protein = 3-4 g/kg/hari
Cairan = 150-200 mL/kg/hari

Follow-up sebaiknya dilakukan :


● Minggu ke-1 dan 2 Kenaikan BB : 10-15 g/kgBB/hari
● Bulan ke-1, 3 dan 6

IDAI. Bagan tatalaksana anak gizi buruk. IDAI:Jakarta; 2011


Gizi Buruk
Terapi Infeksi Kriteria Pulang
Edema sudah berkurang atau hilang, anak
sadar dan aktif

BB/TB > -3 SD

Komplikasi sudah teratasi

Ibu telah mendapat konseling gizi

Ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu


selama 2 minggu berturut-turut atau >15% dari
BB awal
Selera makan sudah baik, makanan yang
diberikan dapat dihabiskan

IDAI. Bagan tatalaksana anak gizi buruk. IDAI:Jakarta; 2011


Soal No. 3
Anak G, usia 7 tahun, datang ke RS karena lemas dan kurus. Pasien hanya suka
makan nasi jagung. PF : BB 18 kg, Lila 10 cm, wajah seperti orang tua, baggy
pants, hepatomegaly, edema tungkai. Hasil lab GDS 65 mg/dL.
Apakah diagnosis yang paling mungkin untuk kasus tersebut?
a. Atasi hipoglikemia pada fase transisi
b. Berikan tablet besi pada minggu ke dua dan seterusnya
c. Berikan D10% IV bolus 10 cc/kg
d. Berikan tablet Kalium dan Mg sejak hari minggu kedua
e. Obati infeksi dengan pada fase rehabilitasi
Soal No. 3
Anak G, usia 7 tahun, datang ke RS karena lemas dan kurus. Pasien hanya suka
makan nasi jagung. PF : BB 18 kg, Lila 10 cm, wajah seperti orang tua, baggy
pants, hepatomegaly, edema tungkai. Hasil lab GDS 65 mg/dL.
Apakah diagnosis yang paling mungkin untuk kasus tersebut?
a. Atasi hipoglikemia pada fase transisi
b. Berikan tablet besi pada minggu ke dua dan seterusnya
c. Berikan D10% IV bolus 10 cc/kg
d. Berikan tablet Kalium dan Mg sejak hari minggu kedua
e. Obati infeksi dengan pada fase rehabilitasi
Fisiologi &
Penalaran
Klinis
Fisiologi Metabolisme Bilirubin

Le, Tao and Bhushan, Vikas. First Aid for the USMLE Step 1 2020, Thirtieth edition. New York: McGraw-Hill Education, 2020.
Patiofisiologi Ikterus
Mengapa bayi bisa mengalami ikterus?
Ikterus Fisiologis Ikterus patologis Terminologi
Hiperbilirubinemia indirek Jaundice
Neonatus berusia
• Short lifespan of erythrocytes in the • Increased production of bilirubin Eksresi bilirubin <24 jam yang
newborn • Decreased hepatic uptake akan membaik mengalami ikterus
• Insufficient hepatic bilirubin • Decreased conjugation setelah 1 minggu
metabolism: due to immature UDP- • Impaired excretion
glucuronosyltransferase • Increased enterohepatic circulation Faktor Risiko
• ↑ Enterohepatic circulation of
bilirubin
BBLR
Penyakit hemolisis
Asfiksia
Hipoksia
Infeksi sistemik
TORCH

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Pemeriksaan Fisik Ikterus

LAJU CEPHALO-CAUDAL

Physiologic jaundice Pathologic jaundice


Pendekatan Klinis Ikterus
Ikterus Fisiologis Ikterus Patologis
Tipe hiperbilirubinemia hiperbilirubinemia indirek/belum terkonjugasi hiperbilirubinemia direk atau hiperbilirubinemia indirek

Onset 24–72 jam setelah lahir dengan puncak pada usia hari ke 4–5 usia <24 jam atau >2 minggu
pada neonatus cukup bulan dan hari 7 pada preterm

Durasi Menghilang pada usia 10–14 hari Persisten 8 hari pada bayi cukup bulan dan 14 hari pada bayi
kurang bulan

Kadar bilirubin total <15 mg/dl >12 mg/dl dalam waktu apapun

Peningkatan bilirubin per <5 mg/dL/hari >5 mg/dL/hari


hari

Peningkatan fraksi bilirubin Bilirubin indirek meningkat dengan konsentrasi <15–18 mg/dL Peningkatan fraksi bilirubin direk >1 mg/dL atau 20% dari
atau puncak bilirubin total serum 5–6 mg/dL bilirubin total
Peningkatan fraksi bilirubin indirek

Keadaan umum normal bervariasi


normal hingga adanya tanda-tanda penyakit yang mendasari
(muntah, letargi, malas minum, penurunan berat badan
dengan cepat, apneu, takipneu atau suhu tidak stabil)

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Etiologi Ikterus

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016
Le, Tao and Bhushan, Vikas. First Aid for the USMLE Step 1 2020, Thirtieth edition. New York: McGraw-Hill Education, 2020.
Pendekatan Klinis Ikterus

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016
Le, Tao and Bhushan, Vikas. First Aid for the USMLE Step 1 2020, Thirtieth edition. New York: McGraw-Hill Education, 2020.
Pathological Neonatal Jaundice
“too early” (usia <24 jam) “too high” (24 jam- 10 hari) “too long” (>10 hari)

• Hemolisis : incompatibilitas • Breastfeeding jaundice,


ABO, RH, sepsis, red cell breastmilk jaundice, infection, • Breast milk jaundice,
morphology defects polycythemia hypothyroidism, infection

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Pathological Neonatal Jaundice
Mekanisme Etiologi
Hemolitik ↑ produksi bilirubin • Hemolytic disease of the newborn
• G6PD deficiency
• RBC structural defects
• Ineffective erythropoiesis
• Hematoma
• Infection/sepsis
• Polycythemia
Hiperbilirubinemia
Nonhemolitik ↓ konjugasi bilirubin • Gilbert syndrome
indirek
• Crigler-Najjar syndrome
• Defisiensi UDP-glucuronosyltransferase
Hipotiroid
Nonhemolitik ↑ sirkulasi enterohepatik bilirubin • Obstruksi GI
• Breastmilk jaundice
• Breastfeeding jaundice
• Malnutrisi

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Pathological Neonatal Jaundice
Mekanisme Etiologi
Intrahepatik ↓ hepatic uptake • Rotor syndrome

Ekstrahepatik ↓ eksresi bilirubin • Allagile syndrome


• TORCH
• Dubin-Johnson syndrome
• Sepsis
• Hepatitis A
• Hepatitis B
Hiperbilirubinemia • Idiopathic neonatal hepatitis
direk • Alpha-1 antitrypsin deficiency
• Cystic fibrosis
• Galactosemia
• Hipotiroid
• Obat-obatan

