Walau vivipar pada serangga sangat langka tetapi pada kutu manusia terdapat
proses vivipar. Proses vivipar pada kutu manusia (Pediculus humanus) melibatkan
perkembangan embrio di dalam tubuh induknya (kutu betina) dan kelahiran anak yang
sudah cukup berkembang secara langsung Kutu betina akan menerima sperma dari kutu
jantan dalam proses perkawinan. Setelah pembuahan terjadi, telur-telur yang dibuahi
akan mulai berkembang di dalam tubuh betina. Telur-telur yang telah dibuahi akan
menetas di dalam tubuh betina. Embrio akan mengalami perkembangan di dalam rongga
perut betina, yang menyediakan kondisi yang cocok untuk pertumbuhan mereka. Setelah
masa inkubasi yang berlangsung beberapa hari, embrio akan tumbuh menjadi nimfa
(stadium awal kutu) dan akhirnya menjadi kutu dewasa. Ketika waktu kelahiran tiba, kutu
betina akan melahirkan anak-anak hidup langsung dari tubuhnya. Anak-anak kutu ini
sudah cukup berkembang dan siap untuk mencari inang baru untuk bertahan hidup.
Kecoa berkembang biak dengan cara ovovivipar, yaitu dengan menginkubasi telur di
dalam tubuh betinanya. Telur anak kecoa menetas di tubuh induknya, sehingga saat
keluar sudah berbentuk wujud asli yaitu kecoa-kecoa kecil. Proses reproduksi ovovivipar
terjadi melalui pembuahan telur di dalam tubuh hewan betina. Setelah telur dibuahi oleh
sperma jantan, hewan betina tidak mengeluarkan telurnya melainkan tetap berada dalam
tubuh dan menetas di dalam tubuh tersebut.
Dalam kasus ovovivipar, telur yang dibuahi berkembang sepenuhnya di dalam tubuh
induk, tetapi embrio tersebut mendapatkan nutrisi dari kuning telur, bukan langsung dari
tubuh induk. Hewan ini tidak memiliki plasenta untuk menyediakan makanan dan
oksigen kepada anaknya. Secara umum, kecoa betina dapat menghasilkan telur mulai dari
16-40 telur semasa hidupnya. Fase telur kecoa akan berlangsung sekitar 24 hingga 38
hari, tergantung dari spesies kecoa dan kondisi lingkungannya.