Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi, salah satu fungsi


bahasa Indonesia adalah sebagai alat pengembangan kebudayaan,
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan adanya fungsi tersebut
penguasaan bahasa Indonesia sangat menentukan dalam penyusunan
media pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berupa
karya ilmiah. Berkaitan dengan itu setiap orang yang akan menulis
karya ilmiah dituntut untuk memahami bahasa Indonesia sebagai
medianya.
Karya ilmiah adalah karangan yang mengungkapkan buah
pikiran, hasil pengamatan, tinjauan, penelitian dalam bidang tertentu,
disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan,
bersantun bahasa, dan sisi maupun kebenarannya dapat
dipertanggungjawabkan (Ansori, 2010).
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang amat
kompleks. Dalam menulis seseorang dituntut untuk memiliki
keterampilan kognitif yang meliputi kemampuan memahami,
mengetahui, dan mempersepsikan suatu fenomena untuk kemudian
dikomunikasikan melalui media bahasa. Selain itu, dalam
mengkomunikasikan idenya tersebut seorang penulis dituntut untuk
menganalisis konteks pembaca yang menjadi sasaran tulisannya.
Tulisan yang baik juga ditentukan oleh kejernihan pemikiran
penulisnya. Pemahaman yang mendalam tentang ide, konsep, dan teori
sangat berpengaruh pada kejelasan tulisan yang dihasilkan. Tulisan
yang jelas dan komunikatif hanya dapat dihasilkan jika seorang penulis
benar-benar memahami isi, bahasa, dan teknik penyajian dengan baik
pula.

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 1


Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil
seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.
Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik
dan banyak pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti pula
melatih keterampilan berpikir (Tarigan, 2008). Ketika menulis,
seseorang harus memahami kaidah bahasa, mampu menerapkan
kaidah dalam bentuk tulisan sekaligus mampu menggunakan sebagai
alat komunikasi yang efektif sehingga maksud, pikiran, isi hati, dan
perasaan dapat dimengerti orang lain. Pengetahuan tentang kaidah
bahasa dan pengenalan tentang gramatika suatu kalimat belumlah
cukup menghasilkan tulisan yang enak dibaca. Penguasaan tentang
struktur bahasa cukup penting, akan tetapi yang lebih penting adalah
penggunaan bahasa itu secara komunikatif sehingga mampu
menyampaikan maksud, pikiran atau perasaan kepada orang lain.
B. Maksud dan Tujuan
Bahan ajar ini dimaksudkan sebagai salah satu sumber informasi
bagi perserta untuk memahami materi bahasa ilmiah dalam penulisan
ilmiah. Tujuan penyusunan bahan ajar ini adalah memberikan rambu-
rambu dan pedoman bagi peserta diklat dalam mengungkapkan ide
dan gagasan dalam penulisan ilmiah.

C. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta diharapkan
dapat menerapkan bahasa ilmiah dalam penulisan karya ilmiah.

D. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti mata dilat ini, peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan teknik penulisan karya ilmiah dengan bahasa Indonesia
baku.
2. Menerapkan Ejaan Yang Disempurnakan dalam penulisan karya
ilmiah.

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 2


E. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
1. Teknik penulisan karya ilmiah dengan bahasa Indonesia baku.
2. Penerapan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 3


BAB II
TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH
DENGAN BAHASA INDONESIA BAKU