Nonhemolitik • Biliary atresia


• Kista koledokus
• Tumor/striktur

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Breastfeeding & Breast Milk Jaundice
Breastfeeding
Usia <7 hari
jaundice
Bayi mendapatkan
ASI
Breastmilk
Usia >7 hari
jaundice

Breastfeeding jaundice Breast Milk jaundice


Etiologi: kekurangan ASI (khususnya pada bayi dengan ASI Etiologi : pemberian ASI, dicurigai berhubungan dengan
eksklusif) beta-glucuronidase dalam ASI
Muncul pada usia < 7 hari Muncul pada usia 7 hari atau lebih, memuncak pada
minggu ke-2–3 kemudian menurun, terkadang persisten
hingga 1-3 bulan
Bilirubin indirek >12 mg/dL Bilirubin indirek 10-30 mg/dL
Dapat didampingi dehidrasi ringan-sedang dan penurunan Bilirubin turun (3 mg/dL/hari) jika ASI dihentikan selama
pasase feces 48 jam , tapi muncul kembali saat ASI diberikan kembali.
Dapat berlangsung hingga 10 minggu jika pemberian ASI
diteruskan
Terapi: meningkatkan sesi menyusui Terapi: fototerapi, tetap menggunakan ASI/susu formula

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Inkompatibilitas ABO dan Rhesus

Inkompatibilitas ABO Inkompatibilitas Rhesus

Terjadi pada ibu dengan • golongan darah Kondisi di mana wanita dengan rhesus (-)
O terhadap janin dengan golongan darah A terekspos dengan eritrosit Rh (+), sehingga
atau B membentuk antibodi Rh
1% ibu gol darah O yang memiliki titer • Anak pertama : normal
antibody IgG. Biasanya terjadi pada anak • Anak kedua: jaundice
pertama • Anak ketiga dan seterusnya : hidrops
fetalis

Diagnosis : Coombs test


Tatalaksana Hiperbilirubinemia
Jika ibu hamil Rh- belum tersensitisasi,
berikan human anti-D immunoglobulin (Rh
IgG atau RhoGAM)

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Defisiensi G6PD
Diturunkan secara X-linked

G6PD menghasilkan NADPH untuk mengubah glutation kembali ke bentuk


tereduksi → untuk menetralisasi reactive oxygen species (ROS) → melindungi
Patofisiologi
sel darah merah dari stress oksidatif

Jika tidak ada glutation → RBC terpapar ROS → hemolisis intravaskular dan
ekstravaskular

• Kamper, kacang
• obat antimalaria (kloroquin, primaquin), antibiotik sulfa (TMP-SX),
nitrofurantoin, isoniazide, dapson, NSAID, kloramfenikol
Pencetus
• Bakteri dan infeksi virus
• Inflamasi
• Asidosis metabolik

Muncul pada neonatus yang sempat di bawa ke rumah → terpapar kamper


→ jaundice

Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
• Heinz body
• Bite cells

Terapi Menghindari pencetus

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Kolestasis
Kolestasis pada neonatus: peningkatan kadar bilirubin Atresia Bilier
direk hingga setelah 14 hari pertama kehidupan
• Kadar bilirubin direk diatas 1 mg/dl

Pemeriksaan:
• Periksa warna feses secara langsung acholic ,
urine menyerupai teh
• USG abdomen
• Fraksi bilirubin → bilirubin direk >1 mg/dL
Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:
Kernikterus

Nama lain: bilirubin


encephalopathy

Definisi: sindrom neurologis akibat


deposisi bilirubin indirek (unconjugated) di
basal ganglia dan brainstem nuclei

Terjadi jika bilirubin indirek >20 mg/dL.

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Tatalaksana Hiperbilirubinemia
PhotoTherapy

American Academy of
Pediatrics. Management of
hyperbilirubinemia in the
newborn infant 35 or more
Tatalaksana Hiperbilirubinemia
Transfusi Tukar

American Academy of
Pediatrics. Management of
hyperbilirubinemia in the
newborn infant 35 or more
Soal No. 4
Seorang bayi A berusia 6 minggu datang ke IGD dengan keluhan kuning sejak 10 hari yang lalu. Bayi lahir cukup
bulan, berat lahir 2900 gram, langsung menangis saat lahir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bayi tampak letargis
dan ikterik. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 11,3 g/dl, leukosit 10.000/mm3, trombosit
420.000/m3, SGOT 87, SGPT 49, GGT 788.000 U/L, Bilirubin total 9 mg/dl, bilirubin direk 5 mg/dl. Pada USG
didapatkan tanda triangular cord. Pada pemeriksaan feses tiga porsi didapatkan feses alkolis. Pemeriksaan
penunjang baku emas pada kasus ini adalah…

A. MRI abdomen
B. CT-Scan abdomen dengan kontras
C. Kolangiografi
D. USG abdomen
E. Foto polos abdomen 3 posisi
Soal No. 4
Seorang bayi A berusia 6 minggu datang ke IGD dengan keluhan kuning sejak 10 hari yang lalu. Bayi lahir cukup
bulan, berat lahir 2900 gram, langsung menangis saat lahir. Dari pemeriksaan fisik didapatkan bayi tampak letargis
dan ikterik. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 11,3 g/dl, leukosit 10.000/mm3, trombosit
420.000/m3, SGOT 87, SGPT 49, GGT 788.000 U/L, Bilirubin total 9 mg/dl, bilirubin direk 5 mg/dl. Pada USG
didapatkan tanda triangular cord. Pada pemeriksaan feses tiga porsi didapatkan feses alkolis. Pemeriksaan
penunjang baku emas pada kasus ini adalah…

A. MRI abdomen
B. CT-Scan abdomen dengan kontras
C. Kolangiografi
D. USG abdomen
E. Foto polos abdomen 3 posisi
Sistem Pernapasan Neonatus
Pneumosit tipe I Pneumosit tipe II

Sel tipe skuamosa, menysun Sel kuboid


97% dari permukaan alveolus Fungsi: prekursel pneumosit I dan
Fungsi: difusi O2 dan CO2 II, menghasilkan surfaktan

Surfaktan
Diproduksi pada GA 20 minggu hingga 35 minggu

↓ Alveolar surface tension, ↓alveolar collaps,


↓ lung recoil

↑ compliance
Sistem Pernapasan Neonatus
Adaptasi Sistem Pernapasan pada Neonatus
Neonatal Respiratory Distress

