2. Perkembangan Paru-Paru :
a. Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang
bercabang cabang membentuk struktur percabangan bronkus.
1
b. Proses ini berlanjut setelah kelahiran sampai usia 8 tahun, sampai
jumlah bronchiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan bukti gerakan napas sepanjang
trimester kedua dan ketiga.
c. Kematangan paru-paru akan mengurangi peluang kelangsungan
hidup bayi baru lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu, yang
disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan
sistem kapiler paru-paru tidak mencukupinya jumlah surfaktan.
3. Awal Adanya Nafas :
Terdapat dua faktor yang berperan pada rangsangan pertama napas bayi :
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan dua
rahim yang merangsang pusat pernapasan otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi
paruparu selama persalinan yang merangsang masuknya udara ke
dalam paru-paru secara mekanis. (Interaksi antara sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan
teratur dan berkesinambungan. Jadi sistem-sistem harus berfungsi
secara normal).
2
C. Surfaktan ini berfungsi mengurangi tekanan permukaan paru-paru
dan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps
pada akhir pernapasan.
D. Tanpa surfaktan alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap
pernapasan yang menyebabkan sulit bernapas.
E. Kesimpulan :
1. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,
selain adanya surfaktan yang dengan menarik napas dan
mengeluarkan napas dengan merintih sehingga udara tertahan di
dalam.
2. Respirasi pada neonatus biasanya pernapasan dengan
diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya
belum teratur.
3. Apabila surfaktan berkurang maka alveoli akan kolaps dan
paruparu kaku sehingga terjadi atelektasis.
2. Dari Cairan Menuju Udara :
a. Bayi cukup bulan mempunyai cairan di dalam paru- parunya.
b. Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3
cairan ini akan diperas keluar paru-paru.
c. Dengan beberapa kali tarikan napas pertama, udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir.
d. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru-paru
dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
3. Peristiwa Terjadinya Proses Pernapasan Pertama :
a. Napas aktif pertama merangkai peristiwa-peristiwa tanpa gangguan
yang membantu sirkulasi perubahan janin menjadi sirkulasi dewasa,
mengosongkan paru dan cairan menetapkan volume paru neonatus
3
dan karakteristik fungsi paru pada bayi baru lahir, dan mengurangi
tekanan arteri pulmonalis.
b. Ketika kepala dilahirkan, lendir keluar dari hidung dan mulut, banyak
bayi baru lahir megap-megap dan bahkan menangis saat itu.
1. Oleh karena itu pengisapan mulut dan hidung dengan sebuah
suction dari karet tidak diperlukan.
2. Alat penghisap baru digunakan apabila usaha napas bayi baru
lahir ber kurang atau ketika mekonium perlu dibersihkan dari
jalan napas.
3. fisik yang perlu dilakukan untuk membantu proses pernapasan
awal adalah dengan melakukan rangsangan taktil, seperti : a.
Mengusap punggung bayi
b. Mengeringkan badan bayi
c. Menjentikkan dengan lembut telapak kaki bayi.
d. Jangan lakukan stimulasi fisik yang berlebihan pada bayi baru
lahir
C. Perubahan Fisiologi Pada Jantung dan Sirkulasi Darah Bayi Baru Lahir
1. Denyut dan bunyi jantung
Denyut jantung rata-rata berkisar 120-140 denyut/menit dengan
variasi yang tampak jelas saat tidur dan bangun. Saat setelah tangisan
pertama, denyut jantung bayi dapat mengalami percepatan 175-180
denyut/jantung. Kisaran denyut jantung pada bayi maatur berkisar 85-90
denyut/menit. Selama tidur dalam dan hingga selama 170 denyut/menit
atau lebih ketika bayi terbangun. Denyut jantung hingga 180
denyut/menit merupakan hal yang biasa ketika bayi menangis. Denyut
jantung yang secara konsisten tinggi (>170 denyut/menit) atau rendah
(<80 denyut/menit ) saat bayi baru lahir dalam keadaan istirahat harus
dievaluasi kembali dalam 1 jam atau saat aktifitas bayi berubah.