A. Bahasa Ilmiah
Menulis sebuah karya ilmiah tidak hanya memerlukan teknik
tetapi juga keberanian dalam mengungkapkan gagasan yang kita miliki.
Keberanian tersebut akan muncul jika dalam diri seorang penulis
terdapat motivasi yang sangat kuat. Motivasi tersebut dapat berbeda
antara satu individu dengan yang lain. Akan tetapi, motivasi yang
sangat berpengaruh biasanya didasari oleh adanya kemampuan atau
penguasaan teknik penulisan yang dimiliki oleh seorang penulis.
Penguasaan teknik penulisan meliputi penguasaan teknik
pengorganisasian gagasan menjadi satu tulisan yang mudah dipahami,
meyakinkan, dan sekaligus menarik serta penguasaan pengolahan
bahasa yang memadai untuk mengantar gagasan tersebut agar sampai
pada pembaca dengan baik pula. Teknik-teknik seperti itu tentunya
berkaitan dengan alur pikir yang dipakai serta ekspresi kebahasaan
yang dipilih oleh seorang penulis. Alur pikir seorang penulis akan
tampak jelas dalam bahasa yang dipakainya. Oleh karena itu, bahasa
merupakan salah satu faktor yang perlu dipersiapkan dalam rangka
membekali penulis agar percaya diri dalam mengungkapkan ide-idenya
lewat tulisan.
Dalan penulisan karya ilmiah, memang ada ketentuan atau
aturan khusus yang harus diikuti oleh seorang penulis dalam
menggunakan bahasanya. Bahasa dalam karya ilmiah mempunyai ciri
khas yang berbeda dengan bahasa dalam karya-karya fiksi atau tulisan
di media massa. Bahasa dalam karya ilmiah adalah ragam bahasa tulis
yang termasuk dalam ragam bahasa baku yaitu ragam yang
mempunyai kaidah-kaidah paling lengkap dibanding ragam lainnya.
Secara khusus bahasa baku yang dipakai dalam karya tulis ilmiah ini
Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 4
disebut dengan bahasa Indonesia ragam ilmiah atau ragam ilmu
pengetahuan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah (bahasa lmiah)
digunakan untuk melaporkan atau mengkomunikasikan hasil kegiatan
ilmiah, yang dilakukan dalam suatu penelitian ilmiah.
Karangan ilmiah harus disajikan dalam bahasa ilmiah, yakni
salah satu ragam bahasa Indonesia, yang memiliki ciri antara lain:
1. Bersifat lugas, tidak berbelit-belit atau bertele-tele, atau tanpa
kalimat yang berbunga-bunga.
2. Mematuhi kaidah-kaidah gramatika.
3. Menggunakan kalimat-kalimat efektif.
4. Menggunakan kosa kata baku, sesuai dengan kaidah pemilihan kata
(diksi); dan istilah-istilah yang digunakan sesuai dengan bidang ilmu
yang ditekuni.
5. Kalimat-kalimatnya bebas dari ketaksaan (ambiguiti)
6. Bebas dari makna kias dan pigura bahasa (lugas)
7. Mematuhi persyaratan penalaran
8. Mematuhi dan menerapkan kaidah-kaidah ejaan yang berlaku
(Chaer, 2011).
Karya ilmiah adalah suatu karya yang memuat dan mengkaji
suatu masalah tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan
yaitu menggunakan metode ilmiah di dalam membahas permasalahan,
menyajikan kajiannya dengan menggunakan bahasa baku dan tata tulis
ilmiah, serta menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yang meliputi:
bersifat objektif, logis, empiris, sistematik, lugas, jelas, dan konsisten
Sifat objektif, logis, sitematik, lugas, dan jelas dalam sebuah
karya tulis ilmiah dapat dicapai hanya dengan bahasa yang tepat. Isi
atau gagasan yang sangat bagus jika disampaikan dengan bahasa
yang kurang tepat atau kurang bagus akan berakibat pada kurangnya
pemahaman pembaca terhadap ide atau gagasan yang disampaikan
oleh penulis. Oleh karena itu, faktor bahasa dalam karya ilmiah menjadi
salah satu faktor yang sangat penting untuk dipersiapkan.
Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 5
Untuk mencapai kualitas tulisan ilmiah yang baik khususnya
dilihat dari segi bahasanya, perlu kiranya dipahami bahwa bahasa
Indonesia dalam karya ilmiah mempunyai beberapa ciri khas atau
aturan yang berbeda dari karya tulis nonilmiah. Terdapat beberapa ciri
khas yang harus dipenuhi dalam hal penggunaan bahasa Indonesia
dalam penulisan karya ilmiah.
Bahasa tulis ragam ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri yaitu: 1)
pilihan kata dan peristilahannya tepat, 2) kalimatnya efektif dan
penataannya dalam paragraf baik, 3) penalaran dan sistematikanya
bagus, 4) pemaparan dan gaya bahasanya menarik (Prayitno, 2000).
1. Pilihan Kata dan Istilah yang Tepat
Untuk menyampaikan gagasan secara jelas kepada
pembaca, pemilihan kata atau istilah yang tepat sangat penting
dalam menulis. Karena konteksnya adalah penulisan karya ilmiah,
pemilihan kata atau diksi serta pemilihan istilah harus mengikuti
kaidah-kaidah bahasa baku. Selain itu pemilihan kata atau istilah
juga menyangkut pemilihan berdasarkan ketepatannya dalam
mengantarkan gagasan yang dimaksud oleh penulis. Berkaitan
dengan pemilihan kata atau istilah yang tepat ini, terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan ketika menulis karya ilmiah yaitu:
a. Menggunakan Kata-kata dan Istilah yang Baku
Dalam menulis karya ilmiah, kata-kata yang dipakai
adalah kata-kata yang baku yaitu kata-kata yang sesuai dengan
kaidah kebahasaan yang sudah ditetapkan. Sebagai pedoman
yang dipakai untuk menentukan mana kata yang baku dan mana
kata yang tidak baku adalah menggunakan Pedoman Ejaan yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah serta
buku-buku pedoman lain yang menunjang yang dikeluarkan oleh
Pusat Bahasa.