Neonatal respiratory distress Transient tachypnea of Meconium aspiration syndrome Persistent pulmonary hypertension of
syndrome (RDS) newborn (TTN) (MAS) newborn (PPHN)
Usia gestasi Umumnya preterm Aterm atau preterm Umumnya post-term Umumnya aterm atau preterm
Etiologi Defisiensi surfaktan Resorpi cairan paru yang Obstruksi airway akibat aspirasi Peningkatan resistensi pembuluh darah
tertunda mekonium paru
Manifestasi • Takipnea • Takipnea • Takipnea • APGAR score rendah
klinis • Peningkatan usaha napas • Peningkatan usaha • Peningkatan usaha napas • Sianosis dan distress pernapasan
• Sianosis napas • Cairan amnion hijau • Auskultasi jantung: S2 dominan
• Hipoksia • Dapat ditemukan ronki • APGAR score rendah
• Penurunan suara napas basah pada auskultasi • Dapat ditemukan ronki basah atau
• Bersifat reversibel kering pada auskultasi
Imaging Ground glass opacities Cairan pada fisura paru Opasitas yang patchy dan asimetris Echo: Hipertensi pulmoner

Tortora
RDS vs PJB

Tortora
Distress Nafas

Downe Skor : Evaluasi Distress Nafas


0 1 2 Skor < 4 gangguan pernapasan Oksigen Low Flow
ringan
Frekuensi < 60x/menit 60-80 x/menit >80x/menit
Napas Skor 4 – 5 gangguan pernapasan CPAP
sedang
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Skor > 6 gangguan pernapasan Intubasi + Mekanikal
berat (pemeriksaan gas Ventilator
Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
darah harus dilakukan)
dengan O2 walaupun diberi O2

Air Entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara Etiologi:
udara masuk masuk 1. Hyaline Membrane Disease
2. Meconium Aspiration Syndrome
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar 3. Transient Tachypneu of the newborn
dengan stetoskop tanpa alat bantu

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Elsevier; 2016
Hyaline Membrane Disease
= Neonatal Respiratory Distress Syndrome

• Dikenal juga sebagai lung disease of prematurity, Gambaran Radiologi HMD


atau defisiensi surfaktan
• Bercak retikulogranular /ground glass
– Terjadi terutama pada bayi prematur (<28 minggu)
(infiltrat) pada parenkim
• Faktor risiko dan patofisiologi
• Air bronchogram

• Gejala muncul beberapa menit setelah lahir :


takipnea, grunting, retraksi, cuping hidung, sianosis
Transient Tachypnea of The Newborn

PATOFISIOLOGI: Pada persalinan normal, pasase bayi melewati pelvis ibu


yang sempit akan memeras cairan keluar dari paru-paru
Transient = gejala membaik maksimal dalam 72 jam

TTN banyak terjadi pada:


• Bayi cukup bulan
• Bayi dilahirkan dengan metode C-section
• Bayi lahir dari ibu dengan diabetes
Gejala muncul segera setelah lahir:
• Takipnea
• Grunting
• Retraksi dada
• Napas cuping hidung
• Sianosis
Merupakan diagnosis eksklusi (gejala mirip RDS), dengan keunikan:
• Perbaikan klinis terjadi cepat = self limiting
• Foto radiologi torak normal (tidak ada tanda RDS seperti hypoaeration atau diffuse
reticulogranular pattern)

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Elsevier; 2016
Meconium Aspiration Syndrome

Diagnosis
Adanya ketuban keruh (bercampur
mekonium) --> biasanya pada bayi post-
term

Obstruksi jalan napas: gasping, apnoe,


sianosis

Distress napas: takipnea, grunting, nafas


cuping hidung, retraksi dada, sianosis

Tanda post-maturitas:

• Kuku Panjang, kulit terkelupas


• Pewarnaan kulit kuning – hijau

Radiologi torak:

• Granular, dengan aerasi iregular

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Elsevier; 2016
Penyakit Jantung Bawaan

Patent Ductus Ventricle Atrial Septal


Arteriosus Septal Defect Defect

Transposition
Tetralogy of
of Great
Fallot
Arteries
Penyakit Jantung Bawaan
Jenis Clinical findings Kelainan yang ditemukan Tatalaksana
Patent Ductus Acyanotic • Kecil : asimptomatik • Continuous murmur at 2th intercostal space, • Transcatheter PDA closure kurang dari usia
Arteriosus • Besar: poor weight gain, exercise intolerance left parasternal line 1 tahun
• Lebih sering pada prematur • LVH

Ventricular Acyanotic • Kecil : asimptomatik • Murmur baru muncul pada minggu ke-2–6 • Kebanyakan spontaneous closure,
septal Defect • Besar : poor weight gain, poor growth, sesak, • Murmur Pansystolic grade 3/6 or higher at 3- terutama ukuran kecil
berkeringat berlebih, gagal jantung 4th intercostal space, left parasternal line • Transcatheter/Surgical closure jika
• Sering ada thrill simptomatik
• LVH

Atrial Septal Acyanotic, normal • Sebagian besar asimptomatik, bahkan pada ukuran • S2: wide dan fixed split • Transcatheter/Surgical closure jika
Defect cardiac output besar --> incidental finding • Ejection systolic murmur 2th intercostal space, simptomatik, sebelum usia sekolah
left parasternal line
• RAH / RVH

Tetralogy of Cyanotic • Cyanosis • Ejection systolic murmur at 2nd intercostal • Segera setelah lahir: IV prostaglandin E1
Fallot (VSD + • Dyspneu on exertion → squatting position space, left parasternal line (0.01-0.20 μg/kg/min) dilatasi duktus
Pulmonary • Hypoxic Spell • Sering ada thrill arteriosus sampai operasi dapat dilakukan
stenosis + • Palliatif : Blalock-Taussig shunt
overriding aorta • Definitif : surgical therapy
+ RVH)

Transposition of Cyanotic • Cyanosis + takipnea 🡪 harus segera operasi • Arterial Po2 is low • Segera setelah lahir: IV prostaglandin E1
Great Arteries • Kebanyakan meninggal (jika tidak ada foramen • Chest x ray / Echo : abnormal position of the (0.01-0.20 μg/kg/min) dilatasi duktus
ovale and the ductus arteriosus) great arteries arteriosus sampai operasi dapat dilakukan
• Definitif : surgical therapy
Acyanotic

Ventricular Septal Defect Atrial Septal Defect


Holosystolic murmur LLSB ICS 4-5 Wide fixed splitting S2 (P2 slower)
Ejection systolic ULSB ICS 2
Acyanotic
Patent Ductus Arteriosus

Continuous murmur
ULSB
ICS 2
Cyanotic
Tetralogy of Fallot

Typical VSD and


Ejection systolic
ULSB due to
severe PS
Cyanotic
Transposition of Great Arteries

NO MURMUR, SIANOSIS ONLY


APGAR
Menilai adaptasi neonatus
Tanda 0 1 2
Appearance (Warna Kulit) Seluruh Tubuh biru/pucat Tubuh kemerahan, Seluruh Tubuh kemerahan
ekstremitas biru

