Anda di halaman 1dari 4

1.

Jawaban :
A. Penyelesaian sengketa melalui mediasi adalah intervensi terhadap suatu sengketa
oleh pihak ketiga (mediator) yang dapat diterima, tidak berpihak dan netral serta
membantu para pihak yang berselisih mencapai kesepakatan secara sukarela
terhadap permasalahan yang disengketakan. Mediasi merupakan cara
penyelesaian sengketa diluar pengadilan melalui perundingan yang melibatkan
pihak ketiga (mediator) yang bersikap netral dan tidak berpihak kepada pihak-
pihak yang bersengketa serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak yang
bersengketa.
Sedangkan penyelesaian arbitrase atau arbitrasi adalah penyelesaian perkara atau
sengketa yang melibatkan pihak ketiga yang dianggap netral. Netral di sini
artinya tak memihak kedua belah pihak yang berselisih. Arbitrasi adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.
Perbedaan nya :
1) Pada mediasi, pihak ketiga adalah Mediator yang bertugas sebagai penengah,
memfasilitasi proses negosiasi dan sebatas memberi masukan. Sedangkan pada
arbitrase, pihak ketiga adalah Arbriter yang dapat memberikan putusan atas
permasalahan.
2) Pada mediasi hasil bersifat Win-Win Solution, sedangkan arbitrase hasilnya
bersifat Win-Lose Judgement.
3) Pada mediasi, saran Mediator bersifat tidak mengikat, sehingga para pihak yang
menentukan. Sedangkan pada arbitrase, bersifat mengikat karena Arbriter yang
membuat putusan dan mempunyai kekuatan eksekutorial.

B. Prinsip dasar aliran positivisme hukum yaitu : hukum adalah perintah terhadap
manusia, harus dipisahkan dengan studi sosiologis, historis dan evaluasi kritis,
keputusan-keputusan dapat dideduksi secara logis dari peraturan-peraturan yang
sudah ada lebih dahulu, tanpa menunjuk pada tujuan sosial, kebijakan serta
moralitas, tidak ada hubungan antara hukum dan moral, karena moral adalah
metayuridis.
Dalam kasus tersebut sesuai dengan positivisme hukum yang menyatakan bahwa
hukum merupakan perintah penguasa yang berdaulat atau merupakan kehendak
dari Negara, hukum tidak hanya tertulis dalam undang-undang, melainkan apa
yang dipraktekkan oleh para pejabat penyelenggara hukum yang melaksanakan
fungsi pelaksanaan hukum. Selain itu hukum dapat dipahami dari aturan dan
pelaksanaannya yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, yang tidak lepas
dari pengaruh ajaran moral, budaya, ekonomi, politik dan ilmu sosial.
2. Jawaban :
A. Apa yang dilakukan petugas, menurut analisa saya adalah suatu “Pembelaan
Terpaksa. Mengenai hal ini secara tegas diatur dalam Kitab Undang Undang
Hukum Pidana (KUHP) Pasal 49 ayat (1) tentang Noodweer dan ayat (2) tentang
`Noodweer Exces’. Pasal 49 ayat (1) KUHP mengatur tentang Pembelaan
Terpaksa (Noodweer), yang rumusannya `Barang siapa terpaksa melakukan
perbuatan untuk pembelaan, karena ada serangan atau ancaman serangan ketika
itu yang melawan hukum, terhadap diri sendiri maupun orang lain, terhadap
kehormatan kesusilaan, atau harta benda sendiri maupun orang lain, tidak
dipidana’. Pembelaan terpaksa, berkaitan dengan prinsip pembelaan diri. Dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 48, anggota Polri yang
melakukan tindakan secara terpaksa tidak dapat dipidana. Begitu pun dalam pasal
49, anggota yang dapat melakukan perbuatan secara terpaksa untuk membela diri
sendiri walau itu melawan hukum. Anggota Polri pun tidak dipidana apabila
melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang. Hal ini
diatur dalam KUHP pasal 50. Kemudian dalam KUHP pasal 51, anggota Polri
tidak dipidana jika melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan
yang diberikan oleh penguasa yang berwenang.
B. Alasan pembenar adalah alasan yang meniadakan sifat melawan hukum suatu
perbuatan. Jenis-jenis alasan pembenar adalah:
1) Daya paksa (Pasal 48 KUHP);
2) Pembelaan terpaksa (Pasal 49 Ayat (1) KUHP);
3) Sebab menjalankan perintah undang-undang (Pasal 50 KUHP); dan
4) Sebab menjalankan perintah jabatan yang sah (Pasal 51 Ayat (1) KUHP)
Dalam kasus diatas, Z tidak dipidana karena masuk dalam kategori pembelaan
terpaksa. Disamping itu, ia juga menjalakan perintah jabatan yang sah untuk
menangkap Bandar Narkotika tersebut.
3. Jawaban :
A. Analisa kerangka kerja legal dogmatic pada kasus diatas :
B melakukan pencurian di Rumah C dengan membawa sejumlah Uang dan
Perhiasan. Dalam kasus Pencurian, unsurnya adalah tindakan yang dilakukan
adalah mengambil, dan yang diambil adalah barang ,Status barang itu “sebagian
atau seluruhnya menjadi milik orang lain”,Tujuan perbuatan itu adalah dengan
maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum (melawan hak).
B. Dalam kasus itu, B melakukan nya di malam Hari, sehingga B terkena Pasal 363
yang termasuk pencurian dengan pemberatan yaitu pencurian biasa yang disertai
dengan keadaan-keadaan atau kondisi-kondisi tertentu, seperti, pencurian ternak,
pencurian yang dilakukan pada waktu terjadi bencana, dilakukan pada malam hari
dalam keadaan rumah tertutup yang ada di rumah, dilakukan dua orang atau lebih
dengan bekerjasama, dilakukan dengan membongkar atau memecah untuk
mengambil barang yang ada di dalamnya.

4. Jawaban :
Dari hasil penyidikan ditemukan bahwa obat-obatan yang ditemukan belum termasuk
dalam obat-obatan yang terlarang. Maka dapat diberlakukan kasus retroaktif.
Kedudukan asas retroaktif dalam hukum pidana yakni asas dasar hukum pidana tidak
berlaku surut sebagaimana tercantum di dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP, dibatasi
dengan kekecualian yang tercantum di dalam ayat (2) KUHP berbunyi “Apabila
perundang-undangan diubah setelah waktu perbuatan dilakukan, maka terhadap
terdakwa digunakan ketentuan yang menguntungkan baginya.

Dwinandha Prima Humanika

Anda mungkin juga menyukai