4
2. Sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis
sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke
bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh
tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan sebagian
melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir, paru akan
berkembang mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun.
Tekanan pada jantung kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih
besar daripada tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya
foramen ovale secara fungsionil.
Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh
karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik
dan karena rangsangan biokimia (PaO2 yang naik), duktus arteriosus
akan berobliterasi, ini terjadi pada hari pertama. Aliran darah paru pada
hari pertama ialah 4-5 liter per menit/m². Aliran darah sistolik pada hari
pertama rendah yaitu 1,96 liter/menit/m² dan bertambah pada hari kedua
dan ketiga (3,54 liter/m²) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan
darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui
tranfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk
kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
5
Perubahan sirkulasi darah bayi dari intrauterine ke ekstra uterin
6
2. Kemampuan bayi untuk mencerna, menyerap dan metabolisme bahan
makanan sudah adekuat, tetapi terbatas pada fungsi-fungsi tertentu
sebagai berikut :
a. Terdapat enzim untuk mengkatalisasi protein dan karbohidrat
sederhana (monosakarida dan disakarida), tetapi untuk
karbohidrat yang kompleks belum terdapat.
b. Hati merupakan organ yang belum matur :
1. Aktivitas dari enzim glukoronil transferase belum maksimal
belum maksimal sehingga memengaruhi konjugasi bilirubin
dengan asam glukoronik, yang dapat menyebabkan ikterus
fisiologis.
2. Fungsi hati dalam pembentukan protein plasma belum
maksimal sehingga dapat menyebabkan terlihatnya edema pada
bayi baru lahir.
3. Pada saat lahir, hati hanya menyimpan sedikit glikogen
sehingga bayi baru lahir cenderung untuk mengalami
7
hipoglikemi yang dapat dicegah dengan pemberian makanan
yang efektif, seperti ASI.
c. Kelenjar Saliva :
1. Beberapa kelenjar saliva berfungsi pada saat lahir, tetapi
kebanyakan belum mensekresi saliva sampai dengan usia 2-3
bulan.
2. Kapasitas lambung pada bayi baru lahir sekitar 90 ml, oleh
karena itu bayi membutuhkan makanan yang jumlahnya
sedikit tetapi frekuensinya sering.
d. Intestine pada bayi :
1. Intestin pada bayi jika dibadingkan dengan panjang tubuh
bayi terlihat sangat panjang.
2. Ada beberapa kondisi yang membuat bayi sering mengalami
muntah, antara lain adalah cepatnya gerakan peristaltik
sepanjang esofagus dan imatur, serta relaksnya spinter
cardiak.
3. hubungan oesofagus bawah dan lambung belum sempurna,
sehingga sering menimbulkan terjadinya gumoh pada bayi
baru lahir, apabila mendapatkan ASI yang terlalu banyak,
lebih dari kapasitas lambung.
8
Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial untuk
pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi
yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan
bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.
9
ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Jika seorang bayi kedinginan,
dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis. Upaya
pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan tenaga
kesehatan. Perawat berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas
pada BBL.
10
2. Kelenjar Timus : Pada neonatus ukurannya masih sangat kecil dan
beratnya kira-kira 10 gram atau sedikit ukurannya bertambah dan
pada masa remaja beratnya meningkat 30-40 gram kemudian
mengerut lagi.
I.Perubahan Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal pada BBL 0-6
Jam
Tubuh BBL, mengandung relatif banyak air. Kadar natrium juga relatif
lebih besar dibandingkan dengan kalium karena ruangan ekstraseluler yang luas.
Laju filtrasi glomerulus BBL hanyalah 30-50% akibatnya kemampuan
mengeluarkan limbah dari dalam masih kurang.
