Anda di halaman 1dari 1

Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H.


342 ASS s

Lembaga-lembaga Negara bersengketa di sebabkan oleh pertama sistem


ketatanegaraan yang diadopsikan dalam ketentuan UUD 1945 sesudah perubahan I, II
II dan IV, Mekanisme hubungan antarlembaga negara bersifat horizontal, tidak lagi
vertikal. Jika sebelumnya kita mengenal adanya lembaga tinggi dan lembaga tertinggi
negara, maka sekarang tidak ada lagi lembaga tertinggi negara. MPR bukan lagi
lembaga yang paling tinggi kedudukannya dalam bangunan struktur sistem
ketatanegaraan kita, melainkan sederajat satu sama lain dengan lembaga-lembaga
konstitusional lainnya, seperti Presiden, DPR, DPD, MK, MA dan BPK. Checks and
balances merupakan prinsip hubungan antar lembaga, dimana lembaga-lembaga
tersebut diakui sederajat tetapi saling mengendalikan, sehingga dalam melaksanakan
kewenangan UUD terdapat perselisihan dalam menafsirkannya, mekanisme
penyelesaian sengketa tersebut dilakukan melalui proses peradilan tata negara yaitu
dengan nama Mahkamah Konstitusi.
Sebab yang kedua adalah norma-norma yang menentukan kewenangan-
kewenangan subyek kelembagaan yang diatur dalam UUD 1945 tidak hanya terkait
dengan subyek-subyek ketatanegaraan yang biasa dikenal sebagai lembaga negara,
melainkan terkait pula dengan subyek-subyek kelembagaan yang lebih luas. Subyek
yang di maksud misalnya TNI (tentara Nasional Indonesia), Kepolisian Negara,
Pemerintah Daerah, dan sebagainya. Jika lembaga tersebut menghadapi hambatan
dalam melaksanakan kewenangan konstitusionalnya masing-masing, maka lembaga
tersebut dapat mengajukan persoalannya untuk diselesaikan di Mahkamah Konstitusi
melalui perkara sengketa kewenangan konstitusional antarlembaga negara.
Oleh karena kedua alasan itu, maka buku ini memberikan informasi dan
pengertian mengenai seluk beluk prosedur beracara di Mahkamah konstitusi
berkenaan dengan perkara sengketa kewenangan antar lembaga negara.

Anda mungkin juga menyukai