Anda di halaman 1dari 8

KETERAMPILAN MENULIS ILMIAH

Oleh:

NAMA: WA ODE ROSTIKA

NIM: A1M121129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

HALU OLEO

KENDARI

2021
BAB I ORIENTASI

UMUM

A. KARYA TULIS ILMIAH DAN KARYA TULIS NON ILMIAH

Ada tiga unsur pokok yang menentukan ciri sekaligus kualitas sebuah karya tulis pada umumnya, yaitu (1)
isi, (2) bahasa, dan (3) teknik sajian.Perbedaan karya tulis ilmiah dan karya tulis non ilmiah.

ASPEK KARYA TULIS ILMIAH KARYA TULIS NONILMIAH

Isi ● Isinya berdasarkan hasil ● Isinya berdasarkan hasil


penelitian dan/atau kajian renungan dan kreativitas.
ilmiah. ● Judul tidak secara langsung
● Judul secara langsung menggambarkan isi.
menggambarkan isi. ● Umumnya ditandai oleh
● Umumnya ditandai oleh subjektivitas dan rekaan atau
objektivitas dan realitas. fiksionalitas

Bahasa ● Harus menggunakan bahasa ● Tidak harus menggunakan


tulis ragam baku bahasa tulis ragam baku
● Umumnya menonjolkan ● Umumnya menonjolkan
penggunaan bahasa yang penggunaan bahasa yang
umum: lugas, sederhana, logis, khusus: paralelisme, kiasan,
atau bahasa yang gramatikal bahasa figuratif, atau bahasa
● Lazimnya menggunakan sudut yang tidak gramatikal.
pandang orang ketiga (nara ● Lazimnya menggunakan sudut
ketiga) secara konsisten. pandang yang bermacam-macan
● Berfungsi dalam komunikasi secara bervariasi.
praktis, siap dan langsung dapat ● Tidak berfungsi dalam
dipakai dan dimanfaatkan. komunikasi praktis, tidak siap
dan tidak langsung dpat dipakai
dan dimanfaatkan.

Teknik Sajian ● Memiliki sistematika dan tata ● Tidak memiliki sistematika dan
tertib penyajian yang baku atau tata tertib penyajian yang baku
standar yang bersifat umum dan atau standar.
khusus.

B. RAGAM LISAN DAN RAGAM TULIS BAHASA INDONESIA

Para ahli berpendapat bahwa bahasa tulis hanyalah suatu hasil atau suatu bentuk rekaman lisan.
Kehadiran bahasa tulis cenderung dianggap sekedar substitusi terhadap bahasa lisannya.Suatu
kenyataan
bahwa kehadiran bahasa lisan yang jauh mendahului bahasa tulis bukanlah berarti bahwa bahasa tulis
hanyalah penjelmaan dalam wujud lain atas segala apa yang ada pada bahasa lisan.

Dalam perjalanan sejarah perkembangannya tradisi tulis bahasa Melayu/bahasa Indonesia telah
mengalami beberapa kali perubahan, mulai dari tulisan Palawa, Melayu Kuno, Arab Melayu, dan
terakhir tulisan Latin yang digunakan hingga sekarang. Bahkan, pada perkembangan selanjutnya
kegiatan sastra lisan dari mulut ke mulut mulai tergantikan dengan kegiatan dari tulisan (teks) ke lisan,
seperti kegiatan pembacaan puisi, pembacaan cerpen, pementasan drama, atau musikalisasi puisi dan
sebagainya.

Penulisan karya ilmiah pada prinsipnya adalah kegiatan penggunaan bahasa tulis ragam
baku yang basis utama dan sekaligus ujung tombak kemajuannya adalah masyarakat ilmiah (Civitas
Akademika) di perguruan tinggi. Sementara di sudut pandang yang lain, kemampuan menulis ilmiah
dan/atau menulis karya ilmiah adalah kunci utama keberhasilan pelaksanaan Tridharma Perguruan
Tinggi. Oleh sebab itu, menulis ilmiah dan/atau menulis karya ilmiah secara baik dan benar adalah
kewajiban setiap insan akademik sesuai kedudukan, fungsi, dan bidang keahliannya masing-masinG.

C. MENULIS ILMIAH DAN MENULIS KARYA ILMIAH

Menulis ilmiah sebenarnya termasuk salah satu jenis keterampilan menulis wacana, yang
dalam banyak hal berupa wacana eksposisi. Boleh dikatakan bahwa menulis ilmiah adalah salah
satu jenis keterampilan menulis wacana (umumnya berupa wacana eksposisi) yang bersifat ilmiah.

