Anda di halaman 1dari 2

3

akan menarik banyaknya orang melakukan urbanisasi untuk mencari

pekerjaan di perkotaan terutama di sektor perdagangan, yang akan

memicu tumbuhnya permukiman liar di sepanjang bantaran sungai.

Pertambahan penduduk kota Barabai mengakibatkan kebutuhan

sarana dan prasarana semakin meningkat terutama kebutuhan

perumahan. Mengingat pengadaan perumahan di perkotaan Barabai

sangat terbatas, terutama disebabkan terbatasnya lahan yang dimiliki oleh

pemerintah jika ingin membangun perumahan atau rumah susun. Pihak

swasta juga belum ada yang memiliki modal kuat untuk membangun

perumahan yang tertata baik, semuanya membangun berdasarkan

adanya permintaan seseorang yang ingin dibangunkan rumah. Hal

tersebut mengakibatkan pemerintah tidak bisa membuat zonasi kawasan

permukiman yang bisa diterapkan dalam bentuk peraturan Izin Mendirikan

Bangunan (IMB). Hal tersebut berimbas pada tidak dipenuhinya penataan

drainase secara baik.

Sampai Januari 2012 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Hulu Sungai Tengah belum diperdakan. Berarti peraturan

turunannya seperti perda Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dan

Rencana Tata Ruang dan Bangunan (RTBL) juga tidak bisa dibuat.

Padahal pada kedua dokumen terakhir itulah peraturan zonasi kawasan

permukiman disertai profil drainase secara detail bisa tergambarkan,

karena peta yang dihasilkan sudah harus memenuhi persyaratan ketelitian

minimal 1 : 5.000.
4

Merujuk pada RTRW sebelumnya pada Peraturan Daerah

Kabupaten Daerah Tingkat II Hulu Sungai Tengah Nomor 6 Tahun 1994

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Daerah

Tingkat II Hulu Sungai Tengah yang seharusnya berakhir 2004 karena

masa berlakunya selama sepuluh tahun, dan peraturan turunannya

melalui Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah Nomor 2

Tahun 2000 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Barabai

dan juga seharusnya berakhir tahun 2010. Kedua dokumen tidak

memberikan sanksi yang tegas apabila seseorang melanggar zonasi

kawasan permukiman yang telah ditetapkan, sehingga keduanya tidak

mampu menjadi payung bagi penetapan IMB. Belum lagi dalam

penetapan IMB tidak pernah diwajibkan untuk memiliki saluran drainase

yang terhubung pada saluran drainase tersier, sekunder apalagi primer.

Sosialisasi kedua perda juga kurang terutama untuk RDTRK, sehingga

kebanyakan masyarakat tidak mengetahui adanya larangan tersebut.

Ditambah dokumen yang ada dibuat cenderung tidak berdasarkan data

sebenarnya dilapangan. Hanya sekedar mendeliniasi dari Peta Rupa Bumi

Indonesia (RBI) Bakosurtanal hasil pemotretan tahun 1989 - 1990, yang

tentunya kondisi dilapangan dengan yang ada di peta sudah jauh

berbeda. Ditambah dalam RBI tersebut data kontur perkotaan Barabai

juga belum tergambarkan.

Perbaikan data spasial dimulai di tahun 2006 dengan pembuatan

peta dasar kabupaten, dilanjutkan pembelian citra satelit SPOT 5, Ikonos

Anda mungkin juga menyukai