Bayi baru lahir sudah harus buang air kecil dalam 24 jam pertama jumlah
urine sekitar 20-30 mL/Jam dan meningkat sekitar 100-200 Ml/Jam pada akhir
minggu pertama.Bayi yang diberikan susu formula umumnya lebih sering BAK,
tetapi jumlah urin bayi yang diberikan ASI meningkat 34 hari setelah kolostrum
sudah tidak produksi lagi. Setelah hari keempat bayi seharusnya sudah BAK 6-8
kali setiap 24 jam. Fungsi ginjal belum sempurna karena;
11
Ginjal bayi baru lahir menunjukan penururnan aliran darahn ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerulus, kondisi ini mudah menyebabkan
retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat
menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan
elektrolit lain.
Bayi baru lahir tidak dapat mengonsentrasikan urin dengan baik,
tercermin dari berat jenis urine (1,004) dan osmaliltas urine yang rendah. Semua
keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang bulan.
BBL mengeksresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, yaitu
hanya 30-60 ml. Normalnya dalam urine tidak terdapat protein atau darah, debris
sel yang banyak dapat mengindikasikan adanya cedera atau iritasi dalam sistem
ginjal. Bidan harus ingat bahwa adanya massa abdomen yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik seringkali adalah ginjal dan dapat mencerminkan adanya
tumor, pembesaran atau penyimpangan didalam ginjal. (Dewi, 2010)
12
K. Perubahan Fisiologi Susunan Syaraf pada BBL 0-6 Jam
Adaptasi Sistem Neurologis:
1. Pada saat lahir, sistem syaraf belum terintegrasi secara keseluruhan,
namun cukup untuk mendukung kehidupan di ekstra uterin.
2. Kebanyakan fungsi syaraf yang sudah berfungsi adalah refleks primitif.
3. Sistem persyarafan otonom sangat penting pada masa transisi karena hal
ini merangsang pernapasan, menjaga keseimbangan asam-basa, dan
mengatur temperatur.
4. Proses mielinisasi pada persyarafan mengikuti prinsip
cephalocaudal-proximadistal (head-toe). (Maryunani, 2014) Kebanyakan
fungsi neurologis berupa refleks primitif. Evaluasi refleks primitif dan
tonus otot merupakan pengkajian perilaku saraf (neurobehavioral) pada
neonatus. BBL memiliki banyak refleks yang primitif. Pertumbuhan otak
sangat cepat dan membutuhkan glukosa dan O2 yang adekuat. Refleks
pada BBL:
a. Refleks mengisap (sucking reflex) gerakan mengisap dimulai ketika
putting susu ibu di tempatkan dalam mulut neonates.
b. Refleks menelan (swallowing reflex) neonatus akan
melakukangerakan menelan ketika pada bagian posterior lidahnya
diteteskan cairan,gerakan ini harus terkoordinasi dengan gerakan
pada reflek mengisap.
13
e. Refleks leher yang tonik (tonic neck reflex): neonatus dibaringkan
dalam posisi terlentang dan kepalanya ditolehkan ke salah satu sisi,
maka ekstremitas pada sisi homolateral akan melakukan gerakan
ekstensi sementara ekstremitas pada sisi kontralateral melakukan
gerakan fleksi.
f. Refleks babinski: goresan pada bagian lateral telapak 28/61 sisi jari
kelingking kearah yang menyilang bagian tumit telapak kaki
membuat jari-jari kaki bergerak mengembang kearah atas.
g. Refleks menggengam (palmar grasping reflex): penempatan jari
tangan kita pada telapak tangan neonatus menggengam jari tangan
tersebut dengan cukup kuat
h. Refleks melangkah (stepping reflex): tindakan mengangkat neonatus
dalam posisi tubuh yang tegak dengan kedua kaki menyentuh
permukaan yang rata akan memicu gerakan seperti menari atau
menaiki anak tangga.