Pulse (Laju Jantung) Tidak ada < 100 >=100

Grimace (Refleks) Tidak Bereaksi (floppy) Gerkan Sedikit Refleks Melawan

Activity (Tonus Otot) Lumpuh Ekstremitas fleksi sedikit Gerakan aktif

Respiratory (Usaha Bernafas) Tidak ada Lambat iregular Menangis Kuat

Dinilai menit ke-1 dan menit ke 5


0-3 : Asfiksia berat
4-6 : Asfiksia sedang
7-10: neonatus beradaptasi dengan baik
Resusitasi
Neonatus

IDAI. Buku resusitasi neonatus. Jakarta: IDAI; 2014


Resusitasi Neonatus
KONSELING PRE NATAL

Faktor Risiko Resusitasi Saat Lahir


Faktor Ibu Faktor Janin Faktor intrapartum
• Ketuban pecah dini ≥ 18 jam • Kehamilan multipel (ganda, triplet) • Pola denyut jantun gjanin yang meragukan
• Perdarahan pada trimester 2 dan 3 • Prematur (terutama usia gestasi <35 pada CTG
• Hipertensi dalam kehamilan minggu) • Presentasi abnormal
• Hipertensi kronik • Postmatur (usia gestasi > 41 minggu) • Prolaps tali pusat
• Penyalahgunaan obat Besar masa kehamilan (large for gestational • Persalinan kala 2 memanjang
• Konsumsi obat (seperti litium, magnesium, age) • Persalinan yang sangat cepat
penghambat adrenergik, narkotika) • Pertumbuhan janin terhambat • Perdarahan antepartum
• Diabetes Mellitus • Penyakit hemolitik aloimun (terutama jika • Ketuban bercampur mekonium
• Penyakit kronik (anemia, PJB) terdapat anemia / hidrops fetalis)

IDAI. Buku resusitasi neonatus. Jakarta: IDAI; 2014


Resusitasi Neonatus
PERSIAPAN TIM PERSIAPAN ALAT

Aspek Peralatan
Suhu • 24-26°C, infant warmer, kain hangat untuk
mengeringkan bayi, topi, sarung tangan, kaos kaki,
selimut
• plastik bening untuk membungkus bayi dengan berat
< 1500 gram
• Menjauhi bayi dari jendela / AC

Airway • OPA/gudle, balloon syringe, suction catheter,


meconium aspirator, laryngoscope, ETT, sungkup,
sungkup laring, plester, gunting
Breathing • T-piece reuscitator, bag valve mask (balon
mengembang sendiri)
Circulation • Stetoskop, pulse oxymetry neonatus, umbilical
Keterangan gambar: resuscitator
1. Pemimpin (airway -breathing)
2. Asisten sirkulasi Obat • 1:10.000 (0,1 mg/mL) epinephrine
3. Asisten obat dan peralatan • NaCl 0,9%

IDAI. Buku resusitasi neonatus. Jakarta: IDAI; 2014


Resusitasi Neonatus

IDAI. Buku resusitasi neonatus. Jakarta: IDAI; 2014


Resusitasi Neonatus

IDAI. Buku resusitasi neonatus. Jakarta: IDAI; 2014


Resusitasi Neonatus

Waktu dari lahir Target SpO2 Preduktal


1 menit 60-70%

2 menit 65-85%

3 menit 70-90%

4 menit 75-90%

5 menit 80-90%

10 menit 85-90%

Keterangan:
◆ Intubasi endotrakea / LMA dapat dipertimbangkan
pada langkah ini apabila VTP tidak efektif

IDAI. Buku resusitasi neonatus. Jakarta: IDAI; 2014


Resusitasi Neonatus

Sugar • Cek gula darah cut off 47-50 mg/dL, cek berkala

Temperatur • Kangaroo mother transport / incubator (36.5 – 37.5)

Airway • CPAP, intubasi, tidak ada retraksi, grunting, oksigenasi baik

Blood pressure • CRT <2 detik, akral, loading NS bila perlu, pasang infus umbilikal, pastikan sirkulasi baik

Lab work • AGD, septic workup, DPL, Hb, ABO, Rh, sesuai indikasi

Emotional • Empati dan informed consent

IDAI. Buku resusitasi neonatus. Jakarta: IDAI; 2014


Tanda Maturitas Bayi Prematur
Nilai Minggu
Ballard Score
5 26

10 28 • Cukup bulan
15 30 • antara 37 – 42
20 32 minggu lengkap ( 259
– 294 hari)
25 34
• Kurang bulan
30 36
• < 37 minggu
35 38 (sebelum 259 hari)
40 40 • Lebih bulan
45 42
• > 42 minggu
(sesudah 294 hari)
50 44
Koreksi Usia Bayi Prematur
Fenton Chart Lubchenco
Congenital Hip Dysplasia
Epidemiologi : perempuan (80%), herediter,
presentasi bokong, firstborn

Etiologi : tidak diketahui

Patofisiologi : increased laxity of the joint

Gejala:

• Asimptomatik
• Asimetri lipatan kulit paha, panjang kaki
• Galeazzi sign
Skrining

• Barlow → positif : terdislokasi (kepala femur


keluar dari acetabulum)
• Ortolani → positif : hip click (kepala femur masuk
acetabulum)
• Klisic Test→ positif

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Elsevier; 2016
Benjolan Kepala
Indikator Caput Suksedanum Hematoma Sefal Subgaleal hematoma
Etiologi Penekanan pada jalan lahir Pecahnya kapiler subperiosteum Vacuum-delivery associated
(edema jaringan lunak scalp) karena tekanan pada saat lahir
Onset Tampak segera setelah bayi lahir, Terlihat dalam beberapa jam Setelah lahir dan bertambah
mungkin bertambah dalam atau 1-2 hari kemudian ukurannya
beberapa jam
Lokasi Terdapat pada bagian kepala Berbatas tegas, tidak melewati Di bawah aponeurosis galeal,
yang lebih dulu lahir, batas tidak sutura melewati sutura, dapat
tegas, melewati sutura menyebar ke leher
Palpasi Lunak Firm Fluctuating

Remisi Beberapa hari Beberapa minggu - 3 bulan Beberapa minggu - bulan


Dapat mengancam nyawa

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Congenital Malformation
Kepala

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Congenital Malformation

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Cogenital Malformation
Hidrosefalus
Definisi : pelebaran ventrikel otak disertai peningkatan tekanan tekanan intrakranial.