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 6


Contoh :
Tidak Baku Baku
Sistim Sistem
ekstrim ekstrem
anggauta anggota
hipotesa hipotesis
metoda metode
tehnik teknik
analisa analisis
managemen manajemen
prosentase persentase

b. Penggunaan kata dan Istilah yang Tepat, Cermat dan Hemat


Selain harus baku, pemilihan kata juga harus lazim,
hemat, dan cermat. Kata yang lazim adalah kata yang sudah
dikenal oleh masyarakat luas. Adapun kata yang hemat adalah
kata-kata yang tidak disertai penjelasan yang panjang karena
mempunyai bentuk gabungan kata yang lebih hemat.
Kecermatan pemilihan kata berkaitan dengan ketepatan antara
ide dengan bentuk yang dipilih oleh penulis.
Kata-kata yang terlalu spesifik akan susah dipahami oleh
pembaca di kalangan yang lebih luas. Oleh karena itu, jika
terdapat kata-kata asing atau kata-kata dalam bahasa daerah
tertentu sebaiknya harus dicantumkan padanannya dalam
bahasa Indonesia.
Syarat lain dalam hal pemilihan kata yaitu kata yang dipilih
adalah kata-kata yang mengandung prinsip kehematan. Jika ada
ungkapan yang lebih pendek maka tidak perlu menggunakan
ungkapan yang panjang. Contoh berikut adalah beberapa
ungkapan yang dapat disampaikan dalam bentuk yang lebih
padat dan berisi.
Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 7
Tidak Hemat Hemat
1. mengadakan penelitian 1. meneliti
2. dalam rangka untuk 2. untuk mencapai tujuan ini
mencapai tujuan ini 3. berpendirian
3. mempunyai pendirian 4. tujuan penelitian ini adalah...
4. tujuan daripada penelitian ini
adalah...

Contoh:
1) Data yang digunakan untuk menjawab semua permasalahan
yang ada dalam penelitian ini dapat dipilah menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder.
2) Hasil penelitian ini dapat dipilah menjadi lima kelompok.
Kelima kelompok tersebut adalah sebagai berikut:.............
3) Arif (2003) dalam bukunya yang berjudul Hutan Mangrove
Fungsi dan Manfaatnya menyatakan bahwa hutan mangrove
adalah suatu kelompok jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh
di sepanjang garis pantai tropika dan subtropika yang
terlindung dan memiliki semacam bentuk lahan pantai dengan
tipe tanah anaerob.
4) Adapaun disain model yang digunakan dalam penelitian ini
merujuk pada disain model yang dikembangkan dalam
penelitian Principles of Polici Research yang dikemukakan oleh
Peter J. Hass, dkk (1998) yakni dimulai dari identifikasi
masalah, merancang penelitian, melaksanakan penelitian dan
menyajikan temuan-temuan serta memberikan rekomendasi.
2. Kalimat Efektif
Karya tulis ilmiah yang baik tentunya selain menggunakan
diksi dan istilah yang tepat juga harus menggunakan kalimat yang
efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki satu gagasan
pokok. Unsur-unsurnya minimal terdiri atas subjek dan predikat.
Kalimat efektif didefinisikan sebagai kalimat yang memiliki
kemampuan untuk mengungkapkan gagasan penutur sehingga