i. Refleks plantar graps: sentuhan pada daerah di bawah jari kaki untuk
menggengam jari tangan pemeriksa (Rufaindah, et al., 2022)
14
a. Lini pertama dalam pertahanan adalah kulit dan membran mukosa
yang melindungi dari invasi/ penyebaran kuman.
b. Lini kedua adalah elemen sel pada sistem imunologi yang
menghasilkan jenis-jenis sel yang mampu menyerang patogen,
seperti neutrofil, monosit dan eosinofil.
c. Lini ketiga adalah susunan spesifik dari antibodi ke antigen:
1) Proses ini membutuhkan pemaparan dari agen asing sehingga
antibodi dapat dihasilkan.
2) Bayi umumnya tidak dapat menghasilkan Ig sendiri sampai
dengan usia 2 bulan.
3) Bayi menerima dari imun ibu yang berasal dari sirkulasi plasenta
dan ASI.
15
3. Bayi mendapatkan imunitas dari ibunya (imunitas pasif) dalam
jumlah yang bervariasi dan akan hilang sampai usia 4 bulan
sesuai dengan banyaknya kuantitas Ig C yang diterimanya.
4. Komponen fungsional yang terkandung dalam 1g C ialah zat anti
yang terutama terbentuk pada respon umum sekunder, dan
merupakan anti bakteri, anti virus dan anti jamur.
5. Setelah lahir, bayi akan membentuk sendiri immunoglobulin C
6. Antibodi Ig C, antara lain:
a. Virus rubella, measles, mumps, Variola, dan Poliomeilitis.
b. Bakteri: Dipteri, tetanus, dan anti bodi staphilococcus
b. Immunoglobulin M (IgM):
1. Ig M tidak mampu melewati plasenta karena memiliki berat
molekul yang lebih besar dibandingkan Ig C
2. Bayi akan membentuk sendiri (Ig M) segera setelah lahir
(imunitas aktif).
3. Komponen fungsionalnya terbentuk pada responimun primer,
biasanya berhubungan dengan reaksi aglutinasi dan fiksasi
komplemen.
4. Ig M dapat di temukan pada tali pusat bila ibu mengalami infeksi
selama kehamilannya.
5. IgM adalah immunoglobin yang paling banyak.
6. Ig M kemudian di bentuk oleh sistem imun janin, sehingga bila
pada tali pusat terdapat lg M menandakan bahwa janin
mendapatkan infeksi selama kehamilan,.
a) Infeksi kehamilan tersebut, seperti TORCH yaitu:
Toxoplasmosisi, others (Sipilis), rubella,
Cytomegalovirus, dan herpes.
b) Bayi yang lahir dengan salah satu infeksi TORCH bisa
menunjukkan tanda-tanda infeksi kronik intrauterin (otak
16
kecil, retadartion, dan hepatomegali) dan terus mengidap
virus selama beberapa bulan.
c. Immunoglobulin A (IgA):
Dalam beberapa minggu setelah bayi lahir, bayi akan
memproduksi Ig A (imunitas aktif)
1) Ig A tidak dapat ditransferkan dari ibu ke janin.
2) Terbentuknya Ig A pada rangsangan terhadap selaput lendir dan
berperan dalam kekebalan terhadap infeksi dalam aliran darah,
sekresi saluran pernapasan dan pencernaan akibat melawan
beberapa virus yang menyerang daerah tersebut seperti
Poliomeilitis dan E. Coli.
3) IgA tidak bisa menembus pertahanan plasenta dalam jumlah yang
cukup besar.
4) IgA disekresi dalam kolostrum, dan riset menunjukkan bahwa
IgA memberi kekebalan pasif pada infeksi gastrointestinal dan
pernapasan tertentu pada bayi yang menyusui (Maryunani, 2014)
17
SOAL
1. Apa yang merupakan perubahan fisiologi yang umum terjadi pada bayi baru lahir
dalam 6 jam pertama setelah kelahiran?