Sifat ilmiah suatu wacana berkaitan dengan keberadaan tiga unsur pokok yang membangun suatu
wacana, yaitu isi, bahasa, dan teknik sajian. Dalam kaitan dengan ketiga unsur itulah dapat dijelaskan
bahwa wacana ilmiah adalah wacana yang memiliki sifat atau ciri-ciri ilmu pengetahuan, yaitu (1) isinya
merupakan hasil penelitian atau kajian dalam hubungannya dengan teori tertentu; (2) bahasa dan
teknik sajiannya memenuhi sifat-sifat ilmiah, seperti objektif, rasional, runtut dan sistematis, serta taat
azas.

D. MENULIS ILMIAH YANG BAIK DAN BENAR

Penulisan karya tulis ilmiah yang baik dan benar adalah penulisan wacana ilmiah yang bermutu sesuai
konteks dan kaidah penulisan yang benar. Secara lebih tegas dapatlah dikatakan bahwa tulisan ilmiah
yang baik menyangkut kesesuaiannya dengan konteks, sedangkan tulisan ilmiah yang benar
menyangkut ketepatannya menurut kaidah penulisan ilmiah yang benar.

Konteks Wacana Ilmiah

a. Konteks Luar Wacana

Konteks luar wacana adalah adalah unsur yang terdapat di luar struktur wacana tapi ikut
mempengaruhi keberadaan sebuah wacana ilmiah dalam segala jenis dan bentuknya, antara lain :
Konteks Pembaca, Konteks Budaya, Konteks Register, Konteks Intertekstual
b. Konteks dalam Wacana

Konteks dalam wacana ilmiah dibagi pula atas dua bagian, yaitu konteks kebahasaan dan konteks
non kebahasaan. Dalam konteks kebahasaan, penulisan wacana ilmiah mengharuskan penggunaan
bahasa ilmiah, yakni bahasa Indonesia baku . Acuan resmi untuk penggunaan bahasa Indonesia baku
adalah kaidah-kaidah ketatabahasaan seperti yang ditunjukkan dalam beberapa buku yang resmi
diluncurkan oleh Pusat Bahasa selama ini, antara lain (1) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,(2) Paragraf
Efektif, dan (3) Kalimat Efektif.

Dalam konteks nonkebahasaan, isi wacana ilmiah harus memenuhi kaidah-kaidah keilmuan yang
benar serta penyajiannya harus memenuhi persyaratan dan kaidah-kaidah penulisan yang berlaku
dalam dunia ilmu pengetahuan.

BAB 2

TULISAN YANG BAIK

1.Tulisan yang baik.

Hampir mustahil kita dapat menentukan cirri-ciri tulisan ilmiah bermutu tinggi yang dapat memuaskan
semua pihak. pengalaman para penyunting dan kritikus tetap saja menunjukkan adanya cirri-ciri yang
sama yang dianggap dapat berpengaruh dalam menyusun tulisan yang baik, yaitu antara lain (1)
memancing perhatian dan keingintahuan, (2) memberikan informasi yamg bermutu dan bermakna, (3)
jelas dan ekonomis, (4) utuh dan padu, (5) gramatikal dan taat azas.

1.Tulisan yang Memancing Perhatian dan Keingintahuan

Tulisan yang baik selalu memancing atau merangsang perhatian dan keingintahuan pembacanya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi ketertarikan dan keingintahuan seseorang pada sebuah
tulisan, baik dari segi tema, penggunaan bahasanya, teknik sajiannya, maupun dari segi perwajahan
atau pun
saranya. Namun, yang paling umum ditemukan adalah (1) kesesuaian tema dengan jenis kebutuhan
pembaca, (2) kekontekstualan dan keaktualan topiknya bagi pembaca yang bersangkutan, dan (3)
cara pengungkapan bahasanya.

2. Memberikan informasi yang bermutu dan bermakna

Dari sudut pandang internal karya, tulisan yang bermutu dan bermakna itu sangat erat kaitannya
dengan (1) bagaimana relevansi dan kedudukan tema dan rema tulisan itu di antara tulisan-tulisan lain
yang sejenis sebelumnya, (2) bagaimana tulisan itu dapat mencerminkan kemampuan penulis dalam
menyusun dan menyajikan semua bahan-bahan yang tersedia secara komprehensif dan utuh, (3)
bagaimana tulisan itu mencerminkan kemampuan penulis dalam menerapkan kaidah kebahasaan dan
kaidah penulisan secara serasi dan sesuai kontek, (4) kejujuran dan kesopanan dalam penyampaian ide
dan gagasan serta keorisinilan bahan dan gagasan yang disampaikan (bukan plagiat), dan (5)
bagaimana tulisan itu mampu mencerminkan kejelasan dan keautentikan manfaatnya bagi pembaca
sesuai tujuan yang ditargetkan.