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 8


pendengar atau pembaca dapat memahami gagasan yang dimaksud
oleh penutur atau penulis (Dalman, 2013).
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan
pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan
maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus
memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar,
pilihan katanya tepat, hubungan antarbagian logis, dan ejaannya pun
benar.
Ciri-ciri kalimat efektif antara lain :
a. keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan
struktur,
b. kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara
gramatikal,
c. kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami,
d. kehematan pengunaan unsur kalimat,
e. kecermatan dan kesantunan, dan
f. kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran
bahasa.
a. Keutuhan
Keutuhan atau kesatuan kalimat ditandai oleh adanya
kesepadanan struktur dan makna kalimat. Kesepadanan yang
dimaksud adalah adanya keseimbangan pikiran atau gagasan
dan struktur bahasa yang digunakan. Ciri kesepadanan ini di
antaranya sebuah kalimat harus mengandung gagasan pokok,
terdiri S (subjek) dan P (predikat), penggunaan konjungsi
intrakalimat dan antarkalimat secara tepat.
Contoh:
1) Pada pembiayaan mudhabarah tidak berpartisipasi dalam
manajemen bisnis yang dibiayainya.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kesatuan gagasan karena
subjek dalam kalimat di atas tidak ada. Siapakah yang tidak

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 9


berpartisipasi dalam manejemen bisnis yang dibiayainya?
Mengacu kepada siapakah partikel –nya pada kata
dibiayainya? Bandingkan dengan kalimat berikut. Pada
pembiayaan mudhabarah, konsumen tidak berpartisipasi
dalam manajemen bisnis yang dibiayainya.
2) Karena asam amino ini merupakan faktor pembatas pada
pakan nabati.
Kata karena merupakan konjungsi yang menunjukkan
hubungan alasan/sebab. Konjungsi ini berfungsi
menghubungkan anak kalimat (alasan/sebab) dengan induk
kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat. Pada kalimat di
atas, penyebab (induk kalimat) tidak nampak.
3) Penyuluhan terhadap masyarakat sekitar kawasan hutan
tentang kelestarian hutan di Maros para penyuluh
mendapatkan bantuan dari Pusbinluh.
b. Kesejajaran
Kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan secara konsisten atau penggunaan bentuk-bentuk
yang sama untuk menyatakan gagasan yang sederajat.
Contoh:
 Penelitian ini memerlukan tenaga yang terampil, biaya yang
banyak serta cukup waktu (tidak sejajar).
 Penelitian ini memerlukan tenaga yang terampil, biaya yang
banyak, serta waktu yang cukup (sejajar).
 Penyakit alzheimer merupakan penyakit yang paling
mengerikan dan berbahaya sebab pencegahan dan
bagimana mengobatinya tidak ada yang tahu (tidak sejajar)
 Penyakit alzheimer merupakan penyakit yang paling
mengerikan dan membahayakan, sebab pencegahan dan
pengobatannya tidak ada yang tahu (sejajar).
c. Kefokusan
Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 10
Kalimat efektif harus memfokuskan pesan terpenting agar
mudah dipahami maksudnya.
Contoh:
 Sulit ditingkatkan kualitas dan kuantitas produk hortikultura
ini (tidak efektif).
 Produk hortikultura ini sulit ditingkatkan kualitas dan
kuantitasnya (efektif).
d. Kehematan
Prinsip kehematan ini seperti yang sudah disinggung di
atas tentang kehematan menggunakan kata dalam
mengungkapkan gagasan.
Contoh:
1) Kita harus saling hormat-menghormati.
(seharusnya tidak menggunakan “saling” karena sudah
berarti „saling menghormati)
2) Makalah ini akan membicarakan tentang faktor motivasi
siswa dalam belajar.
(seharusnya tidak menggunakan “tentang‟ karena
“membicarakan‟ sudah berarti “berbicara tentang‟).
3) Selama bertahun-tahun yang diketahui masyarakat umum
penebangan kayu jati melalui proses peneresan yaitu
pengeringan pohon sebelum ditebang pada kayu jati umur
20 tahun ke atas untuk memperoleh kayu jati dengan
kualitas yang baik (tidak memenuhi asas kehematan)
e. Kecermatan dan Kesantunan
Kecermatan dam kesantunan meliputi ketepatan memilih
kata sehingga menghasilkan komunikasi baik, tepat, tanpa
gangguan emosional pembaca atau pendengar. Kecermatan
dalam hal ini sama dengan kecermatan memilih kata. Kalimat
yang baik adalah kalimat yang singkat, jelas, lugas, dan tidak
berbelit-belit. Dalam kaitannya dengan kesantunan ini, sebuah
Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 11
karya tulis ilmiah di Indonesia pada umumnya mengikuti kaidah
bahwa penulis harus menghindari subjektivitas, contohnya
penggunaan ungkapan “ menurut pendapat saya.... adalah
ungkapan yang kurang tepat, seharusnya “data menunjukkan
bahwa..... atau “penelitian membuktikan bahwa...