Etiologi:

• Obstruksi aliran cairan serebrospinal (CSS) di sistem ventrikel otak


• Absorbsi CSS di vili arakhnoid yang menurun
• Produksi CSS di pleksus koroid yang abnormal

Gejala dan Tanda:

• Pertumbuhan lingkar kepala yang abnormal (> + 2 SD atau dalam pemantauan terdapat peningkatan lingkar kepala yang tidak sesuai
grafik pertumbuhan lingkar kepala).
• UUB masih terbuka pada anak usia > 18 bulan atau UUB membonjol
• Frontal bossing
• Sunset appearance
• Lesi UMN

Penunjang:

• Papilledema : pada peningkatan TIK


• Pemeriksaan transiluminasi positif
• CT-Scan atau MRI kepala
untuk mencari etiologi

Tata laksana utama

• VP-Shunt, drainase eksterna ventrikel, atau endoscopic third ventriculostomy.


• Sementara : drainase eksterna ventrikel, ventricular tapping atau pungsi lumbal serial.

Medikamentosa :

• asetazolamide (dosis 30-50 mg/kgBB/hari)


• furosemid (dosis 1 mg/kgBB/hari)
Diare

Klasifikasi Klasifikasi berdasarkan


berdasarkan Durasi Patofisiologi:
Diare Akut
BAB konsistensi lembek atau cair, Diare sekretorik
frekuensi ≥3x dalam 24 jam, berlangsung • Etiologi Diare
<14 hari
akut utama :
Rotavirus
Diare Persisten
Durasi 2-4 minggu, etiologi infeksi saluran Diare osmotik
cerna • Etiologi Disentri
utama : Shigella

Diare Kronik
Diare exudative/inflammatorik
Durasi >4 minggu, etiologi dapat selain
(berdarah/mucus) → disentri
infeksi saluran cerna

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Elsevier; 2016
Diare
Diare
Pendekatan Klinis Diare
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
• Onset diare • Keadaan Umum, GCS • Pemeriksaan feses
• Frekuensi diare dalam • Elektrolit
satu hari Tanda dehidrasi • Analisis gas darah
• Konsistensi • Mata cekung
• Frekuensi makan • Terlihat haus atau tidak
• Lendir atau darah? menangis
• Tanda dehidrasi? • Turgor kulit lambat
• Muntah • napas kussmaul (lanjut)
• Antibiotik dan obat-
obatan lain • Distensi abdomen
• Epidemiologi: • Tanda gizi buruk
outbreak kolera?
• Tanda bahaya
Pendekatan Klinis Diare
Pendekatan Klinis Diare

Terapi A Terapi B Terapi C


Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016
Pendekatan Klinis Diare
Oralit (Cairan)

Tata laksana Diare Akut : Tanpa Dehidrasi Dehidrasi ringan-sedang Dehidrasi Berat
Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW - Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar 75 • Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan
LINTAS DIARE ORALIT diberikan 5-10 mL/kg BB setiap diare cair mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti RL atau RA 100 mL/kgBB dengan cara
atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun kehilangan cairan yang telah terjadi + 5-10 pemberian:
sebanyak 50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak mL/ kgBB setiap muntah-diare cair. • <12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama,
100-200 mL, dan umur di atas 5 tahun semaunya. - Cairan intravena RL atau KaEN3B atau NaCl dilanjutkan 70 mL/ kgBB dalam 5 jam
sesuai berat badan: berikutnya
• >12 bulan:30 mL/kgBB dalam 1⁄2j am
- Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari pertama, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5
- Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari jam berikutnya
- Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari • Bila bisa PO, mulai 5 mL/kg

Seng
• Seng elemental selama 10-14 hari, dengan dosis:
• Umur di bawah 6 bulan: 10 mg per hari
• Umur di atas 6 bulan: 20 mg per hari

Nutrisi
• Asi dilanjutkan, makan sedikit tapi sering 6x per hari, rendah serat, termasuk pisang

Antibiotik
• Shigella : Ciprofloxacin 20-30 mg/kg/hariPO dibagi 2 dosis, 7-10 hari
• Vibrio Cholerae : Doxycycline 2-4 mg/kg PO single dose
• Entamoeba Hystolytica, Giardia Lamblia : Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis , 7-10 hari

Edukasi : menjaga kebersihan terutama saat makan dan memasak; tanda bahaya
IDAI. Pedoman pelayanan medis. Jakarta: 2009
Disentri
Disentri Basiler (Shigellosis / lying down Disentri Amuba (amoebiasis / walking diarrhea)
diarrhea)
Etiologi Shigella Sp. Entamoeba histolytica
Cara penularan Fekal-oral Fekal-oral: kista matur tertelan dari makanan/minuman
terkontaminasi
Ciri dari feses ● Frekuensi >10x/hari ● Frekuensi 6-8x/hari
● Darah merah segar ● Darah berwarna gelap/kehitaman
● Disertai / tanpa lendir ● Disertai / tanpa lendir
● Tidak berbau ● Bau busuk

Keadaan umum pasien ● Onset mendadak dan progresi cepat ● Progresi perlahan
● Sakit berat ● Tidak tampak sakit / sakit ringan
● Demam tinggi ● Demam tidak terlalu tinggi
● Ada tenesmus berat ● Tenesmus ringan
● Sering ditemukan dehidrasi ● Tidak dehidrasi

Pemeriksaan feses rutin ● Tidak ditemukan ● Kista matur : bulat, berinti 4 → pada feses padat
● Leukosit banyak (>50 neutrofil per lapang pandang) ● Trofozoit bergranuler, dengan vakuola berisi eritrosit → feses
saat diare
● Leukosit sedikit
● Kristal Charcot-Leyden
Kultur Positif (batang gram negatif, non motil, anaerobik fakultatif, tidak Negatif
membentuk spora) → agar MacConkey atau SS agar

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia:


Disentri
Shigellosis Amoebiasis
Intoleransi Laktosa VS Alergi Susu Sapi

Intoleransi laktosa Alergi susu sapi


Patofisiologi Defisiensi laktase Diperantarai IgE atau HS tipe 4 (susu, protein
tellur, kacang kedelai)

Manifestasi • Gas → kembung • Saluran cerna


• Asam → eritema pada bokong • Kulit
• Saluran nafas

Pemeriksaan • Clinitest (pH tinja) • Skin test


• Uji toleransi laktosa • Food challenge
• Uji hidrogen nafas • IgE serum

Tata Laksana • Rehidrasi • Ibu diet eliminasi


• Susu bebas laktosa • Susu terhidrolisis sempurna

IDAI. Pedoman pelayanan medis. Jakarta: 2009


Alergi Susu Sapi

Gejala saluran
cerna

Gejala pada
kulit

Gejala pada
saluran napas

Kondisi umum: status


gizi, status hidrasi,
kadang tampak pucat

IDAI. Pedoman pelayanan medis. Jakarta: 2009


Alergi Susu Sapi

IDAI. Pedoman pelayanan medis. Jakarta: 2009


Intoleransi Laktosa
Definisi : defisiensi enzim laktase sehingga tidak dapat memecah laktosa pada susu

Gejala dan Tanda (30 menit- 2 jam sejak ingesti)


