Anda di halaman 1dari 23

PERHITUNGAN RASIO

KEUANGAN BANK
Oleh : Mohammad Rizqi Awaludin (157)
Wa Ode Alyana Amsya (158)
Khoirunnisa Nurul Fadhilah (159)
Return on Equity
Return on Equity (ROE) adalah rasio keuangan yang mengukur
seberapa efisien sebuah perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dari ekuitas pemegang sahamnya. ROE dihitung
dengan membagi laba bersih perusahaan dengan ekuitas
pemegang sahamnya, kemudian hasilnya dikalikan 100 untuk
mendapatkan persentase
Dalam bisnis dan ekonomi, pengertian ROE adalah metriks guna
membandingkan jumlah pendapatan bersih (net income)
perusahaan dan jumlah total modal investor/pemilik di dalamnya.
Sementara itu di dunia saham, pengertian ROE adalah jumlah
pendapatan bisnis bersih per dana investor yang masuk.
Manfaat Penggunaan ROE

Menunjukkan Tingkat Profitabilitas Perusahaan

Menjadi Dasar Estimasi Keuntungan Bisnis di Masa Mendatang

Menggambarkan Perkembangan Perusahaan dari Tahun ke Tahun

Menjadi Indikator Pembanding dengan Perusahaan Kompetitor

Menunjukkan Kredibilitas Perusahaan dalam Mengelola Aset


Faktor yang Mempengaruhi ROE
Rasio Aktivitas Perusahaan
Rasio Utang
Rasio Likuiditas

Rumus Return On Equity

Rumus ROE = (Omzet - Biaya)/Modal


atau
Rumus ROE = Pendapatan Bersih (Net Income)/Modal
Contoh Kasus Item 5 Item 1
20% 20%

Misalkan kita memiliki dua perusahaan,


X dan Y, dengan ROE masing-masing
15,24% dan 14,55%. Perusahaan X
memiliki laba bersih sebesar
$2,000,000 dan ekuitas sebesar Item 4 Item 2
20% 20%
$13,000,000, sedangkan Perusahaan Y
memiliki laba bersih sebesar $1,500,000
dan ekuitas sebesar $10,000,000. Mari Item 3
20%
kita hitung ROE untuk keduanya:
Lanjutan
PERUSAHAAN Y
ROE ​=(10,000,0001,500,000​)×100
ROE ​=15%
Ini berarti Perusahaan Y memiliki ROE sebesar 15%, sedikit lebih
rendah dari presentasinya (14,55%). Perusahaan Y mungkin ingin
mempertimbangkan strategi untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan ekuitasnya guna mencapai ROE yang lebih tinggi.

PERUSAHAAN X
ROE = (13.000.000/2.000.000​)×100
ROE ​= 15,38%
Ini berarti Perusahaan X memiliki ROE sebesar 15,38%, yang lebih tinggi dari presentasinya (15,24%). Ini
menunjukkan bahwa perusahaan X efisien dalam menghasilkan keuntungan dari ekuitas pemegang
sahamnya.
NET Imbalan (NI)
"Net Imbalan" mungkin mengacu pada selisih antara
pendapatan bersih atau imbalan bersih dengan beban
atau biaya yang terkait. Ini bisa mencerminkan hasil neto
dari suatu investasi, kegiatan bisnis, atau portofolio
keuangan tertentu.

Net Imbalan (NI) adalah rasio perbandingan antara p𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛


𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑔𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙, 𝑖𝑚𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛, 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑛𝑢s terhadap
r𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖f.
Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
3/POJK.03/2022 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 58.
Contoh Kasus
Contoh Kasus (Hypothetical):
Misalnya, kita memiliki investasi atau portofolio keuangan dengan
pendapatan bersih sebesar $1.000.000 dan biaya terkait sebesar
$940.000. Dalam hal ini, Net Imbalan dapat dihitung sebagai berikut:

Net Imbalan = Pendapatan Bersih − Biaya


Net Imbalan = $1,000,000 - $940,000 = $60,000
Jika kita menghitung presentase Net Imbalan terhadap Pendapatan
Bersih, kita dapat menggunakan rumus:

persentase Net Imbalan = (Pendapatan Bersih/Net Imbalan​) × 100 Persentase


Net Imbalan = \left( \frac {$60,000}{$1,000,000} \right) \times 100 = 6\%
Jadi, dalam contoh ini, "Net Imbalan" adalah $60.000 atau 6% dari
pendapatan bersih.
Net Operating Margin (NOM)
Net Operating Margin (NOM) adalah rasio keuangan yang mengukur
efisiensi operasional suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
dari pendapatan operasionalnya. Rasio ini mencerminkan seberapa baik
perusahaan mengelola biaya operasionalnya dalam menghasilkan
keuntungan
Net Operating Margin (NOM) dapat menggambarkan seberapa besar bank
memiliki kemampuan dalam menggelola seluruh aset produktifnya agar
dapat menciptakan penghasilan bersih yang lebih tinggi. Net Operating
Margin (NOM) linier dengan pendapatan margin yang diterima oleh
perbankan. Semakin tinggi pendapatan margin yang didapat perbankan
maka akan semakin besar pula rasio atau NOM perbankan tersebut, artinya
bank sudah bekerja dengan efisien untuk menghasilkan pendapatan yang
lebih tinggi. Dengan rasio yang tinggi dapat mempermudah perbankan untuk
terhindar dari berbagai masalah perbankan
Rumus NOM
NOM = (Pendapatan Operasional / Laba Bersih Operasional​) × 100
"Laba Bersih Operasional" adalah laba bersih yang dihasilkan setelah
memperhitungkan semua biaya operasional.
"Pendapatan Operasional" adalah total pendapatan yang dihasilkan dari
operasi bisnis inti perusahaan.

Contoh Kasus NOM


NOM 1,77%: Ini berarti bahwa perusahaan menghasilkan laba bersih
operasional sebesar 1,77 sen (atau unit mata uang yang digunakan) untuk setiap
dolar pendapatan operasionalnya. Semakin tinggi persentase ini, semakin baik
perusahaan mengelola biaya operasionalnya untuk menghasilkan laba bersih.

NOM 1,73%: Dalam kasus ini, perusahaan menghasilkan laba bersih operasional sebesar
1,73 sen untuk setiap dolar pendapatan operasionalnya. Meskipun ini masih
mencerminkan keuntungan, perusahaan mungkin ingin mempertimbangkan cara untuk
meningkatkan efisiensi operasionalnya.
Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional


Tren Pemasaran adalah
Media rasio
Sosial
keuangan
Lorem ipsum yang dolor sitmengukur seberapa besar persentase pendapatan
amet, consectetur
adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt
operasional
ut labore et dolore yang digunakan
magna aliqua. Ut enim ad untuk menutupi biaya operasional
perusahaan. Rasio ini membantu
minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco
laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.
menilai efisiensi perusahaan
dalam mengelola biaya operasionalnya. Rumusnya adalah sebagai
berikut:
Rumus
Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional =
(Pendapatan Operasional / Biaya Operasional​) ×100

Biaya Operasional adalah total biaya yang terkait langsung


dengan operasi bisnis, seperti gaji karyawan, biaya produksi,
dan biaya operasional lainnya.
Pendapatan Operasional adalah total pendapatan yang
dihasilkan dari operasi bisnis inti perusahaan.
Contoh Kasus
Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional
Misalkan perusahaan ABC memiliki Biaya
Operasional sebesar $8,195,000 dan Pendapatan
Operasional sebesar $10,000,000. Mari kita hitung
rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional:

Rasio = (10.000.000 / 8.195,000​) × 100


Rasio = 81.95%
Ini berarti bahwa perusahaan ABC menggunakan sekitar
81.95% dari pendapatan operasionalnya untuk menutupi
biaya operasionalnya.
Sebagai perbandingan, jika perusahaan XYZ memiliki
Biaya Operasional sebesar $8,328,000 dan
Pendapatan Operasional sebesar $10,000,000, kita
dapat menghitung rasio yang serupa:
Rasio = (8.328.000 / 10.000.000) × 100
Rasio= 83.28%
Dalam kasus ini, perusahaan XYZ menggunakan
sekitar 83.28% dari pendapatan operasionalnya
untuk menutupi biaya operasionalnya
Cost to Income Ratio (CIR)

Cost to Income Ratio (CIR) adalah rasio keuangan


yang mengukur sejauh mana biaya operasional suatu
perusahaan mencakup pendapatan operasional. Rasio
ini memberikan gambaran tentang efisiensi biaya
suatu perusahaan. Umumnya, semakin rendah CIR,
semakin efisien perusahaan dalam mengelola biaya
operasionalnya.
Rumus
Cost to Income Ratio (CIR) =
(Pendapatan Operasional / Biaya Operasional​) × 100