3. Paragraf yang Baik


Paragraf yang baik adalah paragraf yang memiliki kepaduan
antara unsur-unsurnya baik itu antara gagasan utama dengan
gagasan penjelasnya ataupun antara kalimat-kalimatnya. Menurut
Tarigan (2009) ada beberapa ciri atau karakteristik paragraf, antara
lain:
a. Setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran atau ide
pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan.
b. Paragraf umumnya dibangun oleh sejumlah kalimat.
c. Paragraf adalah kesatuan ekspresi pikiran
d. Paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padat
e. Kalimat-kalimat paragraf tersusun secara logis sistematis
Jika kalimat-kalimat yang mengantar ide atau gagasan tersebut
sudah baik, hal berikutnya yang perlu dicermati adalah apakah
paragraf yang disajikan sudah merupakan paragraf yang baik atau
belum. Menurut Chaer (2011) paragraf yang baik memenuhi asas
keutuhan atau kepaduan dari segi makna (kohesi) dan keutuhan
atau kepaduan dari segi bentuk (koherensi).
Paragraf yang baik harus menggunakan prinsip kesatuan yaitu
dalam sebuah paragraf hanya terdiri dari satu gagasan pokok.
Semua kalimat yang membentuk kesatuan dalam paragraf tersebut
hanya merujuk pada satu gagasan pokok tersebut. Oleh karena itu,
pastikan bahwa semua kalimat yang masih dalam satu paragraf
tersebut benar-benar selaras antara satu dengan yang lain dalam
mengantarkan gagsan tersebut.

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 12


Contoh:
KHDTK Samboja pada awalnya adalah hutan hujan tropis
dataran rendah yang ada di Kalimantan Timur. Namun saat ini
kondisinya sudah banyak mengalami perubahan terutama akibat
terjadinya kebakaran hutan tahun 1997/1998. Letak KHDTK
Samboja sangat strategis yaitu berada di jalan poros Balikpapan –
Samarinda dan jalan poros Samboja – Sepaku. Kondisi tersebut
menjadikannya tidak terlepas dari berbagai persoalan terutama
terkait dengan perambahan kawasan, konflik kepemilikan lahan,
kebakaran hutan, dan penebangan liar. Selain permasalahan terkait
kawasan, KHDTK Samboja juga masih dihadapkan dengan
permasalahan di dalam tata organisasi pengelolaan KHDTK seperti
terbatasnya sumberdaya manusia, pendanaan, sarana dan
prasarana pendukung kegiatan, termasuk kewenangannya di dalam
melakukan penegakan hukum.
Prinsip yang lain adalah kepaduan yaitu kekompakan
hubungan atau kohesi dan koherensi antara kalimat yang satu
dengan kalimat yang lain dalam sebuah paragraf. Untuk
menciptakan hubungan yang serasi dan selaras ini tentunya
diperlukan alat bantu yaitu dengan konjungsi (kata penghubung),
paralelisme, kata ganti, atau repetisi pada kata kunci atau
menggunakan rincian peristiwa.
a. Kohesi (kekompakan)
Adalah hal yang mengatur hubungan antarkalimat yang
diwujudkan oleh adanya bentuk-bentuk kalimat atau bagian
kalimat yang cocok dalam paragraf.

Contoh:
Bondol jawa adalah sejenis burung kecil pemakan padi dan
biji-bijian. Burung ini juga disebut dengan nama lain seperti pipit
bondol, pipit bandol, emprit bandol dan lain-lain. Nama ilmiahnya
adalah Lonchua leucogastroides. Dalam bahasa Inggris burung ini
Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 13
disebut sebagai Javan Munia. Burung dewasa dominan coklat tua
di punggung, sayap dan sisi atas tubuhnya, tanpa coretan-
coretan.

b. Koherensi (kepaduan)
Adalah kekompakan hubungan kalimat yang satu dengan kalimat
yang lain yang membentuk paragraf.
Contoh:
Serangga merupakan kelompok hewan yang jumlahnya
paling besar dan bervariasi di bumi. Lebih dari 58% biodiversitas
yang ada di alam ini merupakan kelompok ini. Anggota dari kelas
serangga terdiri atas 29 ordo. Secara etimologi, serangga atau
insekta berasal dari bahasa Latin yang artinya tubuh berlekuk dan
terbagi. Sesuai dengan artinya, tubuh serangga terbagi menjadi
tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut. Tubuhnya dilindungi
rangka luar yang terbuat dari kitin, dilengkapi kaki bersendi, mata
majemuk dan sepasang antena.