• Diare osmotik
• abdominal pain/discomfort, flatus, bloating, nausea
• Ruam pada bokong, feces berbau asam

Diagnosis
• pH tinja < 5,5 akibat asam laktat
• Hydrogen breath test
• Lactose tolerance test

Tata laksana
• Manajemen Diet:
• Lactose-free and lactose-reduced milk
• Jangan menghindari susu sepenuhnya → mineralisasi tulang tidak optimal
• Konsumsi produk susu sedikit-sedikit
• Konsumsi produk susu jenis lain : yogurt, keju

IDAI. Pedoman pelayanan medis. Jakarta: 2009


Soal No. 5
Anak Y, perempuan, 5 tahun dibawa ke IGD oleh orang tuanya setelah BAB cair
sejak 4 hari lalu. BAB cair sebanyak 15x/ hari, tampak seperti air cucian beras.
Tidak ada lendir dan darah pada BAB. PF : tampak sakit berat, kesadaran
somnolen, TD 90/60, HR 130x/menit, RR 25x/menit, turgor kulit lambat, mata
cekung, CRT > 2 detik. Pasien saat ini tidak mau minum dan cenderung tidur. Pada
pemeriksaan feses ditemukan bakteri basil gram negative berflagel.
Bagaimana mekanisme bakteri tersebut menyebabkan diare pada pasien?
a. Toksin yang meningkatkan peristaltik usus
b. Eksotoksin yang meningkatkan aktivitas enzim adenilat siklase
c. Bakteri yang menghambat protein kanal air di usus
d. Bakteri yang menghambat kanal natrium dan klorida di usus
e. Toksin yang menghambat protein kanal natrium di usus
Soal No. 5
Anak Y, perempuan, 5 tahun dibawa ke IGD oleh orang tuanya setelah BAB cair
sejak 4 hari lalu. BAB cair sebanyak 15x/ hari, tampak seperti air cucian beras.
Tidak ada lendir dan darah pada BAB. PF : tampak sakit berat, kesadaran
somnolen, TD 90/60, HR 130x/menit, RR 25x/menit, turgor kulit lambat, mata
cekung, CRT > 2 detik. Pasien saat ini tidak mau minum dan cenderung tidur. Pada
pemeriksaan feses ditemukan bakteri basil gram negative berflagel.
Bagaimana mekanisme bakteri tersebut menyebabkan diare pada pasien?
a. Toksin yang meningkatkan peristaltik usus
b. Eksotoksin yang meningkatkan aktivitas enzim adenilat siklase
c. Bakteri yang menghambat protein kanal air di usus
d. Bakteri yang menghambat kanal natrium dan klorida di usus
e. Toksin yang menghambat protein kanal natrium di usus
Soal No. 6
Anak I, 2 tahun, datang ke IGD dengan keluhan lemas. Riwayat BAB cair selama 5
hari terakhir sebanyak 10x per hari. PF: KU apatis, malas minum. HR 120x/menit,
RR 24x/menit,, T 38 C. Mata tampak cekung, air mata tidak keluar, bibir tampak
kering, turgor kembali sangat lambat CRT< 2 detik, akral teraba hangat.
Apakah rencana terapi yang tepat untuk kasus tersebut?
a. Oralit 200 mL setiap kali diare
b. Oralit 75 mL/kg/3 jam
c. Infus RL 30 mL/kg/1 jam dan dilanjutkan 70 mL/kg/5 jam
d. Infus RL 30 mL/kg/30 menit dan dilanjutkan 70 mL/kg/2,5 jam
e. Loading RL 20 mL/kg
Soal No. 6
Anak I, 2 tahun, datang ke IGD dengan keluhan lemas. Riwayat BAB cair selama 5
hari terakhir sebanyak 10x per hari. PF: KU apatis, malas minum. HR 120x/menit,
RR 24x/menit,, T 38 C. Mata tampak cekung, air mata tidak keluar, bibir tampak
kering, turgor kembali sangat lambat CRT< 2 detik, akral teraba hangat.
Apakah rencana terapi yang tepat untuk kasus tersebut?
a. Oralit 200 mL setiap kali diare
b. Oralit 75 mL/kg/3 jam
c. Infus RL 30 mL/kg/1 jam dan dilanjutkan 70 mL/kg/5 jam
d. Infus RL 30 mL/kg/30 menit dan dilanjutkan 70 mL/kg/2,5 jam
e. Loading RL 20 mL/kg
Kejang Anak
Etiologi: paroxysmal depolarization shift (aktivitas listrik terlalu tinggi dan lama) --> eksitasi neuron → kejang

Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. 3rd ed. Jakarta: Sagung Seto;
Kejang Anak
• Bangkitan kejang pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang didahului kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38C, dengan metode pengukuran
suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses metabolik, infeksi SSP, gangguan elektrolit dan tidak pada neonatus.
• Pasca kejang → anak langsung sadar

Kejang Demam Sederhana (simple febrile seizure) Kejang Demam Kompleks (complex febrile seizure)
Kejang singkat : Berlangsung <15 menit, berhenti sendiri Kejang lama: Berlangsung >15 menit atau berulang dan di antara kejang anak
tidak sadar
Kejang umum (tonik dan atau klonik) Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang secondary generalized
Tidak berulang dalam 24 jam Berulang dalam 24 jam (berulang dengan kembalinya kesadaran di antara
kejang)

Tata Laksana
Antikonvulsan:
Faktor risiko kejang demam berulang:
• Diazepam suppositoria 5 mg untuk anak dengan berat badan
kurang dari 12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
• Bila sudah terpasang jalur IV: Dosis diazepam intravena adalah
0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 2 mg/menit Usia <12 bulan
atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10 mg.
• Jika masih berlanjut, masuk ke algoritma status epileptikus Suhu tubuh <39°C saat kejang

Interval waktu yang singkat antara awitan demam dengan terjadinya


kejang

Antipiretik: Apabila kejang demam pertama merupakan kejang demam kompleks

• Paracetamol 10-15 mg/kg/kali, 4-6 kali sehari


Ada seluruh faktor = 80% kemungkinan

Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. 3rd ed. Jakarta: Sagung Seto;
Kejang Anak
Definisi SE: kejang akut yang berlangsung terus-menerus selama >30 menit atau berulang > 30
menit tanpa disertai pulihnya kesadaran diantara kejang.

Patofisiologi SE: kegagalan pembatasan penyebaran kejang baik karena aktivitas neurotransmiter
eksitasi yang berlebihan dan atau aktivitas neurotransmiter inhibisi yang tidak efektif.