3. Tulisan yang Jelas dan Ekonomis

Sebuah tulisan dapat disebut ekonomis jika pesan atau gagasan yang ingin disampaikan oleh
penulisnya sama persis dengan yang diterima oleh pembaca melalui penggunaan bahasa yang singkat,
padat, dan tepat.

Pemilihan dan penyusunan bahan dalam sebuah tulisan yang baik selalu terjaga kesesuaiannya
dengan tingkat perkembangan psikologi dan intelektual pembaca. Jika bahan yang disajikan terlalu tinggi
dan tidak sesuai dengan taraf perkembangan psikologi dan intelektual pembaca, maka tulisan itu
menjadi tidak jelas dan sulit dipahami oleh pembacanya.

4. Tulisan yang Utuh dan Padu

Suatu tulisan dikatakan utuh jika seluruh satuan uraian dalam tulisan itu mendukung dan terfokus
pada topik utama atau tema pokok tulisan itu. Paragraf itu dapat dikatakan memiliki kepaduan jika
satuan-satuan uraiannya memiliki hubungan timbal balik yang saling mendukung secara sistematis
dan konstruktif. Untuk itu, suatu tulisan yang utuh dan padu selalu memperlihatkan sajian dan uraian
yang sekuen dan koheren dalam mendukung keutuhan dan kepaduan tulisan itu.

5. Tulisan yang Gramatikal dan Taat Azas.

Tulisan yang baik selalu memiliki ciri gramatikal dan taat azas. Sebuah karya tulis dapat dikatakan
memiliki ciri gramatikal bila tulisan itu menggunakan kaidah ketatabahasaan yang benar secara
konsisten dan bertanggung jawab. Acuan kaidah bahasa Indonesia yang benar yang berlaku umum dan
resmi adalah semua pedoman penggunaan bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa,
seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang pertama kali
diterbitkan pada tahun 1988 dan secara terus-menerus disempurnakan hingga sekarang.

BAB 3

PEDOMAN UMUM

PENULISAN KARYA ILMIAH

A. PENGEMBANGAN MATERI SAJIAN

Berikut ini kaidah-kaidah atau ketentuan-ketentuan yang bersifat umum (berlaku untuk semua jenis
karya tulis ilmiah),khususnya dalam hal pengembangan topik, pengembangan kerangka, dan
pengembangan definisi dalam penulisan karya ilmiah.
1. Pengembangan Topik Karya Tulis Ilmiah

Membangun topik sebuah karya tulis ilmiah sebenarnya merupakan proses penggarapan suatu topik
sampai menghasilkan suatu judul yang baik dan benar sesuai topik tersebut. Mulai dari langkah
penelitian dan pengkajian, pemuan masalah, penentuan visi dan misi, sampai dengan penentuan judul
karya tulis ilmiah yang akan digarap. Singkatnya adalah proses penggarapan topik ke judul karya tulis
ilmiah.

2. Pengembangan Kerangka Karya Tulis Ilmiah

Seperti juga halnya dengan pengembangan topik, pengembangan kerangka tulisan ilmiah juga
merupakan suatu proses yang dimulai dari pengembangan tujuan dan pernyataan, pengumpulan dan
pengolahan bahan, penyusunan kerangka awal (kerangka sementara), dan penyusunan kerangka
akhir (kerangka semestinya).

1. Pengembangan Wacana Karya Tulis Ilmiah

Dalam banyak hal wacana karya tulis ilmiah adalah wacana eksposisi atau pemaparan. Tujuan
wacana pemaparan adalah member penjelasan. Cara orang memberi penjelasan sangat beragam.
Berikut
Cara-cara pengembangan Wacana karya tulis ilmiah melalui:

a. Definisi

Pengertian kata definisi hampir selalu dikaitkan dengan kata asalnya definire (de-finire) yang artinya
memberi batas, sehingga banyak penulis yang sudah lebih suka menggunakan istilah batasan sebagai
pengganti istilah definisi. Secara umumm definisi merupakan pembatasan arti secara konseptual
atau pembatasan ruang lingkup pengertian suatu istilah atau suatu frasa. Berikut jenis-jenis definisi:

1) Definisi Kamus

2) Definisi Logis

3) Definisi yang Diperluas

b. Analisis

Secara umum analisis dimaknai sebagai proses penguraian suatu kesatuan konseptual atas unsur-
unsur yang membangunnya, terutama untuk mengetahui saling hubungan antara unsur-unsur tersebut
dalam membangun suattu kesatuan makna atau tujuan tertentu.

c. Perbandingan dan Pertentangan


Perbandingan dan pertentangan baik dan tepat digunakan dalam upaya menjelaskan apa yang belum
dan ingin diketahui melalui apa yang sudah diketahui.

d. Ilustrasi

Pola berpikir dalam pengembangan wacana dengan perbandingan dan pertentangan relative sama
dengan ilustrasi, yakni dalam hal berpikir menemukan batas-batas kelas dan hal-hal khusus atas
objek atau konsep yang ingin diberi batasan pengertiannya.

B. BAHASA KARYA TULIS ILMIAH

Karya tulis ilmiah termasuk jenis karangan prosa atau eksposisi yang bersifat formal, logis, dan
objektif.
1. Gaya Penulisan
Pada hakikatnya gaya penulisan merupakan cara pengungkapan diri sendiri melalui bahasa,
sehingga penulis yang satu berbeda dengan penulis yang lainnya.Keraf (1973), misalnya,
menyebutkan tiga hal pokok yang harus dimiliki oleh gaya penulisan yang baik sebagai berikut
ini.
a. Kejujuran
b. Sopan-santun
c. Menarik
Gaya penulisan yang menarik dapat diukur melalui sejumlah komponen, yakni variasi, humor
yang sehat, pengertian yang baik, penuh vitalitas, penuh daya imajinasi.

2. Paragraf
Jika digunakan sudut pandang sistem terhadap sebuah karya tulis ilmiah, maka pembicaraan masalah
paragraf dapat dilakukan secara makroskopik dan mikroskopik. Jika wacana dipandang sebagai
suprasistem, maka paragraph merupakan subsistemnya. Akan tetapi, jika paragraf dipandang sebagai
suprasistem, maka yang menjadi subsistemnya adalah kalimat. Pembicaraan paragraph di sini khusus dari
sudut pandang mikroskopik, yakni paragraph sebagai suprasistem yang subsistemnya adalah kalimat serta
diksi dan istilah sebagai sub-subsistemnya.
3.Kalimat Efektif

Sebuah kalimat dikatakan efektif bila kalimat itu mampu menyampaikan ide atau gagasan,
pikiran atau perasaan yang diniatkan oleh komunikator (pembicara/penulis) secara tepat dan
cermat (tidak lebih, tidak kurang, tidak bias) kepada komunikan (pendengar/ pembaca). Dari segi
isi, pikiran atau perasaan yang ditangkap oleh pendegar/ pembaca persis sama dengan pikiran
dan perasaan yang ingin disampaikan oleh pembicara/ penulisnya. Dari segi bentuk, kalimat
efektif merupakan kalimat sederhana, yakni kalimat yang memadai (tak kuran dan tak berlebih)
untuk menyampaikan pikiran dan perasan dari pembicara/penulis kepada pendengar
/ppembacanya.

4. Diksi

Penguasaan kosa kata, terutama penguasaan diksi merupakan syarat mutlak untuk menjadi
penulis karya ilmiah yang baik dan benar. Penguasaan diksi oleh seorang penulis mencakupi
yang ingin disampaikan melalui tulisannya.

Paling tidak ada dua hal pokok yang harus dijadikan perhatian dalam memilih kata, yaitu
ketepatan dan kesesuaian. Untuk meningkatkan kemampuan menulis dengan diksi yang tepat
dan cermat diperlukan pula kemampuan memahami kata dalam hal-hal seperti di bawah ini (Cf.
Wibowo (2001); Fahruddin, .)

a. Untuk memilih kata mana yang paling cocok untuk mewakili maksud atau gagasannya,

b.Untuk memilih kata mana yang paling cocok untuk mewakili maksud atau gagasannya sesuai
konteks pembicaraannya

Teknik Penyajian Karya Tulis Ilmiah

1.Sistematika Penulisan

Sebuah karya tulis ilmiah dalam segala jenisnya selalu memiliki bagian awal, bagian utama,
dan bagian akhir. Bagian awal meliputi (1) judul, (2) kata pengantar, (3) daftar isi (untuk karya
yang agak panjang, lebih dari 10 halaman), (4) abstrak. Bagian utama meliputi (1) pendahuluan,
(2) isi, dan (3) penutup. Bagian akhir meliputi (1) daftar pustaka dan (2) lampiran.

Anda mungkin juga menyukai