Dalam mengajarkan sesuatu, langkah pertama yang perlu


kita lakukan ialah menentukan tujuan mengajarkan sesuatu itu.
Tanpa adanya tujuan yang sudah ditetapkan, materi yang kita
berikan, metode yang kita gunakan, dan evaluasi yang kita susun,
tidak akan memberikan manfaat bagi anak didik dalam
menerapkan hasil proses belajar-mengajar. Dengan mengetahui
tujuan pengajaran, kita dapat menentukan materi yang akan kita
ajarkan, metode yang akan kita gunakan, serta bentuk
evaluasinya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

B. Penggunaan EYD dalam Tulisan Ilmiah

Untuk memperoleh kalimat yang efektif di samping harus


memenuhi syarat-syarat kalimat efektif, juga harus menggunakan ejaan
yang tepat. Kesalahan penulisan ejaan dapat menimbulkan kesulitas
dalam memahami isi tulisan. Saat ini ejaan yang dipergunakan secara
resmi adalah Ejaan yang Disempurnakan. Jadi, untuk menghasilkan
kesempurnaan kalimat efektif kita harus mengacu kepada EYD.
Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan sebagai berikut :
1. Pemakaian Huruf :

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 14


a. Huruf abjad: abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa
Indonesia terdiri atas huruf-huruf: Aa, Bb, Cc, Dd, Ee, Ff, Gg, Hh,
Ii, Jj, Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Pp, Qq, Rr, Ss, Tt, Uu, Vv, Ww, Xx, Yy,
Zz;
b. Huruf vokal: a, e, i, o, u;
c. Huruf konsonan: b, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z;
d. Huruf diftong: ai, au, ai; dan
e. Gabungan konsonan: kh, ng, ny, sy.
2. Penulisan Huruf Kapital :
a. Huruf pertama pada awal kalimat;
b. Huruf pertama petikan langsung;
c. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci,
termasuk kata ganti;
d. Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang;
e. Nama jabatan, pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai
sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama
tempat;
f. Huruf pertama unsur-unsur nama orang;
g. Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa;
h. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
bersejarah;
i. Huruf pertama nama geografi;
j. Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata
depan atau kata hubung;
k. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat
pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
serta dokumen resmi;

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 15


l. Huruf pertama nama buku, majalah, surat kabar, dan judul
karangan, kecuali kata depan dan kata hubung yang berada di
tengah kata;
m.Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan;
n. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai
sebagai sapaan; dan
o. Huruf pertama kata ganti Anda.
3. Penulisan Huruf Bercetak Miring:
a. Menuliskan nama buku, majalah, Koran;
b. Menuliskan istilah asing, daerah, ilmiah yang ditulis dengan ejaan
aslinya; dan
c. Menegaskan huruf, kata, atau frasa yang
dipentingkan/dikhususkan.
4. Penulisan Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis terpisah (berdiri sendiri).
Contoh: Siswa itu rajin.
5. Penulisan Kata Turunan:
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya. Contoh: bergetar, tulisan, penerapan, memperhatikan;
b. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan unsur yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya. Contoh: bertumpang tindih mengambil alih;
c. Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus
mendapat awalan dan akhiran, unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai. Contoh: menggarisbawahi pertanggungjawaban; dan
d. Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai (a, antar, catur,
maha, mono, multi, pra, pasca, semi ,dsb.) Contoh: amoral, antar
negara, caturwarga, mahasiswa, multiguna, prasejarah,
pascasarjana, semifinal. Bila bentuk terikat tersebut diikuti oleh