Klasifikasi Kejang Akut

Fokal Umum
Absans
Fokal sederhana
Mioklonik
Atonik
Fokal kompleks
Tonik

Fokal menjadi umum Klonik


(secondary generalized) Tonik-klonik

Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. 3rd ed. Jakarta: Sagung Seto;
Kejang Anak

Airway • Bebaskan jalan napas, posisi, suction

Breathing • Berikan Oksigen

Circulation • Monitor nadi, tekanan darah, EKG

Dextrose • Cek GD, koreksi jika terdapat hipoglikemia

Established • Akses vena

Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. 3rd ed. Jakarta: Sagung Seto;
Kejang Anak

IDAI. Rekomendasi penatalaksanaan status epileptikus. Jakarta:IDAI; 2016


Kejang Anak

IDAI. Rekomendasi penatalaksanaan status epileptikus. Jakarta:IDAI; 2016


Kejang Anak
Investigasi Etiologi

Jika kejang akut berhenti dengan • Tipe, lama, frekuensi, pre-post kejang
Jika kejang akut berhenti dengan Anamnesis
fenitoin, terapi rumatan dengan
diazepam, terapi rumatan dengan • Truma, demam, diare, muntah, sesak, gejala neurologi
fenitoin, dimulai 12 jam setelah (terpenting)
fenobarbital/fenitoin. • Riw. Kehamilan, persalinan, perkembangan
dosis inisial
Loading dose diikuti dosis rumatan
Dosis 5-10 mg/kgBB/hari dibagi 2
12 jam setelah inisial
PO
• Kesadaran, tanda vital, jejas trauma
Pemeriksaan • Pemeriksaan neurologi
Jika kejang akut berhenti dengan
Fisik • Sianosis, dehidrasi, kelainan neurokutan
Jika kejang akut berhenti dengan midazolam lini keempat , terapi
fenobarbital, terapi rumatan dengan rumatan fenitoin dan fenobarbital
fenobarbital, dimulai 12 jam setelah tetap diberikan.
dosis inisial • Atas indikasi sesuai analisis setelah anamnesis dan
Pemeriksaan pemeriksaan penunjang
Dosis 3-5 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis IV Penunjang • Hematologi rutin, AGD/elektrolit, pungsi lumbal,
CT/MRI, EEG, metabolik dll

IDAI. Rekomendasi penatalaksanaan status epileptikus.


Pemeriksaan Fisik
Tanda Rangsang Meningeal
Kaku Kuduk Brudzinski I Brudzinski II

Kernig Lasegue
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Nervus Kranialis
Facial Nerve (N.VII) Glossopharyngeal Nerve (N.IX)
Vagus Nerve (N.X)

Deviasi uvula ke sisi sehat

Sensoris khusus: pengecapan lidah 1/3 posterior terganggu

Refleks muntah (bersama N. X)

Disfagia, gangguan menelan, salivasi (bersama N. X) Deviasi ke sisi


sehat

Accessory Nerve (N.XI) Hypoglossus Nerve (N.XII)

Mengangkat bahu Motorik lidah

Paresis:
Memutar kepala – N. • Di dalam mulut: deviasi ke sisi sehat
sternokleidomastoideus • Terjulur: “terdorong” ke sisi sakit

• Tidak dapat memutar kepala ke Paresis sentral vs. perifer


sisi sehat • Atrofi & fasikulasi lidah pada paresis
Baehr M, et al. Duus topical diagnosis in neurology. 5th ed. Thieme: Germany; 2012 perifer
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fungsi Motorik
Inspeksi

Gerak pasif

Tonus postural:
• Traction test → sumbu tubuh harus 1 garis
• Suspensi vertikal → tes tonus bahu
• Suspensi horizontal→ tes tonus batang tubuh (+ parachute
reaction) tangan harus nopang

Kekuatan Motorik

Anak besar: Bayi & anak kecil:


5 – melawan tahanan normal
Observasi gerak, simetri
4 – melawan tahanan ringan
3 – melawan gravitasi
Respons terhadap rangsang nyeri ringan (gelitik)
2 – gerak lateral (menggeser) tanpa gravitasi
1 – ada kontraksi otot Respons bila anggota tubuh diletakkan pada
0 – tidak ada kontraksi posisi yang tidak nyaman

Baehr M, et al. Duus topical diagnosis in neurology. 5th ed. Thieme: Germany; 2012
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Refleks

Refleks Fisiologis Refleks patologis


Refleks patella
Refleks Babinski
Refleks Achilles
Refleks primitif yang menetap:
Refleks biseps • Grasp reflex atau fisting
• Asymmetric tonic neck reflex
Refleks brakioradialis • Refleks Moro
• Rooting reflex
Refleks triseps • Sucking reflex
• Cross-extensor reflex (stepping reflex)

Meningkat pada lesi UMN Klonus


Menurun pada lesi LMN

Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. 3rd ed. Jakarta: Sagung Seto;
Pemeriksaan Neurologis
Refleks Primitif