A. Penurunan suhu tubuh.
B. Peningkatan denyut jantung.
C. Penurunan tekanan darah.
D. Penurunan frekuensi pernapasan.
E. Peningkatan glukosa darah.
Pembahasan: Bayi baru lahir cenderung mengalami penurunan suhu tubuh setelah
kelahiran karena mereka kehilangan panas melalui proses adaptasi ke lingkungan luar
yang lebih dingin dibandingkan dengan lingkungan rahim ibu.
2. Bagaimana perubahan tekanan darah pada bayi baru lahir dalam 6 jam pertama
setelah kelahiran?
A. Peningkatan tekanan darah.
B. Penurunan tekanan darah.
C. Stabilnya tekanan darah.
D. Penurunan denyut jantung.
E. Peningkatan viskositas darah.
18
Pembahasan: Tekanan darah pada bayi baru lahir cenderung stabil dalam beberapa jam
pertama setelah kelahiran, karena tubuh mereka terus beradaptasi dengan lingkungan
baru dan proses fisiologis yang berubah.
3. Mengapa bayi baru lahir rentan terhadap hipotermia dalam 6 jam pertama setelah
kelahiran?
A. Kehilangan air melalui urin.
B. Kehilangan panas melalui evaporasi.
C. Peningkatan produksi panas oleh tubuh.
D. Penurunan laju metabolisme.
E. Peningkatan konsentrasi garam dalam darah.
Pembahasan: Bayi baru lahir rentan terhadap hipotermia karena mereka kehilangan
panas melalui proses evaporasi, terutama jika mereka basah setelah kelahiran.
4. Apa yang terjadi terhadap pernapasan bayi baru lahir dalam 6 jam pertama setelah
kelahiran?
A. Peningkatan frekuensi pernapasan.
B. Penurunan frekuensi pernapasan.
C. Peningkatan kedalaman pernapasan.
D. Penurunan denyut jantung.
E. Peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah.
19
5. Mengapa bayi baru lahir cenderung mengalami peningkatan kadar glukosa darah
dalam 6 jam pertama setelah kelahiran?
A. Penurunan produksi insulin.
B. Peningkatan produksi glukagon.
C. Peningkatan konsumsi gula.
D. Penurunan konsumsi oksigen.
E. Peningkatan jumlah sel darah merah.
Pembahasan: Produksi insulin bayi baru lahir belum mencapai tingkat yang cukup
untuk mengatur kadar glukosa darah dengan efektif. Sebagai hasilnya, kadar glukosa
darah cenderung meningkat dalam beberapa jam pertama setelah kelahiran.
20
DAFTAR PUSTAKA
Indrayani, & Djami, M. E. (2019). UPDATE ASUHAN PERSALINAN DAN BAYI BARU
LAHIR. Jakarta Timur: CV.Trans Info Media.
Maryunani, A. (2015). ASUHAN NEONATUS,BAYI,BALITA,&ANAK PRA-SEKOLAH.
Jawa Barat: IN MEDIA.
Walyani, E. S., & Purwoastuti, E. (2021). Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.
Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.
Dewi, V. N. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Indrayani, & Djami, E. M. (2016). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
CV.Trans Info Media.
Maryunani, A. (2014). ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, & ANAK
PRASEKOLAH. Bogor: Penerbit IN MEDIA.
Rufaindah, E., Muzayyana, Sulistyawati, E., Hasnita, Y., Eka Sari, N. A., Citrawati,
N. K., . . . Mayasari, D. (2022). TATLAKSANA Bayi Baru Lahir. Jawa Barat:
PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA.
Sembiring, J. B. (2019). Buku ajar Neonatus,Bayi,Balita,Anak Pra Sekolah. Yogyakarta:
Deepublish.
Sinta B, L. E., Andriani, F., Yulizawati, & Insani, A. A. (2019). Buku Ajar ASUHAN
KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA. Sidoarjo: Indomedia
Pustaka.
21