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 16


kata yang didahului oleh huruf kapital, di antara kedua unsur itu
diberi tanda hubung. Contoh: non-Indonesia
6. Penulisan Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh: buku-buku, gerak-gerik.
7. Penulisan Kata Ganti
Kata ganti ku, mu, nya, kau ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya atau mendahuluinya., kecuali pada Mu dan Nya yang
mengacu pada Tuhan harus ditulis dengan huruf kapital dan diberi
tanda hubung (-). Contoh:
a. Apa yang kumiliki boleh kauambil.
b. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
c. Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
8. Penulisan Kata Depan
Kata depan di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali yang sudah dianggap sebagai satu kesatuan
seperti kepada dan daripada. Contoh: Di mana ada gula, di situ ada
semut. Pencuri itu keluar dari pintu belakang. Mahasiswa itu akan
berangkat ke luar negeri.
9. Penulisan Kata Sandang
Kata si , sang, hang, dang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Contoh: Muhammad Ali dijuluki petinju “si Mulut
Besar”.
10. Penulisan Kata Partikel dipakai untuk :
a. Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Contoh: Pergilah sekarang! ;
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh: Jika engkau pergi, aku pun akan pergi. Kata-kata yang
sudah dianggap padu ditulis serangkai, seperti andaipun,
ataupun, bagaimanapun, kalaupun, walaupun, meskipun,
sekalipun;
Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 17
c. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, ‘tiap’ ditulis terpisah.
Contoh: Harga BBM naik per 1 April. Mereka masuk satu per
satu. Harga kertas Rp 25.000,00 per rim.
11. Penulisan Kata Akronim dipakai untuk :
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan jabatan atau
pangkat diikuti tanda titik. Contoh: Suman Hs..
Muh. Yamin, S.H. (Sarjana Hukum)
M.B.A. (Master of Business Administrtion)
M.Sc. (Master of Science)
Bpk. (Bapak)
Sdr. (saudara)
b. Singkatan nama resmi lembaga emp erintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta dokumen resmi
yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapitan dan tidak diikuti tanda titik. Contoh: DPR GBHN KTP PT;
c. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik. Contoh: dll. hlm. sda. Yth;
d. Lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, mata uang
tidak diikuti tanda titik. Contoh: Cu , cm, kg, Rp;
e. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret
kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh: ABRI LAN
IKIP SIM;
f. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal huruf kapital. Contoh: Akabri Bappenas Iwapi Kowani;
g. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf,
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Contoh: pemilu, rapim,
tilang.
12. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan dipakai untuk:

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 18


a. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
berikut. Contoh: (1) Abad XX dikenal sebagai abad teknologi; (2)
Abad ke-20 dikenal sebagai abad teknologi; (3) Abad kedua
puluh dikenal sebagai abad teknologi;
b. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai
berturut-turut. Contoh: (1) Ada sekitar lima puluh calon
mahasiswa yang tidak diterima dperguruan tinggi itu; (2)
Kendaraan yang beroperasi di Bandung terdiri atas 1.000 beca
angkot, 100 metro mini, dan 100 bus kota; dan
c. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika
perlu, susunan kalimat diubah sehingga yang tidak dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat di awal
kalimat. Contoh: (1) Dua puluh mahasiswa mendapat beasiswa
dari perusahaan itu; (2) ±150 orang pegawai mendapat
pneghargaan dari pemerintah.(salah); (3) Sebanyak 150.
13. Penggunaan Tanda Baca Titik ( . )
Tanda baca titik duganakan pada; (1) akhir kalimat; (2)
singkatan nama orang; (3) akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat,
dan sapaan; (4) singkatan atau ungkapan yang sangat umum; (5)
di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, dan
daftar; (6) untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukan waktu; dan (7) untuk memisahkan angka jam, menit,
detik yang menunjukan jangka waktu;
14. Penggunaan Tanda Baca Koma ( , )
Tanda baca koma digunakan untuk; (1) di antara unsur–
unsur dalam suatu perincian dan pembilangan; (2) untuk
memisahkan kalimat setara; (3) untuk memisahkan anak kalimat
dari induk kalimat; (4) di belakang kata seru yang terdapat pada
awal kalimat; (5) di belakang kata atau ungkapan penghubung
antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat; (6) untuk
Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 19
memisahkan petikan langsung dari bagian lain; (7) di antara unsur-
unsur alamat yang ditulis berurutan; (8) untuk menceraikan bagian
nama yang dibalik susunannya; (9) di antara nama orang dan gelar
akademik; (10) di muka angka persepuluhan; (11) untuk mengapit
keterangan tambahan, atau keterangan aposisi.
15. Penggunaan Tanda Baca Titik Koma ( ; ) dipakai:
a. Untuk memisahkan bagian–bagian kalimat yang sejenis dan
setara;
b. Untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk
sebagai pengganti kata penghubung.
16. Penggunaan Tanda Baca Titik Dua ( : ) dipakai :
a. Pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau
pemerian;
b. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian;
c. Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam
percakapan;
d. Kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
17. Penggunaan Tanda Hubung ( - ) dipakai:
a. Untuk menyambung suku–suku kata dasar yang terpisah karena
pergantian baris;
b. Untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya;
c. Menyambung unsur–unsur kata ulang;
d. Menyambung huruf kata yang dieja;
e. Untuk memperjelas hubungan bagian–bagian ungkapan;
f. Untuk merangkaikan se- dengan angka, angka dengan –an,
singkatan huruf besar dengan imbuhan atau kata;
g. Untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.