Refleks Moro Refleks Tonic Neck Refleks Withdrawal

Rooting and Sucking Reflex Refleks Palmar Grasp Head lag


Kejang Anak
Soal No. 7
Anak B, perempuan, 2 thn dibawa ke IGD dengan kejang seluruh tubuh 10 menit
lalu. Ibu mengatakan pasien kejang selama 3 menit. Setelah kejang, anak
langsung sadar dan menangis. Riwayat kejang sebelumnya tidak ada. 3 hari yang
lalu, pasien menderita batuk disertai demam dengan suhu 38,5C. PF : nadi
133x/menit, RR 21x/menit, suhu 39C. BB 14 kg. PF neurologi dan generalis dalam
batas normal.
Tata laksana yang tepat diberikan apabila terjadi kejang di RS adalah?
a. Diazepam per rectal 12 mg
b. Diazepam per rectal 24 mg
c. Diazepam IV 7 mg
d. Diazepam IV 12 mg
e. Fenobarbital IV 200 mg
Soal No. 7
Anak B, perempuan, 2 thn dibawa ke IGD dengan kejang seluruh tubuh 10 menit
lalu. Ibu mengatakan pasien kejang selama 3 menit. Setelah kejang, anak
langsung sadar dan menangis. Riwayat kejang sebelumnya tidak ada. 3 hari yang
lalu, pasien menderita batuk disertai demam dengan suhu 38,5C. PF : nadi
133x/menit, RR 21x/menit, suhu 39C. BB 14 kg. PF neurologi dan generalis dalam
batas normal.
Tata laksana yang tepat diberikan apabila terjadi kejang di RS adalah?
a. Diazepam per rectal 12 mg
b. Diazepam per rectal 24 mg
c. Diazepam IV 7 mg
d. Diazepam IV 12 mg
e. Fenobarbital IV 200 mg
Soal No. 8
Anak T, 9 tahun, datang diantar oleh ibunya dengan keluhan sering tampak
melamun. Ibunya mengetahui dari guru anaknya di sekolah bahwa anak sering
melamun, tidak bereaksi saat dipanggil ataupun saat disentuh. Durasi 10-20 detik.
Setelah melamun, pasien beraktivitas seperti biasa. Pasien juga tidak pernah ingat
atau sadar bila sedang melamun. HR 80 bpm, RR 18x/menit, S 37C . PF neuro
dalam batas normal.
Apakah tipe bangkitan diatas?
a. Atonik
b. Grand mal
c. Petit mal
d. Parsial kompleks
e. Myoclonic
Soal No. 8
Anak T, 9 tahun, datang diantar oleh ibunya dengan keluhan sering tampak
melamun. Ibunya mengetahui dari guru anaknya di sekolah bahwa anak sering
melamun, tidak bereaksi saat dipanggil ataupun saat disentuh. Durasi 10-20 detik.
Setelah melamun, pasien beraktivitas seperti biasa. Pasien juga tidak pernah ingat
atau sadar bila sedang melamun. HR 80 bpm, RR 18x/menit, S 37C . PF neuro
dalam batas normal.
Apakah tipe bangkitan diatas?
a. Atonik
b. Grand mal
c. Petit mal
d. Parsial kompleks
e. Myoclonic
Tanda Vital Normal pada Anak
Laju Nafas normal / menit Laju Nadi normal / menit Manifestasi Klinis Syok
Umur Rentang Umur Rentang
Neonatus- 1 tahun 30-60 Baru lahir 100-180
1 tahun – 2 tahun 25-50 1 minggu – 3 bulan 100-220 Takikardia, Nadi teraba lemah, tak kuat
3 tahun - 4 tahun 20-30 3 bulan – 2 tahun 80-150 angkat
5 tahun – 9 tahun 15-30 2 tahun – 10 tahun 70-110
>10 tahun 15-30 >10 tahun 55-90 Hipoperfusi
CRT > 2 detik, akral dingin, diuresis <<,
LoC <<
Tekanan darah normal Suhu normal
Tekanan darah menurun
Usia Sistolik (2SD) mmHg Diastolik (2SD) mmHg 36,5-37,5
Neonatus 80 (16) 45 (15)
6-12 bulan 90 (30) 60 (10)
1-5 tahun 92 (25) 65 (20)
5-10 tahun 100 (15) 60 (10)
10-15 tahun 115 (17) 60 (10)

Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. 3rd ed. Jakarta: Sagung
Seto;
Soal No. 9
Anak C, perempuan, 3 thn dibawa ke poli karena muncul ruam maculopapular
kemerahan di seluruh badan sejak 4 hari yang lalu. Ibu mengatakan pada hari
pertama ruam hanya tampak di batas rambut belakang telinga kemudian
menyebar ke bagian leher, wajah, hingga ke tungkai. Sebelumnya pasien sempat
demam tinggi hingga 40 C disertai batuk, pilek, mata merah dan bercak keputihan
di mukosa mulut dekat gigi molar.
Diagnosis yang tepat untuk An. C adalah?
a. Scarlet fever
b. Rubeola
c. Roseola infantum
d. Kawasaki disease
e. Rubella
Soal No. 9
Anak C, perempuan, 3 thn dibawa ke poli karena muncul ruam maculopapular
kemerahan di seluruh badan sejak 4 hari yang lalu. Ibu mengatakan pada hari
pertama ruam hanya tampak di batas rambut belakang telinga kemudian
menyebar ke bagian leher, wajah, hingga ke tungkai. Sebelumnya pasien sempat
demam tinggi hingga 40 C disertai batuk, pilek, mata merah dan bercak keputihan
di mukosa mulut dekat gigi molar.
Diagnosis yang tepat untuk An. C adalah?
a. Scarlet fever
b. Rubeola
c. Roseola infantum
d. Kawasaki disease
e. Rubella
Soal No. 10
Anak S, perempuan 10 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan
bengkak pada pipi kiri bagian depan telinga sejak 3 hari yang llau. Pasien
mengluhkan nyeri jika mengunyah sehingga susah makan. Pasien juga
mengeluhkan ada demam dan nyeri kepala. PF : TD 120/80, HR 105x/menit, dan
suhu 38, 2C, daerah mandibula sinistra tampak edematous dengan nyeri tekan
dan tampak eritema.
Terapi apakah yang tepat diberikan kepada pasien ?
a. Kortikosteroid
b. Antibiotik
c. Antiviral
d. Antifungal
e. Antipiretik
Soal No. 10
Anak S, perempuan 10 tahun dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan
bengkak pada pipi kiri bagian depan telinga sejak 3 hari yang llau. Pasien
mengluhkan nyeri jika mengunyah sehingga susah makan. Pasien juga
mengeluhkan ada demam dan nyeri kepala. PF : TD 120/80, HR 105x/menit, dan
suhu 38, 2C, daerah mandibula sinistra tampak edematous dengan nyeri tekan
dan tampak eritema.
Terapi apakah yang tepat diberikan kepada pasien ?
a. Kortikosteroid
b. Antibiotik
c. Antiviral
d. Antifungal
e. Antipiretik
Soal No. 11
Anak H, perempuan 12 tahun diantar ibunya ke poli dengan keluhan lemas sejak
satu bulan yang lalu. Lemas, pucat dan seperti tidak bertenaga. Pasien mulai
menstruasi 1 tahun yang lalu, rutin tiap bulan dan jumlahnya cukup banyak.
Semenjak kecil, nafsu makan kurang. PF tampak kuku menyerupai sendok dan
lidah licin. Hasil lab Hb 9, MCV 60, MCHC 28 dan Hct 27% leukosit 6000 dan
trombosit 200.000. Dokter memutuskan untuk memberikan terapi. Pada
pemeriksaan apusan darah tepi, apakah bentuk eritrosit yang ditemukan?
a. Makrositik
b. Sel target, sel pensil
c. Mikrositik hipokromik
d. Sel sabit
e. Heinz bodies
Soal No. 11
Anak H, perempuan 12 tahun diantar ibunya ke poli dengan keluhan lemas sejak
satu bulan yang lalu. Lemas, pucat dan seperti tidak bertenaga. Pasien mulai
menstruasi 1 tahun yang lalu, rutin tiap bulan dan jumlahnya cukup banyak.
Semenjak kecil, nafsu makan kurang. PF tampak kuku menyerupai sendok dan
lidah licin. Hasil lab Hb 9, MCV 60, MCHC 28 dan Hct 27% leukosit 6000 dan
trombosit 200.000. Dokter memutuskan untuk memberikan terapi. Pada
pemeriksaan apusan darah tepi, apakah bentuk eritrosit yang ditemukan?
a. Makrositik
b. Sel target, sel pensil
c. Mikrositik hipokromik
d. Sel sabit
e. Heinz bodies
Dari
Sejawat
Untuk
Sejawat

Anda mungkin juga menyukai