Misalkan perusahaan ABC memiliki Biaya Operasional sebesar $4,701,000


dan Pendapatan Operasional sebesar $10,000,000. Mari kita hitung Cost to
Income Ratio (CIR):
CIR = (4.701.000 / 10.000.000) × 100
CIR = 47.01%
Ini berarti bahwa 47.01% dari pendapatan operasional perusahaan ABC
digunakan untuk menutupi biaya operasionalnya.
Pembiayaan Bagi Hasil terhadap Total Pembiayaan

Rasio keuangan yang mengukur seberapa besar pembiayaan


bagi hasil menyumbang terhadap total pembiayaan yang
diterima oleh suatu entitas, seringkali digunakan dalam
konteks keuangan perbankan syariah atau lembaga keuangan
berbasis bagi hasil. Rasio ini memberikan gambaran tentang
proporsi pembiayaan yang berasal dari skema bagi hasil
dibandingkan dengan total pembiayaan yang diterima oleh
lembaga.
Rumus
Pembiayaan Bagi Hasil terhadap
Total Pembiayaan

Pembiayaan Bagi Hasil terhadap Total Pembiayaan =


(Total Pembiayaan / Pembiayaan Bagi Hasil​) × 100

Pembiayaan Bagi Hasil adalah jumlah


pembiayaan yang diberikan dalam bentuk
bagi hasil.
Total Pembiayaan adalah total jumlah
pembiayaan yang diterima oleh entitas,
termasuk pembiayaan yang tidak bersifat
bagi hasil.
Contoh Kasus
Misalkan Bank Syariah XYZ memberikan pembiayaan sebesar
$10,000,000 kepada nasabahnya, di mana $3,679,000 berasal dari
skema pembiayaan bagi hasil. Mari kita hitung rasio Pembiayaan Bagi
Hasil terhadap Total Pembiayaan:
Rasio = (3.679.000 / 10.000.000) × 100
Rasio=36.79%
Ini berarti bahwa sekitar 36.79% dari total pembiayaan yang diberikan
oleh Bank Syariah XYZ berasal dari skema pembiayaan bagi hasil.

Sebagai Perbandingan
Sebagai perbandingan, jika Bank Syariah ABC memberikan
pembiayaan sebesar $8,000,000 dan $2,957,200 berasal dari
pembiayaan bagi hasil, kita dapat menghitung rasio yang serupa:
Rasio =(2.957.200 / 8.000.000) × 100
Rasio = 36.94%
Dalam kasus ini, sekitar 36.94% dari total pembiayaan yang diberikan
oleh Bank Syariah ABC berasal dari skema pembiayaan bagi hasil. Rasio
ini memberikan indikasi tentang proporsi pembiayaan yang bersifat
bagi hasil terhadap total pembiayaan.
www.reallygreatsite.com

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Rasio Pembiayaan terhadap Simpanan, adalah


rasio yang mengukur sejauh mana suatu lembaga
keuangan menggunakan simpanan nasabah
untuk memberikan pembiayaan atau pinjaman.
FDR dapat memberikan gambaran tentang
seberapa besar lembaga keuangan
memanfaatkan dana yang diterima dari
nasabahnya untuk memberikan pembiayaan
kepada pihak lain.
Rumus FDR
FDR = (Total Simpanan / Total Pembiayaan​) × 100

Dalam rumus ini:


Total Pembiayaan adalah jumlah keseluruhan
pembiayaan yang diberikan oleh lembaga
keuangan.
Total Simpanan adalah jumlah keseluruhan
simpanan nasabah yang disimpan di lembaga
keuangan.
CONTOH
KASUS FINANCING TO
DEPOSIT RATIO
Misalkan Bank ABC memiliki total pembiayaan sebesar
$50,000,000 dan total simpanan nasabah sebesar
$100,000,000. Mari kita hitung rasio Financing to Deposit (FDR):
FDR = (50.000.000 / 100.000.000) × 100
FDR=50%
Ini berarti bahwa Bank ABC menggunakan sekitar 50% dari
total simpanan nasabahnya untuk memberikan pembiayaan.
TERIMAKASIH!
PERHITUNGAN RASIO KEUANGAN
BANK

Anda mungkin juga menyukai