18. Penggunaan Tanda Pisan ( -- ) dipakai :

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 20


a. Untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
pelajaran(kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai –
jika diperjuangkan;
b. Untuk menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas (Rangkaian penemuan ini –
evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom – telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta);
c. Di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai
dengan’ atau di antara nama dua kota yang berarti ‘ke’ atau
sampai (1945– 1950 :Bandung – Jakarta).
19. Penggunaan Tanda Elipsis ( … ) dipakai :
a. Untuk menggambarkan kalimat yang terputus : Misalnya : Kalau
begitu … ya, marilah kita berangkat;
b. Untuk menunjukan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang
dihilangkan : Misalnya : Sebab-sebab kemerosotan . . . akan
diteliti lebih lanjut.
20. Penggunaan Tanda Petik Tunggal ( ‘ ) dipakai :
a. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan petikan lain,
misalnya : Tanya basri, “Kaudengar bunyi ‘kring – kring tadi’? ;
b. Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing,
misalnya : rate of inflation ‘laju inflasi’.
21. Tanda Garis Miring ( / ) dipakai :
a. Dalam penomoran kode surat, misalnya : No. 7/ PK/ 1983 ;
b. Sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat,
misalnya: mahasiswa/mahasiswi, hanya Rp 30,00/lembar,Jalan
Banteng V / 6.

BAB III
PENUTUP
Karya tulis ilmiah menuntut kecermatan bahasa karena karya
tersebut harus disebarluaskan kepada pihak yang tidak secara langsung
Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 21
berhadapan dengan penulis baik pada saat tulisan diterbitkan atau pada
beberapa tahun sesudah itu. Kecermatan bahasa menjamin bahwa makna
yang ingin disampaikan penulis akan sama persis seperti makna yang
ditangkap pembaca tanpa terikat oleh waktu. Kesamaan interpretasi
terhadap makna akan tercapai kalau penulis dan pembaca mempunyai
pemahaman yang sama terhadap kaidah kebahasaan yang digunakan.
Lebih dari itu, komunikasi ilmiah juga akan menjadi lebih efektif kalau
kedua pihak mempunyai kekayaan yang sama dalam hal kosakata teknis
leksikon). Ciri bahasa keilmuan adalah kemampuan bahasa tersebut
untuk mengungkapkan gagasan dan pikiran yang kompleks dan abstrak
secara cermat.
Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan
persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah sebab bahasa
merupakan sarana komunikasi ilmiah yang pokok. Tanpa penguasaan tata
bahasa dan kosakata yang baik akan sukar bagi seorang ilmuan untuk
mengkomunikasikan gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa
selaku alat komunikasi, kita bukan saja menyampaikan informasi tetapi
juga argumentasi, di mana kejelasan kosakata dan logika tata bahasa
merupakan persyaratan utama. Bahasa merupakan sarana untuk
mengungkapkan perasaan, sikap, dan pikiran. Aspek pikiran dan
penalaran merupakan aspek yang membedakan bahasa manusia dan
makluk lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 22


Ansori, Mukhlas, Laksmi Arianti, Henny Krishnawati. 2010. Kecermatan
Berbahasa Indonesia Dalam Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:
Hamada Prima.

Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dalman. 2013. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Prayitno, Harun Joko, dkk (Ed). 2000. Pembudayaan Penulisan Karya


Ilmiah. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Tanjung, Bahdir Nur. 2013. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:


Kencana.

Tarigan, Hendry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan


Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Widjono Hs. 2005. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan


Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Diklat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Th. 2015 23

Anda mungkin juga menyukai